Anda di halaman 1dari 15

PENGOLAHAN AIR UNTUK UMPAN BOILER DENGAN CARA

PERTUKARAN ION ( EXTERNAL TRATMENT )

1. TUJUAN PERCOBAAN
 Mahasiswa dapat memahami sistem pengolahan air dengan metode pertukaran ion ( resin)
 Mahasiswa dapat menganalisa air sebelum dan sesudah dilewatkan dalam kolom resin
 Mahasiswa dapat menuliskan reaksi yang terjadi dalam kolom resin penukar ion

2. BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Air

3. ALAT YANG DIGUNAKAN


 Waterproof cyberscan portable meter
 Gelas kimia

4. DASAR TEORI
Proses Pengolahan Air
Proses pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang memenuhi syarat untuk
didapatkan sebagai air bersih. Pengolahan air bersih melalui beberapa tahapan proses yaitu :
1. Proses Penyaringan
2. Proses Koagulasi
3. Proses Flokulasi
4. Sedimentasi
5. Aerasi
6. Penyaringan
7. Proses penambahan disinfektan

Air baku yang biasanya digunakanunutk keperluan domestik atau industri berasal dari
air sungai, air danau, air laut dan air sumur. Kualitas akir baku dari berbagai sumber tersebut
mempunyai karakteristik kualitas dan kuntitas yang berbeda-beda. Air baku
digunakan selain untuk keperluan sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa sektor
kegiatan digunakan sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air air untuk keperluan proses
produksi. Adanya kualitas air yang berbeda-beda dari berbagai sumber air yang ada,
menghendaki suatu system yang berbeda-beda dari berbagai sumber air yang ada,
menghendaki suatu system pengolahan air yang berbeda pula dan tergantung dari penggunaan
air tersebut.
Air yang digunakan sebagai air umpan boilermempunyai karakteristikkualitas
tertentu, sehingga untuk penyediaan air biasanya dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu :
a. Pengolahan air beku
b. Pengolahan air secara external
c. Pengolahan air secara internal
Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal air bakunya. Pengolahan air baku biasanya
terdiri dari pengolahan fisika seperti penyaringan dan sedimentasi. Serta pengolahan secara
kimia yang meliputi flokulasi, koagulasi, dan netralisasi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang pengolahan tahap kedua dan ketiga .
karena pengolahan tahap pertama yaitu pengolahan air beku sudah banyak dibahas dalam
penyedian air bersih pada umumnya.

A. KARAKTERISTIK KUALITAS AIR BAKU


a. Air Tanah
Air tanah tersedia sebagai air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal
berada dalam lapisan pembawa air yang bagian atasnya tidak dilapisi oleh lapisan yang
immpermeabel sehingga kualitas dan kuantitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh
aktivitas yang ada dipermukaan tanah bagian atasnya.
Air tanah dalam beberapa dalam lapisan pembawa air yang terletak lebih bawah,
biasanya lebih dari 60 m permukaan tanah setempat. Lapisan pembawa airnya dilapisi oleh
suatu lapisan bantuan impermeable sehingga tidak memungkinkan air dari permukaan bagian
atas menyerap sampai kelapisan pembawa air ttanah dalam. Kualitas maupun kuantitas air
tanah tidak tergantung pada aktivitas dipermukaan atas, tetapi pada daerah catchment area
(daerah tangkapan hujan) yang berhubungan dengan lapisan pembawa air yang bersangkutan.
Kualitas air tanah banyak dipengaruhi struktur geologi setempat. Parameter dominan yang
biasanya muncul adalah: mineral seperti Ca, Mg, dan Fe serta gas terlarut seperti CO2. Air
tanah biasanya hanya sedikit mengandung padatan tersuspensi.
b. Air laut
Air laut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan kualitas air yang hampir sama dan
tetap untuk jangka waktu tertentu. Parameter dominan yang ada di air laut adalah garam
mineral seperti Na Cl (biasanya ditunjukkan dalam kadar salinitas) yang sangat korosif
terhadap peralatan proses produksi.
c. Air permukaan
Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau dan air sungai. Kualitasnya
sangat tergantung dari aktivitas manusia yang berada di daerah aliran sungai. Parameter yang
cukup menonjol adalah mikroorganisme dan kadar padatan tersuspensi atau kekeruhan.

