PENDAHULUAN
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen didalam Lemak dan Minyak
1
BAB II
PEMBAHASAN
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid.
Suatu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak)
adalah kelarutannya dalam pelarut organik (pelarut non polar dan sebaliknya
ketidaklarutannya dalam pelarut air dan pelarut polar lainnya. Secara umum lemak
diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan
padat, sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair
(Rohman Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press halaman-73)
Lemak dan minyak adalah senyawa ester non polar yang tidak larut dalam air, yang
dihasilkan oleh tanaman dan hewan. Lemak dan minyak yang dihasilkan dari tanaman
disebut lemak nabati sedangkan yang berasal dari hewan disebut lemak hewani.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta Halaman 154)
Reaksi Pembentukan Lemak dan Minyak
Dalam struktur lemak dan minyak, asam lemak terikat pada gliserol melalui ikatan
kovalen sehingga terbentuk ester gliserol. Ikatan yang terbentuk adalah antara gugus
karboksil pada asam lemak dan gugus hidroksil pada gliserin. Setiap pembentukan
ikatan kovalen akan membebaskan satu molekul air sehingga reaksinya disebut reaksi
polimersi kondensasi. Karena gliserin memiliki tiga gugus hidroksil maka gliserin dapat
mengikat maksimum tiga rantai asam lemak dan dapat melepaskan maksimal tiga
molekul air untuk membentuk trigliserida.
2
Lemak dan minyak pada umumnya, merujuk pada kelompok trigliserida karena
umumnya senyawa ini mengandung tiga buah asam lemak. Substituen yang terikat pada
struktur gliserol ditunjukkan menurut sistem stereospecific number (sn). Misalnya bila
trigliserida mengandung asam palmitat (C1), asam oleat (C2) dan asam stearat (C3)
maka diberi nama sn-gliseril-1-palmitat-2-oleat-3-stearat. Kata gliserin kadang-kadang
dihilangkan sehingga bisa dituliskan palmiti-oleo—stearin. Jika triglisrida mengandung
dua molekul asam palmitat dan satu asam stearat maka dapat dituliskan dipalmitostearin
atau stearodipalmittin.
Trigliserida bersifat non-polar karena gugus hidroksil pada gliserin telah
disterifikasi oleh gugus karboksil dari asam lemak. Oleh karena itu, trigliserida bersifat
tidak larut air, tetapi larut dalam senyawa organik non-polar, seperti heksana dan eter.
Dengan demikia, lemak dari sumber bahan pangan dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut nonpolar tersebut.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta Halaman 168 )
3
Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak
memiliki ikatan rangkap pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka
terhadap oksidasi dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak
jenuh.
(Sartika. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 4. Pengaruh Asam
Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan)
2.2.1 Gliserol dan Asam Lemak Penyusun Struktur Lemak/Minyak
4
Struktur Kimia Gliserin
Gliserin adalah senyawa organik polar yang terdiri atas tiga atom karbon yang
mengikat tiga gugus hidroksil (-OH). Ketiga gugus karboksil ini bersifat reaktif dan dapat
diesterifikasi oleh asam lemak. Struktur molekul gliserin dapat dilihat pada gambar
dibawah:
5
Setiap atom karbon pada asam lemak akan berikatan dengan atom hidrogen dan
atom karbon lainnya, dimana masing-masing akan membentuk 4 ikatan kovalen. Rantai
karbon pada struktur asam lemak dapat jenuh atau tidak jenuh. Asam lemak jenuh (saturated
fatty acid) disusun oleh rantai atom karbon penyusunnya yang berikatan tunggal/ mengikat
dua atom hidrogen, sedangkan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid) mengandung
satu atau lebih atom karbon yang berikatan ganda(double bond)sehingga hanya mengikat satu
atom hidrogen. Asam lemaktidak jenuh dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah ikatan
gandanya, yaitu asam lemak dengan ikatan tidak jenuh tunggal (mono- unsaturated fatty acid
atau MUFA) dan asam lemak dengan ikatan tidak jenuh jamak (poli- unsaturated fatty acid
atau PUFA).
