Anda di halaman 1dari 177

MINERAL

Skema Bab

Karakteristik mineral
Makromineral
Mikromineral
Elemen ultratrace
Elemen trace lainnya

Daftar istilah

BIOAVAILABILITAS ketersediaan mineral di dalam usus kecil untuk penyerapan

dan penyerapan aktual (efisiensi) mineral; menunjukkan penyimpanan mineral di

dalam tubuh dan manfaatnya di dalam fungsi sel atau jaringan.

CALBINDINS protein yang mengikat kalsium yang ditemukan di dalam usus yang

menyerap sel dan sel-sel tubuh lainnya.

CERULOPLASMIN protein plasma yang menyalurkan tembaga dan bertindak

sebagai oksidasi (enzim).

CRETINISM kondisi bawaan, khususnya yang disebabkan oleh kekurangan

yodium parah selama kehamilan; dicirikan oleh perkembangan fisik dan mental yang

tertahan dan intelegensi di bawah normal.

FERRITIN iron-apoferritin kompleks yang menjadi bentuk penyimpanan utama zat

besi di dalam hati dan jaringan-jaringan lainnya.

FAKTOR TOLERANSI GLUKOSA khrom kompleks yang aktif secara biologis

yang ditemukan di dalam makanan; strukturnya tidak diketahui.

1
GLUTATHIONE PEROXIDASE enzim yang mengandung selenium yang menjadi

bentuk aktif utama selenium di dalam sel.

GOITEH pembesaran kronis kelenjar tiroid, terlihat pembengkakan di bagian depan

leher; umumnya dihubungkan dengan kekurangan yodium.

GOITROGEN senyawa yang menghambat pembuangan dan pemanfaatan yodium

oleh sel-sel tiroid dan berkontribusi pada kekurangan yodium dan gondok.

HEME IRON protoporphyrin non protein, tidak bisa larut, mengandung besi yang

merupakan unsur pokok hemoglobin, myoglobin, dan beberapa protein lainnya.

HEMOGLOBIN protein konjugasi yang mengandung empat kelompok heme dan

globin dengan sifat oksigenase yang bisa dibalik.

HEMOSIDERIN bentuk tak larut kompleks dari zat besi yang disimpan.

HYDROXYAPATITE struktur kristal di dalam tulang, terdiri dari kalsium fosfat

dan kalsium karbonat.

HYPERCALCIURIA terlalu banyak kehilangan kalsium melalui urine yang

mungkin terjadi pada individu yang mempunyai kelebihan penyerapan kalsium pada

usus, atau yang mempunyai asupan tinggi protein, khususnya dari hewan.

MACROMINERAL (ELEMEN TERBESAR) mineral yang diperlukan oleh

manusia dengan jumlah 100 mg/hari atau lebih (dalam kuantitas besar).

METALLOTHIONEIN protein non enzimatik yang mengikat seng yang ditemukan

di dalam sel usus yang melakukan penyerapan dan jaringan tubuh lainnya, khususnya

hati.

2
MICROMINERAL (ELEMEN TRACE) mineral yang diperlukan manusia dalam

jumlah kurang dari 100 mg/hari (dalam kuantitas beberapa miligram atau bahkan

mikrogram).

MYOGLOBIN besi protoporphyrin-globin kompleks yang ada di dalam otot yang

menyimpan oksigen.

NONHEME IRON bentuk zat besi yang ditemukan di dalam tanaman, yang kurang

diserap dengan baik daripada heme iron.

OXALIC ACID (OXALATE) asam organik, yang ditemukan dalam sayuran

tertentu, yang terikat dengan kalsium dan kation dwivalensi lainnya, dengan demikian

mencegah penyerapan mereka dari makanan-makanan ini.

PHYTIC ACID (PHYTATE) senyawa yang mengandung fosfor, yang ditemukan di

dalam kulit luar biji sereal, yang terikat dengan mineral dan mencegah penyerapan.

TETANY kejang otot, kejang urat, dan (akhirnya) gangguan hebat yang disebabkan

oleh tingkat kalsium atau magnesium darah rendah.

THYROXINE (T4) hormon yang mengandung yodium yang disekresikan oleh

kelenjar tiroid untuk mengatur tingkat metabolisme sel.

TRANSFERRIN protein yang disintesakan di dalam hati yang menyalurkan zat besi

di dalam darah ke erythroblast untuk melakukan sintesis heme dan ke semua jaringan

lainnya; juga membawa khrom dan beberapa kation lainnya di dalam darah,

khususnya dari usus kecil ke beberapa jaringan.

TRIIODOTHYRONINE (T3) hormon tiroid yang mengandung yodium dengan

beberapa kali aktivitas biologis thyroxine.

3
ELEMEN ULTRATRACE mineral yang ditemukan di dalam tubuh, masing-masing

terjadi di dalam kuantitas kecil dan utamanya diukur di dalam mikrogram.

Mineral menunjukkan kelas mikronutrien yang besar, sebagian besar dianggap

penting. Mineral-mineral tersebut secara tradisional dibagi menjadi beberapa

makromineral (elemen besar) dan mikromineral (elemen trace). Belakangan ini,

istilah elemen ultratrace telah digunakan untuk menjabarkan beberapa elemen yang

dikonsumsi di dalam kuantitas mikrogram (g) setiap hari. Makromineral, seperti

kalsium dan fosfor, diperlukan dalam jumlah 100 mg/hari atau lebih, sedangkan

mikromineral, seperti besi dan selenium, diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil,

khususnya kurang dari 15 mg/hari.

Pengetahuan mengenai elemen trace telah meluas selama beberapa dekade

lalu karena teknik analitis yang sudah banyak diperbaiki. Karena masih ada sedikit

sekali informasi mengenai manfaat elemen ultratrace pada kesehatan manusia, maka

kelompok ini hanya dicakup secara minimal di dalam bagian akhir bab ini.

Kecuali untuk elemen trace lainnya dan mungkin borium, semua mineral

yang dicakup di dalam bab ini dianggap penting untuk fungsi manusia, meskipun

persyaratan khusus belum dikembangkan untuk beberapa di antaranya. Beberapa

penelitian pada pasien yang menerima total nutrisi parenteral jangka panjang (TPN)

telah membantu menentukan manfaat dan jumlah yang diperlukan untuk beberapa

elemen trace.

4
BAB 1

KARAKTERISTIK MINERAL

Makromineral terjadi di dalam tubuh dan makanan terutama pada bagian ion.

Contohnya, sodium, potasium, dan kalsium yang membentuk ion positif (kation),

5
sedangkan mineral-mineral lainnya timbul sebagi ion negatif (anion). Berikutnya

meliputi chlorine (sebagai klorida), sulfur (sebagai sulfat), dan fosfor (sebagai fosfat).

Garam, seperti sodium klorida dan kalsium fosfat, terpisah di dalam larutan, ada di

dalam fluida dan kristal tubuh seperti Na+, Cl-, Ca++, dan HPO4--. Mineral juga terjadi

sebagai komponen senyawa organik, seperti fosfoprotein, fosfolipid, metalloenzim,

dan metalloprotein lainnya, seperti hemoglobin.

Sekitar 4% dari tubuh kita terdiri atas mineral, yang dalam analisa bahan
makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu sisa yang tertinggal bila suatu sampel
bahan makanan dibakar serripurna di dalam suatu tungku (muffle furnace). Kadar abu
ini menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat
menguap.
Kita bedakan dua kelompok besar mineral (elemen, unsur) yang terdapat pada
analisa tubuh kita, berdasarkan kwantumnya, ialah:
1. Makro elemen, yang, terdapat dalam kwantum yang relatif besar, seperti K, Na,
Ca, Mg, dan P, S, serta Cl.
2. Mikro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relatif sedikit.
a. Mikro elemen esensial, yaitu yang betul-betul diperlukan oleh tubuh, jadi harus
ada, seperti Fe, Cu, Co, Se, Zn dan J, serta F.
b. Mikro elemen yang mungkin esensial, belum pasti betul diperlukan atau tidak di
dalam struktur atau fisiologi tubuh, seperti Cr, Mo.
c. Mikro elemen yang tidak diperlukan, atau non-esensial. Jenis ini terdapat di
dalam tubuh karena terbawa tidak sengaja bersama bahan makanan, jadi sebagai
kontaminan (pencemar). Termasuk ke dalam kelompok ini ialah Al, As, Ba, Bo, Pb,
Cd, Ni, Si, Sr, Va dan Br.
Makro elemen berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktip dalam metabolisms
atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Ada pula yang memegang
fungsinya di dalam cairan tubuh, balk intraselular maupun ekstraselular. K, Na, S dan

6
Cl terutama berfungsi dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan Ca, Mg dan P
terutama terdapat sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.
Pada mikro elemen pada umumnya berfungsi berhubungan dengan enzim,
bahkan Jodium merupakan bagian dari struktur suatu hormon. Sejumlah besar
enzim memerlukan mikro elemen dan trace elemen untuk dapat berfungsi secara
maksimal. Beberapa elemen bekerjasama erat sekali dalam melaksanakan
fungsinya, sehingga dalam membicarakan elemen-elemen tersebut harus dilakukan
sekaligus, misalnya Na dan K, Ca dan P. Fungsi Na erat sekali dengan tekanan osmosa
cairan tubuh, sehingga pada pembicaraan metabolisma air, elemen Na harus pula
dibicarakan bersama.
1. Bioavailabilitas mineral

Bioavailabilitas menjadi istilah penting selama beberapa tahun belakangan ini

untuk menjabarkan sifat kimia atau fisiokimia mineral di dalam lumen usus kecil

(Fairweather-Tait dan Hurrel, 1996). Dengan pengecualian heme iron, pada

prakteknya semua elemen lain diserap di dalam bagian ion. Karena itu, setiap elemen

yang masih terikat pada molekul organik atau kompleks anorganik lain setelah

langkah-langkah pencernaan disempurnakan tidak akan diserap; yaitu, semuanya

tidak akan bioavailabel, dan mineral-mineral yang tidak diserap ini akan dihilangkan

melalui feses.

Ketika beberapa ion diserap di brush border sel epitel usus columnar atau

enterocyte, seringkali ditunjukkan sebagai permukaan mukosa, semuanya masih

harus mentransfer melalui cytosol sel penyerap sebelum ditranspor ke membran

basolateral (serosal) menuju darah. Ini adalah langkah keluar proses penyerapan yang

secara khusus memerlukan mekanisme transpor aktif, setidaknya untuk kation

7
mineral. Jika bentuk-bentuk kationik elemen tidak disalurkan pada membran

basolateral, maka bentuk-bentuk tersebut masih di dalam sel-sel yang melakukan

penyerapan, terikat pada protein. Contohnya, ion kalsium terikat pada calbindins, zat

besi pada ferritin usus, dan seng pada metallothionein, hanya untuk diekskresikan

ketika sel-sel usus mati dan terlepas di dalam lumen usus. (Efisiensi penyerapan usus

yang rendah dari kation-kation ini berkembang untuk melindungi dari potensi racun

yang berasal dari penyerapan berlebih). Bioavailabilitas rendah bisa juga berasal dari

formasi sabun contohnya, kalsium dan magnesium yang mengikat asam lemak

bebas di dalam lumen, pada kesalahan penyerapan lemak, dan dari kemunculan ketika

salah satu dari sepasang ion (kalsium, yang berkombinasi dengan fosfat) ada di dalam

lumen pada konsentrasi yang sangat tinggi. Interaksi mineral-mineral juga

menyebabkan penekanan penyerapan elemen atau bioavailabilitas rendah (lihat

bagian berikutnya).

Beberapa molekul di dalam makanan mempengaruhi bioavailabilitas, dengan

meningkatkan atau mengganggu atau mencegah penyerapan. Beberapa contoh

pencegah meliputi ikatan oleh phytate dan oksalat dari kalsium dan kation dwivalen

lainnya. Pendorong peningkatan meliputi askorbat untuk untuk nonheme iron.

Vegetarian cenderung mengonsumsi makanan dengan kuantitas yang terus meningkat

dari beberapa faktor pencegah, tapi faktor-faktor tersebut secara khusus juga

mencerna lebih banyak asam askorbat, pendorong peningkatan. Selain itu,

bioavailabilitas elemen mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologi, seperti

keasaman lambung, adaptasi homeostasis, dan stres.

8
Bioavailabilitas juga seringkali digunakan untuk menunjukkan penyerapan

dan pemanfaatan elemen di dalam jaringan dan fungsi sel. Makna yang lebih luas dari

istilah ini secara umum tidak diterima karena tidak adanya kuantifikasi.

Bioavailabilitas tidak bisa diukur dengan mudah ketika maknanya ditujukan untuk

memasukkan manfaat di dalam jaringan; yaitu, di luar ciri kimia elemen di dalam

lumen usus dan penyerapan yang melintasi penghambat usus ke darah.

Secara umum, beberapa elemen tertentu secara khusus mempunyai

bioavailabilitas rendah dari makanan (zat besi, khrom, mangan), padahal yang lainnya

mempunyai bioavailabilitas tinggi (sodium, potasium, klorida, iodid, fluorida).

Semua mineral lainnya, termasuk kalsium dan magnesium, adalah media

bioavailabilitas.

2. Interaksi mineral-mineral

Mineral bisa mempunyai interaksi negatif dengan mineral lainnya, yang

berpotensi mempengaruhi penyerapan usus, transpor, pemanfaatan, dan

penyimpanan. Contohnya, penyerapan seng bisa diturunkan oleh tambahan besi

nonheme; kelebihan asupan seng bisa menurunkan penyerapan tembaga; dan

kelebihan asupan kalsium bisa menurunkan penyerapan tembaga; dan kelebihan

asupan kalsium bisa menurunkan penyerapan mangan, seng, dan besi (Deehr dkk,

1990; Hallberg dkk, 1991; Woiod dan Zheng, 1997). Namun demikian, beberapa

penelitian sulit untuk dilakukan, dan kesimpulan definitif mengenai interaksi-

interaksi ini menunggu penelitian tambahan. Contoh-contoh lain interaksi dicakup

dalam beberapa bagian mengenai elemen individu.

9
3. Komposisi mineral tubuh

Mineral menunjukkan sekitar 4% hingga 5% bobot tubuh, atau 2.8 hingga 3.5

kg pada wanita dan pria dewasa. Kira-kira 50% bobot ini adalah kalsium, dan 25%

sisanya adalah fosfor, yang timbul sebagai fosfat; hampir semua kalsium dan 70%

fosfat ditemukan di tulang dan gigi. Lima makromineral lainnya (magnesium,

sodium, potasium, klorida, dan sulfur) dan sebelas mikromineral yang dikembangkan

(zat besi, seng, iodid, selenium, mangan, fluorida, molibdenum, tembaga, khrom,

kobalt, dan borium) mengandung 25% lainnya. Elemen ultratrace, seperti arsenik,

aluminium, timah, nikel, vanadium, dan silikon memberikan jumlah bobot yang bisa

diabaikan.

