JAWA TIMUR
PENDAHULUAN
Banjir adalah suatu kejadian alam dimana air sungai meluap melebihi
palung sungai atau suatu perisitiwa dimana muka air dalam sungai atau kanal
lebih tinggi daripada nilai normal (Lasminto, 2015). Genangan yang berada di
luar jalur kanal atau sungai dikategorikan sebagai banjir. Banjir adalah salah
satu jenis bencana alam yang paling sering dan menghancurkan di seluruh
dunia, yang menyebabkannya kematian, penyakit, dan kehancuran properti dan
tanaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banjir disebabkan oleh
berbagai macam faktor, yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan
intensitas hujan, land cover , kondisi topografi dan kapasitas jaringan drainase.
Banjir memiliki dampak yang lebih besar negara berkembang karena
kurangnya struktur manajemen bencana yang memadai dan kurangnya sumber
daya ekonomi (Raya, 2010).
Surabaya adalah salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadinya banjir.
Kota ini adalah ibukota dari Provinsi Jawa Timur yang mempunyai letak
geografis 7° 9'- 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur.
Kota Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur.
Hampir setiap tahun surabaya mengalami banjir. Walaupun tidak semua
wilayah terdampak, namun banjir menyebabkan banyak kerugian hampir
sebesar RP 85 milyar (US$ 12 juta) per tahun yang menimpa daerah rumah
tangga, usaha dan sistem transportasi yang terkait (Winardo, 2010). Banjir
yang terjadi akan menimbulkan kerugian, yaitu materi dan jiwa. Selain itu,
banjir selalu menghadirkan manfaat dan tantangan, yaitu memperkaya lahan
untuk pertanian dan penciptaan habitat baru, menyebarkan air pada sedimen-
sedimen saat melintasi dataran banjir (UNESCO, 2013).
Bencana banjir seringkali diremehkan oleh masyarakat. Banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa bencana ini adalah hal yang biasa terjadi.
Sebagai tenaga kesehatan, diwajibkan untuk berperan serta dalam menghadapi
peristiwa banjir ini. Hal yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, khusunya
perawat ini adalah melakukan persiapan dini serta pemahaman yang dalam dan
luas dan pengetahuan dalam menghadapi bencana. Hal ini akan sangat
membantu masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir yang datang,
terlebih bencana ini tidak dapat dihindari, khususnya pada musim penghujan
(Umar, 2013).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Banjir
Banjir adalah salah satu bencana alam yang perlu lebih diperhatikan. Hal ini
dikarenakan banjir dapat mengancam jiwa dan ekonomi masyarakat. Banjir adalah
bencana alam yang menduduki posisi ketiga terbesar di dunia yang memakan
korban serta kerugian harta benda (Aryono, 2011). Secara geografis Kota Surabaya
tidak termasuk daerah rawan bencana karena letaknya jauh dari gunung berapi aktif
dan tidak dilalui oleh sungai-sungai besar. Kejadian bencana yang umum terjadi di
Kota Surabaya adalah banjir dan kebakaran. Beberapa wilayah di Kota Surabaya
mengalami genangan dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari 10–70 cm
dengan waktu genangan paling lama sekitar 6 jam. Kawasan rawan banjir di Kota
Surabaya seperti dalam gambar peta sebagai berikut :
Gambar 1
Bajir di kota Surabaya merupakan masalah utama sejak lama. Daerah Surabaya
yang berada di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan laut, menyebabkan
perairan di Surabaya terperngaruh oleh pasang surut air laut. Padatnya penduduk di
kota Surabaya merupakan penyabab lain. Hal ini disebabkan sistem drainase tidak
dapat menampung air buangan doesti dan air hujan. Kali yang berada di Surabaya
sebagai muara Kali Brantas dimulai dari Kota Mojokerto mengalir sepanjang ±
30,35 km ke timur laut melalui Sidoarjo, Gresik, Surabaya dan bermuara di Selat
Madura. Fungsi utama terkait dengan keempat wilayah perairan tersebut
diantaranya:
1. Sebagai alternatif pembuang utama untuk mengatisipasi berkembangnya
kota dimasa mendatang.
2. Sebagai sistem pengambilan/Intake
3. Sebagai altrnatip pengendali banjir
4. Propek ke depan sebagai potensiwisata (transportasi air)
Kali yang mengalir di daerah Surabaya di musim penghujan akan mengalirkan debit
yang besar akibat intensitas hujan yang turun di daerah pengalirannya (DAS)
sendiri cukup tinggi, juga berupa limbahan dari Kali Brantas berupa air kiriman,
maupun sidementasi yang berasal aliran, dimulai dari bagian hulu (DAW Sutami
ke Kali Brantas Mojokerto) yang akhirnya dapat meningkatkan resiko banjir di
Surabaya (Kusnan, 2010). Penanggulangan banjir di Kota Surabaya telah banyak
diusahakan, yaitu pelebaran alur sungai, normaisasi alur sungai, pembangunan
stasiun-stasiun pompa, juga pembuatan waduk retensi banjir (retarding pond) yang
dilengkapi dengan pompa-pompa.
Menurut Coulston (2010) kesiapsiagaan bencana dipandang oleh banyak
segi, salah satunya adalah kesadaran masyarakat yang tinggal di daerah yang
memiliki risiko tinggi mengalami kejadian banjir. Data menunjukkan bahwa tinggal
di daerah yang baru-baru ini terkena banjir besar meningkatkan kesadaran akan
masyarakat di kota tersebut. Masyarakat yang motivasinya terhadap kesipasiagaan
bencana banjir meningkat akan menjadi lebih waspada dalam hidup daerah berisiko
tinggi banjir. Salah satu tujuan mereka adalah proses melindungi properti dari
banjir atau setidaknya mengurangi kerusakan moneter. Hal ini juga
bekersinambungan dengan penyuluhan yang diberikan pada siswa SMP Katolik
Soegiyo Pranoto, tingkat kesiapsiagaan mereka meningkat dengan baik karena
mereka ingin melindungi keluarga dan rumah mereka dari banjir yang hampir selalu
terjadi di daerah mereka (Sasikome, 2015).
BAB 5
KESIMPULAN