Dalam struktur kimia asam lemak tidak jenuh, ikatan rangkap dua terdapat dalam
bentuk konfigurasi cis atau trans. Konfigurasi cis terjadi bila gugus-gugus alkil yang terikat
pada atom C ikatan ganda berada pada sisi (orientasi) yang sama, sedangkan pada konfigurasi
trans gugus-gugus tersebut berseberangan. Struktur asam lemak dengan bentuk trans lebih
mudah membentuk ikatan van der Waals dengan molekul asam lemak lain sehingga
molekulnya bisa saling berdekatan satu sama lain. Sebaliknya, struktur cis lebih sulit
berikatan satu sama lain sehingga titik leleh (melting point)asam lemak cis cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan asam lemak trans.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta Halaman 156-158)
6
tingkat kejenuhannya semakin banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan
ikatan tidak jenuh, semakin lunak dan cair lemak tersebut. Sebaliknya semakin
banyak mengandung asam lemak-jenuh rantai panjang, seperti asam palmitat dan
asam stearat yang terdapat pada lemak hewan, semakin padat lemak tersebut sifat
trigliserida juga ditentukan oleh posisi ω (omega) dan posisi asam lemak pada
molekul gliserol.
1. Titik Cair
Dalam minyak dan lemak terdapat berbagai jenis trigliserida karenanya
titik cair minyak dan lemak tidak tajam tetapi merupakan suatu kisaran suhu.
Kekuatan ikatan antar radikal asam lemak dalam kristal mempengaruhi
pembentukan kristal yang berarti juga mempengaruhi titik cair lemak. Makin kuat
ikatan antar molekul asam lemak, makin banyak panas yang diperlukan untuk
pencairan kristal. Asam lemak dengan ikatan yang tidak begitu kuat memerlukan
energi panas yang lebih sedikit untuk mencairkan kristal-kristalnya, karenanya
titik cairnya akan menjadi lebih rendah.
Titik cair suatu lemak atau minyak dipengaruhi juga oleh sifat asam
lemak, yakni daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam kristal. Gaya ini
ditentukan oleh panjang rantai C. Jumlah ikatan rangkap dan bentuk cis atau trans
pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C titik cair akan semakin
tinggi. Sebagai contohnya asm butirat ( C = 4 ) mempunyai titik cair -8◦C,
sementara asam stearat ( C = 16 ) mempunyai titik cair 63◦C
7
Titik cair menurun dengan bertambahnya demgan ikatan rangkap. Hal ini
dapat diterangkan sebagai berikut: ikatan antar molekul asam lemak tidak jenuh
kurang kuat, sebab rantai pada ikatan rangkap (cis) tidak lurus. Makin banyak
ikatan rangkap, maka ikatan makin lemah yang berarti titik cair makin rendah.
Demikian pula, asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada
asam lemak tidak jenuh. Adanya bentuk trans pada asam lemak menyebabkan
lemak atau minyak mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada adanya bentuk
cis.
8
a = bobot piknometer dan minyak
b = bobot piknometer kosong
c= bobot piknometer dan air
3. Indeks Bias
Pengukuran indeks bias lemak/minyak berguna untuk menguji kemurnian
lemak/minyak. Indeks bias meningkat dengan bertambhanya rantai C, derajat
ketidakjenuhan, dan suhu yang semakin tinggi. Indeks bias ini terkait erat dengan
bilangan iodium karenanya dapat digunakan untuk pengendalian proses
hidrogenasi.
Alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias minyak atau lemak
adalah refraktometer. Penentuan indeks bias minyak dilakukan pada suhu 25◦C
sementara untuk lemak pada suhu 40◦C.
Nilai indek bias dipengaruhi oleh suhu dan dapat dihitung dengan cara berikut:
R = R’ + k (T”-T)
R = Indeks bias pada suhu T◦C
R’= Indeks bias pada suhu T’◦C
k= faktor koreksi, untuk minyak= 0,000385
(Rohman Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press: Halaman 74-78)
4. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan
oleh adanya asam lemak berantai berkarbon panjang dan tidak adanya gugus polar.
(Buckle,K.A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press: Jakarta Halaman
328)
9
intra-esterifikasi. Reaksi-reaksi pada lemak melibatkan gugus fungsional (ester)
dan ikatan-ikatan rangkap pada rantai asam lemak.
10
Reaksi hidrogenasi ini meningkatkan titik leleh trigliserida dari -17℃
menjadi 55℃ sehingga triolein yang berbentuk cair pada suhu ruang berubah
menjadi tristearin yang berbentuk padat. Reaksi hidrogenasi merupakan tahapan
dalam proses produksi margarin atau shorteningdari minyak cair.
4. Reaksi Penyabunan
Reaksi penyabunan terjadi apabila lemak, misalnya gliseril palmitat
(tripalmitin) dipanaskan dengan adanya alkali (sodium hidroksida) yang dapat
menyebabkan ester gliserin terkonversi menjadi garam Na-palmitat dan gliserin.
Prinsip reaksi ini digunakan dalam proses produksi sabun secara komersial.