4. Fungsi-fungsi mineral

Beberapa elemen mineral mempunyai beberapa peranan penting, sebagai ion

yang dihancurkan di dalam fluida tubuh dan sebagai unsur pokok molekul-molekul

penting. Ion-ion mineral di dalam fluida tubuh mengatur aktivitas beberapa enzim,

mempertahankan keseimbangan asam basa dan tekanan osmotik, membantu transfer

membran gizi-gizi penting dan molekul-molekul lainnya, dan mempertahankan

iritabilitas syaraf dan otot. Dalam beberapa kasus, ion-ion mineral adalah struktural

yang merupakan jaringan tubuh ekstraseluler, seperti tulang dan gigi. Beberapa

mineral, seperti seng dan zat besi, dilibatkan dalam beberapa cara yang berbeda

dalam proses pertumbuhan.

10
BAB II

MACROMINERAL

Makromineral, elemen besar, yang penting untuk manusia dewasa dalam

jumlah 100 mg/hari atau lebih adalah kalsium, fosfor (fosfat), magnesium, sulfur

(sulfat), sodium, klorida, dan potasium. Kecuali untuk sulfur, mineral-mineral ini

11
secara khusus ada dalam bagian ion makanan dan di dalam tubuh. Beberapa molekul

organik juga mempunyai kelompok-kelompok yang mengandung fosfor, seperti

fosfolipid, yang tidak ada di dalam bentuk ion bebas.

A. Kalsium

Kalsium mineral yang paling banyak di dalam tubuh, menyusun sekitar 1.5%

hingga 2% bobot tubuh dan 39% total mineral tubuh. Kira-kira 99% kalsium ada di

dalam tulang dan gigi. (Kalsium di dalam gigi, tidak bisa dimobilisasi untuk kembali

ke darah, karena mineral dari gigi yang sudah rusak diperbaiki agar bisa hidup). 1%

kalsium lainnya berada di dalam darah dan fluida ekstra sel dan di dalam sel semua

jaringan, di mana jaringan-jaringan ini mengatur beberapa fungsi metabolis penting.

Gambar 5.1 menunjukkan jalur metabolisme kalsium.

Tulang bukanlah simpanan kalsium dan mineral-mineral lainnya; ini adalah

jaringan dinamis yang mengembalikan kalsium dan mineral-mineral lain menuju

darah dan fluida ekstra sel menurut permintaan. Tulang juga mengambil kalsium dan

mineral-mineral lainnya dari darah ketika kalsium dan mineral tersebut dikonsumsi

(selama periode setelah makan malam). Pada masa tua, simpanan kalsium tulang

yang didapatkan dari makanan dan suplemen terbatas kecuali kalau kalsium

dikonsumsi bersamaan dengan vitamin D atau obat yang memelihara tulang. (Peranan

kalsium di dalam metabolisme tulang dicakup pada Bab 28).

Ca di dalam tulang mudah dimobilisasikan ke dalam cairan tubuh dan darah,


bila diperlukan untuk diteruskan kepada sel-sel jaringan yang lebih memerlukannya.

12
Terutama trabeculae dari struktur tulang merupakan tempat penimbunan Ca yang
mudah sekali melepaskan Ca untuk dipergunakan dalam keperluan lain.
Di dalam jaringan lunak dan di dalam cairan tubuh, Ca juga mempunyai berbagai
fungsi penting, yaitu:
a. Ca++ diperlukan di dalam mekanisma pembekuan darah.
b. Ca++ diperlukan di dalam proses kontraksi otot dan fungsi syaraf, berhubungan
dengan proses menghantar rangsangan. Defisiensi Ca dapat memberikan gejala-
gejala tetani.
c. Ca++ diperlukan dalam fungsi berbagai enzim.
1. Sumber makanan dan asupan
Sayuran berdaun hijau gelap, seperti sayuran hijau, collard, lobak Cina hijau,

mustard hijau, dan brokoli, dan sarden, kerang, tiram, dan salmon kaleng adalah

sumber-sumber yang baik untuk kalsium. Asam oksalat membatasi ketersediaan

kalsium di dalam rhubarb, bayam, lobak, dan bit hijau. Jus jeruk fortifikasi

mengandung kalsium sebanyak susu. Tabel 5.1 dan Apendiks 41 menunjukkan

kandungan kalsium dari makanan-makanan yang dipilih.

Tambahan kalsium digunakan untuk meningkatkan asupan kalsium. Bentuk

yang paling umum adalah kalsium karbonat, yang relatif tidak bisa larut, utamanya

pada pH netral. Kalsium sitrat, meskipun mengandung lebih sedikit kalsium daripada

kalsium karbonat menurut bobotnya, tapi lebih bisa larut. Karena itu, kalsium sitrat

akan sesuai untuk pasien yang mengalami achlorydria (tidak mempunyai asam

hidroklorit di dalam perut). Pemilihan tambahan kalsium yang paling umum

tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat fisik dan kimia, interaksi dengan obat

13
lainnya yang dikonsumsi secara bersamaan, dan kondisi medis tertentu dan usia

(Levenson dan Bockman, 1994).

Pada awal usia 11 tahun, asupan menengah kalsium makanan di US memang

sangat kurang daripada Asupan yang memadai (AI) yang dijabarkan pada bagian

berikutnya (Gambar 5.2). Karena itu, asupan kalsium warga Amerika tidak memadai

untuk usia kritis deposisi tulang pada kedua gender, dan juga tidak memadai pada

tingkat kritis berikutnya.

14
Gambar 5.1 Gambaran skema jalur metabolisme kalsium. Regulasi metabolisme

kalsium meliputi penyerapan usus (gut), konsentrasi kalsium darah (Ca) dan fosfat

(P), tulang, ginjal, yang memproduksi bentuk hormon vitamin D (1,25[OH]2D3), dan

kelenjar paratiroid (PTG), yang mensekresikan hormon paratiroid (PTH). Langkah 1

hingga 8 menunjukkan titik-titik khusus pengaturan.


Tabel 5.1Kandungan kalsium dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan mg
Yoghurt, rendah lemak, tanpa buah, 1 cup 345
Susu, skim, 1 cup 302
Es susu, lembut, 1 cup 274
Yoghurt, dingin, 1 cup 240
Keju, ceddar, 1 ons 204
Salmon, kaleng, tanpa tulang, 3 ons 185
Es krim, vanila, 1 cup 176
Rhubarb, masak, cup 174
Keju, lembut, 2% lemak, 1 cup 155
Bayam, beku, masak, cup 138
Tetes, blackstrap, 1 T 137
Tahu, reguler, cup 130
Susu, kering, instan, tanpa lemak, 2 T 104
Almon, cup 92
Buncis panggang, putih, cup 64
Sosis daging, Turki, 1 58
Jeruk, 1 medium 52
Halibut, panggang, 3 ons 51
Kale, segar, masak, cup 47
Brokoli, masak dari segar, cup 36
Roti, gandum utuh, 1 potong 32
Wafel, beku, diameter 4, 1 29
Keju, krim, 2 T 23
Oatmeal, masak, 1 cup 19
Krim, half and half, 1 T 16
Ayam, dada, panggang, 3 ons 13
Pisang, 1 medium 7
Daging giling, tanpa lemak, 3 ons 4

15
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).


Menurut Continuing Survey of Food Intakes of Individual (CSFII) (US

Department of Agriculture, 1994), sumber kalsium terbaik dari makanan pada

makanan US adalah susu, keju, roti, es krim, serbat, dan yoghurt dingin, bersamaan

dengan kue, biskuit, roti tawar, dan donat (Subar dkk, 1998).
Tabel 5.2 Referensi asupan makanan untuk kalsium, fosfor, magnesium, dan

fluorida

Kelompok Kalsium Fosfor


Magnesium (mg/hari) Fluoride (mg/hari)
tingkat (mg/hari) (mg/hari)
hidup AI UL RDA UL RDA UL AI UL
0-6 bulan 210 ND 100* ND 30* ND 0.01 0.7
6-12 bulan 270 ND 275* ND 75* ND 0.5 0.9
1-3 tahun 500 2500 460 3000 60 65 0.7 1.3
4-8 tahun 800 2500 500 3000 130 110 1.0 2.2
Pri Wanita Pri Wanita
a a
9-13 tahun 1300 2500 1250 4000 240 240 350 2.0 2.0 10
14-18 tahun 1300 2500 1250 4000 410 360 350 3.0 3.0 10
19-30 tahun 1000 2500 700 4000 400 310 350 4.0 3.0 10
31-50 tahun 1000 2500 700 4000 420 320 350 4.0 3.0 10
51-70 tahun 1200 2500 700 4000 420 320 350 4.0 3.0 10
> 70 tahun 1200 2500 700 3000 420 320 350 4.0 3.0 10
Hamil
< 18 tahun 1300 2500 1250 3500 400 350 3.0 10
19-30 tahun 1000 2500 700 3500 350 350 3.0 10
31-50 tahun 1000 2500 700 3500 350 350 3.0 10
Menyusui
< 18 tahun 1300 2500 1250 4000 360 350 3.0 10
19-30 tahun 1000 2500 700 4000 310 350 3.0 10
31-50 tahun 1000 2500 700 4000 320 350 3.0 10
(Diadaptasi dari Institute of Medicine National Academy of Sciences, Food and

Nutrition Board, Dietary Reference Intake; Recommended Levels for Individual

Intake. The National Academy of Sciences, 1998).


, UL untuk magnesium menunjukkan asupan dari suplemen atau agen

farmakologi saja, bukan asupan dari makanan dan air.

16
ND, tidak bisa ditentukan karena tidak ada data.
AI, asupan yang memadai
RDA, recommended dietary allowance
UL, asupan atas yang bisa ditoleransi

2. Referensi asupan makanan (DRI)

AI untuk kalsium yang direkomendasikan oleh Food and Nutrition Board

(Institute of Medicine, 1998) didasarkan pada penaksiran persyaratan gender selama

siklus kehidupan. Asupan atas yang ditoleransi (UL) juga dikembangkan untuk gizi

ini untuk pertama kalinya. DRI ini ditunjukkan dalam Tabel 5.2. Selama beberapa

periode siklus hidup wanita, asupan kalsium memang penting; yaitu, pra pubertas dan

remaja, setelah menopause, dan selama kehamilan dan menyusui. Pada penelitian

terhadap beberapa gadis remaja, asupan kalsium 1300 mg atau setiap hari penting

untuk simpanan kalsium maksimum oleh tubuh (tulang) (Yates dkk, 1998). Pria juga

memerlukan kalsium yang memadai dalam siklus hidupnya, tapi tidak diketahui

berapa persyaratannya.

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan dan ekskresi

Kalsium diserap oleh semua bagian usus kecil, tapi penyerapan yang paling

cepat setelah makan terjadi di dalam duodenum di mana media asam bertindak (pH <

7). Penyerapan lebih rendah di bagian usus kecil lainnya karena pH alkali, tapi jumlah

kalsium yang diserap sebenarnya lebih besar di dalam segmen yang lebih rendah dari

usus kecil, termasuk ileum. Biasanya, hanya 30% (atau agak berkurang) dari kalsium

yang dicerna diserap oleh orang dewasa, tapi pada beberapa individu, sebanyak 10%

17
bisa diserap. Meskipun jarang, beberapa orang dewasa yang mengalami penyerapan

lebih tinggi bisa diserap sebanyak 60% dari kalsium yang dicerna.
Kalsium diserap oleh dua mekanisme: transpor aktif, yang beroperasi

utamanya pada konsentrasi luminal rendah dari ion kalsium, dan transfer pasif atau

gerakan paraselular, yang beroperasi pada konsentrasi luminal tinggi dari ion kalsium.

Mekanisme transpor aktif, utamanya di dalam duodenum dan jejunum proximal, bisa

jenuh, dan dikendalikan melalui tindakan 1,25-dihydroxyvitamin D (1,25[OH]2D3),

atau vitamin D. Hormon ini meningkatkan keluaran kalsium pada brush border dari

sel mukosa usus dengan mekanisme yang belum dipahami dengan baik, dan juga

mendorong produksi protein dan calbindin yang mengikat kalsium. Mekanisme

transfer kedua, yang pasif, tak bisa larut, dan tidak terikat dengan vitamin D, terjadi

di seluruh usus kecil. Ketika banyak kalsium yang dikonsumsi pada satu porsi

makanan, seperti dari makanan atau suplemen dari susu, beberapa kalsium yang

diserap terjadi melalui rute pasif ini. Mekanisme transpor aktif menjadi lebih penting

ketika asupan kalsium rendah dan persyaratan tubuh tidak tercapai, yaitu, pada

tingkat yang secara khusus di bawah asupan yang direkomendasikan pada setiap

tingkat siklus kehidupan.

Absorpsi Ca di dalam rongga usus maupun reabsorpsinya di dalam tubuli


ginjal dipengaruhi oleh vitamin D, sedangkan absorpsi Ca mempengaruhi pula absorpsi P
(lihat halaman 122). Hormon parathyroid berfungsi pula mengatur kadar Ca ++ di
dalam cairan darah, yang diperlukan untuk kontraksi otot dan pembekuan darah.
Bila kadar Ca++ di dalam plasma menurun, Ca dimobilisasikan dari trabeculae dalam
struktur tulang. Defisiensi Ca ++ di dalam darah memberikan gejala-gejala tetani. Ca
maupun P diekskresikan terutama di dalam urine dan sedikit di dalam tinja. Di dalam

18
urine 24 jam sebanyak 1.500 liter terdapat 0,30 gram Calsium dan 2,5 gram asam
phosphat. Kebutuhan akan Ca adalah 400 mg seorang sehari untuk semua umur.
Kebutuhan P tidak diketahui, tetapi selalu dapat terpenuhi dalam rata-rata
hidangan.

Gambar 5.2 Median asupan kalsiumharian untuk wanita di US dibandingkan dengan

asupan yang memadai yang dikembangkan pada tahun 1998.


Peranan calbindin di dalam sel usus yang melakukan penyerapan adalah untuk

menyimpan ion-ion kalsium untuk sementara waktu setelah makan dan untuk

mengangkutnya ke membran basolateral untuk langkah terakhir penyerapan. Protein

yang mengikat kalsium mengikat dua ion kalsium atau lebih per molekul protein di

dalam cytosol.
Sebagian besar kalsium diserap pada setengah bagian bawah usus kecil,

termasuk ileum, seperti yang ditunjukkan oleh pengaruh kerusakan pada metabolisme

kalsium untuk operasi penghilangan ileum (lihat Bab 31). Kalsium juga bisa diserap

di dalam kolon, tapi hanya dalam jumlah kecil.


Kalsium diserap hanya jika kalsium ada dalam bentuk ion. Kalsium tidak

diserap jika timbul karena unsur pokok lainnya dari makanan, seperti oksalat, atau

jika membentuk sabun dengan asam lemak bebas. Bentuk-bentuk kalsium yang tidak

terserap ini diekskresikan di dalam feses sebagai oksalat kalsium dan sabun kalsium.