B. PARAMETER KUALITAS AIR


a. Padatan Tersuspensi ( suspended solid / SS )
Sumber dari padatan tersuspensi berasal dari :
- Padatan anorganik, seperti lempung, kerikil, dan padatan buangan industri
- Padatan organik, seperti serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan industri
- Cairan laut seperti minyak dan lemak.
Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravimetri dengan satuan mp, lt. Ukuran
diameter partikel dari padatan tersuspensi antara 1-100 am.

b. Kekeruhan ( turbidity )
Parameter kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis kualitas air bersih bukan air limbah.
Nilai kekeruhan bisa menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi di dalam air.
Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan metode photometri dengan cara menetukan
persentase cahaya yang diserap atau dihamburkan oleh cairan jika diberikan cahaya dengan
intensitas tertentu. 1 Jakson Turbidity Unit ( JTU ) sama dengan kekeruhan yang dihasilkan
oleh 1 mg SiO2 dalam liter air distilasi. Satuan kekeruhan yang lain adalah Nephelometri
Turbidity Unit ( NTU ) yang didasarkan pada prinsip penghambatan cahaya.

c. Alkalinitas
Definisi : julah anion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralisir ion II. Merupakan
suatu ukuran kemampuan air menetralisir asam. Parameter yang tergolong alkalinitas :
- CO32-, HCO3-, H2BO3-, CO2
- OH-, HSiO3-, H2PO4-, NH3
Parameter yang pada umumnya diperhatikan sebagai alkalinitas adalah sebagai bikarbonat
( HCO3 ), carbonat ( CO3 ), dan hidroksida ( OH- ). Sumber alkalinitas antara lain disolusi
garam bicarbonat. Gas CO2 yang terlarut dalam air berasal dari transfer CO2 dari udara dan
respirasi mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral magnesium dan calsium
dalam bentuk CaCO3 atau MgCo3, dan menghasilkan komponen hardness dan alkalinitas
menurut reaksi :
H2O + CO2 + MgCO3  Mg (HCO3)2  Mg 2+ + 2( HCO3-)
H2O + CO2 + CaCO3  Mg (HCO3)2  Ca2+ + 2(HCO3- )
Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan 0,02 N
H2SO4 sebagai titran, maka 1 ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3. Ion
H+ dari asam bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut persamaan reaksi :
H+ + OH-  H2O
H+ + CO32-  HC3-
H+ + HCO3-  H2CO3
Jika asam sebagai titran ditambahkan perlahan-lahan ke air yang mengandung alkalinitas,
maka gambaran penurunan pH air bis diliht di kurva berikut

Konversi karbonat menjadi bicarbonate pada prinsipnya sempurna pada pH =8,9. Tetapi
karena bikarbonat juga merupakan spesi alkalinitas sehingga masih dibutuhkan sejumlah asam
yang sama untuk menyempurnakan netralisasi. Sehingga netralisasi CO2 pada pH= 8,3 hanya
setengahnya konversi OH- menjadi air berlangsung sempurna pada pH =8,3 sehingga semua
OH- dan CO3- ikut terukur pada pH= 8,3. Pada pH 4,5 semua bikarbonat telah terkonversi
menjadi asam carbonat termasuk bicatbonat hasil netralisasi karbonat. Sehingga jumlah asam
yang diperlukan untuk menitrasi contoh air sampai pH 4,5 eqivalent dengan alkalinitas total (
CO3- , HCO3- , OH- ) dalam air.
P-Alkalinitas adalah nilaai alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang
diperlukan untuk mencapai pH air contoh menjadi 8,3 sedangkan M-Alkalinitas adalah ilai
alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai pH air contoh
dari 98,3 menjadi 4,5 . Hubungan umum bentuk-bentuk alkalinitas :
pH 8,3 netralisasi OH- , ½ CO32
pH 8,3 netralisasi sisa ½ CO32 dan HCO3asal/murni
P=M semua alkalinitas adalh OH
P= ½ M semua alkalinitas Carbonat
P= 0 (pH dibawah 8,3) semua alkalinitas HCO3

d. Kesadahan (Hardness)
Definisi :
- Konsentrasiu kation metal multi valen dalam larutan
- Dapat bereaksi dengan anion dan timbul prespitasi padatan
- Biasanya dinyatakan dalam mg lt CaCO3
Kesadahan dikenkal; dulu macam, yaitu kesadahan karbonat dan non klarbonat
a. Carbonat : Bersifat sementara karena akan hilang atau terendapkan jika mengalami pemansan
Contoh : -Ca bikarbonat Ca( HCO3)2
-Mg bikarbonat
b. Non carbonat : kesadhan tetap tidakn hilang mengendap jika dipanaskan
contoh :Ca atau Mg sulfat ,clorida, nitrat
Ca( HCO3)2 CaCO3 (s) + CO2 + H2O
Pengukuram kesadahan dilakukan dengan cara titrasi oleh EDTA dengan indicator EBT
membentuk komplek warna merah. Jika digunakan 0.01 M EDTA .1 1 titran
menubnjukkan kesadahan sebagai CaCO3
Klasifikasi air sadah :

