Perkembangan Kereta Api Indonesia
Perkembangan Kereta Api Indonesia
Abstrak
Kata kunci: kereta api, jalur kereta api, peran kereta api, kolonial
Pendahuluan
Selain itu, dengan dibahasnya pembangunan jalur kereta api di Indonesia, kita dapat
mengetahui bagaimana proses panjang menuju keberhasilan perkembangan kereta api di
Indonesia yang didukung oleh tenaga masyarakat pribumi pada masa kolonial. Terutama
dalam pembangunan jalur kereta api yang menjadi jalan penting bagi kereta api bisa
dioperasikan. Pembahasan mengenai sejarah pembangunan jalur kereta api juga penting agar
kita dapat mengetahui tentang daerah mana sajakah yang menjadi titik-titik pembangunan
jalur kereta api. Karena dengan adanya jalur-jalur kereta api di beberapa daerah di Indonesia,
hal itu dapat sangat memudahkan masyarakat pada masa kolonial untuk berpergian.
Kereta api terus berkembang dari masa kolonial, masa pergerakan, masa kemerdekaan
Indonesia, dan hingga saat ini karena disadari bahwa kereta api sangat berperan penting
dalam kehidupan masyarakat. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa topik mengenai
perkeretaapian di Indonesia pada masa kolonial menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji.
Rumusan Masalah
Sejak 1850-an, negara Indonesia kolonial dan pascakolonial selalu mengatur kegiatan
ilmiah dengan menyerap individu, lembaga, dan cita-cita ilmu pengetahuan.1 Di masa
kolonial juga masyarakat Indonesia banyak yang antusias pada teknologi Eropa dan seiring
berjalannya waktu bisa beradaptasi dengan teknologi-teknologi tersebut. Salah satu teknologi
yang dikembangkan Belanda di Indonesia ialah moda transportasi yaitu kereta api.
Sejak ditemukannya teknologi lokomotif oleh George Stephenson pada tahun 1829,
banyak pengusaha di Eropa (termasuk Belanda) yang tergila-gila membangun jaringan dan
mengoperasikan KA.3 Namun ternyata, perkembangan kereta api menimbulkan perdebatan
pada pihak Belanda. Persoalannya adalah, ada pihak yang pro terhadap pembangunan kereta
api di parlemen dan ada yang kontra. Pihak yang kontra memiliki pandangan bahwa kuli-kuli
1
Andrew Goss, Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan: dari Hindia Belanda sampai Orde Baru (Depok:
Komunitas Bambu, 2014), hal. 13.
2
Soemino Eko Saputro, Kebijakan Perkereta-Apian: Kemana Hendak Bergulir? (Jakarta: Gibon Group
Publications, 2007), hal. 101.
3
Ibid., 102
perkebunan Jawa adalah budak dan tidak seharusnya diberi tumpangan kereta api. Namun,
yang menjadi masalah ialah sarana-sarana jalan pun tidak memadai untuk berhubungan
dengan daerah yang berada di pedalaman. Contohnya adalah untuk mengirim komoditi dari
pedalaman ke pelabuhan yang jaraknya sangat jauh, harus bisa ditempuh oleh gerobak dalam
beberapa minggu bahkan hingga beberapa bulan. Bahkan hewan penarik gerobak seperti sapi
dan kerbau banyak yang mati karena menempuh jarak yang terlalu jauh dan membawa beban
yang terlalu berat.4 Maka dari itu pihak yang pro memiliki pandangan bahwa kereta api
adalah pilihan yang cocok dan tepat untuk menjadi transportasi yang bisa mengangkut barang
dalam jumlah massal.
Perdebatan tersebut akhirnya menemui titik temu ketika Menteri Jajahan J. A. Loudan
secara diam-diam membuat kesepakatan dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Sloet
van Beele. Pada 28 Agustus 1862, kesepakatan tersebut dilanjutkan hingga akhirnya
pemerintah Belanda memberikan konsesi kepada Poolman untuk membangun jaringan KA di
Jawa. Akhirnya pada tahun 1863, Poolman mendirikan perusahaan (swasta) perkeretaapian
NIS di Hindia Belanda, di Semarang. NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg) adalah kereta
api cepat yang dikelola oleh swasta pada masa kolonial.
