Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN


(Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Balita)

Dosen Pembimbing
Indryani, S.ST., M.Kes

Oleh :

Kelompok V
Andi Salsabila Batara Bone (BSN18953)
Arnisa (BSN18954)
Diana Mariana (BSN18955)
Fitriani (BSN18957)
Fitriani K (BSN18958)
Neliati (BSN18963)
AKBID BINA SEHAT NUSANTARA BONE
tahun akademik 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Balita” untuk melengkapi materi Pengantar Asuhan
Kebidanan. Tetapi, makalah ini disusun bukan hanya sebagai pelengkap materi
mata kuliah saja, namun juga untuk dapat menambah wawasan mahasiswi yang
membaca makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan kami yaitu
Indryani, S.ST., M.Kes yang telah membimbing kami dan kepada teman-teman
semua yang memberikan dukungan. Setiap materi dalam makalah ini kami dapat
dari berbagai sumber dan kemudian kami merangkumnya menjadi satu.
Oleh karena itu, makalah faktor-faktor yang mempengaruhi balita yang
telah kami susun semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Apabila
dalam pemanfaatan makalah ini ditemukan adanya kekurangan, maka dengan
senang hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangu,
guna penyempurnaan penyusunan makalah kami berikutnya.

Bone, 11 Februari 2019

Penyusun

Kelompok V

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
a. Latar Belakang ........................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
c. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
d. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
a. Defenisi Balita ......................................................................................... 3
b. Kebutuhan Dasar Balita .......................................................................... 3
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Balita .............................................................................. 11
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita ........................... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................
a. Kesimpulan .............................................................................................
b. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya mengalami masa
tumbuh kembang yang optimal, dimana pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada
anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak (asah, asih,
asuh) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak yang harus terpenuhi mencakup iman
dan taqwa, perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan,
pengasuhan, rasa aman/perlindungan, partisipasi, simulasi, dan pendidikan.
Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada
di dalam kandungan (Aziz Alimul, 2005:37).
Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan
terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi
dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada
masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan mental (Tarigan, 2003).
Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan
perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan
asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak,
karena pada umumnya aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam
proses belajar. Apabila intake zat gizi tidak terpenuhi maka pertumbuhan fisik
dan intelektualitas balita akan mengalami gangguan, yang akirnya akan
menyebabkan mereka menjadi generasi yang hilang (lost generation), dan
dampak yang luar negara akan kehilangan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi balita?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan balita?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kebutuhan dasar balita.
2. Untuk mengetahui apa defenisi balita.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan balita.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
balita.

D. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan mahasiswa agar
dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi balita.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Balita
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia
manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat
gizi yang tinggi dan jumlah relatif besar dalam setiap kilogram badannya.
Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi pada kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah
kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu
masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan (Achmad Djaeni,
2000:239).
B. Kebutuhan Dasar Balita
1. ASIH
a. Ikatan Kasih Sayang
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/orang tua
sangatlah p-enting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di
kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, dan merangsang
perhatian anak terhadap dunia luar.
b. Sibling Rivalry
Sibling Rivalry dapat diartikan sebagai persaingan antara
saudara kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan
respon yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman
gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan
adanya saudara baru.
Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini agar tidak
terjadinya sibling rivalry antara lain:
1) Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa
minggu sebelum kelahiran.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 3


2) Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak balitanya dengan
menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
3) Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang
ditunjukkan oleh anaknya.
4) Memperkuat kasih-sayang terhadap anaknnya.
2. ASUH
a. Pemenuhan Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam
kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada
ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara
eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan.
Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan
tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan
tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa
balita dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan
otak. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan
tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan
juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan
kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada
pembuluh darah.
Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
2) Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 4


3) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
nutrisi
4) Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau absorbsi makanan tidak adekuat.
b. Konsep imunologi dan imunisasi (dasar/anjuran)
Yang termasuk imunisasi wajib, yaitu BCG, Hepatitis B, Polio,
DPT, Campak, DT, TT. Sedangkan yang termasuk imunisasi yang
hanya dianjurkan pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu
kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic atau untuk kepentingan
tertentu. Imunisasi anjuran pemerintah, yaitu MMR, tifus, HiB,
hepatitis A, dan varisela. Selanjutnya, akan dibahas imunisasi anjuran
pemerintah.
1) Imunisasi MMR
Kebanyakan anak mendapatkan imunisasi measles
(campak), mumpus (gelondongan), dan Rubella (campak jerman)
sekaligus dalam satu suntikan yaitu MMR. Ketiga vaksin ini
bekerja dengan baik, dan akan melindungi sebagian besar anak
seumur hidupnya. Terutama bagi anak perempuan, vaksinasi MMR
sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat
hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR
mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri yang
mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat
menyebabkan kecacatan pada janin.
Anak sebaiknya mendapatkan 2 kali vaksin MMR. Dosis
pertama diberikan diantara usia 12-15 bulan, sedang dosis kedua
dapat diberikan pada usia 4-6 tahun sebelum anak masuk SD.
Apabila ketika terjadi wabah, vaksin MMR dapat diberikan
sebelum berusia 1 tahun. Ini diberikan sebagai pencegahan jangka
pendek saja, nantinya tetap harus diberikan 2 dosis vaksin ini pada
jadwal seperti disebutkan diatas.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 5


Efek samping imunisasi MMR dapat berupa demam dan
bercak kemerahan yang timbul sekitar 1-2 minggu setelah
imunisasi. Reaksi ini akan menghilang dalam beberapa hari.
Kejang demam kadang dapat terjadi pada anak yang diberikan
imunisasi MMR. Anak yang diketahui alergi berat terhadap gelatin
atau neomycin antibiotik tidak boleh diberikan imunisasi MMR.
Demikian juga anak yang mempunyai reaksi alergi berat setelah
vaksin MMR tidak boleh diberikan vaksin MMR ulangan. Anak
yang kekebalan tubuhnya ditekan (karena mempunyai penyakit
seperti kanker atau infeksi HIV, atau pengobatan semacam steroid)
sebaiknya dievaluasi oleh dokter sebelum diberikan vaksin MMR.
Anak yang baru mandapatkan transfusi atau produk darah lainnya
sebaiknya menunggu beberapa bulan sebelum mendapatkan MMR.
2) Imunisasi Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit serius yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typhi. Penyakit ini menyebabkan demam
tinggi, lemas, sakit perut, sakit kepala, kurang nafsu makan dan
kadang bercak kemerahan. Jika tidak diobati dapat menyebabkan
kematian pada 30% penderita. Pada umumnya penyakit ini
menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit
ini dapat dicegah dengan imunisasi.
Saat ini ada dua macam imunisasi yang dapat digunakan
untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama diberikan dengan
suntikan (kuman mati) dan yang kedua diberikan dengan kapsul
(kuman hidup dilemahkan).
Imunisasi suntikan dapat diberikan pada anak berusia 2
tahun atau lebih. Satu dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun.
Imunisasi oral dapat diberikan pada saat anak berusia 6 tahun atau
lebih. Diberikan 4 dosis dengan jarak setiap 2 hari. Dapat diulang
tiap 5 tahun.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 6