Air lunak 50 mg/l sebagai CaCO3


Air sadah sedang 50-150 mg/l
Air sadah 150-300 mg/l
Air sangat sadah >300 MG/L

Air sadah yang jika digunakan memerlukan lebih baynyak sabun agar tetap berbusa. Menurut
standar WHO kesdahan maksimum untuk air minum adalah 500 mg/l sebagai CaCO3.
Demikian juga menurut peraturan Mentri Kesehatan No.416/890 untuk syarat kualitas air
minum
konversi : 1 gennan degree = 17,9 mg/l CaCO3

e. O2 (gas oksigen)
Salah satu gas yang bayak mendapat perhatian dalam pengelohan air umpan boiler adalh gas
O2 yang larut dalam air baku. Daftar kesetimbangan nilai oksigen terlarut sebagai fungsi dari
suhu dan konsentrasi CT (salinitas) disajikan di tabel berikut :

Tabel C-3 Equilibrium concentration (mg/L) of dissolved oxygen as a function of


temperature and chloride
Temperature Chloride concentration (mg/L)
o
C 0 5.000 10.000 15.000 20.000
0 14,64 13,79 12,97 12,14 11,32
1 14,23 13,41 12,61 11,82 11,03
2 13,84 13,05 12,28 11,51 10,76
3 13,48 12,72 11,98 11,24 10,50
4 13,13 12,41 11,69 10,97 10,25
5 12,80 12,09 11,39 10,70 10,01
6 12,48 11,79 11,12 10,45 9,78
7 12,17 11,51 10,85 10,21 9,57
8 11,87 11,24 10,61 9,98 9,36
9 11,59 10,97 10,36 9,76 9,17
10 11,33 10,73 10,13 9,55 8,98
11 11,08 10,49 9,92 9,35 8,80
12 10,83 10,28 9,72 9,17 8,62
13 10,60 10,05 9,52 8,98 8,46
14 10,37 9,95 9,32 8,80 8,30
15 10,15 9,65 9,14 8,63 8,14
16 9,95 9,46 8,96 8,47 7,99
17 9,74 9,26 8,78 8,30 7,84
18 9,54 9,07 8,62 8,15 7,70
19 9,35 8,89 8,45 8,00 7,56
20 9,17 8,73 8,30 7,86 7,42
21 8,99 8,57 8,14 7,71 7,28
22 8,83 8,42 7,99 7,57 7,14
23 8,68 8,27 7,85 7,43 7,00
24 8,53 8,12 7,71 7,30 6,87
25 8,38 7,96 7,56 7,15 6,74
26 8,22 7,81 7,42 7,02 6,61
27 8,07 7,60 7,28 6,88 6,49
28 7,92 7,53 7,14 6,75 6,37
29 7,77 7,39 7,00 6,62 6,25
30 7,63 7,25 7,86 6,49 6,13

Satuan untuk parameter kualitas air biasanya dinyatakan dalam mg/l atau ppm (part per
million). Untuk parameter kesadahan dan alkalinitas selain satuan tersebut juga sering
dinyatakan dalam satuan mg/l sebagai CaCO3. Konsentrasi senyawa A dapat dinyatakan
sebagai konsentrasi eqivalent dari senyawa B dengan rumus :
[g/l]A x = (g/l)A dinyatakan sebagai B
A. Pemeriksaan pH
Air permukaan di daerah tropis sering keruh dan mengandung zat-zat penyebab warna.
Kekeruhan dapat berasal dari erosi tanah, pertumbuhan ganggang atau kotoran hewan yang
terbawa air sewaktu mengalir di permukaan bumi. Warna dapat disebabkan oleh substansi yang
berasal dari pembusukan zat-zat organik, daun atau tanah seperti gambut.
Koagulan yang umum digunakan adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dimana ion-ion
aluminium sulfat yang bermuatan positif tiga merupakan agen netralisasi. Untuk mendapatkan
koagulasi yang baik, koagulan dengan dosis optimum harus dibubuhkan dalam air dan
dicampurkan secara baik. Dosis optimal akan bervariasi tergantung pada sifat alamiah air baku
dan komposisi keseluruhan (pH, kekeruhan, komposisi kimia) adalah tidak mungkin untuk
menghitung dosis koagulan optimum untuk air baku tertentu.