19
Beberapa faktor, baik menyenangkan dan tidak menyenangkan,

mempengaruhi bioavailabilitas kalsium di dalam lumen usus, dan bahkan, penyerapan

kalsium. Secara umum, semakin besar kebutuhan dan semakin kecil suplai makanan,

makan akan semakin efisien penyerapannya. Peningkatan kebutuhan dialami ketika

pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dan kekurangan kalsium, dan juga tingkat

olahraga yang menghasilkan densitas tulang yang tinggi, meningkatkan penyerapan

kalsium.
Seperti yang disebutkan, vitamin D di dalam bentuk hormon aktifnya,

1,25(OH)2D3, menstimulasi penyerapan usus melalui berbagai langkah kompleks,

termasuk transfer pada brush border mukosa ke darah. Asupan vitamin D yang rendah

atau paparan sinar matahari yang tidak memadai akan menurunkan penyerapan

kalsium, khususnya pada orang tua (Gloth dkk, 1995). Jumlah vitamin D yang tidak

memadai di dalam bentuk aktifnya di dalam darah menurunkan penyerapan kalsium,

jika kalsium ada di dalam makanan. Jika asupan kalsium makanan sangat rendah,

maka konsentrasi pensirkulasian yang memadai dari 1,25(OH)2D3 bisa memberikan

sedikit keuntungan dalam memperbaiki status kalsium (Okonofua dkk, 1991).


Kalsium paling banyak diserap di dalam media asam; jadi, asam hydrochloric

yang disekresikan di dalam perut mendukung penyerapan kalsium dengan

menurunkan pH di dalam duodenum proksimal. Ini juga terjadi pada suplemen

kalsium.Pengonsumsian suplemen kalsium dengan makanan memperbaiki

penyerapan, khususnya pada orang tua (Heaney dkk, 1989).


Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium pada bayi manusia. Pada orang

dewasa, bahkan mereka yang mengalami intoleransi laktosa, laktosa mungkin

20
memainkan peranan di dalam penyerapan. Peningkatan risiko untuk osteoporosis

pada individu yang mengalami intoleransi laktosa berasal dari asupan kalsium yang

rendah.
Asam oksalat di dalam rhubarb, bayam, lobak, dan bit hijau membentuk

kalsium oksalat yang tidak bisa larut di dalam saluran pencernaan. Contohnya, hanya

5% kalsium di dalam bayam yang diserap.


Asam phytic, senyawa mengandung fosfor yang pada prinsipnya ditemukan di

dalam kulit luar biji sereal, berkombinasi dengan kalsium untuk membentuk phytat

kalsium, yang juga tidak bisa larut dan tidak bisa diserap.
Serat makanan bisa menurunkan penyerapan kalsium, tapi ini mungkin hanya

menjadi masalah pada vegetarian yang mengonsumsi lebih dari 30 g serat per hari

(Kelsey dkk, 1979).


Pengobatan bisa mempengaruhi bioavailabilitas atau peningkatan ekskresi

kalsium, keduanya bisa berkontribusi pada penurunan tulang.


Penuaan dicirikan oleh penurunan efisiensi penyerapan kalsium, mungkin

karena achlorhydria dan respons adaptif tumbuh vitamin D pada penurunan asupan

kalsium (lihat Bab 13).


Pada individu yang mengalami kesalahan penyerapan lemak, penyerapan

kalsium diturunkan karena formasi sabun asam lemak kalsium.


Penyerapan kalsium tidak dipengaruhi oleh jumlah fosfat di dalam makanan,

kecuali kalau fosfat sangat tinggi, atau oleh kalsium: rasio fosfor (lihat pembahasan

pada fosfor).

4. Eskresi

Secara normal pada orang dewasa, lebih dari 50% kalsium yang diserap

diekskresikan di dalam urine setiap hari, tapi jumlah yang hampir ekuivalen juga

21
disekresikan di dalam usus (dan menggabungkan kalsium yang tidak diserap di dalam

feses). Penyerapan kembali kalsium dari tubules ginjal terjadi oleh mekanisme

transpor yang sama seperti pada usus kecil. Ekskresi kalsium urine berubah selama

siklus hidup, tapi menurun selama periode pertumbuhan tulang yang cepat. Ketika

menopause, ekskresi kalsium mengalami peningkatan besar, tapi pada wanita yang

sudah menopause dibantu dengan estrogen, lebih sedikit kalsium yang diekskresikan.

Setelah kira-kira usia 65 tahun, ekskresi kalsium menurun, lebih memungkinkan

karena penurunan penyerapan kalsium pada usus. Secara umum, kalsium urine sangat

berhubungan dengan asupan kalsium.


Ekskresi kalsium yang tinggi, yaitu, hypercalciuria yang menginduksi protein,

telah ditunjukkan berada pada makanan yang tinggi protein, khususnya dari protein

hewan, karena generasi asam organik, seperti sulfat, dari asam amino yang

mengandung sulfur (Kerstetter dan Allen, 1990). Pengaruh hypercalciuric belum

dikembangkan pada penelitian jangka panjang terhadap populasi yang mengonsumsi

makanan tinggi ... Konsumsi banyak kopi, khususnya kopi yang mengandung kafein,

juga bisa meningkatkan kehilangan kalsium urine. Adanya konsentrasi fosfat darah

yang tinggi menurunkan ekskresi kalsium ginjal.

a. KEHILANGAN PADA KULIT

Kehilangan pada kulit terjadi dalam bentuk keringat dan pengelupasan kulit.

Kehilangan kalsium di dalam keringat adalah sekitar 15 mg/hari. Aktivitas fisik yang

berat dan berkeringat akan meningkatkan kehilangan, bahkan pada orang-orang yang

memiliki asupan kalsium rendah.

22
b. SERUM KALSIUM

Total serum kalsium terdiri dari tiga kelompok yang berbeda: kalsium bebas

atau kalsium ionisasi (47.6%); kompleks antara kalsium dan anion, seperti fosfat,

sitrat, atau anion organik lainnya (6.4%); dan kalsium yang mengikat protein,

utamanya dengan albumin (46%). Serum albumin mengikat antara 70% dan 90%

kalsium yang mengikat protein.


Kalsium ionisasi (Ca++), bentuk yang diatur, berimbang cepat dengan kalsium

yang mengikat protein di dalam darah. Konsentrasi serum kalsium ionisasi

dikendalikan utamanya oleh hormon paratiroid (PTH), hormon tersebut disekresikan

oleh kelenjar paratiroid, meskipun hormon-hormon lainnya yang mempunyai peranan

minor di dalam pengaturannya. Hormon-hormon lain ini meliputi calcitonin, vitamin

D, estrogen, dan lain-lain (lihat bagian berikut ini). Total serum kalsium

dipertahankan di dalam rentang 8.8 hingga 10.6 mg/dL, di mana konsentrasi kalsium

ionisasi berada di dalam rentang 4.4 hingga 5.2 mg/dL. (Nilai serum kalsium lebih

tinggi daripada batas atas normal yang didefinisikan sebagai hypercalcemic, padahal

nilai di bawah batas bawah adalah hypocalcemic; masing-masing status abnormal

membawa risiko yang signifikan). Tingkat serum kalsium sangat tinggi pada awal

hidup, dan berangsur-angsur menurun selama hidup, mencapai tingkat yang paling

rendah selama masa tua (Anderson, 1991).


Beberapa faktor mempengaruhi distribusi relatif kalsium di dalam serum

darah atau plasma. Salah satunya adalah pH; bagian ionisasi meningkat pada acidosis

dan menurun pada alkalosis. Total kalsium berubah bersamaan dengan perubahan di

dalam tingkat protein plasma; namun demikian, bagian ionisasi biasanya masih

23
berada di dalam batas normal. Peraturan yang keras dari kalsium ionisasi

membuatnya menjadi perangkat diagnostik yang berguna dalam menilai fungsi

kelenjar paratiroid, memonitor penyakit ginjal, dan memonitor sakit bayi yang baru

lahir di mana hypocalcemia bisa mengancam hidup.

c. PENGATURAN SERUM KALSIUM

Kalsium di dalam tulang berada di dalam ekuilibrium dengan kalsium di

dalam darah. PTH memainkan peranan dalam mempertahankan serum kalsium pada

konsentrasi normal sekitar 10 mg/100 mL serum darah (2.5 mmol/L). (Peranan

fisiologi calcitonin di dalam pengaturan ini tidak dikembangkan dengan baik). Ketika

konsentrasi kalsium darah menurun di bawah tingkat ini, PTH menstimulasi transfer

kalsium yang bisa ditukar dari tulang ke dalam darah. Pada waktu yang sama, PTH

meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubular ginjal, dan secara tidak langsung

menstimulasi peningkatan penyerapan kalsium di dalam usus melalui bentuk hormon

vitamin D-1,25(OH)2D3.
Hormon-hormon lainnya seperti glucocorticoids, hormon tiroid, dan hormon

seks, juga mempunyai peranan penting dalam homeostasis. Glucocorticoid bisa

mengganggu penyerapan kalsium melalui mekanisme aktif dan pasif. Kelebihan

glucocorticoid mengakibatkan penurunan tulang, utamanya tulang trabecular, ciri

yang umumnya ditemukan pada pasien yang menerima terapi glucocorticoid kronis

pada dosis 20 mg/hari atau lebih tinggi. Hormon tiroid (T4 dan T3) bisa menstimulasi

penyerapan di dalam tulang; kondisi hipertiroid kronis menyebabkan penurunan

tulang padat dan trabecular.

24
Pada wanita, keseimbangan tulang normal memerlukan konsentrasi serum

estrogen untuk berada di dalam batas normal. Penurunan yang cepat dari konsentrasi

serum estrogen pada saat menopause adalah faktor utama yang berkontribusi pada

penyerapan di dalam tulang. Perlakuan wanita setelah menopause dengan estrogen

menurunkan tingkat penyerapan di dalam tulang (lihat Bab 28). Penyerapan di dalam

tulang juga dicegah oleh testosteron.

5. Fungsi

Kalsium makanan yang memadai diperlukan agar mendapatkan keuntungan

optimal pada massa dan densitas tulang di masa pra pubertas dan remaja.

Keuntungan-keuntungan ini memang penting untuk para gadis karena tulang yang

terhimpun bisa memberikan perlindungan tambahan melawan osteoporosis di akhir

masa hidup setelah menopause. Simpanan puncak kalsium pada remaja putri telah

ditunjukkan terjadi pada periode pra pubertaas dan awal pubertas (Abrams dan Stuff,

1994). Beberapa penelitian lain juga mendukung manfaat untuk mendapatkan asupan

kalsium yang memadai oleh para remaja putri untuk perkembangan tulang (Jackman

dkk, 1997; Matkovic dkk, 1995) (lihat Bab 28).


Wanita yang sudah mengalami menopause harus mendapatkan jumlah kalsium

yang memadai untuk mempertahankan kesehatan tulang dan untuk menekan PTH.

Peningkatan berikutnya dalam kehidupan sebagian besar individu, mungkin sebagai

hasil kalsium yang tidak memadai di dalam makanan (lihat Bab 28 dan 13).
Jumlah tambahan kalsium direkomendasikan untuk mencapai kebutuhan

kehamilan dan menyusui. Persyaratan kalsium pada saat hamil, masa kecil, masa

anak-anak, dan remaja dibahas secara rinci di dalam Bab 7 hingga 11. Selain

25
fungsinya untuk membangun dan mempertahankan tulang dan gigi, kalsium juga

mempunyai beberapa peranan metabolis di dalam sel pada semua jaringan lainnya.

Hanya sedikit kalsium, dibandingkan dengan kebutuhan besar tulang yang diperlukan

untuk semua fungsi sel dan ekstra sel lainnya.


Fungsi transpor membran sel dipengaruhi oleh kalsium, yang mempengaruhi

stabilitas membran dengan cara yang tidak terlalu dipahami. Kalsium juga

mempengaruhi transmisi ion-ion pada membran organel sel, pelepasan

neurotransmitter pada sambungan synaptic, fungsi hormon protein, dan pelepasan

atau enzim intrasel dan ekstrasel.


Kalsium diperlukan untuk transmisi syaraf dan pengaturan fungsi otot hati.

Keseimbangan ion kalsium, sodium, potasium, dan magnesium yang sesuai

mempertahankan tone otot kerangka dan mengendalikan iritabilitas syaraf.

Peningkatan yang signifikan di dalam serum kalsium bisa menyebabkan gagal

jantung atau pernapasan; penurunan ditunjukkan dalam tetany otot kerangka. Selain

itu, ion-ion kalsium memainkan peranan penting di dalam kemampuan kontraksi otot

halus.
Kalsium ionisasi mengawali formasi gumpalan darah dengan menstimulasi

pelepasan tromboplastin dari platelet darah. Ion-ion kalsium juga bertindak sebagai

kofaktor yang diperlukan untuk beberapa reaksi enzimatik, termasuk konversi

prothrombin menjadi thrombin, yang membantu dalam polimerasi fibrinogen menjadi

fibrin dan langkah terakhir dalam formasi penggumpalan darah.

6. Kekurangan

26
Perkembangan puncak massa tulang memerlukan jumlah kalsium yang

memadai dan juga fosfor, vitamin D, dan gizi-gizi lainnya. Dibandingkan dengan

masa dewasa, jumlah kalsium dan fosfat yang besar diperlukan untuk perkembangan

kerangka; karena itu, asupan yang memadai dari mineral-mineral ini dan manfaat

lainnya mempengaruhi perkembangan puncak massa tulang hingga masa pubertas

dan hingga remaja. Setelah remaja, penambahan pada tulang masih tetap terjadi, tapi

jumlah kalsium yang diperlukan menurun. Status vitamin D mungkin atau mungkin

tidak menjadi masalah, tergantung pada asupan kalsium dan fosfor. Hampir setiap

waktu selama siklus hidup ketika asupan kalsium berada di bawah jumlah yang

direkomendasikan, konsentrasi PTH di dalam darah meningkat. Tingginya kenaikan

bisa mengakibatkan massa tulang rendah (lihat bagian mengenai Fosfor dalam bab ini

dan Bab 28).


Asupan kalsium yang tidak memadai, selain pada vitamin D yang tidak

memadai, juga telah ditunjukkan mengakibatkan osteomalacia (Marie dkk, 1982)

(lihat Bab 4 dan 28).


Asupan kalsium yang rendah bisa menjadi faktor penting dalam beberapa

penyakit kronis, seperti kanker usus besar (Bab 39) dan hipertensi (Bab 27), yang

umumnya terjadi pada masyarakat Barat.


Data dari Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) menunjukkan

bahwa asupan kalsium, magnesium, potasium, dan mikronutrien dari makanan yang

memadai dari makanan produk susu rendah lemak, buah, dan sayuran bisa

menurunkan tekanan darah penderita hipertensi dan mencegah perkembangan

hipertensi (Appel dkk, 1997) (lihat Bab 27). Sebagai akibat dari penelitian-penelitian

27
ini, analisa susunan asupan menunjukkan bahwa makanan rendah kalsium juga

rendah dalam beberapa mikronutrien esensial lainnya yang diperlukan untuk

kesehatan (Barger-Lux dkk, 1992).

7. Daya racun

Asupan kalsium yang sangat tinggi (2000 mg atau lebih per hari), khususnya

pada adanya tingkat vitamin D yang tinggi, seperti dari kelebihan mencerna

kombinasi suplemen kalsium dan vitamin D, adalah potensi penyebab hypercalcemia.

Daya racun bisa menyebabkan kelebihan kalsifikasi pada jaringan halus, khususnya

ginjal, yang mungkin mengancam hidup. Tingkat asupan atas yang ditoleransi (UL)

untuk kalsium ditunjukkan pada Tabel 5.2.


Asupan tinggi kalsium mungkin juga menyebabkan gangguan penyerapan dari

kation dwivalen lainnya, seperti zat besi, seng, dan mangan (Argiratos dan Samman,

1994; kekurangan tembaga..., 1985; Dawson-Hughes dkk, 1986; Deahr dkk, 1990;

Hallberg dkk, 1991; Wood dan Zheng, 1997). Karena itu, ketika orang harus

mengonsumsi mineral sebagai suplemen, maka suplemen zat besi harus diambil pada

waktu yang berbeda, yaitu, pada saat perut kosong jika bisa menerima, padahal

suplemen kalsium harus dikonsumsi dengan makanan. Pertimbangan yang sama telah

ditunjukkan untuk penggunaan suplemen kalsium selama kehamilan.


Potensi pengaruh merugikan lainnya dari kelebihan asupan kalsium, meskipun

bukan pengaruh beracun di dalamnya, termasuk sembelit dan formasi batu ginjal.

Sembelit memang umum pada wanita lanjut usia yang menggunakan suplemen

kalsium, tapi peristiwa batu ginjal pada pengguna suplemen kalsium masih jarang.

B. Fosfor

28
Fosfor, elemen penting lainnya, tergolong yang kedua pada kalsium yang

berlebih pada jaringan manusia, sekitar 80% ada di dalam tulang dan gigi sebagai

kristal fosfat kalsium. 20% lainnya ada pada kelompok yang aktif secara metabolis

dalam setiap sel di dalam tubuh dan di dalam kompartemen fluida ekstrasel. Serum

fosfor anorganik dipertahankan oleh PTH pada tingkat 3 hingga 4 mg/100 mL pada

orang dewasa, tapi tidak diatur sebagai serum kalsium. Konsentrasi darah normal

pada bayi lebih tinggi. Keseimbangan fosfor ditunjukkan dalam Gambar 5.3.
Sebagian besar fosfat anorganik ditunjukkan sebagai H2PO4- dan HPO4--.

Jumlah yang kecil terikat pada protein atau kompleks dengan kalsium atau

magnesium. Hampir 10% serum fosfor anorganik terikat pada protein

Gambar 5.3 Keseimbangan fosfor dipertahankan utamanya oleh jumlah fosfat yang

diserap versus jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal dan usus. Tulang masih menjadi

penyimpan utama fosfat, seperti yang dilakukan untuk kalsium. Jalur metabolis

mempunyai beberapa persamaan dengan jalur-jalur kalsium.

1. Sumber makanan dan asupan

Secara umum, sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor yang

baik. Daging, unggas, ikan, dan telur mempunyai posisi sumber yang sangat baik.

Susu dan produk susu adalah sumber yang baik, seperti kacang dan polong, sereal dan

29
biji-bijian. Namun demikian, pada lapisan luar biji sereal, utamanya gandum, fosfor

terjadi dalam bentuk asam phytic, yang bisa kompleks dengan beberapa mineral

untuk membentuk senyawa yang tidak bisa larut. Pada roti biasa, asam phytic diubah

menjadi bentuk yang bisa larut dari ortofosfat selama proses peragian. Namun

demikian, pada roti yang tidak diragi yang umumnya dimakan di Timur Tengah,

ketersediaan semua mineral secara praktis akan menurun. Tabel 5.3 dan Apendiks 41

menunjukkan kandungan fosfor dari makanan-makanan yang dipilih.


Rata-rata asupan fosfor oleh orang dewasa di US kira-kira 1300 mg/hari untuk

pria dan 1000 mg/hari untuk wanita. Sebagian besar fosfor (sekitar 60%) berasal dari

susu, daging, unggas, ikan, dan telur. 20% lainnya diberikan oleh sereal dan polong-

polongan, dan kira-kira 10% didapatkan dari buah dan jus buah. Sumber makanan

lainnya, seperti teh, kopi, dan rempah-rempah, suplai kira-kira 3%. Jumlah yang

ditaksir dari makanan aditif menunjukkan hampir 10% (Calvo dan Park, 1996).
Tabel 5.3 Kandungan fosfor dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan Mg
Makaroni dan keju, 1 cup 322
Ikan sole, panggang, 3 ons 248
Susu, 2% lemak, 1 cup 232
Piza, 1/8 dari diameter 15 216
Keju, Swiss, diproses, 1 ons 216
Sup kacang polong campur, 1 cup 213
Ham, 3 ons 210
Es susu, lembut, 1 cup 202
Almon, cup 184
Oatmeal, cup 178
Lentil, masak, cup 178
Keju, lembut, 2% lemak, cup 170
Keju, ceddar, 1 ons 146
Ragi, Brewers, 1 T 140
Udang, rebus, 2 besar 137

30
Kacang panggang (putih), cup 137
Daging giling, 3 ons 135
Tahu, reguler, cup 120
Kentang, panggang, dengan kulit, 1 115
Kacang garbanzo, kaleng, cup 108
Telur, 1 86
Roti, gandum utuh, 1 potong 74
Polong, beku, masak, cup 72
Minuman cola, 1 kaleng (12 ons) 46
Keripik kentang, 14 43
Cokelat, murni, 1 ons 41
Roti, putih, 1 potong 30
Selda, Romain, 1 cup 25
Kembang kol, segar, cup 23
Jeruk, 1 18
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).

2. Referensi asupan makanan

The Food and Nutrition Board pada tahun 1998 merekomendasikan DRI

untuk fosfor yang kadang-kadang lebih rendah daripada DRI untuk kalsium untuk

semua kelompok umur (lihat Tabel 5.2). Asupan tingkat atas yang bisa ditoleransi

(UL) juga dikembangkan (Institute of Medicine, 1998).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Jumlah relatif fosfat anorganik dan organik pada makanan berbeda menurut

tipe fosfat yang dikonsumsi. Tanpa menghiraukan bentuk, sebagian besar fosfat

diserap di dalam bagian anorganik. Fosfat yang mengikat secara organik dihidrolisis

di dalam lumen usus dan dilepaskan sebagai fosfat anorganik, utamanya melalui

tindakan fosfatase alkali. Bioavailabilitas tergantung pada bentuk fosfat dan pH.

Lingkungan asam dari porsi yang paling proksimal dari duodenum penting untuk

31
mempertahankan daya larut fosfor dan, karena itu, bioavailabilitas. Pada makanan

vegetarian, porsi utama fosfor terjadi sebagai phytate, hanya dicerna dengan buruk

oleh manusia. Manusia tidak mempunyai enzim phytase untuk membelah fosfor dari

phytate; namun demikian, bakteri usus mempunyai enzim untuk menghidrolisis

beberapa fosfat. Ragi yang digunakan dalam pembuatan roti mengandung phytase,

yang juga melepaskan beberapa fosfat.


Secara umum, efisiensi penyerapan fosfat mendekati 60% pada orang dewasa,

hampir dua kali sama tingginya untuk kalsium, dan penyerapan fosfat juga lebih cepat

daripada penyerapan kalsium. Contohnya, puncak penyerapan fosfat terjadi kira-kira

1 jam setelah pencernaan makanan, padahal untuk entri kalsium di dalam darah,

puncak terjadi 3 hingga 4 jam setelah makan (Anderson, 1991).

4. Eskresi ginjal dan usus

Rute utama ekskresi fosfor adalah ginjal. Faktor penentu utama kehilangan

fosfor melalui urine adalah peningkatan asupan fosfat, peningkatan pada penyerapan

fosfat, dan konsentrasi plasma fosfor. Faktor-faktor lainnya penting dalam kondisi

tertentu adalah hyperparathyroidism, acidosis pernapasan atau metabolik akut, asupan

diuretik, dan perluasan volume ekstra sel. Jika tingkat PTH tinggi, maka fosfat

tambahan diekskresikan melalui rute urine. Penurunan ekskresi fosfat dihubungkan

dengan batasan fosfor makanan; peningkatan pada insulin plasma, hormon tiroid,

hormon pertumbuhan, atau glucagon; alkalosis metabolik atau pernapasan; dan

kontraksi volume ekstra sel.


Peraturan kehilangan fosfat melalui urine tidak setepat kehilangan fosfat

melalui urine untuk kalsium, tapi ekskresi fosfat fecal endogen mungkin diatur lebih

32
baik dan bertindak sebagai cara untuk menghilangkan beberapa kelebihan fosfat

ketika tingkat PTH tinggi. Rute ekskresi berikutnya bisa ditingkatkan ketika muatan

fosfat di dalam darah dan jaringan sangat tinggi.

5. Fungsi

Seperti fosfat, fosfor berpartisipasi dalam beberapa fungsi penting tubuh.

DNA dan RNA didasarkan pada fosfat. Bentuk sel utama energi, (adenosine

triphosphate) (ATP), mengandung ikatan fosfat energi tinggi, seperti kreatinin fosfat

dan phosphoenolpyruvate. Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) bertindak

sebagi sinyal sekunder di dalam sel yang mengikuti aktivasi hormon peptida dari

beberapa reseptor membran. Sebagai bagian fosfolipid, fosfor ada di dalam setiap

membran sel di dalam tubuh. Beberapa molekul fosfolipid juga bertindak sebagai

kurir sekunder di dalam cytosol. Reaksi fosforilasi-defosforilasi mengendalikan

beberapa langkah di dalam aktivasi dan deaktivasi enzim cytosolic oleh kinase atau

fosfatase. Total konsentrasi intra sel fosfat (tapi bukan konsentrasi ionik) lebih tinggi

daripada konsentrasi ekstra sel karena senyawa yang dilakukan fosforilasi tidak

melintasi membran sel dengan mudah dan terjebak di dalam sel.


Sistem penahan fosfat memang penting di dalam fluida intrasel dan di dalam

tubules ginjal, di mana fosfat berfungsi di dalam ekskresi ion hidrogen. Fosfat yang

disaring bereaksi dengan ion hidrogen yang disekresikan, melepaskan sodium di

dalam proses. Sodium, kemudian, bisa diserap kembali pada pengaruh aldosterone

(lihat Bab 6).


Yang terakhir, fosfat berkombinasi dengan ion-ion kalsium untuk membentuk

hydroxyapatite, molekul anorganik utama yang ada pada gigi dan tulang.

33
6. Kekurangan

Kekurangan fosfat memang jarang, tapi mungkin bisa berkembang pada

individu yang mengonsumsi obat yang dikenal sebagai pengikat fosfat (lihat Bab 38).

Penyebaran dan akhirnya konsekuensi fatal kehabisan fosfor yang parah

menunjukkan peranannya di mana-mana di dalam fungsi tubuh. Gejala ditunjukkan

dari penurunan sintesis ATP dan molekul fosfat organik lainnya. Terjadi gangguan

syaraf otot, kerangka, hematologi, dan ginjal.


Karena fosfor banyak tersedia dari makanan, termasuk makanan yang

diproses, dan minuman ringan tipe soda, sedikit kemungkinan ketidaksesuaian

makanan yang ada. Penipisan fosfat klinis dan hypophosphatemia mungkin

diakibatkan dari pengatur an jangka panjang glukosa atau TPN tanpa fosfat yang

memadai, terlalu banyak menggunakan antacid yang mengikat fosfat,

hyperparathyroidism, atau perlakuan acidosis diabetes, dan mungkin terjadi pada

pasien pencandu alkohol dengan atau tanpa penyakit liver dekompensasi. Bayi

prematur yang diberi makan ASI tanpa fortifikasi mungkin juga mengalami

hypophosphatemia.

7. Daya racun

Peningkatan konsentrasi PTH yang terjadi secara terus-menerus mungkin

terjadi karena konsumsi kronis kalsium rendah, diet fosfor tinggi. Kondisi ini

seringkali ditunjukkan lebih awal sebagai nutritional secondary hyperparathyroidism.

Pada manusia, tingkat PTH di dalam darah mengakibatkan rasio Ca:P rendah

khususnya dalam rentang normal, tapi biasanya pada sisi atas rentang. Peningkatan

34
PTH, bahkan dalam rentang normal, mengakibatkan peningkatan pergantian tulang

yang berpotensi bisa mengakibatkan penurunan massa dan densitas tulang (Calvo

dkk, 1990). Jika kondisi ini kronis, maka bisa mengakibatkan kerapuhan hingga retak

karena penyerapan yang berlebih dan pengenceran trabecular plate pada bagian

tulang hingga kerangka. Individu dengan rasio Ca:P rendah akan memberikan

keuntungan dari peningkatan asupan kalsium mereka dari makanan atau suplemen

(Anderson, 1996). Asupan kalsium yang memadai telah ditunjukkan pada beberapa

penelitian untuk menurunkan serum konsentrasi PTH, khususnya dari tingginya

rentang normal pada tingkat rendah (Krall dan Dawson-Hughes, 1994), tapi

adakalanya dari tingkat hyperparathyroid sebenarnya dalam rentang normal.

Mekanisme di mana rasio makanan Ca:P yang rendah berkontribusi pada

perkembangan peningkatan konsentrasi PTH yang tinggi ditunjukkan dalam Gambar

5.4. Peningkatan tingkat PTH yang tinggi mengakibatkan mineralisasi tulang terbatas

selama pertumbuhan yaitu, puncak akumulasi massa tulang yang tidak memadai

pada remaja dan dewasa muda dan kehilangan massa tulang pada orang dewasa

(Anderson, 1996).

35
Gambar 5.4 Mekanisme di mana rasio Ca:P makanan yang rendah mengakibatkan

perkembangan peningkatan konsentrasi hormon parathyroid (PTH).

C. Magnesium

Magnesium menduduki posisi kedua dalam kandungan pada potasium sebagai

kation intra sel. Tubuh manusia dewasa mengandung kira-kira 20 hingga 28 g, di

mana kira-kira 60% ditemukan di tulang, 26% di otot, dan sisanya dalam jaringan

halus dan fluida tubuh. Perbedaan gender dalam kandungan magnesium tubuh di

mulai pada masa pra pubertas. Magnesium di dalam tulang ada dalam kelompok yang

bisa ditukar dan tidak bisa ditukar. Ion magnesium di dalam kompartemen fluida

tulang lebih bisa ditukar daripada ion magnesium yang telah menjadi bagian kisi-kisi

kristal. Tingkat serum normal biasanya berada dalam rentang 1.5 hingga 2.1 mEq/L

(0.75 hingga 1.1 mmol/L). Sekitar setengah magnesium di dalam plasma itu bebas,

kira-kira sepertiga terikat pada albumin, dan sisanya kompleks dengan sitrat, fosfat,

atau anion-anion lainnya.