Terdapat banyak maskapai kereta api di Hindia Belanda. Maskapai besar kereta api di
Hindia Belanda yang pertama yaitu NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg) yang didirikan
27 Agustus 1863, dan merupakan perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda. 5 NIS
banyak turut serta dalam pembangunan jalur kereta api. Maskapai besar lainnya adalah
sebagai berikut:
- Staatsspoorwegen (SS) (1875)
- Staatsspoorweg ter Sumatera’s Westkust (SSS) (1894)
- Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatera (ZSS) (1914)
- Backer & Rueb Machinefabriek Brade Breda, Belanda (1862)
- American Locomotive Co. Ltd. (ALCO), New Jersey, Amerika Serikat
- Schweizerische Lokomotiv-und Maschinenfabrik (SLM), Winterthur, Swiss (1871)
- Aktiengesellschaft fur Lokomotivbau Hohenzollern (Hohenzollern), Dusseldorf, Jerman
(1872)
4
Tim Telaga Bakti Nusantara dan APKA, Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I, (Bandung: Angkasa, 1997),
hal. 31.
5
Yoga Bagus Prayogo, et.al., Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap, (Yogyakarta: Galang Press,
2017), hal. 12.
- Werkspoor N. V. (Koninklijke Nederlandsche Fabriek van Werktulgen en
Spoorwegmatereieef), Amsterdam, Belanda (1850)
- Fried Krupp Lokomotivfabrik Essen (Krupp), Jerman (1811)6
Kereta api tidak mungkin bisa beroperasi tanpa adanya jalan khusus untuk melintas.
Pada tahun 1871, Gubernur Hindia Belanda menyusun rancangan undang-undang mengenai
pembangunan jalur kereta api di Jawa. Undang-undang tersebut kemudian disahkan pada
tanggal 6 April 1875, hingga dimulailah pembangunan jalur-jalur kereta api di Jawa.7
Selama tiga tahun lewat dua bulan, para pekerja rodi banting tulang siang-malam,
membangun jalur kereta api. Mereka menancapkan sinyal, memasang wesel tangan merek
Alkmaar yang berasal dari Belanda. Mereka juga merentangkan kabel untuk komunikasi
telegram morse dari Stasiun Kemijen, Alastuwa, Brumbung, sampai Stasiun Tanggung.8
Hingga akhirnya pada hari Sabtu, tanggal 10 Agustus 1867, lokomotif uap seri B2220 buatan
Hartmann Chemnitz (Jerman) menarik dua gerbong yang masih berdinding kayu jati
6
Ibid., hal. 13.
7
Imam Subarkah, Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992, (Bandung: Yayasan Pusat Kesejahteraan
Karyawan Kereta Api, 1992), hal. 22.
8
Soemino Eko Saputro, op.cit. hal. 101
berangkat dari Stasiun Kemijen. Hari itu menjadi hari dimana kereta api pertama kali
dioperasikan di Indonesia.
Setelah itu, NISM melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Kedungjati ke
Ambarawa. Hal ini dilakukan karena Ambarawa merupakan pusat administrasi pemerintahan
dan militer bagi Belanda. Jalur kereta yang dibentangkan adalah sepanjang 37 Km yang
melewati Rawa Pening, Kali Tuntang, dan perkebunan kopi Tlogo Maatscappij. Tidak hanya
itu, NISM juga membangun jalur kereya api untuk kereta api Batavia (Jakarta)-Buittenzorg
(Bogor). Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buittenzorg tersebut dilaksanakan pada 25
Oktober 1869 yang diprakarsai oleh Van der Dienal (Inspektur Jenderal Perkeretaapian).
Tujuannya membangun jalur Batavia-Buittenzorg adalah karena Gubernur Jenderal Hindia
Belanda tinggal di Buitenzorg. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1873, jalur kereta api dengan
rute Buitenzorg-Batavia pertama kali dilintasi oleh kereta barang. Namun pada tahun 1913,
NISM menjual Stasiun Batavia Noord sekaligus jalur Batavia-Buitenzorg ke Pemerintahan
Hindia Belanda dan akhirnya dikelola oleh Staats Spoor (SS).