Pada vaksin suntikan dapat timbul reaksi ringan seperti
demam, sakit kepala, kemerahan dan nyeri pada tempat suntikan.
Vaksin tifoid oral jangan diberikan bersamaan dengan antibiotika.
Beri jarak waktu lebihdari 24 jam dengan antibiotika terakhir.
Dapat timbul demam, sakit kepala, mual muntah. Jika terdapat
kejadian serius atau tidak biasa seteah pemberian vaksin ini segera
hubungi dokter.
3) Imunisasi Hib
Vaksin Hib ini merupakan vaksin berisi kuman dimatikan,
dan dibuat hanya dari sebagian kuman Haemophilus influenza b.
Anak sebaiknya mendapatkan 3-4 kali dosis vaksin ini, tergantung
dari produsen pembuat vaksin yang digunakan oleh dokter. Dosis
penguat diberikan pada usia antara 12 – 15 bulan. Anak yang telah
berusia 5 tahun atau lebih tidak perlu diimunisasi dengan vaksin
Hib. Vaksin Hib dapat dikombinasikan dengan vaksin DTap atau
dengan vaksin hepatitis B. vaksin ini bekerja sama baiknya dan
sama amannya dengan vaksin yang diberikan secara terpisah.
Hib merupakan imunisasi yang sangat aman. Vaksin ini
tidak dapat menyebabkan penyakit atau meningitis akibat Hib dan
biasanya tidak menyebabkan efek samping serius. Sebagian kecil
anak yang mendapatkan imunisasi ini akan mengalami kemerahan,
bengkak pada lokasi suntikan atau demam. Reaksi ini biasanya
timbul dalam 24 jam pertama setelah suntikan dan akan
menghilang dalam 2-3 hari. Bayi yang berusia kurang dari 4
minggu sebaiknya tidak diberikan imunisasi karena daya imunitas
yang ditimbulkan masih belum baik.
4) Imunisasi Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hati berat yang ditimbulkan
oleh virus hepatitis A (HAV). HAV dapat ditemukan pada tinja
penderita hepatitis A dan biasana menular jika diminum atau
makan sesuatu yang tercemar dengan virus ini. Penyakit ini

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 7


ditandai dengan gejala seperti flu, kuning pada mata dan kulit,
mencret dan sakit perut.
Imunisasi Hepatitis A dapat mencegah penyakit ini, dan
sangat dianjurkan bagi anak berusia 12 bulan atau lebih terutama
didaerah endemis. Diperlukan 2 dosis untuk dapat memberikan
kekebalan seumur hidup. Dosis ini diberikan dengan jarak waktu
minimal 6 bulan.
5) Imunisasi Varicella
Vaksin varicella merupakan vaksin yang berisi virus hidup.
Vaksin ini diberikan di Jepang selama 20 tahun. Di Amerika
Serikat, vaksin ini digunakan dari tahun 1995. Satu dosis vaksin
varicella direkomendasikan untuk anak berusia 12-18 bulan. Anak
yang tidak mendapatkan vaksin ini dapat diberikan satu dosis
sampai ketika berusia 13 tahun. Usia diatas itu harus diberikan 2
dosis dengan jarak 4-8 minggu terpisah. Anak yang sudah pernah
sakit cacar air tidak perlu diberikan imunisasi ini.
Vaksin ini dapat mencegah cacar air 70% sampai 90% dan
dapat mencegah penyakit berat sampai lebih dari 95%. Vaksin ini
diharapkan dapat memberikan imunitas seumur hidup. Sekitar 1%
– 2 % anak yang mendapatkan imunisasi ini tetap menderita cacar
air, tetapi biasanya gejalanya sangat ringan.
Varicella merupakan vaksin yang sangat aman. Pada
beberapa anak dapat timbul bengkak dan kemerahan pada lokasi
suntikan. Juga dapat timbul bercak kemerahan dalam 1-3 minggu
setelah imunisasi. Kejadian kejang demam juga pernah dilaporkan
setelah imunisasi, namun sangat jarang. Anak yang diketahui alergi
terhadap gelatin atau neomisin jangan diberikan vaksin ini. Anak
dengan efeisiensi imun seperti kanker atau HIV harus dievaluasi
oleh dokter terlebih dahulu sebelum diberikan imunisasi ini.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 8