11
2.4 FUNGSI LEMAK
1. Sumber energy
Lemak dan minyak merupakan sumber energy paling padat, yang menghasilkan 9
kkalori untuk tiap gram, yaitu 21/2 kali besar energy yang dihasilkan oleh
karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai simpanan lemak, lemak
merupakan cadangan energy tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari
konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energy : karbohidrat,
lemak, dan protein. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai berikut : 50%
di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut
dan 5% di jaringan intramuscular
2. Sumber asam lemak esensial
Lemak merupakan sumber asam lemak esensial asam linoleat dan linolenat
3. Alat angkut vitamin larut lemak
Lemak mengandung vitamin larut lemak tertentu. Lemak susu dan minyak ikan
laut tertentu mengandung vitamin A dan B dalam jumlah berarti. Hampir semua
minyak nabati merupakan sumber vitamin E. minyak kelapa sawit mengandung
banyak karotenoid (provitamin A). lemak membantgu transportasi dan absorbsi
vitamin larut lemak yaitu A,D,E,K
4. Menghemat protein
Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein
tidak digunakan sebagai sumber energy
5. Memberi rasa kenyang dan kelezatan
Lemak memperlambat sekresi asam lambung dan memperlambat pengosongan
lambung, sehingga lemak memberi rasa kenyang lebih lama
6. Sebagai pelumas
Lemak merupakan pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan
7. Memelihara suhu tubuh
Lapisan lemak dibawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah kehilangan panas
tubuh secara cepat dengan demikian lemak berfungsi juga dalam memelihara suhu
tubuh
8. Pelindung organ tubuh
12
Lapisan lemak yang menyelubungi organ-organ tubuh seperti jantung, hati dan
ginjal membantu menahan organ-organ tersebut tetap di tempat nya dan
melindunginya terhadap benturan dan bahaya lain.
(Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Hal 60-61)
13
2.6 ANALISA KUALITATIF
Cara kimia, minyak atau lemak dapat ditentukan parameter-parameter sebagaimana
dibawah ini yang tujuannya untuk mengetahui kualitas minyak atau lemak. Semua
lemak , atau minyak mempunyai bilangan-bilangan khas dalam suatu kisaran nilai.
Oleh karena itu, untuk identifikasi diperlukan beberapa pengujuian sekaligus. Berikut
adalah beberapa pengujian yang sering digunakan dalam minyak atau lemak.
1. Bilangan Asam
Bilangan asam atau nilai asam dan juga dikenal dengan indeks keasaman
didefinisikan sebgai banyaknya miligram kalium hidroksida (KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram minyak, lemak, resin,
balsam, atau senyawa-senyawa organik serupa dengan komposisi yang
kompleks.
Bilangan asam juga dapat diungkapkan sebagai banyaknya natrium
hidroksida (NaOH) 0.1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas
dalam 10 gram minyak atau lemak. Bilangan ini ditentukan dengan cara titrasi
terhadap sejumlah sampel dalam alkohol atau dalam larutan alkohol-eter
menggunakan larutan baku alkali dengan indikator fenolftalein atau PP.
14
𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
Selain itu, bilangan asam juga sering dinyatakan sebagai kadar asam lemak
bebas.
𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 (%) =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
15
Sebanyak kurang lebih 5 g minyak atau lemak yang ditimbang dengan
seksama, dimasukkan dalam labu erlenmeyer 200 ml, lalu ditambah 50 ml
larutan KOH-etanolikyang dibuat dari 40 g KOH dalam 1 L etanol. Setelah itu
ditutup dengan pendingin balik dan dididihkan dengan hati-hati selama 30
menit. Larutan selanjutnya didinginkan dan ditambah beberapa tetes indikator
fenolftalein (pp). Kelebihan larutan KOH dititrasi dengan larutan baku HCL
0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini diperlukan titrasi
blangko, yakni dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan lemak atau
minyak
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
(𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉 𝐻𝐶𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 56,1
=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
Minyak dan lemak alami merupakan ester gliserol yang biasanya tersusun atas
asam –asam lemak yang mempunyai atom C antara 16-18 atom karbon sehingga
besarnya bilangan penyabunan dari masing-masing lemak atau minyak alami tidak
berbeda jauh.
Penentuan bilangan penyabunan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
gliserida yang asam lemaknya tersusun atas atom karbon kurang dari 16 atau atom
karbon lebih dari 18 karena besarnya bilangan penyabunan berbanding terbalik
dengan rata-rata berat molekul asam penyusun trigliserida ( minyak dan lemak).