Zat Magnesium (Mg) merupakan unsur esensial bagi tubuh dan tubuh kits
mengandung unsur ini sebanyak 25 gram. Pada binatang percobaan fungsi Mg telah
banyak dipelajari dan diketahui banyak jenis enzim memerlukan unsur ini untuk
melakukan fungsinya. Namun demikian fungsi Mg di dalam tubuh manusia belum
banyak dipelajari dan diketahui. Pada tikus percobaan defisiensi Mg menyebabkan
kelainan pada telinga; ekor dan ujung kaki. Kelainan dimulai dengan adanya
dilatasi pembuluh darah, diikuti oleh cyanosis dan akhirnya kelainan nekrotik.
Binatang akan menuju kematiannya setelah terlebih dahulu mengalami kejang-

36
kejang. Di dalam berbagai jaringan lunak terjadi perkapuran, seperti di dalam
ginjal yang menderita adanya calculi di dalam saluran nephron. Tampaknya kelainan
primer pada defisiensi Mg ini ialah gangguan dalam metabolisma Calsium. Defisiensi
pada ternak memberikan penyakit "tetani rumput", dengan gejala hypomanganesemia,
hyperirritability, tetany dan kejang kejang.
Homeostasis magnesium diatur oleh penyerapan usus dan ekskresi ginjal.

Tidak hormon yang diketahui mempunyai peranan utama di dalam kontrol serum

magnesium, meskipun PTH mempunyai peranan minor (Rude, 1998).

1. Sumber makanan dan asupan

Magnesium banyak terdapat di dalam makanan, dan makanan biasanya

seharusnya memberikan jumlah yang memadai jika makanan yang benar dipilih

untuk konsumsi. Sumber-sumber yang baik adalah biji-bijian, kacang, polong-

polongan, dan biji sereal yang tidak digiling, dan juga sayuran berdaun hijau tua, di

mana magnesium itu penting karena mengandung klorofil. Susu adalah sumber yang

cukup baik dari magnesium, khususnya karena susu dan produk susu lainnya banyak

dikonsumsi; sebenarnya, susu adalah kontributor utama magnesium (Pennington dan

Young, 1991). Ikan, daging, dan buah yang paling umum dimakan (seperti jeruk,

apel, dan pisang) adalah sumber magnesium yang buruk. Diet dengan tinggi makanan

refinasi, daging, dan produk susu biasanya mempunyai magnesium yang lebih rendah

daripada diet yang kaya sayur dan biji-bijian yang tidak direfinasi (Tabel 5.4).

Mineral hilang selama penyulingan sereal, seperti tepung gandum dan beras, dan

pemrosesan makanan, seperti gula, dan mineral ini tidak ditambahkan sebagai bagian

pengayaan sereal.

37
Gambar 5.6 menunjukkan asupan median magnesium pada pria dan wanita di

US (Alaimo dkk, 1994). Asupan median untuk subyek pria dan wanita turun di bawah

RDA setelah usia 11 tahun; namun demikian, orang tua mempunyai asupan yang

paling rendah dari kelompok orang dewasa. Asupan yang rendah dari orang tua

memang konsisten dengan beberapa penelitian warga Norwegia yang berusia lebih

dari 60 tahun yang menunjukkan kekurangan magnesium parah di antara subyek

orang tua sehat (Gullestad dkk, 1994).


Asupan kalsium, protein, vitamin D, dan alkohol yang tinggi semuanya

meningkatkan persyaratan untuk magnesium; tekanan fisik atau psikologis mungkin

juga meningkatkan kebutuhan magnesium.


Sumber makanan unggulan dari magnesium dalam makanan US (CSFII)

meliputi, susu, roti, kopi, sereal siap makan, daging sapi, kentang, dan buncis/lentil

kering (Subar dkk, 1998).

2. Referensi asupan makanan

RDA untuk magnesium ditingkatkan pada tahun 1998 oleh Food and Nutrition

Board. Untuk pertama kalinya, beberapa rekomendasi yang berbeda dibuat untuk

wanita dan pria mulai masa pubertas (lihat Tabel 5.2). UL juga dikembangkan dan

juga AI untuk bayi (Institute of Medicine, 1998).


Tabel 5.4 Kandungan magnesium dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan Mg
Tahu, lembut, cup 118
Cabe dengan bji, 1 cup 115
Biji gandum, panggang, cup 90
Jambu monyet, panggang, cup 89
Halibut, panggang, 3 ons 78
Bit Swiss, masak, cup 75

38
Kacang, panggang, cup 67
Keripik cokelat, semi manis, cup 58
Kentang panggang dengan kulit, 1 55
Bubuk cokelat, 2 T 52
Tetes, blackstrap, 1 T 52
Sereal, kulit kismis, 1 ons 48
Bayam, segar, 1 cup 44
Cheerios, 1 ons 39
Susu, 2% lemak, 1 cup 33
Roti, gandum utuh, 1 potong 26
Ayam, dada, 3 ons 25
Polong hijau, beku, masak, cup 23
Daging giling, tanpa lemak, 3 ons 16
Buah 10-25
Kopi, masak, cup 9
Telur, 1 5
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Efisiensi penyerapan magnesium memang berbeda-beda, dari 35% hingga

45%. Magnesium mungkin diserap sepanjang usus kecil, tapi sebagian besar

penyerapan terjadi di dalam jejunum. Seperti pada mineral kation dwivalen lainnya,

langkah masuk magnesium dari lumen gut terjadi melalui dua mekanisme: proses

yang dibantu oleh pembawa dan difusi sederhana. Mekanisme dengan bantuan yang

bisa jenuh beroperasi pada konsentrasi intraluminal rendah, padahal gerakan

paraselular pada mukosa unggul di sepanjang usus kecil ketika konsentrasi

intraluminal tinggi. Efisiensi penyerapan berbeda dengan status magnesium individu,

jumlah magnesium dalam makanan, dan komposisi makanan secara keseluruhan.

39
Vitamin D mempunyai sedikit pengaruh atau tidak ada sama sekali pada penyerapan

magnesium.
Tidak ada sistem homeostatik untuk pengaturan serum magnesium yang telah

diidentifikasikan, tapi konsentrasi serum magnesium sangat konstan. Pertahanan nilai

konstan ini tergantung pada penyerapan, ekskresi, dan fluks kation transmembran,

dan bukannya pada pengaturan hormonal. Ketika di dalam sel, magnesium terikat

utamanya pada protein dan fosfat yang kaya energi. Keseimbangan magnesium

ditunjukkan dalam Gambar 5.6.

Gambar 5.5 Median asupan magnesium harian untuk pria dan wanita di US

dibandingkan dengan RDA tahun 1998

4. Ekskresi ginjal

Kontrol keseimbangan magnesium diatur, utamanya oleh ginjal yang

menghemat magnesium secara efisien, utamanya ketika asupan rendah. Dengan

memberikan tambahan asupan normal akan meningkatkan ekskresi urine, dan tingkat

serum magnesium masih tetap normal. Diet rendah magnesium akan menurunkan

ekskresi magnesium melalui urine. Untuk mencapai peningkatan kebutuhan laktasi

40
wanita, ekskresi magnesium melalui urine cenderung menurun (Dengel dkk, 1994).

Penyerapan dalam ginjal berbeda terbalik dengan penyerapan dalam kalsium.

5. Fungsi

Fungsi utama magnesium adalah untuk menstabilkan struktur ATP di dalam

reaksi enzim yang tergantung pada ATP. Magnesium adalah kofaktor untuk lebih dari

300 enzim yang terlibat dalam metabolisme komponen makanan dan pada sintesis

beberapa produk. Di antara beberapa reaksi yang memerlukan magnesium adalah

sintesis asam lemak dan protein, fosforidlasi glukosa dan turunannya di dalam jalur

glycolytic, dan reaksi transketolase. Magnesium memang penting dalam formasi

cAMP, yang menjadi kurir kedua cytosolic pertama untuk diidentifikasikan sebagai

mekanisme untuk mentransmisikan pesan dari luar sel untuk merespons hormon

lainnya, faktor seperti hormon lokal, atau molekul lainnya.


Magnesium memainkan peranan dalam transmisi dan aktivitas neuromuscular,

bekerja bersama dan melawan pengaruh kalsium, tergantung pada sistem yang

terlibat. Pada kontraksi otot normal, kalsium bertindak sebagai stimulator dan

magnesium bertindak sebagai relaxer. Magnesium bertindak sebagai penghambat

saluran kalsium fisiologis, dan disebut sebagai natures blocker (Iseri dan French,

1994). Reaktivitas vaskular dan sel-sel otot halus lainnya tergantung pada rasio

kalsium pada magnesium di dalam darah. Dosis besar magnesium bisa ditunjukkan

pada sistem syaraf pusat (CNS) depresi, anestesi, dan bahkan paralisis, khususnya

pada pasien yang mengalami gangguan ginjal. Jadi, pasien ginjal seharusnya tidak

diberikan suplemen magnesium. (Lihat Bab 38).

41
Magnesium telah diimplikasikan dalam masalah klinis yang berbagi

pathophysiologi vasospasm yang mendasari dan peningkatan koagulasi. Beberapa

penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa asupan magnesium rendah

mempengaruhi rasio prostacyclin pada tromboxane pada hipertensi karena kehamilan

(lihat Bab 7). Penggunaan magnesium untuk mencegah atherogenesis atau mencegah

penyakti jantung ischemic masih menjadi subyek penelitian yang terus dilakukan.

Gambar 5.6 Keseimbangan magnesium dipertahankan oleh penyerapan pencernaan

(GI) dan ekskresi ginjal.

6. Kekurangan

Pada manusia belum pernah dilaporkan gejala-gejala dan kasus defisiensi


Mg ini. Lean body mass pada manusia mengandung Mg sebanyak 43 mg per kg
dan kadarnya di dalam darah lengkap 2 mEq/ Liter. Kebutuhan manusia akan Mg
belum jelas benar, tetapi konsumsi sebanyak 250 mg sehari dianggap sudah
memenuhi keperluan bagi seorang dewasa. Diperkirakan bahwa kebutuhan unsur
Mg bagi bayi dan anak-anak sebanyak 150 mg sehari sedangkan bagi ibu hamil atau
sedang menyusukan 400 mg sehari. Data yang belum meyakinkan benar

42
memberikan indikasi bahwa defisiensi Mg pada manusia mungkin terjadi dengan
gejala-gejala tetany yang disertai kadar Ca++ darah yang normal, tetapi Mg++
menurun. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan pemberian Sulfat Mg. Di dalam
klinik MgSO4 dipergunakan sebagai obat sedativum pada delirium tremens. Di
dalam hidangan rata-rata masyarakat tampaknya Mg dapat mencukupi
kebutuhan.
Meskipun sangat jarang, kekurangan magnesium yang parah secara klinis bisa

ditunjukkan dengan gemetar, kejang otot, perubahan kepribadian, anoreksia, nausea,

dan muntah. Tetany, sentakan myoclonic, gerakan athetoid, sawan, dan koma juga

telah ditunjukkan pada individu yang kekurangan magnesium. Hypocalcemia dan

hypokalemia secara khusus terjadi lebih awal, bersamaan dengan gangguan respons

individu pada PTH. Penipisan sodium mungkin juga terjadi.


Pengaruh kekurangan magnesium yang parah pada metabolisme tulang

meliputi penurunan sekresi PTH oleh kelenjar paratiroid, konsentrasi serum PTH

yang sangat rendah, gangguan respons tulang dan ginjal pada PTH, penurunan serum

1,25(OH)2D3, ketahanan vitamin D, perubahan formasi kristal hydroxyapatite, dan

gangguan pertumbuhan tulang pada anak muda atau osteoporosis pada orang tua

(Rude, 1996). Dengan penipisan yang terus-menerus, maka konsentrasi PTH terus

menurun. Pengaturan magnesium ke dalam pembuluh darah membalik tanda-tanda

klinis dan gejala dalam jangka pendek.


Penipisan moderat magnesium rupanya sudah umum pada populasi orang tua

di negara-negara Barat (Gullestad dkk, 1994). Beberapa kekurangan secara khusus

diendapkan oleh asupan makanan kronis yang rendah magnesium, khususnya pada

individu yang menghindari konsumsi sayuran hijau tua, susu, dan sumber-sumber

43
makanan lain yang baik untuk mendapatkan magnesium. Kondisi lainnya, seperti

terus berkurangnya magnesium, atau perubahan keseimbangan elektrolit, khususnya

penurunan potasium, juga akan memicu kekurangan magnesium moderat (Rude,

1998). Situasi di mana kekurangan akut bisa berkembang meliputi gangguan ginjal,

terapi diuretik, kesalahan penyerapan, hiperthyroidism, pancreatitis, kwashiorkor,

diabetes, gangguan kelenjar paratiroid, stres setelah pembedahan, dan ricket karena

kekurangan vitamin D.
Penurunan status magnesium telah ditunjukkan sebagai faktor yang

mengakibatkan patogenesis beberapa penyakit kronis negara-negara Barat (Shils,

1994). Contohnya, dysrhythmia dan myocardial ischemia telah ditunjukkan pada

asupan magnesium yang rendah (Seelig dan Heggtveit, 1974). Beberapa penelitian

mengenai penggunaan magnesium pada pasien yang mengalami myocardial

infarction (MI) akut menunjukkan penurunan Kematian dengan perlakuan

magnesium post-MI yang cepat (Orlov dkk, 1994). Selain itu, suplementasi oral pada

usia pertengahan dan wanita tua dengan hipertensi ringan hingga menengah telah

ditemukan mengalami penurunan tekanan darah systolic dan diastolic secara

signifikan (Witteman dkk, 1994). (Lihat Bab 27).


Status magnesium memang sulit untuk menentukan dari ukuran serum

magnesium karena total serum magnesium masih konstan pada rentang tingkat

asupan yang besar. Kandungan magnesium leukosit lebih sensitif pada status gizi,

yang membuatnya menjadi penanda utama. Ekskresi magnesium melalui urine (dan

seringkali potasium) masih kurang pada individu yang kekurangan magnesium

daripada pada subyek yang mempunyai banyak magnesium yang diberikan perlakuan

44
dengan magnesium, menunjukkan penyimpanan magnesium yang lebih besar dan

memperbaiki status magnesium jaringan di dalam tubuh pada individu yang

kekurangan magnesium. Perhatian telah difokuskan pada antar hubungan magnesium

dan elektrolit lainnya, utamanya potasium, dan pengaruh antar hubungan ini pada

perkembangan beberapa gangguan jaringan. Contohnya, asupan magnesium yang

rendah sekarang juga dipertimbangkan sebagai potensi faktor risiko untuk hipertensi,

bersamaan dengan asupan potasium, kalsium, dan mikronutrien lainnya yang tidak

memadai (Appel dkk, 1997).