c. Perawatan sehari-hari
1) Hygiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti
sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi.
Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan
kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman.
2) Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman
dipakai. Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.
3) Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih
otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolism, selain itu juga
membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek perkembangan
lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak balita
merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.
4) Pijat bayi
Pijatan pada bayi akan membantu untuk santai. Pijatan
dilakukan pada saat anak tenang, tapi belum terlalu mengantuk.
Dan putar musik yang lembut dan sama setiap kali dia akan
mengaitkan suara musik dengan relaksasi pemijatan tadi. Duduklah
di lantai dengan kedua telapak kaki menempel dan lutut terbuka
lebar agak menekuk (berbentuk berlian), jadi kita bisa meletakkan
anak di atas sebuah selimut di antara kedua tungkai kaki. Jika
dirasa tidak nyaman, letakkan anak di pangkuan. Pastikan anak
merasa hangat, dan gunakan minyak murni dan lembut untuk
melancarkan gerakan pemijatan. Setiap orangtua tentu
menginginkan yang terbaik bagi putra-putrinya. Hal itu dapat
dicapai dengan menerapkan pola pengasuhan positif terhadap buah
hati mereka.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 9


d. Aktivitas
1) Membaca untuk anak selama 15 menit
Otak anak-anak mempelajari bahasa jauh lebih mudah pada
tahun-tahun awal. Selain itu, paparan kata-kata yang berbeda
sebanyak mungkin juga membantu membangun kosakata mereka.
2) Bermain di lantai bersama anak selama 10 menit
Bayi biasanya berusaha berinteraksi melalui ocehan dan
gerak tubuh. Orang tua harus mendorongnya dengan bermain pada
tingkat fisik mereka, yaitu di lantai.
3) Bercakap-cakap dengan anak selama 20 menit tanpa televise
Anak-anak dari latar belakang miskin biasanya jauh lebih
sedikit mendengarkan kata-kata yang diucapkan setiap harinya,
dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga kaya.
Dengan mematikan televisi dan berbicara, orangtua dapat
meningkatkan kemampuan verbal dan keahlian membaca anak-
anaknya, serta mempersiapkan mereka untuk bersekolah.
4) Mengadopsi sikap positif dan sering memuji
Terdapat bukti signifikan bahwa positive parenting dapat
membantu mengurangi tingkat stres anak-anak dan memperkuat
ikatan orangtua dengan anaknya. Selain itu, jangan pelit
memberikan pujian ketika anak melakukan sesuatu yang baik.
3. ASAH
a. Stimulasi
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar
anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan
sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi
pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 10


perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan.
b. Deteksi
Deteksi dini tumbuh kembang anak terdiri dari pemantauan
secara cermat pertumbuhan fisik, perkembangan Motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan psikososial. Setiap parameter
perkembangan tersebut tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri
sesuai perkembangan usia. Misalnya perkembangan motorik anak usia
6-8 bulan sudah harus bisa merangkak dan duduk. Masa balita adalah
masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang
individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar
biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial.
Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau
menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung
dalam kegiatan yang holistik.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Balita
Pada balita terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan,
yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembangnya memiliki ciri
fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku social (Aziz Alimul H.
2005 : 6). Masa balita ini jika pada masa pertumbuhan dan perkembangan
tidak dipantau dengan baik akan terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya
sampai usia dewasa.
Pengertian tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang statusnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth)
merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama
sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Pada proses perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 11


fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional
(Aziz Alimul, 2006 : 28).
Kesimpulan tumbuh kembang menurut Soerjiningsih (1995 : 1) adalah
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang,
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor
genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
1. Faktor internal (dalam) meliputi :
c. Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
e. Faktor eksternal (luar) meliputi :
a. Lingkungan Pengasuhan
Andriana (2011) mengatakan bahwa pada lingkungan
pengasuhan interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Dalam hal ini antara teori dan praktik terdapat
kesenjangan, dimana sebagian besar responden adalah sebagai ibu
rumah tangga yang seharusnya mempunyai interaksi yang baik
dengan balita, tetapi orang tua dalam mengasuh cenderung
membiarkan balita bermain sendiri dengan temannya tanpa adanya
pengawasan dari orang tua dan menitipkan balita kepada orang yang
tinggal dalam satu rumah atau neneknya ketika ibu melakukan
aktifitas seperti memasak, mencuci dan lain-lai.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 12


