Anda di halaman 1dari 13

ANALISA JURNAL

KEGAWATDARURATAN BENCANA BANJIR DI SURABAYA

JAWA TIMUR

Disusun Sebagai Penugasan Mata Kuliah


Kegawatdaruratan Bencana

Nurul Fahmi Rizka Laily


NIM 176070300111023

Program Studi Magister Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banjir adalah suatu kejadian alam dimana air sungai meluap melebihi
palung sungai atau suatu perisitiwa dimana muka air dalam sungai atau kanal
lebih tinggi daripada nilai normal (Lasminto, 2015). Genangan yang berada di
luar jalur kanal atau sungai dikategorikan sebagai banjir. Banjir adalah salah
satu jenis bencana alam yang paling sering dan menghancurkan di seluruh
dunia, yang menyebabkannya kematian, penyakit, dan kehancuran properti dan
tanaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banjir disebabkan oleh
berbagai macam faktor, yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan
intensitas hujan, land cover , kondisi topografi dan kapasitas jaringan drainase.
Banjir memiliki dampak yang lebih besar negara berkembang karena
kurangnya struktur manajemen bencana yang memadai dan kurangnya sumber
daya ekonomi (Raya, 2010).
Surabaya adalah salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadinya banjir.
Kota ini adalah ibukota dari Provinsi Jawa Timur yang mempunyai letak
geografis 7° 9'- 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur.
Kota Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur.
Hampir setiap tahun surabaya mengalami banjir. Walaupun tidak semua
wilayah terdampak, namun banjir menyebabkan banyak kerugian hampir
sebesar RP 85 milyar (US$ 12 juta) per tahun yang menimpa daerah rumah
tangga, usaha dan sistem transportasi yang terkait (Winardo, 2010). Banjir
yang terjadi akan menimbulkan kerugian, yaitu materi dan jiwa. Selain itu,
banjir selalu menghadirkan manfaat dan tantangan, yaitu memperkaya lahan
untuk pertanian dan penciptaan habitat baru, menyebarkan air pada sedimen-
sedimen saat melintasi dataran banjir (UNESCO, 2013).
Bencana banjir seringkali diremehkan oleh masyarakat. Banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa bencana ini adalah hal yang biasa terjadi.
Sebagai tenaga kesehatan, diwajibkan untuk berperan serta dalam menghadapi
peristiwa banjir ini. Hal yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, khusunya
perawat ini adalah melakukan persiapan dini serta pemahaman yang dalam dan
luas dan pengetahuan dalam menghadapi bencana. Hal ini akan sangat
membantu masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir yang datang,
terlebih bencana ini tidak dapat dihindari, khususnya pada musim penghujan
(Umar, 2013).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir

Banjir adalah salah satu bencana alam yang perlu lebih diperhatikan. Hal ini
dikarenakan banjir dapat mengancam jiwa dan ekonomi masyarakat. Banjir adalah
bencana alam yang menduduki posisi ketiga terbesar di dunia yang memakan
korban serta kerugian harta benda (Aryono, 2011). Secara geografis Kota Surabaya
tidak termasuk daerah rawan bencana karena letaknya jauh dari gunung berapi aktif
dan tidak dilalui oleh sungai-sungai besar. Kejadian bencana yang umum terjadi di
Kota Surabaya adalah banjir dan kebakaran. Beberapa wilayah di Kota Surabaya
mengalami genangan dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari 10–70 cm
dengan waktu genangan paling lama sekitar 6 jam. Kawasan rawan banjir di Kota
Surabaya seperti dalam gambar peta sebagai berikut :