Kekurangan magnesium juga menjadi faktor di dalam osteoporosis, meskipun

mekanismenya belum dikembangkan. Beberapa peneliti di Israel, yang mengatur

suplemen magnesium selama 2 tahun pada wanita yang sudah mengalami

menopasuse dengan penyakit osteoporosis, menunjukkan perbaikan trabecular, tapi

bukan cortical, massa tulang (Stendig-Lindenberg dkk, 1993). Penelitian selanjutnya

pada hubungan antara magnesium dan tulang pada wanita yang telah mengalami

menopause akan diperlukan.

7. Daya racun

Meskipun kelebihan magnesium bisa mencegah kalsifikasi tulang, kelebihan

magnesium dari sumber makanan, termasuk suplemen, sangat tidak memungkinkan

untuk mengakibatkan keracunan. Namun demikian, UL untuk magnesium dari

suplemen atau agen-agen farmakologi yang dikembangkan untuk pertama kalinya

pada tahun 1998. (Lihat Tabel 5.2). Satu-satunya kasus keracunan telah ditunjukkan

45
pada pekerja peleburan yang menghirup atau melepaskan banyak sekali debu

magnesium yang diterima tubuh pada tingkat keracunan.

D. Sodium, potasium, dan klorida

Tiga unsur pokok makanan yang sangat diperlukan sodium, potasium, dan

klorida umumnya dikenal sebagai elektrolit, berada di dalam tubuh. Sodium sebesar

2%, potasium 5%, dan klorida 3% dari total kandungan mineral tubuh. Elemen-

elemen ini, yang ada sebagai ion di dalam fluida tubuh, didistribusikan di seluruh

fluida tubuh (ekstrasel dan intrasel). Sodium dan klorida utamanya ada di dalam

fluida ekstrasel, padahal potasium adalah elemen intrasel utama. Elektrolit-elektrolit

ini terlibat dalam mempertahankan setidaknya empat fungsi fisiologi penting tubuh;

keseimbangan dan distribusi air; perbedaan intrasel/ekstrasel dalam konsentrasi, hasil

pemfungsian membran (hidup) (lihat Bab 6). Peranan terakhir bertanggung jawab

untuk kenaikan potensi listrik pada membran semua sel dengan sel syaraf dan otot

mempunyai gradien yang paling tinggi. Sistem pompa Na/K/Ca/ATPase memang

penting dalam pengaturan volume, pertahanan potensi membran, dan pada transpor

gula, asam amino, dan molekul-molekul lainnya melalui membran.


Ketiga elemen siap diserap oleh usus kecil dan diekskresikan utamanya

melalui urine. Kehilangan fecal dan keringat adalah rute penghilangan lainnya.

Karena mineral-mineral ini banyak terdapat di dalam makanan, kekurangan biasanya

tidak terjadi pada individu yang sehat. Namun demikian, potasium tidak dikonsumsi

oleh sebagian besar warga Amerika, mungkin 50% orang dewasa. Alasan untuk

46
asupan potasium yang buruk adalah konsumsi buah dan sayuran yang terlalu sedikit.

Kelebihan konsumsi sodium sudah umum, dan sodium menyebabkan hipertensi pada

sekitar 10% populasi US.

1. Asupan dan sumber

Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III,

fase 1 (1988-1991), median asupan sodium individu yang berusia 20 tahun dan lebih,

pada tingkat rendah adalah mulai dari 2172 mg untuk wanita yang berumur 80 tahun

dan lebih hingga pada tingkat tinggi 4126 mg untuk wanita 20 hingga 29 tahun

(Alaimo dkk, 1994). Elektrolit dibahas secara rinci dalam Bab 6.


Sumber makanan utama sodium pada makanan US (USDA, 1994) meliputi

makanan di mana garam ditambahkan selama persiapan atau pemrosesan keju, ham,

tomat, susu, bumbu salad dan mayones, daging sapi, sereal siap makan, kue, biskuit,

roti tawar, dan donat (Subar dkk, 1998).


Makanan-makanan tersebut memberikan tingkat potasium yang paling tinggi

pada makanan US (USDA, 1994) termasuk susu, kentang, daging sapi, kopi, tomat,

jeruk dan jus grapefruit, dan unggas (Subar dkk, 1998). Total Diet Study (Pennington

dan Young, 1991) juga mengidentifikasikan produk makanan dari susu sebagai

sumber utama potasium. Lihat Apendiks 41 untuk kandungan sodium dan potasium

dari beberapa makanan.

5. Sumber makanan

Penaksiran asupan minimal untuk elektrolit dimasukkan pada RDA 1998 yang

dikembangkan oleh Food and Nutrition Board (1989). Mean asupan medium untuk

orang dewasa seharusnya tidak melebihi rekomendasi maksimum 2400 mg/hari. Food

47
and Nutrition Board belum melepaskan petunjuk baru untuk elemen-elemen ini di

dalam publikasinya tahun 1998.

6. Kekurangan

Kekurangan utama dalam konsumsi elektrolit melibatkan potasium. Ini karena

banyak orang yang menghindari mengonsumsi buah dan sayuran, yang memberikan

proporsi yang baik dari total asupan potasium pada pengonsumsi yang sehat. Asupan

potasium yang tidak memadai telah dihubungkan dengan hipertensi (Apel dkk, 1997)

dan osteoporosis (New dkk, 1997; Tucker dkk, 1998) (lihat Bab 27 dan 28).

7. Daya racun

Kelebihan asupan sodium, tapi bukan potasium, bisa menyebabkan

patogenesis beberapa penyakit kronis, termasuk hipertensi dan osteoporosis, tapi oleh

beberapa mekanisme yang berbeda. Asupan sodium yang tinggi meningkatkan

ekskresi kalsium melalui urine karena ginjal menyerap kembali sodium sebelum

kalsium. Terus hilangnya kalsium menambah tingginya asupan sodium yang telah

dilaporkan pada gadis remaja (Matkovic dkk, 1995) dan wanita yang telah

menopause (Devine dkk, 1995). Sodium dan kalsium di dalam urine saling

berhubungan secara negatif (Nordin dkk, 1993). Dalam wanita perimenopausal,

pembatasan garam menurunkan ekskresi sodium dan kalsium; dengan demikian, ini

bisa memperbaiki simpanan kalsium di dalam kerangka.

48
E. Sulfur

Zat belerang merupakan komponen dari beberapa jenis zat gizi yang esensial,
seperti asam amino dan Vitamin 131. Unsur ini di dalam tubuh merupakan bagian dari
molekul organik dan terdapat di dalam kondisi terreduksi (SH atau S), dan tidak dalam
bentuk teroksidasi sebagai sulfat.
Sulfur terjadi di dalam tubuh sebagai unsur pokok tiga asam amino cystine,

cysteine, dan methionine dan unsur pokok dari beberapa molekul organik lainnya.

Selain itu, ini ada di dalam semua sel dan di dalam kompartemen ekstrasel, seperti

jaringan penghubung. Struktur tersier protein bisa dihubungkan, sebagian, pada

ikatan kovalen antara residu cysteine di mana kelompok -SH dioksidasi untuk

membentuk jembatan disulfida (-S-S-). Jembatan-jembatan ini juga memberikan

modifikasi struktural tiga dimensi yang penting untuk aktivitas beberapa enzim,

insulin, dan protein-protein lainnya. Kelompok sulfhydryl protein juga berpartisipasi

dalam reaksi sel yang berbeda. Contohnya, pengaruh racun arsenik adalah karena

kemampuannya untuk mengikat kelompok sulfhydryl enzim. Sulfur cystein terikat

pada kelompok besi-sulfur yang ada dalam protein transfer elektron yang terlibat

pada proses dasar untuk bertahan hidup seperti fotosintesis, fiksasi nitrogen, dan

fosforilasi oksidatif.
Glutathione, cysteine yang mengadung tripeptide, bertindak sebagai donor

untuk menurunkan ekuivalen karena penurunan hidrogen peroksida dan peroksida

organik oleh glutathione peroksidase. Karena itu, sulfur bisa dipertimbangkan di

antara gizi-gizi yang bertindak sebagai antioksidan.


Sulfur terjadi sebagai komponen heparin, antikoagulan yang ditemukan di

dalam hati dan beberapa jaringan lainnya, dan sebagai kondroitin sulfat di dalam

49
tulang dan kartilage. Sulfur juga merupakan komponen penting dari tiga vitamin

tiamin, biotin, dan asam pantotenat. Molekul penting lainnya, seperti S-adenosyl

methionine, juga mengandung elemen ini.

1. Sumber makanan

Sumber makanan untuk sulfur meliputi daging, unggas, ikan, telur, buncis

kering, brokoli, dan kembang kol. Singkatnya, menurut rekomendasi asupan yang

dikembangkan, kalsium, magnesium, dan potasium dikonsumsi oleh sebagian besar

populasi US. Sebenarnya, semua survei sudah lama mengidentifikasikan gizi-gizi ini

karena dikonsumsi secara konsisten oleh warga Amerika. Sebaliknya, asupan sodium

dan fosfor (fosfat) dari sebagian besar segmen populasi telah ditemukan kelebihan

asupan yang direkomendasikan. Peningkatan penggunaan suplemen mineral rupanya

belum mempunyai pengaruh utama dalam memperbaiki asupan kalsium dan

magnesium.

2. Ekskresi

Kelebihan sulfur anorganik diekskresikan di dalam urine sebagai sulfat.

Metabolisme sulfur yang mengandung asam amino menghasilkan asam anorganik,

khususnya anion sulfat dengan jumlah yang besar. Sulfat dianggap berkombinasi

dengan ion-ion kalsium di dalam glomerular ultrafiltrat, dengan demikian bisa

menurunkan penyerapan dalam renal tubular untuk kalsium. Mekanisme ini bisa

menjelaskan bahwa sebanyak 50% kehilangan kalsium dihubungkan dengan

hypercalciuria karena protein, yang diamati pada konsumsi makanan yang kaya

protein hewani.

50
BAB II

MIKROMINERAL (ELEMEN TRACE)

Jumlah elemen yang ada di dalam jumlah besar dalam jaringan tubuh memang

penting untuk pertumbuhan optimal, kesehatan, dan perkembangan. Mikromineral

atau elemen trace didefinisikan seperti yang ditunjukkan, melalui eksperimen yang

dirancang dan diperkuat dengan benar, diperlukan untuk kinerja optimal fungsi

tertentu. Secara klasik, setiap elemen menunjukkan spektrum tindakan yang

tergantung pada dosis elemen dan bagian nutrisi penerima dengan mengacu pada

elemen tersebut.
Di masa lalu, kekurangan gizi bisa dengan mudah diidentifikasikan dan

didefinisikan. Peningkatan jumlah gizi menimbulkan peningkatan respons biologis

51
hingga batas tinggi tercapai di luar asupan yang lebih besar yang bisa menghasilkan

pengaruh farmakologis dan, akhirnya, keracunan.


Spektrum pengaruh yang dihasilkan oleh kekurangan elemen trace yang lebih

tidak terlihat dan sulit untuk diidentifikasikan sekarang ini, sebagian karena beberapa

pengaruh ini terjadi pada tingkat sel dan sub sel. Contohnya, kekurangan zat besi

secepatnya akan mengakibatkan tipe anemia yang mudah untuk diidentifikasikan.

Pengaruh sel tidak bisa diidentifikasikan dengan mudah, tapi sebenarnya bisa lebih

berbahaya bagi individu (lihat Bab 35). Laporan belakangan ini telah menunjukkan

bahwa sedikit ketegangan dari virus menjadi mematikan ketika berada dalam

kelompok yang kekurangan selenium (Beck dkk, 1994, 1995). Penemuan ini, dibahas

secara lebih rinci pada bagian selenium, menunjukkan kenyataan bahwa teori dan

pengetahuan tertentu mengenai kecukupan dan kekurangan memang berbeda dengan

kecukupan dan kekurangan pada 10 tahun yang lalu, dan bahwa pemahaman

mengenai beberapa fungsi mineral trace dan ultratrace harus terus diperbaharui.
Tabel 5.5 RDA elemen trace pada siklus kehidupan

Zat besi Seng Yodium Selenium


Kelompok Usia (th)
(mg/hari) (mg/hari) (g/hari) (g/hari)
Bayi 0.0-0.5 6 5 40 10
0.5-1.0 10 5 50 15
Anak-anak 1-3 10 10 70 20
4-6 10 10 90 20
7-10 10 10 120 30

Pria 11-14 12 15 150 40


15-18 12 15 150 50
19-24 10 15 150 70
25-50 10 15 150 70
51+ 10 15 150 70

Wanita 11-14 15 15 150 45


15-18 15 12 150 50
19-24 15 12 150 55

52
25-50 15 12 150 55
51+ 10 12 150 55

Hamil 30 15 175 65

Menyusui
6 bulan pertama 15 19 200 75
6 bulan kedua 15 16 200 75
(Dari Food and Nutrition Board, National Academy of Sciences National Research

Council, Recommended Dietary Allowance, edisi ke sepuluh. Washington, DC.

National Academy Press, 1989 [diringkas]).


Tabel 5.6 ESADDI untuk elemen trace pada siklus kehidupan

Elemen trace Kelompok Usia (th) ESSADDI (g/mg)


Khrom
Bayi 0-0.5 10-40 g
0.5-1 20-60 g
Anak-anak dan remaja 1-3 20-80 g
4-6 30-120 g
7-10 50-200 g
11+ 50-200 g
Dewasa 50-200 g
Tembaga
Bayi 0-0.5 0.4-0.6 mg
0.5-1 0.6-0.7 mg
Anak-anak dan remaja 1-3 0.7-1.0 mg
4-6 1.0-1.5 mg
7-10 1.0-2.0 mg
11+ 1.5-2.5 mg
Dewasa 1.5-3.0 mg
Mangan
Bayi 0-0.5 0.3-0.6 mg
0.5-1 0.6-1.0 mg
Anak-anak dan remaja 1-3 1.0-1.5 mg
4-6 1.5-2.0 mg
7-10 2.0-3.0 mg
11+ 2.0-5.0 mg
Dewasa 2.0-0.5 mg
Molibdenum
Bayi 0-0.5 15-30 g
0.5-1 20-40 g
Anak-anak dan remaja 1-3 25-50 g

53
4-6 30-75 g
7-10 50-150 g
11+ 75-250 g
Dewasa 75-250 g
(Dicetak kembali atas izin Food and Nutrition Board, National Academy of Sciences.

Recommended Dietary Allowance, edisi ke sepuluh. Washington, DC. National

Academy Press, 1989).