Dari Cicalengka, jalur kereta api tersebut diteruskan ke wilayah Jawa Tengah bagian
selatan hingga Yogyakarta. Rutenya adalah Cicalengka merambat ke Tasikmalaya, Banjar,
Kroya, Kutuarjo, dan Yogyakarta. Pembangunan jalur kereta api ini selesai pada tahun 1894.
Proyek SS yang sebelumnya ialah pembangunan jalur kereta api Surabaya-Sidoarjo-Bangil-
Malang pada tahun 1878. Tidak hanya itu, SS juga melanjutkan pembangunan jalur kereta api
dari Bangil ke Pasuruan, Probolinggo, Klakah, Jember, hingga Banyuwangi.
9
Soemino Eko Saputro, Kebijakan Perkereta-Apian: Kemana Hendak Bergulir? (Jakarta: Gibon Group
Publications, 2007), hal. 116
10
Ibid., 119
Setelah itu dari Bangil, SS membuat rute Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Klakah-
Jember-Bondowoso-Situbondo-Panarukan yang berhadapan langsung dengan Pulau Madura.
Pembangunan ini ditujukan untuk memudahkan tenaga kerja untuk menanam, mengolah dan
memanen tembakau. Selanjutnya SS membangun jalur kereta api dari Merak sampai
Banyuwangi.
Kehadiran NISM dan SS juga mendorong maskapai swasta lainnya untuk membangun
jalur kereta api, diantaranya adalah Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS),
Semarang Cirebon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij
(SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Pb.
SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS),
Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad. SM), Deli Stoomtram Maatschappij (DSM).11
Menurut Senja Kala Yahya dalam Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia,
selain di Pulau Jawa, pembangunan jalur rel kereta api juga dilakukan di Aceh (1874),
Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922
di Sulawesi juga telah dibangun jalur kereta api sepanjang 47 Km antara Makassar-Takalar
yang dioperasikan tanggal 1 Juli 1923. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat
dibangun, studi jalan kereta api Pontianak – Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian
juga di Pulau Bali dan Lombok juga pernah dilakukan studi pembangunan jalur kereta api.12
Sejak kemunculannya di Indonesia pada masa kolonial, kereta api banyak membawa
manfaat bagi masyarakat. Walaupun kereta api tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh
Belanda yang menjajah Indonesia, namun masyarakat juga bisa sedikit memanfaatkan kereta
api pada masa itu. Antusias dan kebahagiaan masyarakat asli Indonesia dalam menyambut
kehadiran kereta api pun sangat terasa pada masa itu, terlebih berkembangnya kereta api juga
merupakan hasil dari kerja keras masyarakat Indonesia dalam membangun jalur-jalur kereta
api.
11
Situs Resmi PT. Kereta Api Indonesia, Sejarah Perkeretaapian, diakses dari
https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian, pada tanggal 10 Januari 2019 pukul 12.39
12
Senja Kala Yahya, Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia, (Jakarta: Arsip Nasional Republik
Indonesia, 2015), hal. 9.
DAFTAR PUSTAKA
Saputro, S. E., 2007. Kebijakan Perkereta-Apian: Kemana Hendak Bergulir?. Jakarta: Gibon
Group Publications.
Goss, Andrew. 2014. Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan dari Hindia Belanda sampai Orde
Baru. Depok: Komunitas Bambu.
Tim Telaga Bakti Nusantara dan APKA. 1997. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I.
Bandung: Angkasa.
Prayogo, Yoga B.., Prabowo dan Dias. 2017. Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif
Uap. Yogyakarta: Galang Press.
Subarkah, Imam. 1992. Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992. Bandung: Yayasan
Pusat Kesejahteraan Karyawan Kereta Api.
Yahya, Senja Kala. 2015. Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia. Jakarta: Arsip
Nasional Republik Indonesia.
Situs Resmi PT. Kereta Api Indonesia. Sejarah Perkeretaapian. [Internet]. Tersedia di:
https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian