Anda di halaman 1dari 6

Kutemukan satu lagi.

Kali ini dari sebuah senandung yang dilantunkan


oleh Maidany:

-=-=-=-=-=-=-=-=-=
* Cinta Dalam Cinta *

Telah kupetik setangkai bunga di dalam dunia ini


Sebagai penghias yang mulia dan mewangi
Fithrahmu membawa ketenangan, memberikan kedamaian
Fithrahmu membawa ketentraman, memberikan kesejukan
Oh Tuhan, kutelah penuhi sebuah janji

Cintaku padamu karenaNya


Rinduku padamu karenaNya
Sayangku padamu karenaNya
Hidupku denganmu karenaNya

Tuhan, kau telah berikan dia untukku


Tuhan, semaikanlah cinta ini di dalam cintaMu
Oh Tuhanku, ku bersyukur padaMu

Duhai adikku, mari bersama kita arungi perjalanan hidup ini


Demi menggapai kemuliaan di dalam perjuangan ini
Hidup ini adalah perjuangan yang penuh dengan pengorbanan
Temanilah daku
Temanilah daku
Temanilah daku, duhai adikku

<http://liriknasyid.com/lirikdetail-1698.html>
-=-=-=-=-=-=-=-=-=

Baru beberapa waktu lalu aku "ngeh" kalau yang dimaksud "adik" dalam
syair tersebut adalah "istri". Mengapa seorang istri harus dianggap
sebagai adik, sedangkan suami sebagai kakak? Bagaimana jika usia sang
istri lebih tua daripada suami?

Seorang teman (akhwat) berpendapat bahwa panggilan seperti itu adalah


untuk menghormati suami, juga keluarga besarnya. Namun jika sang suami
tidak bersedia memanggil "adik" kepada orang yang lebih tua, terus
gimana dong?

Sebenarnya seperti apakah ukuran "menghormati" tersebut? Adakah yang


dapat menjelaskan? (^_^)

"Selain panggilan itu, anti ingin dipanggil seperti apa?"


"Kalau aku sih inginnya dipanggil 'Tuan Puteri'."

Gubrag! Emangnya di negeri dongeng?

"Duhai Tuan Puteriku sayang."


"Ada apa, Pangeranku?"

Wekk, norak!
Iseng-iseng aku ada dialog yang...
tentu saja iseng!

"Assalamu'alaikum..."
"'alaikum salam. Eh, dindaku tersayang udah pulang. Gimana kerjaan di
kantor? Lancar saja, kan?"
"Alhamdulillah... Allah memudahkan segalanya. Pasti berkat doa dari
kakak yang cantik, manis, & sholehah ini. ;) Ngomong-ngomong hari ini
masak apa, kak?"
"Hmm... ada deh. Udah laper ya? Kita makan yuk!"

... Assalamualaykum wr wb,

Insya Allah pada tanggal 5 Oktober 2005 nanti Ummat Islam akan bertemu lagi
dengan bulan Ramadhan. Sebagai persiapan kita memasuki bulan suci tersebut
ada baiknya kita mengkaji kembali firman Allah terutama yang terdapat pada
surat Al-Baqarah ayat 183-187. Semoga bermanfaat.

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.
Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan *121 , maka
itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di dibulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan
barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu supaya kamu bersyukur.
186. Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka beriman
kepada-Ku agar mereka selalu dalam kebenanaran.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan hawa
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang, campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan
Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah
kamu campuri mereka itu, sedang kamu ber-itikaf *122 dalam mesjid. Itulah
larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demkianlah Allah
menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertaqwa.

*121. Memberi makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
*122. Berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wassalam,

ANALOGI YANG MENGAGUMKAN !

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk


memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan
mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik
pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang
Allah.
Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Allah itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.
"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di
jalanan.... untuk menyadari bahwa Allah itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Allah itu ada, Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar?? Jika Allah ada, tidak akan ada
sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan
Allah Yang Ar Rahman dan Ar Rahim akan membiarkan ini
semua terjadi."
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak
merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen


pergi meninggalkan tempat si tukang cukur. Beberapa saat
setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang
di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar
mlungker-mlungker-istilah jawa-nya", kotor dan brewok yang
tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,"
Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu
??"."Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya
mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada,
sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang
yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana",
si konsumen menambahkan.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si
tukang cukur. " Apa yang kamu lihat itu adalah salah
mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab
si tukang cukur membela diri.
"Cocok!"-kata si konsumen menyetujui."Itulah point
utama-nya!. Sama dengan Allah SWT, ALLAH SWT ITU JUGA ADA
!, Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG
kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu
banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."
Si tukang cukur terbengong !!!!