RDA telah dikembangkan hanya untuk empat elemen trace: zat besi, yodium,

selenium, dan seng (Tabel 5.5). rentang aman yang diperkirakan dan asupan makanan

harian yang memadai (ESADDI) untuk empat elemen trace lainnya tembaga,

mangan, khrom, dan molibdenum ditunjukkan dalam Tabel 5.6. Belakangan ini, AI

dan UL telah ditentukan untuk fluorida (lihat Tabel 5.2). Rentang yang sesuai untuk

mineral trace yang masih ada tidak bisa dikembangkan pada dasar pengetahuan yang

ada.

A. Karakteristik umum

Elemen trace secara khusus ada dalam dua bentuk: sebagai ion bermuatan,

atau terikat pada protein atau kompleks dalam molekul, seperti metalloenzim. Setiap

elemen mempunyai sifat kimia yang berbeda yang menjadi penting dalam peranan

fungsionalnya pada kompartemen sel atau ekstrasel. Di dalam darah dan fluida

jaringan dan sel lainnya, elemen trace tidak ada dalam ion bebas; selain itu, semuanya

secara khusus terikat pada transpor atau kandungan protein. Dalam kasus ion fluorida,

semuanya terikat di dalam kristal hydroxyapatite tulang dan gigi.

1. Sumber makanan

54
Dibandingkan dengan sumber lainnya, makanan dari hewan umumnya

menjadi sumber utama elemen trace karena konsentrasinya cenderung lebih tinggi

dan logam ada karena penyerapan. Seafood, khususnya, biasanya kaya pada hampir

semua mikronutrien. Salah satu pengecualian pada peraturan tersebut adalah mangan,

yang sudah ada dari sumber tanaman. Elemen trace tidak didistribusikan secara

merata pada biji gandum. Benih dan lapisan luar yang mengandung sebagian besar

mineral hilang melalui proses penggilingan. Mineral yang masih ada pada tepung

putih lebih siap daripada mineral yang ada pada tepung gandum utuh, yang sangat

kompleks pada molekul, seperti phytate dan serat.

2. Fungsi

Beberapa enzim memerlukan sedikit dari satu logam trace atau lebih untuk

aktivitas penuh. Fungsi logam di dalam sistem enzim melalui (1) partisipasi langsung

dalam katalisis; (2) kombinasi dengan substrat untuk membentuk kompleks di mana

enzim beraksi; (3) formasi metalloenzim yang mengikat substrat; (4) kombinasi

dengan produk akhir reaksi; atau (5) pertahanan struktur quaternary.


Konsentrasi besar dari mineral trace mempengaruhi seluruh tubuh melalui

interaksi dengan enzim atau hormon yang mengatur massa substrat. Kemampuan ini

dijelaskan jika, pada gilirannya, substrat mempunyai beberapa fungsi pengaturan.

Mineral trace bisa juga berinteraksi dengan DNA untuk mengendalikan transkripsi

protein yang penting untuk metabolisme mineral trace khusus.

B. Zat besi

55
Zat besi diketahui sebagai gizi penting selama lebih dari satu abad.

Kekurangan gizi zat besi dan anemia karena kekurangan zat besi masih dianggap

terlalu umum pada tahun 2000, padahal banyak tersedia makanan yang kaya zat besi

(lihat Bab 35). Sebenarnya, anemia karena kekurangan zat besi adalah penyakit

kekurangan gizi yang paling umum di dunia. Beberapa kemajuan telah dibuat dalam

penelitian metabolisme zat besi dan kekurangan zat besi, tapi beberapa pertanyaan

mengenai mekanisme untuk mengatur penyerapan zat besi di dalam usus dan

keseimbangan zat besi masih tetap berlangsung.

Kekurangan asupan zat besi pada anak akan mempunyai dampak yang buruk

pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak.1,2,3 Bahkan, lambatnya

perkembangan kognitif maupun perilaku anak akibat kekurangan zat besi dapat

menetap3 sehingga mengganggu tumbuh kembang dengan akibat dalam jangka waktu

yang panjang. Pencegahan terhadap terjadinya kekurangan zat besi pada anak dapat

memberikan keuntungan pada perkembangan dan perilaku anak.4 Sebelum

manifestasi anemia muncul, defisiensi zat besi ini sudah memberikan dampak

terhadap tumbuh kembang anak. 1,2,3 Anemia merupakan manifestasi lanjut dari

defisiensi zat besi. Padahal, di Indonesia dan negara berkembang lainnya, prevalensi

anemia kekurangan zat besi pada anak masih cukup tinggi.4-7 Anemia defisiensi besi

(ADB), adalah salah satu bentuk tersering dari suatu defisiensi nutrisi, tersebar luas

diseluruh dunia dan diperkirakan telah melibatkan sekitar 3 triliun orang. Walaupun

secara umum dinyatakan bahwa anemia defisiensi besi sejak tahun 1960 telah

mengalami penurunan secara drastis, namun anemia defisiensi besi sampai sekarang

56
masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia, terutama di negara yang

sedang berkembang termasuk Indonesia. Seperti telah disampaikan dimuka, akibat

jangka panjang dari keadaan ini yang sangat merugikan terutama kalau terjadi pada

bayi dan anak, karena dapat mengganggu perkembangan mental, motorik serta

perilakunya.8,9

Dua pertimbangan mengenai status nutrisi zat besi telah menonjol: peristiwa

anemia karena kekurangan zat besi dan peranan kelebihan asupan zat besi pada

penyakit jantung koroner dan kanker. Karena fortifikasi makanan dan penggunaan

suplemen zat besi oleh banyak sekali individu, asupan zat besi tinggi oleh pria dan

wanita setelah menopause mungkin berkontribusi pada risiko penyakit-penyakit

kronis ini.

3. Zat besi dalam tubuh

Zat besi terdapat disetiap sel tubuh manusia dan mempunyai berbagai fungsi vital

yang penting, sebagai pembawa oksigen dari paru ke jaringan-jaringan tubuh dalam

bentuk hemoglobin (Hb), sebagai fasilitator dalam penggunaan serta cadangan

oksigen di otot dalam bentuk myoglobin, sebagai media transport electron didalam

sel dalam bentuk cytochromes serta merupakan bagian integral dari berbagai enzim

dalam jaringan. Kekurangan besi akan menyebabkan terganggunya berbagai fungsi

vital tersebut serta dapat menimbulkan berbagai penyakit dan kematian. Besi

merupakan logam kedua terbanyak didunia ini, namun penyebab anemia yang

terbanyak juga karena akibat defisiensi besi.10

57
Jumlah besi dalam tubuh manusia berkisar 3,8 g pada laki-laki dewasa dan

2,3 g pada wanita, hal ini setara dengan 50 mg/kg berat badan pada seorang dewasa

laki dengan berat badan 75 kg dan 42 mg/kg berat badan pada seorang wanita dengan

berat badan 55 kg. Jika kecukupan zat besi dalam tubuh terpenuhi, maka sebagian

besar besi (lebih dari 70%) berada dalam bentuk besi yang fungsional, sedangkan

sisanya dalam bentuk cadangan dan transport. Sebagian besar besi yang fungsional

(lebih dari 80%) terdapat dalam eritrosit sebagai Hb, sedangkan sisanya sebagai

myoglobin dan enzim pernapasan intraseluler (cytochrom). Besi disimpan dalam

tubuh terutama dalam bentuk ferritin, namun sebagian dalam bentuk hemosiderin

Besi ditransport dalamdarah oleh protein dalam bentuk transferrin. Jumlah besi

keseluruhan dalam tubuh ditentukan oleh asupan besi, hilangnya besi, serta cadangan

dalam tubuh.11,12

Pengaturan keseimbangan besi didalam tubuh terutama melalui sistem gastro-

intestinal, melalui pengaturan absorpsi. Jika mekanisme ini berjalan normal, maka

besi yang fungsional dapat dipertahankan, demikian pula dengan cadangan besinya.

Kapasitas absorpsi besi dari tubuh tergantung dari makanan yang dikonsumsi, jumlah

dan jenis besi yang dikandung di dalamnya, serta adanya interaksi dengan berbagai

bahan makanan yang dapat mempercepat dan menghambat absorpsi besi, serta

kecepatan pembuatan eritrosit.

Penyebab kekurangan zat besi pada anak dan bayi adalah akibat kebutuhan

yang meningkat karena cepatnya pertumbuhan yang tidak diikuti dengan asupan yang

cukup. Kurangnya zat besi pada anak menyebabkan gangguan tumbuh kembang

58
anak, serta berbagai penyimpangan perilaku (penurunan kemampuan motorik,

integrasi sosial, serta kemampuan untuk berkonsentrasi) yang pada akhirnya akan

dapat menurunkan kualitasnya. Kondisi defisiensi zat besi ini sekaligus dapat

merupakan kondisi rawan keracunan timbal (Pb), karena pada kondisi ini dapat

meningkatkan absorpsi timbal.

4. Kebutuhan zat besi pada bayi dan anak

Pembentukan sel darah merah dan destruksinya merupakan proses sirkulasi

zat besi di dalam tubuh. Pada laki-laki dewasa, 95% kebutuhan zat besi untuk

produksi sel darah merah diambil dari pemecahan sel darah merahnya sendiri, 5%

kebutuhan zat besi lainnya diambil dari luar (makanan). Sedangkan pada bayi, 70%

kebutuhan zat besi diambil dari pemecahan sel darah merah, 30% diambil dari luar.5

Selama 3-4 bulan pertama kehidupan bayi hanya memerlukan sedikit zat besi dari

luar oleh karena mereka masih menggunakan kembali hemoglobin fetus. Setelah bayi

berumur 6 bulan, bayi membutuhkan makanan dengan sumber zat besi oleh karena

adanya pertumbuhan cepat dan mengurangnya simpanan zat besi di tubuh bayi.

Dibandingkan dengan bayi normal, bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai

simpanan zat besi awal lebih rendah, mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih

tinggi dan kemungkinan juga kehilangan darah lebih banyak oleh karena

pengambilan darah yang dilakukan pada tubuh bayi. Sehingga pada umur 2-3 bulan,

simpanan zat besinya sudah mulai berkurang.5

Selama minggu pertama kehidupan, eritropoisis hampir berhenti, jumlah

eritrosit menurun sampai level yang terendah. Besi disimpan sampai eritropoisis

59
dimulai lagi, biasanya setelah mencapai kadar hemoglobin 11-12 g/dl. Pada bayi

cukup bulan yang sehat, cadangan besi cukup untuk mengejar pertumbuhan hingga

mencapai dua kali berat badan lahir, kira-kira sampai usia 5 bulan, sesudah ini

diperlukan masukan zat besi untuk menjaga kesimbangan zat besi. Bayi cukup bulan

memerlukan 100 mg zat besi dalam tahun pertama kehidupan untuk mempertahankan

kadar Hb 11 g/dl, sedang bayi prematur perlu hingga dua sampai tiga kali lebih

banyak. Dalam tahun pertama kehidupan, jumlah kebutuhan besi tergantung pada

berat badan lahir, konsentrasi hemoglobin, kecepatan pertumbuhan dan adanya

kehilangan darah.8,10,11 Osky (1985) memperkirakan bila tidak ada tambahan zat besi,

walaupun tidak ada kehilangan darah, bayi berat badan rendah (BBLR)/prematur

akan menghabiskan simpanan besinya pada saat berat badannya mencapai dua kali

berat badan lahir, biasanya pada usia 2 bulan.24-26

Tabel 3. Kebutuhan fisiologis besi

Umur/Status g/kg BB/hari Mg/hari


4-12 bln 120 0,96
13-24 bln 56 0,61
2-5 th 44 0,70
Wanita hamil 24 1,31
Wanita datang bulan 43 2,38
Sumber: Verster 1996

Oleh karena simpanan zat besi berhubungan langsung dengan berat badan

lahir, konsentrasi hemoglobin awal dan penambahan volume darah, maka kebutuhan

zat besi selama satu tahun pertama dapat diperkirakan. Bayi prematur yang

mengonsumsi ASI memerlukan tambahan zat besi dengan dosis 2-3 mg/kg/hari,

60
maksimalnya adalah 15 mg/hari, dimulai pada umur 1 bulan dan dilanjutkan sampai

umur 1 tahun. Kebutuhan ini dapat juga dipenuhi dengan susu formula yang

fortifikasi besi dengan kandungan besi 12 mg/liter, sedang bayi dengan berat lahir

<1000 gram memerlukan besi sebanyak 4 mg/kg/hari. Walaupun pemberian zat besi

tidak mempengaruhi kejadian anemia fisiologis, tetapi menunjukkan bahwa

pemberian zat besi tidak memberikan keuntungan hasil yang bermakna sampai 72,5%

dalam menurunkan insiden anemia defisiensi zat besi dan meningkatkan konsentrasi

hemoglobin rata-rata 2,34 g/dl.27-29

Anak berumur 1-3 tahun membutuhkan zat besi sebanyak 7 mg per hari.

Penambahan zat besi ini sebaiknya berasal dari daging merah, sayuran kaya zat besi,

buah-buahan kaya vitamin C. Suplemen zat besi dan multivitamin kunyah dapat

diberikan.

5. Sumber makanan dan asupan

Selama ini, sumber makanan terbaik zat besi adalah hati, diikuti dengan tiram,

seafood, ginjal, jantung, daging tanpa lemak, unggas, dan ikan. Buncis kering dan

sayuran adalah sumber terbaik dari tanaman. Beberapa makanan lain yang

memberikan zat besi adalah kuning telur, buah kering, molases tua, biji utuh dan roti

yang diperkaya, anggur, dan sereal. Susu dan produk susu secara praktis sama sekali

tidak mempunyai zat besi. Jagung terkenal menjadi sumber zat besi yang buru, jadi

tidak mengejutkan bahwa beberapa kebudayaan yang mengonsumsi makanan

61
berbasis jagung utamanya telah diketahui mempunyai tingkat anemia yang tinggi.

Wajan besi, dan bahkan panci baja, ketika digunakan untuk memasak, menambahkan

asupan total zat besi.

Banyak sumber zat besi dapat diambil dari berbagai bahan makanan tersebut,

namun hasil penelitian di Indonesia menunjukkan abahwa sumber zat besi dari

Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang dikonsumsi anak-anak masih belum sesuai

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.42 Memang, pemberian

MPASI dengan sumber zat besi pada bayi tidak mudah, oleh karena hanya makanan

dalam bentuk tertentu yang mampu dikonsumsi bayi sesuai tahap perkembangannya.