Gambar 1

Peta Kawasan Rawan Bencana Banjir Di Kota Surabaya


2.2 Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Banjir
Mitigasi bencana adalah seruntutan upaya untuk mengurangi resiko
bencana. Hal ini dilakukan baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan seluruh komponen masyarakat untuk menghadapi
bencana. Komponen ini meliputi masyarakat, pemerintah dan pengusaha. Selain
dilakukan untuk menghadapi bencana, mitigasi juga digunakan dalam pencegahan
terhadap bencana, yaitu meminimalisasi dampak dan upaya pemulihan daerah yang
terkena bencana. Mitigasi bencana banjir dapat dilakukan dengan pelestarian atau
konservasi daerah pesisir secara intensif dan pengendalian kawasan sempadan
sungai dan saluran pematusan di Kota Surabaya (RPJMD, 2010)
Kesiapsiagaan yang dapat dilakukan menurut Pusponegoro (2016) dalam
fase prabencana meliputi :
1. Pemantapan dan peningkatan kemmapuan sistem atau tatanan.
2. Inventarisasi kemungkinan terjadinya bencana (jenis dan lokasi),
inventaris SDM.
3. Pembuatan peta geomedik.
4. Penyusunan protap (prosedur tetap) untuk tiap lokasi berpotensi.
5. Penyebarluasaa protap kepada semua pihak terkait.
6. Pelatihan untuk setiap pihak dan para petugas terkait.
a Pengembangan kerja sama antar-sektor terkait.
b Persiapan sarana dan prasarana sesuai dengan protap.
c Pemantauan dan evaluasi lokasi berpotensi untuk sistem
peringatan dini (early warning system).
Kesiapsiagaan bencana banjir bisa dilakukan dengan penerapan Sistem Informasi
Geografis (SIG). SIG mempunyai kemampuan untuk pemetaan dan analisis. SIG
dapat menganilsa daerah rawan banjir di Surabaya, sehingga dengan sistem
informasi geografis ini diharapkan dapat dilakukan antisispasi untuk memperkecil
resiko banjir (Winardo, 2010).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
telah mengatur penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi: pra-
bencana, tanggap darurat (saat terjadi bencana); dan pasca bencana (pasal 33).
Untuk situasi di suatu daerah di mana terdapat potensi terjadinya bencana (tingkat
kerentanan bencana tinggi) maka pada tahap pra bencana, penyelenggaraaan
penanggulangan bencana yang perlu dilakukan meliputi : kesiapsiagaan, peringatan
dini dan mitigasi bencana (pasal 44). Tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
penanggulangan bencana dapat berbentuk kesiapsiagaan (preparedness), yaitu:
tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat,
komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara
cepat dan tepat. Ada beberapa stakeholders yang berkaitan erat dengan
kesiapsiagaan masyarakat, yaitu: individu dan rumah tangga, instansi pemerintah
yang berkaitan dengan pengelolaan bencana, komunitas sekolah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan organisasi non pemerintah (Ornop), kelembagaan
masyarakat, kelompok profesi dan pihak swasta. Dari keseluruhan stakeholders
tersebut, tiga stakeholders, yaitu: rumah tangga, pemerintah dan komunitas sekolah,
disepakati sebagai stakeholders utama, dan lainnya sebagai stakeholders
pendukung dalam kesiapsiagaan bencana (Djafar, 2012).
2.3 Dukungan Manajemen
Bantuan dibutuhkan segera setelah bencana terjadi. Pada kenyataannya,
bantuan sering datang terlambat karena kurangnya koordinasi dan sumber daya
yang memadai. Hal ini menjadi permasalahan baru, selain masalah yang
ditimbulkan oleh bencana. Oleh karena itu dibutuhkan suatu satuan tugas yang
mengkoordinasi segala kebutuhan yang berhubungan dengan penanganan bencana
yang bersangkutan. Satuan tugas ini disebut dukungan manajemen. Dukungan
manajamen terdiri dari bantuan medik dan non medik, yaitu security (tentara, polisi,
hansip). Menurut Pusponegoro (2016) dukungan manajemen ini mempunyai 3 poin
penting didalamnya, yaitu :
1. Major Incident Medical Management Support (MIMMS)
Penanggulangan bencana korban massal secara terstruktur bagi semua
ancaman bencana. Ada 7 prinsip penting yang harus diikuti, yaitu :
a Komando
b Safety
c Komunikasi
d Assesment
e Triage
f Terapi
g Transportasi
2. Hospital Emergency Incident Command System (HEICS)
HEICS menekankan pada pembuatan suatu Disaster Plan dan pentingnya
peran seorang Incident Commander, yaitu orang yang memimpin dan
bertanggung jawab penuh dalam penanggulangan bencana.
3. HOPE (Hospital Preparedneess for Emergencies and Disaster)
Sistem ini menekankan pada :
a. Risk Assesment dan Risk Management
b. Structural Collapse dan Functional Support
c. Mangement Support dan Medical Support
d. Command dan Control
e. Vertical Control dan Horizontal Control
f. Disaster Plan
BAB 3
ANALISA JURNAL