Proses Pengolahan Air


Dalam pengolahan air, agar diperoleh air bersih maka dilakukan proses tahap demi tahap,
yaitu mulai dari pengambilan air baku sampai air bersih yang sudah siap untuk didistribusikan
ke konsumen. Air bersih dan air buangan mempunyai karakteristik tertentu seperti sifat fisik,
kimia, dan biologi. Dalam proses pengolahan air ini harus disesuaikan dengan ketidakmurnian
dari air itu sendiri. Pengolahan air bersih maksudnya adalah usaha-usaha untuk merubah sifat-
sifat suatu zat. Dengan adanya pengolahan air bersih ini maka akan didapatkan suatu air bersih
yang memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan.
Dalam proses pengolahan air ini pada umumnya dikenal dengan dua cara, yaitu :

1. Pengolahan lengkap (completed treatment process)


Pengolahan lengkap yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisika, kimiawi,
dan biologi. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air sungai kotor dan keruh. Pada
hakikatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga lingkungan pengolahan, yaitu :

a. Pengolahan fisik
Pengolahan fisik ini untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar,
penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi kadar organik yang ada dalam air yang akan
diolah.
b. Pengolahan kimia
Pengolahan kimia yaitu pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu
proses selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan aluminium sulfat.
c. Pengolahan bakteriologi
Pengolahan ini bertujuan untuk memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam
air dengan jalan membuktikan desikfektan. Desinfektan yang digunakan adalah kaporite.

2. Pengolahan sebagian (patril treatment process)


Pengolahan sebagian ini merupakan pengolahan air dimana hanya dilakukan pengolahan
kimiawi atau pengolahan bakteriologi saja. Pengolahan ini umumnya dilakukan untuk :
a. Mata air bersih
b. Air sumur yang dangkal

B. Koagulant Aluminium Sulfat


Dalam bidang pengolahan air bersih, penambahan dari beberapa bahan kimia digunakan
untuk berbagai proses. Pada pengolahan air bersih di PDAM Instalasi Lahat I menggunakan
aluminium sulfat sebagai pembentukan koagulant yang berfungsi membentuk partikel padal
lebih besar (flok) agar bias diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal), selanjutnya
proses pengolahan air dapat dilanjutkan.
Aluminium sulfat atau tawas mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3 18 H2O dengan berat
molekul 666,4 gram/mold an density 1,69 gram/liter. Alum larut sempurna dalam air, daya
larutnya 500 gram/liter pada 15 oC. Alum lebih banyak digunakan sebagai bahan penggumpal
karena :
1. Berbentuk serbuk dan Kristal
2. Lebih efektif untuk menurunkan kadar karbonat
3. Harganya murah
4. Mudah disimpan

C. PENGOLAHAN AIR

1. Koagulasi (pengumpulan)
Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses dalam pengolahan air yang
menggunakan bahan pengumpal. Koagulasi berasal dari bahasa latin“Coagulare” yang berarti
bergerak bersama. Dalam proses kimia koagulasi dapat diartikan sebagai mekanisme
penetralan.

Koagulasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air akan membantu pada proses
pengendapan paertikel-partikel. Alat pembubuhan koagulasi ini dibedakan pada cara
pembubuhan yaitu:
1. Memakai pompa, pembubuhan zat kimia dengan bantuan pompa
2. Secara gravitasi, dimana zat kimia (larutan) mengendap dengan sendirinya karena gravitasi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses koagulasi :
a. Dosis koagulasi
b. Kecepatan pengadukan
c. pH dan waktu
Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan kimia penggumpal. Bahan kimia
penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan air adalah aluminium sulfat atau yang
dikenal dengan tawas.
Tujuan dari penggumpalan untuk memudahkan air lebih homogeny sehingga terbentuk
flok-flok. Agar pengalirannya dan pembentukan flok- flok yang lebih besar dibutuhkan
pengadukan yang lambat dengan adanya bantuan sekat-sekat pada bak penggumpalan.
Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu pengalirannya agak lama, sehingga
campuran akan semakin merata dan mempercepat terbentuknya butiran-butirran yang lebih
besar agar memudahkan terjadinya pengendapan pada proses berikutnya.