3. Bilangan ester
16
Bilangan ester merupakan jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Bilangan ester = ( bilangan penyabunan
– bilangan asam )
4. Bilangan Hehner
Kebanyakan lemak tidak larut dalam air, akan tetapi lemak yang mengandung
asam lemak dengan berat molekul rendah sedikit larut dalam air, misal lemak
susu. Bilangan Hehner merupakan presentase jumlah asam lemak yang tidak larut
dalam air ( termasuk juga bahan yang tidak tersabunkan ) yang terdapat dalam
100 gram minyak atau lemak.
𝐴 𝑥 100
Bilangan Hehner = 𝐺
17
merupakan pengukuran kuantitatif yang menyatakan banyaknya asam-asam
lemak tidak jenuh baik dalam bentuk bebas atau dalam bentuk ester, yang terdapat
dalam minyak atau lemak karena asam lemak ini mempunyai sifat yang mampu
menyerap iodium
18
3 Minyak kapas (cottonseed oil) 109 sampai 116
1.2 Pereaksi
Heksana atau pelarut lemak lainnya
1.3 Cara Kerja
19
Sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering
pada suhu 105℃.
Dinginkan dan timbang.
Ulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.
1.4 Perhitungan
𝑾−𝑾𝟏
% lemak = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝟐
B. Metode Hidrolisis(Weibull)
1.1. Prinsip
Ekstraksi lemak dengan pelarut non polar setelah contoh dihidrolisis dakam
suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat
1.2 Pereaksi
- Lar. HCL 25%
- Kertas lakmus
-N- heksana atau pelarut lemak lainnya
1.3 Cara Kerja
20
masukkan ke dalam kertas saring pembungkus (paper thimble) dan
ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya 2jam – 3jam. Pada
suhu lebih kurang 80℃
sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan
ekstrak lemak pada suhu 100℃ − 105℃ .
dinginkan dan ditimbang.
Ulangi proses pegeringan ini hingga tercapai bobot tetap.
1.4 Perhitungan
𝑾𝟏−𝑾𝟐
% lemak = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑾
1.1 Prinsip
Ekstraksi lemak dalam alat perforator dengan pelarut non polar setelah contoh
dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat.
1.2 Pereaksi
- HCl 25%
- Heksana atau petroleum eter dengan titik didih 40°C-60°C
21
Bila gelas piala dengan sedikit air dan kemudian heksana atau
petroleum eter, masukkan pembilas ke dalam perforator.
Tambahkan heksana/ petroleum eter sampai labu lemak berisi kira-kira
setengahnya (perhatikan agar tinggi lapisan cairan contoh dalam
perforator tidak lebih dari 1/3 tinggi isi.
Didihkan selama kurang dari 4
Sulingkan heksana / petroleum eter dalam labu lemak tersebut sampai
kering
Simpan labu lemak di ats penangas air untuk menghilangkan sisa-sisa
heksana/petroleum eter
Keringkan labu lemak di dalam oven pada suhu 105℃
Dinginkan dalam desikator dan timbang sampai bobot tetap.
1.4 Perhitungan
𝑾
% lemak = (𝑾𝟏−𝑾𝟐 ) 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
D. Metode Gerber
1.1 Prinsip
Direkasikan dengan H2SO4 dan amil alkohol, kemudian kadar lemaknya
langsung dibaca dan butirometer standar.
1.2 Pereaksi
- H2SO4
- Amyl alcohol
22
b. Masukkan ke dalam butirometer
Untuk contoh susu pipet 10,75ml
Untuk contoh keju timbang 3g
Untuk contoh krim atau es krim timbang 5g lalu aduk.
c. Tambahkan 1ml amil alkohol, tutup dan balikkan butirometer lalu
kocok dengan sempurna hingga semua gumpalan larut.
d. Panaskan di dalam penangas air pada suhu 65℃ - 70℃ dengan
tutupnya dibawah (terbalik) selama 2 menit- 3 menit.
e. Atur lapisan lemak sehingga ada di dalam garis butirometer dan persen
lemaknya dibaca.
1.4 Perhitungan
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid.
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang
berada dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu
ruang berbentuk cair. Ada berbagai sifat kimia yang biasanya ditentukan oleh reaksi
kimia, dan juga sifat fisikanya seperti titik lebur, indeks bias, dan lainnya. Fungsi
dari lemak dan minyak juga beragam mulai dari sumber energi sampai memelihara
suhu tubuh. Analisa dari lemak sendiri juga terbagi menjadi dua yaitu secara
kualitatif misalnya bilangan hehner, dan kuantitatif misalnya penentuan kadar lemak
dari sokletasi.
3.2 SARAN
Perlu ditambahkan jalannya reaksi pada tiap reaksi kimia yang ditunjukkan
24
DAFTAR PUSTAKA
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Rohman Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan
Minuman. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta
Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sartika. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 4. Pengaruh Asam
Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan
25