Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Menurut PP No. 81/1999 Pasal 1 ayat 1, rokok adalah hasil olahan tembakau

terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nikotin dan tar atau tanpa bahan tambahan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia rokok adalah gulungan tembakau

kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah atau kertas. Rokok dibakar

pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat

mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak

atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.

2.1.2 Komponen dalam Rokok

Sudiono (2007) menyebutkan kandungan di dalam rokok tidak hanya

tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan

utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin merupakan

bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau ketergantungan. Nikotin merupakan

racun dan bila digunakan dalam dosis besar dapat mematikan karena efek paralisis

yang ditimbulkannya pada otot pernapasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung

dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi

darah. Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detak/menit.
Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang terdiri

dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat

karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan zat beracun

lainnya. Zat-zat tersebut akan menempel pada sepanjang saluran nafas perokok dan

pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan alveolus (kantung udara dalam

paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya sejumlah kecil udara yang dapat

dihirup dan sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran darah.

Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari

knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan mengurangi

kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru. Hal ini terjadi karena

sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih mudah berikatan dengan karbon

monoksida dibanding dengan oksigen. Lebih banyak menghisap rokok, lebih

banyak karbon monoksida terserap dalam peredaran darah. Karbon monoksida dari

asap yang dihirup oleh perokok itu sendiri mengkontribusi penumpukan di dinding

pembuluh darah dan pencetus proses atherosclerosis.

Selain tiga kandungan utama rokok tersebut, rokok juga mengandung bahan

kimia lain. Rokok juga mengandung Sianida, senyawa kimia yang mengandung

kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik

yang mudah terbakar dan tidak berwarna. Cadmium, sebuah logam yang sangat

beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana

yang juga dikenal sebagai metil alkohol. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak

jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia,

dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan

unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan


untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai

fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat

plastik dan pestisida. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon

monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil dan

motor (Wangolds, 2013).

2.1.3 Bahaya Rokok

Bahaya merokok bagi kesehatan bukan saja bagi perokok tetapi bagi orang

sekitar karena efek asap rokok atau perokok pasif. Penyakit yang diakibatkan oleh

rokok adalah diantaranya :

1. Penyakit paru-paru. Efek dari perokok yang paling pertama merusak

organ tubuh akibat asap rokok adalah paru-paru. Asap rokok tersebut

terhirup dan masuk ke dalam paru-paru sehingga menyebabkan paru-

paru mengalami radang, bronchitis, pneumonia. Belum lagi bahaya dari

zat nikotin yang menyebabkan kerusakan sel-sel dalam organ paru-paru

yang bisa berakibat fatal yaitu kanker paru-paru. Bahaya merokok bagi

kesehatan ini tentu sangat beresiko dan bisa menyebabkan kematian.

2. Penyakit impotensi dan organ reproduksi. Efek bahaya merokok bagi

kesehatan lainnya adalah bisa mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini

sudah banyak dialami oleh para perokok. Sebab kandungan bahan kimia

yang sifatnya beracun tersebut bisa mengurangi produksi sperma pada

pria. Bukan hanya itu saja, pada pria juga bisa terjadi kanker di bagian

testis. Oleh sebab itu, sebelum hal itu terjadi maka kurangi secara

perlahan konsumsi rokok Anda. Terutama untuk usia remaja karena efek

bahaya merokok bagi kesehatan remaja yang bisa menyebabkan resiko


tidak memiliki keturunan. Sedangkan pada wanita yang merokok, efek

dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan wanita.

3. Penyakit lambung. Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok

adalah aktifitas otot di bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot

sekitar saluran pernafasan bagian bawah akan lemah secara perlahan

sehingga proses pencernaan menjadi terhambat. Bahaya merokok bagi

kesehatan juga bisa dirasakan sampai ke lambung, karena asap rokok

yang masuk ke sistem pencernaan akan menyebabkan meningkatnya

asam lambung. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka bukan tidak

mungkin akan menjadi penyakit yang lebih kronis seperti tukak lambung

yang lebih sulit diobati.

4. Resiko stroke. Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke,

karena efek samping rokok bisa menyebabkan melemahnya pembuluh

darah. Ketika pelemahan tersebut terjadi dan kerja pembuluh darah

terhambat bisa menyebabkan serangan radang di otak. Hal itulah yang

bisa beresiko terjadi stroke meskipun orang tersebut tidak ada latar

belakang darah tinggi atau penyakit penyebab stroke lainnya. Penyebab

stroke tersebut bersumber dari kandungan kimia berbahaya seperti

nikotin, tar, karbon monoksida dan gas oksidan yang terkandung dalam

rokok (Kemenkes, 2013).

2.1.4 Kategori Perokok

Perokok pasif atau yang dikenal dengan nama Involuntary Smoking adalah

orang yang tidak merokok tetapi terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang
yang sedang merokok disekitarnya. Perokok pasif ini lebih banyak resikonya karena

terpapar asap rokok lebih banyak daripada perokok itu sendiri (Novita, 2013).