2. Sedimentasi
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-flok yang telah terbentuk
flok-flok yang mempunyai density yang lebih besar daripada air akan mengendap dengan
sendirinya. Pada bak ini sebagian besar kotoran air akan dipisahkan tetapi tidak semuanya
mengendap seperti kotoran-kotoran halus yang melayang,akan disaring pada proses
selanjutnya.

3. Filtrasi (penyaringan)
Proses penyaringan merupakan proses pembersihan dari sisa-sisa kotoran kecil yang
masih melayang-layang didalam air setelah proses pengendapan. Filter yang biasa terdiri dari
selapis pasir atau pasir atau pasir dan batu dan batu kerikil. Bila air lolos melalui filter tersebut,
partikel-partikel terapung dan bahan-bahan penggumpal akan bersentuhan dengan butir-butir
pasir dan melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil ukuran celah-celah yang dapat
dilalui air dan menghasilkan daya penyaring. Dengan lewatnya maka akan semakin banyak
bahan yang terperangkap oleh tumpukan pasir. Dan air tersebut akan ditambahkan bahan kimia
pada proses desinfeksi.

4. Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air dapat
menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk di proses desinfeksi
antara lain larutan kaporit dan gas chlor.
D. AIR UMPAN BOILER

Air ini digunakan sebagai umpan boiler agar dapat menghasilkan steam yang dapat
digunakan sebagai pemanas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan air umpan
boiler :

1. Zat-zat penyebab korosi

Korosi yang terjadi pada boiler disebabkan air pengisi mengandung larutan asam,

gas-gas terlarut, seperti O2, CO2, H2S, NH3. gas-gas terlarut dapat dihilangkan pada

Deaerator dengan menambahkan senyawa Hidrazin (N2H2) dengan reaksi sebagai berikut

2N2H2 + O2↔N2 + H2O

2. Zat-zat penyebab foaming

Air yang diambil kembali dari proses pemanasan bisa menyebabkan foam (busa) pada
boiler. Karena adanya zat-zat organik, anorganik, dan zat-zat yang tidak terlarut dalam
jumlah besar. Efek pembusaan terutama terjadi pada alkalinitas yang tinggi. Berdasarkan
hal tersebut, sangat jelas bahwa pertanyaan, jika pada unit Demineralisasi, terutama pada
Cation Exchanger dan Anion Exchanger, dapat ditukar posisinya ? Jawabannya, tentu saja
tidak, karena syarat air umpan boiler salah satunya sudah jelas, tidak mengandung alkalinitas
yang tinggi. Artinya pada unit Demineralisasi, posisi ke dua ialah Anion Exchanger.

3. Zat-zat yang menyebabkan scale foaming

Pembentukan kerak disebabkan adanya kesadahan dan suhu tinggi yang bisa berupa
garam-garam karbonat dan silika. Syarat air untuk umpan boiler dapat dilihat pada
Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Baku Mutu Air Proses (Air Umpan Boiler)

No. Parameter Satuan Batas Minimum Batas Maksimum

1 Daya Hantar Listrik microhms/cm 1000 1500

2 Kekeruhan NTU 100 150

3 Suhu 0C 25 25

4 Amonia mg/l 1 1

5 Air Raksa mg/l 0,002 0,002

6 Arsen mg/l 0,05 0,5

7 Barium mg/l 1 1

8 Besi mg/l 1 3

9 Flourida mg/l 1,5 1,5

10 Hidrogen Sulfida mg/l 0 0

11 Kadmium mg/l 0,01 0,01

12 Kalsium mg/l 25-40 25-40

13 Krom mg/l 0,05 0,05

14 Kesadahan mg/l 60-100 60-100

15 Nitrat mg/l 10 10

16 Nitrit mg/l 1 1
17 pH mg/l 6-8,5 6-8,5

18 Fosfat mg/l 0,5 0,5

19 Seng mg/l 1 1

20 Sulfat mg/l 15 15

21 Tembaga mg/l 0,05 0,05

22 Timbal mg/l 0,05 0,05

23 Zat Tersuspensi mg/l 200 200

(Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor : 20 Tahun 1990, Tanggal : 5


Januari 1990 et. al. Sugiharto, 1997)