JIKA KAMU BERPIKIR ALLAH SWT


ADA, TERUSKAN INI,
JIKA TIDAK, HAPUS SAJA

Syukur Memacu Ketaatan


Syukur merupakan wujud terima kasih hamba kepada Allah atas nikmat dan
karunia-Nya.
Sedangkan taat adalah wujud penghambaan diri manusia kepada-Nya.
Menurut ahli tafsir al-Raghib al-Ishfahani, dalam kata dasar syukur dari

syakara tersimpul dua hal dasar yang saling terkait.


Pertama, gambaran seorang hamba tentang nikmat Allah.
Kedua, upaya sang hamba menampakkan kebernikmatan itu.

Gambaran tentang nikmat Allah adalah kedalaman dan keluasan spektrum


pandangan hamba tentang nikmat Tuhan. Upaya menampakkan kenikmatan
adalah
melalui sikap menghargai semua nikmat Allah dan memaksimalkan cara
bersyukur kepada-Nya.

Cara bersyukur ada tiga, yaitu:


1. dengan hati mengakui dan menghargainya,
2. dengan lidah memujinya, dan
3. dengan perbuatan memanfaatkannya menurut tuntunan Yang Memberi
disertai
sikap menghambakan diri kepada-Nya.

Semakin dalam dan luas pandangan seseorang tentang nikmat Allah akan
semakin meningkat pula ketaatan kepada-Nya.
Dalam kaitan ini syukur bertolak belakang dengan kufur yang berarti
menutupi.
Orang yang tidak bersyukur disebut kufur nikmat karena tidak jujur
mengakui nikmat Allah.
Dia berusaha menutupi keberadaan nikmat Allah seraya meminimalkan cara
bersyukur sebatas lidah dan seremonial. Hamba materialis hanya akan
mensyukuri harta secara sempit, misalnya, dengan menjamu rekan dan
sahabat
secara wah.

Hamba materialis bisa terjerumus menjadi budak harta.


Hamba yang benar-benar bersyukur adalah yang mampu menghargai semua
nikmat
pemberian Khalik, berbaik sangka pada cobaan-Nya, dan semakin
mendekatkan
diri kepada-Nya.
Pada sebuah hadis diceritakan, Rasulullah SAW yang sudah dijamin masuk
surga ternyata kualitas dan kuantitas ibadahnya justru luar biasa.
Demi menjadi orang yang paling takwa kepada Allah, sampai-sampai kaki
beliau memar dan lecet karena shalat malam.

Ketika ditanyakan oleh para sahabat, termasuk istri beliau Aisyah,


''Mengapa Engkau masih beribadah sedemikian rupa Ya Rasulullah?
Bukankah dosamu yang lalu dan yang akan datang sudah dijamin diampuni
Allah?''

Beliau menjawab singkat, ''Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang
bersyukur?'' (HR Bukhari-Muslim).
Jawaban Rasulullah ini mengisyaratkan, syukur dan taat itu terkait erat.

Manusia hidup tak pernah luput sedetik pun dari nikmat Allah.
Hamba yang bersyukur juga tidak akan pernah lalai untuk taat kepada-Nya
walau sedetik.
Andaikan hilang sebagian kecil nikmat Allah dari dirinya tidak akan
mengurangi syukur dan ketaatan kepada-Nya.
Bahkan, saat nikmat semakin melimpah pun juga tidak membuat dia
melupakan-
Nya.

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan kesadaran kita untuk bersyukur
atas nikmat Allah SWT.
Antara lain, menyadari nikmat Allah sangat beragam, begitu banyak dan
tak
terhingga (QS Ibrahim: 34).

" Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat

mengingkari (nikmat Allah)".

Juga menyadari sepenuh hati bahwa Allah Maha Segala-galanya, Allah tidak

membutuhkan apa pun, termasuk syukur manusia. Justru kita yang


membutuhkan
syukur dari Dia. Siapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur demi
dirinya sendiri (QS Luqman: 12).

" Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,


yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji".

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around

Anda mungkin juga menyukai