Dalam bab ini, penulis melakukan analisa 2 jurnal internasional dan


nasional yang terkait dengan kesiapsiagaan kesehatan khususunya keperawatan
mengenai bencana banjir di dunia. Analisa jurnal ini menggunakan PICO.
1. Prior Exposure to Major Flooding Increases Individual Preparedness in
High-Risk Populations
Analisa PICO
No. Kriteria Pembenaran & Critical thinking
a P Didalam jurnal ini, problem yang ditemukan adalah
banjir yang terjadi pada Juli 2007 di Inggris membawa
implikasi kesehatan dan keuangan yang sangat luas.
Sedangkan bencana ini mash menghantui Inggris.
Kesiapsiagaan masyarakat terhadap banjir dianggap
penting terlebih lagi pada masyarakat di daerah rawan
banjir untuk mengurani kerusakan yang besar.

b I Dilakukan penelitian mengenai pengalaman masyarkat


yang pernah mengalami banjir dan mempunyai
motivasi tinggi pada kesiapsiaagaan bencana banjir
selanjutnya

c C Data statistik menunjukkan masyarakat yang tinggal di


daerah resiko tinggi banjir mempunyai tingkat
kewaspaadan dan sistem kegawatdaruratan yang
tiinggi

d O Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran


akan risiko banjir sangat penting untuk melindungi diri
sendiri. Paparan dan pemberian motivasi mengenai
banjir baru-baru ini meningkatkan kesadaran
masyarakat, tapi tidak diketahui berapa lama efek ini
akan bertahan. Paparan baru-baru ini meningkatkan
kesiapan dari individu untuk banjir besar.
2. Pengaruh Penyuluhan Bencana Banjir Terhadap Kesiapsagaan Siswa SMP
Katolik Soegiyo Pranoto Manado Menghadapi Banjir
No. Kriteria Pembenaran & Critical thinking
a P Didalam jurnal ini, problem yang ditemukan adalah
analisis penyuluhan kesiapsiagaan SMP Katolik
Soegiyo Pranoto dalam mengahadapi bencana banjir
akibat debit air DAS Sawangan dan Tondano meluap,
b I Dilakukan penelitian mengenai kesiapsiagaan SMP
Katolik Soegiyo Pranoto dalam mengahadapi bencana
banjir.

c C Data statistik menunjukkan adanya pengaruh


penyuluhan terhadap kesiapsiagaan SMP Katolik
Soegiyo Pranoto dalam mengahadapi bencana banjir

d O Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat


kesiapsiagaan SMP Katolik Soegiyo Pranoto dalam
mengahadapi bencana banjir setelah dilakukan
penyuluhan berada dalam kategori siap dan sangat siap
terhadap bencana banjir.
BAB 4
PEMBAHASAN