Notoatmojo (2003) mengatakan semakin bertambahnya usia
seseorang semakin mudah pula untuk dapat beradaptasi (adaptif).
Dalam hal ini dengan usia ibu yang sudah matang seharusnya ibu
kooperatif dalam mengasuh dan memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita, tetapi dalam kenyataannya pengasuhan yang
diterapkan ibu kepada balita masih terikat budaya yang diturunkan
dari orang tua dalam mencapai tugas pertumbuhan dan
perkembangan balita masih mengikuti budaya dan tidak mengikuti
ilmu yang baru. Menurut Notoajmojo (2005), pendidikan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan diri, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi,
sedangkan semakin meningkatnya produktivitas maka kesejahteraan
keluarga akan mningkat. Dalam hal ini bahwa ibu yang memiliki
pendidikan SMP masih dikatakan kurang mengetahui bagaimana
dalam mengasuh, berinteraksi dan beradaptasi dengan balita. Dimana
informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan balita tidak hanya
didapatkan dibangku formal tetapi juga bisa didapatkan secara
informal seperti dari media massa dan media elektronik, tetapi
karena pendidikan ibu tergolong rendah ibu kurang mampu
mencerna informasi yang didapatkan terlebih dalam
mengaplikasikan kepada balitanya. Sehingga ibu akan sulit
membawa balita untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tugas
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Faktor lingkungan prenatal
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun
pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi
BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan
pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 13


lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya
(Soetjiningsih, 1995 : 3).
b) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam
uterus dapat menyebabkan kelainan bawaan, talipes,
dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau
kranio tabes (Soetjiningsih, 1995 : 3).
c) Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alcohol beserta
logam berat lainnya (Soetjiningsih, 1993 : 3).
d) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan
janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta,
peptide-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin.
Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami
defisiensi maka dapat menyebabkan tejadinya gangguan
pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi
retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain (Soetjiningsih,
1995 : 3).
e) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu
dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,
mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek
radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat
bawaan pada anaknya (Soetjiningsih, 1995 : 4).
f) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dap merusak janin.
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 14


menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria,
polio, influenza dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995 : 4).
g) Stress
Stress yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat
bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain (Soetjiningsih,
1995:4).
h) Imunitas
Rhesus atau ABO inkombilitas sering menyebabkan abortus,
hydrops fetalis, kern icterus, atau lahir mati (Soetjiningsih,
1995 : 4).
i) Anoksin embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR (Soetjiningsih,
1995 : 4).
2) Faktor lingkungan postnatal
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
a) Lingkungan biologis yang dimaksud ialah :
1. Ras/suku bangsa, bangsa Eropa mempunyai
pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada bangsa Asia.
2. Jenis kelamin, laki-laki lebih sering sakit daripada
perempuan namun belum diketahui alasannya.
3. Umur, umur yang paling rawan adalah balita maka anak
mudah sakit dan terjadi kurang gizi. Disamping itu masa
balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak
sehingga diperlukan perhatian khusus (Sotjiningsih,
1995:6).
4. Gizi. Makanan memegang peranan penting dalam
tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda
dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 15


dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana
dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Satu
aspek yang penting yang perlu ditambahkan adalah
keamanan pangan yang mencakup pembebasan makanan
dari berbagai “racun” fisika, kimia, biologis yang kian
mengancam kesehatan manusia (Soetjiningsih, 1995 : 7).
Beberapa zat gizi yang diperlukan dalam masa
pertumbuhana dan perkembangan adalah :
 Energi. Energi yang dibutuhkan relative lebih besar
dari orang dewasa, yaitu sebanyak 100-120 kilo
kalori kg berat badan.
 Protein. Protein merupakan sumber asam amino
esensial sebagai bahan utama pertumbuhan dan
pembentukan jaringan, mengganti sel yang rusak
serta untuk memlihara keseimbangan asam basa
cairan tubuh. Juga dibutuhkan lebih banyak daripada
orang dewasa serta tergantung dari jenis proteinnya,
semakin baik nilai biologic protein (protein hewan)
semakin sedikit kebutuhannya disbanding dengan
protein yang bersumber dari tumbuhan (protein
nabati). Kebutuhannya adalah sebesar 2,5 gr/kg berat
badan.
 Lemak. Lemak sebagai penghasil utama kalori
berfungsi sebagai lemak esensial pelarut vitamin A,
D, E, K dan pemberi cita rasa sedap pada makanan.
Kebutuhan yang dianjurkan 15-20% energi total
berasal dari asam lemak esensial yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan juga untuk
memelihara kulit.
 Karbohidrat. Sebagai zat pasti dibutuhkan 60-70%
dari totsl kalori, laktosa misalnya dapat membantu

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 16


pembentukan flora normal yang bersifat asam dalam
usus besar dapat meningkatkan absorbs kalium dan
menurunkan absorbs fenol. Menu makanan
disesuaikan dengan daya tahan cerna.
 Vitamin. Vitamin merupakan senyawa organik yang
digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel
yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan
organisme.
 Mineral. Sebagai micronutrien dibutuhkan dalam
jumlah kecil, terdiri dari kalsium, klorida, chromium,
kobalit, fluorin, iodium, besi, magnesium, mangan,
fosfor, kalium, natrium, sulphur, dan seng.
5. Perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan yang teratur
tidak hanya saat anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan
dan menimbang anak secara rutin akan menunjang
tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995 : 7).
6. Fungsi metabolisme. Khusus pada anak, karena adanya
persediaan yang mendasar dalam proses metabolisme
pada berbagai nutrient harus didasarkan atas perhitungan
yang tepat atau setidak-tidaknya memadai (Soetjiningsih,
1995 : 7).
7. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Bila jarak kelahiran
dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, Rahim ibu
belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini
perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan
janin kurang baik, mengalami persalinan
lama/perdarahan (Soetjiningsih, 1995 : 5).
8. Riwayat balita berat lahir rendah (BBLR). Ibu yang
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm perlu
dvwaspadai karena berarti ibu mungkin menderita

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 17


kekurangan energi kronik (KEK) atau kekurangan gizi.
Bila hamil ibu akan melahirkan bayi berat lahir rendah
dan pertumbuhan dan perkembangan janin tehambat.
Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup
di lingkungan miskin akan mengalami kurang gizi dan
mudah terkena penyakit infeksidan selanjutnya
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi
badannya kurang (Soetjiningsih, 1995 : 3).
9. Riwayat persalinan ibu. Bila ibu hamil pernah
mengalami kehamilan dan persalinan yang bermasalah
sebelumnya, ibu perlu memperhatikan riwayat
perdarahan, kejang-kejang, demam tinggi, persalinan
lama (>12 jam), melahirkan dengar Caesar, bayi lahir
mati akan mempengaruhi pertumbuhan janin
(Soetjiningsih, 1995:3).
b) Faktor fisik antara lain :
1. Sanitasi
Sanitasi lingkungan mempunyai peran yang cukup
dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung
kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan,
baik kebersihan perorangan maupun lingkungan
memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit.
Akibat kebersihan yang kurang, maka anak akan sering
sakit, misalnya diare, kecacingan, dan sebagainya.
Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal
dari pabrik, asap kendaraan, atau asap rokok dapat
berpengaruh terhadap tingginya angka ISPA, apabila
anak sering menderita sakit maka tumbuh kembangnya
akan terganggu (Soetjiningsih, 1995 : 8).
2. Cuaca

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 18


Musim kemarau yang panjang atau adanya bencana alam
lainnya dapat berdampak pada tumbuh kembang anak
antara lain sebagai akibat gagal panen sehingga banyak
anak kurang gizi. Demikian pula gondok endemic
banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air
tanahnya kurang mengandung yodium (Soetjiningsih,
1995 : 8).
c) Faktor psikososial antara lain :
1. Faktor Stimulasi
Nursalam (2005) mengatakan stimulasi merupakan
bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah atau
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang optimal. Setiap
anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan
terus menerus pada setiap kesempatan. Dengan
memberikan stimulasi yang berulang dan terus menerus
pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah
memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal. Dapat diartikan bahwa
stimulasi mempengaruhi dalam pertumbuhan dan
perkembangan balita. Dalam setiap ada kesempatan
beriteraksi dengan balita maupun melakukan stimulasi
secara terus menerus yang disesuaikan dengan usia
perkembangan dan kemampuan balita.
Menurut Luluk (200) bahwa faktor pekerjaan ibu
adalah faktor yang berhubungan dengan aktvvitas ibu
setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini ibu yang
tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak
dengan balita dan seharusnya dalam setiap melakukan
aktivitas dapat memberikan stimulasi pada balita sesuai

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 19


dengan usia. Tetapi dilihat dari hasil penelitian ibu yang
tidak bekerja justru tidak mampu menyediakan fasilitas
yang mendukung dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan balita, karena ibu lebih banyak
menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak penting
seperti menonton televisi, berkumpul dengan tetangga
membicarakan hal-hal diluar pertumbuhan dan
perkembangan pada balita.
2. Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga. Interaksi tidak
ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak, tetapi
lebih ditentukan oleh kualitas dan interaksi tersebut,
yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing
dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi
(Soetjiningsih, 1995 : 10).
d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain :
1. Pekerjaan/pendapatan keluarga (orangtua)
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun yang sekunder.
2. Pendidikan ayah/ibu
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang
penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan
pendvdikan yang baik maka orangtua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, atau pendidikannya.
3. Pengetahuan ibu

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 20


Pemilihan makanan dari kebiasaan diet, dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan, dan praktik-
praktik. Pengetahuan tentang nutrisi melandasi
pemilihan makanan dan mempunyai asosiasi positif
dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan
dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
apabila pengetahuan ibu tentang nutrisi dan praktik-
praktiknya baik, maka usaha untuk memilih makanan
yang bernilai nutrisi makin meningkat. Ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih
makanan yang lebih bergizi daripada yang kurang
bergizi (Mulyono Joyomartono, 2005 : 98).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita


1. Defenisi Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh


keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan
tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi
badan atau panjang badan, lingakar kepala, lingkar lengan, dan panjang
tungkai (Gibson, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya
pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan
maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama
akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buru
(Depkes RI, 2000).
Status gizi dipengaruhi oleh komsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsir,2001).

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 21


2. Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi


dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode
penilaian status gizi yaitu: penilaian komsumsi makanan, antropometri,
laboratorium atau biokimia dan klinis (Gibson,2005). Diantara beberapa
metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana
dan banyak di lakukan (soekirman,2000).
Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran
yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar lengan
atas (LILA). Dari beberapa pengukuran tersebut BB TB dan LILA sesuai
dengan umur adalah yang paling sering digunakan untuk survei sedangkan
untuk perorangan, keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan
(PB) adalah yang paling dikenal (soekirman,2000).
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan
apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk
hal tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran
dibandingkan dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh
WHO. Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB dan TB
sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan
kombinasi antara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai makan
sendiri-sendiri.
Indikator BB/U (Berat Badan/Umur) menunjukkan secara sensitif
status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun tidak
spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi
oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti
oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam
jangka waktu pendek; dan dapat mendeteksi kegemukan.
Indikator TB/U (Tinggi Badan/Umur) dapat menggambarkan status
gizi masa lampau atau masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek
kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Beberapa dengan berat