Tabel baku mutu air umpan boiler

Parameter Satuan Ukuran


Conductivity Ymhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M- Alkalinity Ppm 800 , max
O – Alkalinity Ppm 2,5 x SiO2 , min
T - Hardness Ppm -
Silica Ppm 150, max
Besi Ppm 2, max
PHospat residual Ppm -
SulpHite residual Ppm 20,50
PH Condensate Unit 8,0 – 9,0
4. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk analisa seperti gelas kimia dan waterproof portable meter.
2. Mengambil air sample yaitu air reservoir, air dari resin kation, air dari resin anion, dan tangki.
3. Menghidupkan alat waterproof portable meter dengan menekan tombol F4, dan Melakukan
kalibrasi alat waterproof portable meter dengan aquadest.
4. Menganalisa masing-masing sampel. Menekan tombol F3 untuk mengetahui nilai dari masing-
masing parameter. Adapun parameter yang diukur adalah Ph,Mv, Conductivity,TDS,
Salinity,Resistivity, dan DO. Mencatat hasil analisa.
5. Setelah selesai, mencelupkan alat dalam air aquadest, setelah itu di lap dengan tissu.
6. Mematikan alat dengan menekan tombol F4 dan mencabut kabel dari sumber arus listrik.

5. DATA PENGAMATAN

Nama Ph mV Conductivity TDS Salinity Resist DO

Sampel ( μs) (ppm) (ppm) (Kώ) (mg/L)

Air Reservoir 6,52 10,2 272,8 136,4 132,4 3,666 0,20

Air Anion 6,52 9,6 369,1 184,5 181,4 2,710 0,23

Air Kation 6,53 9,3 388,9 194,5 188,3 2,570 0,25

Tangki 6,54 8,4 365 181,2 178,5 2,760 0,22


6. ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diatas dapat dianalisa bahwa dalam melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air bersih yang menjadi air baku adalah air yang berasal dari kolam
yang terletak di belakang laboratorium Teknik Kimia. Pengolahan air baku ini dilakukan untuk
mendapatkan air yang memenuhi syarat/karakteristik air bersih.

Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa nilai pH tidak melebihi batas baku mutu air
boiler, pH rata rata yang di dapat senilai 6,5. Sedangkan nilai konduktivitas cenderung turun
namun pada resin kation nilai konduktivitas lebih tinggi yaitu dari 272,8μs menjadi 388,9 μs dari
nilai konduktivitas awal. Hal ini disebabkan oleh jenuhnya resin kation, Jenuhnya resin kation
dikarenakan sudah terlalu sering digunakan dan kemungkinan banyak partikel padatan yang
terjerap di dalamnya sehingga partikel tersebut akan terikut keluar aliran. Untuk nilai TDS sama
halnya seperti nilai konduktivitas karena semakin kecil konduktivitas nilai padatan terlarutnya
akan berkurang. Begitu juga halnya dengan nilai salinitas dan nilai DO cenderung turun, Namun
pada resin kation mengalami kenaikan. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa resin kation tidak
efisien lagi dalam mengolah air. Namun kualitas air masih tergolong baik Karena tidak melebihi
ambang batas syarat air umpan boiler. Adapun solusi dari masalah tersebut meregenarisi kembali
resin kation dengan cara backwash, pemberian asam (H2SO4) , atau slow rinse (pembilasan) dan
fast rinse.

7. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
- Nilai pH rata rata dari proses pengolahan air external yaitu 6,5
- Nilai konduktivitas, TDS, salinitas dan DO cenderung turun setelah melalui proses ion
exchange
- Pada alat resin penukar anion nilai konduktivitas, TDS, salinitas dan DO cenderung lebih tinggi
dari kondisi awal.
- Berdasarkan data yang di dapat, diketahui bahwa resin kation tidak efisien dalam proses
pengolahan air karena kemungkinan resin tersebut telah jenuh dan harus diregenerasi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Kasie Laboratorium. 2019. Penuntun Praktikum Utilitas. Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.

http://annesniwa.blogspot.com/2014/09/pengilahan-air-untuk-boiler-ketel-uap.html?m=1
(diakses pada 18 April 2019 pukul 10:53 WIB)

www.scribd.com/pengolahan-air-baku-untuk-boiler.html?m=1 (diakses pada 18 April 2019


pukul 11:54 WIB)

www.academia.com/syarat-baku-mutu-air-boiler.html?m=1 ((diakses pada 18 April 2019 pukul


10:21 WIB)

Anda mungkin juga menyukai