Bajir di kota Surabaya merupakan masalah utama sejak lama. Daerah Surabaya
yang berada di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan laut, menyebabkan
perairan di Surabaya terperngaruh oleh pasang surut air laut. Padatnya penduduk di
kota Surabaya merupakan penyabab lain. Hal ini disebabkan sistem drainase tidak
dapat menampung air buangan doesti dan air hujan. Kali yang berada di Surabaya
sebagai muara Kali Brantas dimulai dari Kota Mojokerto mengalir sepanjang ±
30,35 km ke timur laut melalui Sidoarjo, Gresik, Surabaya dan bermuara di Selat
Madura. Fungsi utama terkait dengan keempat wilayah perairan tersebut
diantaranya:
1. Sebagai alternatif pembuang utama untuk mengatisipasi berkembangnya
kota dimasa mendatang.
2. Sebagai sistem pengambilan/Intake
3. Sebagai altrnatip pengendali banjir
4. Propek ke depan sebagai potensiwisata (transportasi air)
Kali yang mengalir di daerah Surabaya di musim penghujan akan mengalirkan debit
yang besar akibat intensitas hujan yang turun di daerah pengalirannya (DAS)
sendiri cukup tinggi, juga berupa limbahan dari Kali Brantas berupa air kiriman,
maupun sidementasi yang berasal aliran, dimulai dari bagian hulu (DAW Sutami
ke Kali Brantas Mojokerto) yang akhirnya dapat meningkatkan resiko banjir di
Surabaya (Kusnan, 2010). Penanggulangan banjir di Kota Surabaya telah banyak
diusahakan, yaitu pelebaran alur sungai, normaisasi alur sungai, pembangunan
stasiun-stasiun pompa, juga pembuatan waduk retensi banjir (retarding pond) yang
dilengkapi dengan pompa-pompa.
Menurut Coulston (2010) kesiapsiagaan bencana dipandang oleh banyak
segi, salah satunya adalah kesadaran masyarakat yang tinggal di daerah yang
memiliki risiko tinggi mengalami kejadian banjir. Data menunjukkan bahwa tinggal
di daerah yang baru-baru ini terkena banjir besar meningkatkan kesadaran akan
masyarakat di kota tersebut. Masyarakat yang motivasinya terhadap kesipasiagaan
bencana banjir meningkat akan menjadi lebih waspada dalam hidup daerah berisiko
tinggi banjir. Salah satu tujuan mereka adalah proses melindungi properti dari
banjir atau setidaknya mengurangi kerusakan moneter. Hal ini juga
bekersinambungan dengan penyuluhan yang diberikan pada siswa SMP Katolik
Soegiyo Pranoto, tingkat kesiapsiagaan mereka meningkat dengan baik karena
mereka ingin melindungi keluarga dan rumah mereka dari banjir yang hampir selalu
terjadi di daerah mereka (Sasikome, 2015).
BAB 5
KESIMPULAN

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai paparan banjir dan pemberian


motivasi mengenai kesipasiagaan terhadap bencana adalah suatu hal yang utama
untuk dapat mencegah banyaknya korban jiwa dan kerugian harta akibat banjir.
Selain masyarakat sistem kegawatdaruratan terpadu (SPGDT) yang respon cepat
juga akan membantu dalam upaya pemulihan pasca bencana yang maksimal dan
baik, serta tidak memkana waktu lama untuk dpat berkatifitas normal sesudah
bencana.
REFERENSI

.2010.RPJMD Kota Surabaya Tahun 2010-2015


Aryono D P, 2011. The Silent Disaster Bencana Dan Korban Massal, CV Sagung
Seto Jakarta

Coulston, Deeny.2010. Prior Exposure to Major Flooding Increases Individual


Preparedness in High-Risk Populations. Prehospital and Disaster Medicine

Djafar, Muhammad Irfan. 2010. Pengaruh Penyuluhan Tentang Kesiapsiagaan


Bencana Banjir Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Di Desa
Romang Tangaya Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar

Kusnan.2010.Evaluasi Kejadian Sedimentasi Di Kali Surabaya, Sebagai Data


Penunjang Untuk Mengantisifasi Terjadinya Banjir Di Kota Surabaya
Lasminto. 2015. Evaluasi Genangan Kota Surabaya
Pusponegoro, Aryono D.2016.Kegawatdaruratan dan Bencana. Rayyana
Komunikasindo
Raya. 2010. Implementasi Kebijakan Pemkot Surabaya Dalam Penanganan Banjir

Sasikome, Jacklin Rifka. 2015. Pengaruh Penyuluhan Bencana Banjir Terhadap


Kesiapsiagaan Siswa SMP Katolik Soegiyo Pranoto Manado Menghadapi
Banjir. E Journal Keperawatan
Umar, Nurlailah. 2013. Pengetahuan Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi
Bencana Banjir Di Bolapapu Kecamatan Kulawi Sigi Sulawesi Tengah. Jurnla
Keperawatan Soedirman
Unesco.2013. Flood Risk Management.
Winardo, Arya Bima, Arna Farizza. 2010. Investigasi Daerah Rawan Banjir Di
Kota Surabaya Dengan Menggunakan Metode Fuzzy

Anda mungkin juga menyukai