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 22


badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak maupun
dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan.
Pada anak balita kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam keadaan
normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.
Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu
singkat.Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat
dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini juga dapat dijadikan indikator
keadaan sosial ekonomi penduduk(seokirman,2000).
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik
karena dapat mengambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini
atau masalah gizi akut.Berat badan berkolerasi linier dengan tinggi
badan,artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan
mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan
demikian berat badan yang normal akan proposional dengan tinggi
badanya. Ini merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi sat
ini terutama bila data umur yang akurat sering sulit diperoleh. Untuk
kegiatan identifikasi dan manajemen penanganan bayi dan anak balita gizi
buruk akut,maka WHO dan Unicef merekomendasikan menggunakan
indikator BB/TB dengan cut of point<-3 SD WHO 2006 (WHO &
Unicef,2009).
Dalam panduan tata laksana penderita KEP (Depkes, 2000) gizi
buruk diartikan sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat parah yang
ditandai dengan berat badan menurut umur kurang dari 60% median pada
waktu WHO-NCHS atau terdapat tanda-tanda klinis seperti maramus,
kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor. Agar penentuan klasifikasi dan
penyebutan status gizi menjadi seragam dan tidak berbeda maka mentri
kesehatan [Menkes]RI mengeluarkan SK nomor
920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak bawah lima
tahun. Dengan keluarnya SK tersebut maka data status gizi yang

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 23


dihasilkan mudah diabalisis lebih lanjut baikuntuk perbandingan,
kecenderungan maupun analisisi hubungan (Depkes, 2002).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status gizi

Menurut Unicef (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh
beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab
langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah.
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak makan
makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga
dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi
dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsums juga
tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga
yang bersangkutan (Almatsier, 2001).
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup
baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita
gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya
tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang
penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi
kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara
konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi.
Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi
dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri.
Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang
gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,
tuberculosis,dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa
menyebabkan anemia dan parasite pada usus dapat menyebabkan anemia.
Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 24


kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak
memadai (Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkunga.
Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak
memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang
tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin
tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan
keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan
pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena
penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998). Sedangkan penyebab
mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi,
politik dan social termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-
seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang
pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
Penelitian Anwar (2006) mengenai faktor resiko kejadian gizi buruk
di Lombok Timur. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa gizi buruk di
Kabupaten Lombok Timur disebabkan oleh faktor karakteristik keluarga
dan pola asuh, yaitu : pendapatan keluarga (beresiko 5,03 kali), tingkat
pendidikan Ibu (2,32 kali), pengetahuan ibu mengenai pemantauan
pertumbuhan (beresiko 15, 64 kali), pengasuh anak (7,87 kali), berat badan
lahir (5,73 kali), lama ASI eksklusif (2,57 kali), status imunisasi (10,28
kali), dan pola makan anak (3,27 kali). Namun secara bersama (stimulan),
hanya pengetahuan ibu yang bermakna sebagai faktor karakteristik
keluarga yang menjadi pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil
adalah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan ibu.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 25


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia
manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat
gizi yang tinggi dan jumlah relatif besar dalam setiap kilogram badannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita, yaitu faktor internal (dalam) meliputi genetik. Faktor eksternal (luar)
meliputi lingkungan. Faktor lingkungan pranatal : gizi ibu pada waktu hamil,
mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia
embrio. Faktor lingkungan postnatal : lingkungan biologis, fisik, psikososial,
keluarga danadat istiadat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan agar dapat
mengerti dan memahami tentang balita, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita dan faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi balita.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 26


DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta
: Salemba Medika.
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kesehatan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
IDAI. 2005. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Joyomartono, Mulyono. 2005. Antropologi Kesehatab. Semarang : UNNES Press.
Marmi, Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Septiari, B. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta
: Numed.
Soediaoetama, Achmad Djaeni. 1999. Ilmu Gizi Jilid III Ceakan III. Jakarta : Dian
Rakyat.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya : EGC.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Ladang Pustaka
dan Intimedia.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.

Kebutuhan Dasar Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita 27

Anda mungkin juga menyukai