Perokok aktif adalah seseorang yang merokok dan menghirup asap rokok

yang berasal dari isapan perokok (mainstream). Dari perokok aktif ini dapat

digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Perokok Ringan

Perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari sepuluh batang

perhari.

b) Perokok Sedang

Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok sepuluh sampai dua

puluh batang perhari.

c) Perokok Berat

Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari dua puluh batang

perhari (Bustan, 1997).

2.1.5 Pengetahuan tentang Merokok

Terdapat 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif, yaitu:

 Tahu (know)

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

 Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

 Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

 Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

 Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek (Notoadmodjo, 2003).

2.1.6 Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,

tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok

ketika dia masih remaja. Menurut Laventhal dan Clearly ada empat tahap dalam

perilaku merokok, yaitu:


a) Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengar cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.

Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b) Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan

meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

c) Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok

sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok.

d) Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu

bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk

memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan (Nasution, 2007).

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Terdapat 2

tipe perilaku merokok berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap

rokok, yaitu:

 Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak

merokok, anak kecil, orang sakit, dan lain-lain).

 Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi

a. Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti

ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada inidividu yang

kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.


b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi (Nasution, 2007).

2.1.7 Tipe Perilaku Merokok

Tomkins (1991) mengklasifikasikan tipe perilaku merokok menjadi tipe

(Mu’tadin, 2002), yaitu:

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

c. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis

d. Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan

Menurut Smet 1994 dalam Nasution (2007), tipe-tipe perokok berdasarkan

banyaknya rokok yang dihisap yaitu:

a. Perokok ringan bila rokok yang dihisap kurang dari 10 batang per hari

b. Perokok sedang bila 11-21 batang sehari

c. Perokok berat bila menghisap lebih dari 21 batang perhari.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa

remaja secara konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang

digunakan; biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang

berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu yang mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan

(3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang lebih mandiri.


2.2.2 Ciri-ciri Remaja

Berbagai ciri yang menjadi kekhususan remaja, yaitu:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang

tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan

cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua

perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta

perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.

Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak

sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana

orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan

dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,

status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status

memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan

fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung
pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku

juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,

namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi

baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka

untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini,

banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu

sesuai dengan harapan mereka.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja

yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja

mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada

remaja.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri

atau “semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku

merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan

mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap

tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.


7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna

merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan

cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa

remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah

ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan

kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak

seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan,

dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka

menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang

sesuai dengan yang diharapkan mereka.

Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa, dan Mappiare, dalam

menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :


1. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah

Pertama, dengan ciri-ciri: (1) tidak stabil keadaannya, lebih emosional, (2)

mempunyai banyak masalah, (3) masa yang kritis, (4) mulai tertarik pada

lawan jenis, (5) munculnya rasa kurang percaya diri, dan (6) suka

mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka

menyendiri.

2. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku Sekolah

Menengah Atas dengan ciri-ciri: (1) sangat membutuhkan teman, (2)

cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri, (3) berada dalam

kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan yang terjadi

dalam diri, (4) berkenginan besar mencoba segala hal yang belum

diketahuinya, dan (5) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.

3. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan

fisiknya mulai stabil, (2) meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap

pandang yang sudah baik, (3) lebih matang dalam cara menghadapi

masalah, (4) ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai

perasaan, (5) sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,

dan (6) lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggarawati, Soraya S. 2013. Bebas Asap Rokok hanya Mitos di Unpad.

http://www.tribunnews.com/tribunners/2013/01/23/bebas-asap-rokok-

hanya-mitos-di-unpad , diakses 20 Januari 2018

Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta : Garailmu

Bustan, M. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Global School-based Student Health Survey (GSHS). 2015. Perilaku Kesehatan

pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia.

Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, Y.S., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga,

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001

InfoPOM. 2015. Bahaya Rokok Elektronik, vol 16 No 5 September-Oktober 2015,

diakses melalui perpustakaan.pom.go.id/slims/repository/0515.pdf pada

15 November 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia.

Infodatin, Jakarta..

Kemenkes RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Mappiare, A. 2000. Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional.

Maseda. Devita Rosalin, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang

Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok pada Remaja Putra di SMA


Negeri 1 Tompasobaru. Ejournal keperawatan (e-Kp) Vol 1 No 1.

Manado.

Nasution, I. K. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Fakultas

Kedokteran USU , 2-3, 5-13.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Subanda, Ida Bagus. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.

Jakarta : Sagung Seto.

Wangolds. 2013. Kandungan dalam Sebatang Rokok http://wangolds.com/Thread-

Kandungan-Dalam-Sebatang-Rokok diakses 15 November 2018

Zhao, Meng.dkk. 2004. Does Smoking Make One Dumber? Evidence from

Teenagers in Rural China, University of Pennsylvania Sholarly Commons

(www.aeaweb.org) diakses 15 November 2018

Anda mungkin juga menyukai