Tabel 4. Sumebr zat besi pada berbagai bahan makanan

Kandungan
Per saji
besi (mg)
Kacang tanah 28 g 0.63
Kacang kedelai matang 1 cangkir 8.84
Bayam mentah 1 cangkir 1.52
Beras putih 1 cangkir 1.97
Daging sapi giling, matang 98 g 2.66
Ikan tuna kaleng, kering 84 g 0.51
Telur 1 besar 0.60
Susu sapi segar 1 cangkir 0.10
Susu formula fortifikasi zat besi 1 cangkir 3.0
Sumber: CDC and Prevention NMW 2002

Tabel 5. Sumber zat besi pada berbagai jenis makanan

Kandungan zat besi (dalam mg)


Jenis Makanan
Per 100 g Per saji
Hati ayam 8,5 0,6 (per hati)
Sup ayam (knor) 3,1 0,5 (1 sacchet)
Daging sapi 2,7 5,4 (200 gram)
Daging sapi (untuk steak, urat) 2,7 0,6 (5 lembar)

62
Fast food burger 2,6 5,8
Daging sapi (ground) 2,4 4,0
Pizza (dengan keju, daging dan sayur) 1,9 1,5 (per lembar)
Ikan fast food dengan saus tartar 1,6 0,4 (per lembar)
Pepperoni (sapi dan babi) 1,4 0,5 (7 lembar)
Babi 1,3 2,3 (170 gram)
Daging ayam (merah) 1,3 1,2 (1 unit = 459 gram)
Daging ayam (putih) 1,1 1,2 (1 unit = 459 gram)
Salmon dalam kaleng 1,0 3,9 (per kaleng)
Tuna (dalam kaleng dengan air) 1,0 1,7 (per kaleng)
Tuna (dalam kaleng dengan minyak) 0,6 0,6 (per kaleng)
Daging babi (panggang) 0,8 0,4 (2 lembar)
Tumis daging sapi 0,7 1,2 (170 gram botol)
Tumis ayam 0,7 1,1 (170 gram botol)
Bubur bayi ayam 0,6 0,7 (113 gram botol)
Bubur sapi 0,4 0,5 (113 gram botol)
Bubur serealia 47,5 7,1 (15 gram)
Susu formula dengan besi 0,2 0,6 (240 ml)
Susu sapi 0,05 0,1 (240 ml)
Susu coklat 0,2 0,6 (240 ml)
Sumber : CDC and Prevention. MMWR 2002

Tabel 5.7 Proporsi relatif zat besi pada anak muda, orang dewasa, orang yang

sehat

Kandungan zat besi Pria Wanita


Mg % Mg %
Fungsional
Hemoglobin 2300 64 1700 73
Mioglobin 320 9 180 8
Enzim heme 80 2 60 3
Enzim nonheme 100 3 80 3+

Simpanan
Ferritin 540 15 200 9
Hemosiderin 230 6 100 4
Transferrin 5 <1 4 <1
Total 3575 2314

63
Gambar 5.7 Diagram skema metabolisme zat besi pada orang dewasa. Sebagian

besar zat besi diserap dari duodenum dan jejunum, yang setelah itu disalurkan sebagai

zat besi plasma atau terikat pada transferrin. Sistem R-E, sistem reticuloendothelial.
Median asupan zat besi sebagian besar wanita lebih rendah daripada RDA,

padahal asupan median pria umumnya melebihi RDA, seperti yang dilaporkan dalam

fase I NHANESS III (Alaimo dkk, 1994). Makanan yang memadai yang mengandung

daging dan sumber-sumber hewan lainnya secara khusus mempunyai densitas besi

yang tinggi, mengandung kira-kira 6 mg zat besi per 1000 kkal. Rata-rata wanita yang

memakan segala jenis makanan mengonsumsi 2000 kkal, dengan demikian,

mengonsumsi 12 mg zat besi, atau kira-kira 80% RDA dari 15 mg/hari. Tingkat

asupan ini mencapai kebutuhan 86% wanita yang sedang menstruasi. Namun

demikian, asupan zat besi total kurang dari 12 mg/hari bisa menyebabkan wanita

berisiko pertama kekurangan zat besi, dan kemudian anemia karena kekurangan zat

besi. Namun demikian, konsumsi zat besi yang mencapai RDA 15 mg/hari

seharusnya memadai untuk mencapai kebutuhan dari hampir semua wanita yang

sedang mengalami menstruasi. Wanita yang kehilangan banyak zat besi setiap harinya

berimbang dengan peningkatan tingkat penyerapan, tapi bahkan dengan adaptasi ini,

simpanan zat besi yang tidak memadai masih terjadi.


Ketersediaan zat besi didapatkan dari makanan yang penting dalam

pertimbangan sumber makanan. Contohnya, hanya 50% zat besi atau kurang dari itu

dalam sereal gandum utuh dan dalam beberapa sayuran hijau yang mempunyai

bentuk yang bisa digunakan. Tabel 5.8 dan Apendiks 41 menunjukkan kandungan zat

besi dari makanan-makanan yang dipilih. Wanita vegetarian (vegan) bisa

64
mendapatkan cukup zat besi dari diet mereka, tapi mereka harus mengonsumsi

jumlah makanan zat besi sedang yang memadai, seperti polong-polongan dan buah

kering. Produk kedelai secara khusus menjadi sumber zat besi yang baik, juga seng.
Fortifikasi zat besi dari sereal, tepung, dan roti telah memberikan tambahan

asupan zat besi total secara signifikan untuk masyarakat US. Sereal fortifikasi telah

menjadi sumber zat besi yang kuat untuk bayi dan anak-anak, juga untuk remaja dan

dewasa.
Makanan yang memberikan jumlah yang paling besar dari zat besi dalam diet

US (USDA, 1994) meliputi sereal siap makan yang difortifikasi dengan zat besi; roti,

kue, biskuit, donat, dan pasta (semua difortifikasi dengan zat besi); daging sapi;

buncis/lentil kering; dan unggas (Subar dkk, 1998). Sumber biji-bijian juga

ditemukan sebagai makanan utama yang memberikan zat besi seperti yang

ditunjukkan di dalam Total Diet Study of the Food and Drug Administration (FDA)

(Pennington dan Young, 1991).

6. Recommended Dietary Allowance

Nilai makanan untuk zat besi yang dikembangkan oleh Food and Nutrition

Board pada tahun 1989 masih tetap sama. RDA untuk zat besi adalah 10 mg untuk

pria dan wanita setelah menopause dan 15 mg untuk wanita di usia yang masih bisa

melahirkan (untuk mengganti kehilangan dari menstruasi dan memberikan simpanan

zat besi yang memadai untuk mendukung kehamilan). RDA untuk remaja wanita juga

ditentukan pada 15 mg/hari untuk memberikan kebutuhan zat besi untuk

pertumbuhan. Untuk remaja pria, RDA-nya adalah 12 mg/hari (lihat Tabel 5.5).

65
Bayi yang dilahirkan cukup bulan mempunyai suplai cadangan zat besi

melalui transfer plasenta selama kehidupan janin. RDA untuk bayi normal didasarkan

pada rata-rata persyaratan harian 1.5 mg/kg bobot tubuh selama tahun pertama

kehidupan (Taylor dkk, 1988). RDA ditentukan pada 10 mg/hari di luar tahun

pertama kehidupan, dan berlanjut pada tingkat hingga remaja. Bayi prematur

mempunyai simpanan zat besi yang terbatas karena sebagian besar zat besi dan

mineral trace lainnya yang secara normal ditransfer selama trimester terakhir

kehamilan masih kurang. Kebutuhan zat besi untuk mendukung pertumbuhan yang

cepat pada bayi prematur menjadi jelas kira-kira pada 2 hingga 3 bulan usia (lihat

Bab 9).
Gambar 5.8 menunjukkan persyaratan fisiologi zat besi menurut usia.

Persyaratan paling tinggi adalah selama masa kecil dan remaja. Kebutuhan zat besi

pada pria menurun setelah pertumbuhan masa remaja, padahal kebutuhan zat besi

wanita terus tinggi hingga transisi menopause. Nilai zat besi meningkat selama

kehamilan (dari 15 hingga 30 mg per hari) tapi tidak selama menyusui, meskipun

suplemen seringkali direkomendasikan oleh para dokter untuk wanita hamil dan

menyusui.
Tabel 5.8 Kandungan zat besi dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan Mg
Sereal, siap makan, fortifikasi, 1 cup 1-16
Clam, kaleng, cup 11.2
Hati sapi, goreng, 3 ons 5.3
Braunschweiger, 2 ons 5.3
Buncis panggang, 1 cup 5.0
Tetes, blackstrap, 1 T 5.0
Tiram, masak, 1 ons 3.8

66
Daging rusa, panggang, 3 ons 3.8
Kentang panggang, dengan kulit, 1 2.8
Sup, lentil dan ham, 1 cup 2.6
Biji gandum, panggang, cup 2.5
Burrito, buncis, 1 2.5
Sup, mi daging, 1 cup 2.4
Nasi, putih, diperkaya, 1 cup 2.3
Spageti, dengan saus tomat, 1 cup 2.3
Poptart, fortifikasi, 1 2.2
Daging giling, tanpa lemak, 3 ons 1.8
Aprikot, setengah kering, 10 1.7
Oatmeal, tanpa fortifikasi, 1 cup 1.6
Bayam, segar, 1 cup 1.5
Bubuk cokelat, 2 T 1.5
Kacang polong, beku, masak, masak 1.3
Roti, gandum utuh, 1 potong 1.2
Ayam, dada, bakar, 1 0.9
Kacang tanah, panggang kering, cup 0.8
Daging babi cincang, panggang, 1 0.7
Brokoli, segar, masak, cup 0.7
Telur, 1 0.7
Bluebery, beu, cup 0.5
Minuman anggur, merah, cup 0.5
Raspbery, segar, cup 0.4
Keju, ceddar, 1 ons 0.2
Susu, 2% lemak, 1 cup 0.1
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986)

67
Gambar 5.8 Persyaratan zat besi yang diserap pada pria dan wanita di berbagai usia.

Persyaratan yang paling besar berhubungan dengan asupan makanan yang terjadi

pada masa anak-anak. Selama masa anak-anak, persyaratannya sama untuk kedua

jenis kelamin. Selama pertumbuhan remaja, ada peningkatan kebutuhan zat besi, yang

lebih besar pada remaja pria daripada remaja wanita. Karena menstruasi, persyaratan

pada wanita masih tinggi, padahal pada pria, persyaratan menurun setelah remaja.

7. Makanan yang meningkatkan dan yang menghambat absorbsi zat besi

Makanan padat untuk bayi/anak sering diberikan dalam bentuk campuran dari

berbagai sumber makanan yang diberikan dalam waktu bersamaan. Campuran

berbagai macam sumber makanan ini dapat mengakibatkan absorbsi zat besi atau

bahkan menghambat absorbsi zat besi, akibatnya anak dengan konsumsi sumber zat

besi yang cukup tetapi dapat menderita anemia. Kekurangan zat besi karena kurang

pemahaman orang tua dalam memberikan makanan kepada anaknya.

Makanan yang dapat meningkatkan absorbs zat besi adalah vitamin C, asam

sitrat, asam laktat. Sumber makanan hewani yang dapat meningkatkan absorbs zat

besi adalah daging, ikan, daging ayam.makanan yang meningkatkan absorbs zat besi

dari sumber gula adalah fruktosa dan sorbitol, dari sumber asam amino adalah sistein,

lisin dan histidin. Alkohol juga bersifat meningkatkan penyerapan zat besi.

Sedangkan makanan yang dapat menghambat absorbsi zat besi adalah tannin (pada

68
teh), polifenol (pada vegetarian), oksalat, fosfat, fitat (pada kulit padi), albumin pada

kuning telur, kacang-kacangan, kalsium (pada susu dan olahannya), Cu, Mn, Cd, Co.5

8. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Zat besi makanan terdapat dalam dua bentuk kimiawi: heme iron, ditemukan

pada hemoglobin, myoglobin, dan beberapa enzim; dan nonheme iron, dietemukan

utamanya dalam makanan yang berasal dari tanaman, tapi juga dalam beberapa

makanan yang berasal dari hewan, seperti pada enzim nonheme dan ferritin. Heme

iron (ring ferroporphyrin utuh) diserap melintasi brush border (mukosa) dari sel

penyerapan usus (enterocytes) setelah dicerna dari sumber-sumber hewani. Ketika

heme memasuki cytosol, ferrous iron dihilangkan secara enzimatik dari

ferroporphyrin kompleks. Ion-ion zat besi bebas berkombinasi dengan apoferritin

untuk membentuk ferritin dengan cara yang sama di mana besi nonheme bebas

berkombinasi dengan apoferritin. Ferritin bertindak sebagai simpanan intrasel dan

pengangkut yang mengangkut ikatan zat besi dari brush border ke membran

basolateral sel penyerap. Langkah terakhir penyerapan terjadi pada membran

basolateral sel penyerap, sama seperti untuk nonheme iron, oleh mekanisme transpor

aktif di mana ion zat besi bergerak di dalam darah. Diagram langkah-langkah ini

ditunjukkan dalam Gambar 5.9. Penyerapan heme iron dipengaruhi hanya secara

minimal oleh komposisi makanan dan sekresi pencernaan. Heme iron hanya

menunjukkan 5% hingga 10% zat besi makanan individu yang mengonsumsi

campuran makanan, tapi penyerapan mungkin mencapai 25%, dibandingkan hanya

5% atau lebih, untuk nonheme iron. Karena vegetarian hanya mengonsumsi makanan

69
dari tanaman, maka jumlah nonheme iron yang memadai harus dicerna dan diserap

untuk mencapai persyaratan tubuh.

Gambar 5.9Diagram skema penyerapan zat besi oleh usus dari sumber heme dan

nonheme melalui sel penyerapan usus atau enterocyte. Enterocyte mengandung dua

membran membran brush border dan membran basolateral seperti yang

ditunjukkan. Jalan masuk nonheme iron pada membran brush border berbeda dengan

langkah masuk heme iron. Heme iron masuk melalui formasi gelembung di sekitar

heme, padahal nonheme iron (zat besi ionik) masuk melalui penyebaran dengan

bantuan yang menurunkan gradien konsentrasi. Ion-ion yang diserap dikombinasikan

dengan apoferritin untuk membentuk ferritin kompleks yang bergerak pada sel

melalui penyebaran pada membran basolateral untuk langkah keluar penyerapan oleh

transpor aktif. Zat besi heme iron hilang secara enzimatik dan kehilangan-kehilangan

ini ada pada membran basolateral melalui mekanisme yang tidak diketahui. ATP,

adenosine triphosphate; ADP, adenosine diphosphate.


Tiga langkah penyerapan juga mendahului masukan nonheme iron di dalam

sirkulasi darah (lihat Gambar 5.9). Nonheme iron harus diserap bebas dari sumber

tanaman dan memasuki duodenum dan jejunum atas dalam bentuk yang bisa larut

70
(dan ionisasi) jika ditransfer pada brush border (mukosa), langkah pertama

penyerapan. Asam sekresi lambung meningkatkan daya larut dan perubahan besi

menjadi bagian ionik baik sebagai zat besi ferric (+3 bagian oksidasi) atau zat besi

ferrous (+2 bagian oksidasi) di dalam kandungan luminal gut. Zat besi pada bagian

yang diturunkan atau bagian ferrous dipilih untuk langkah masuk penyerapan, tapi

beberapa ferric iron juga ditransfer pada brush border. Penyerapan zat besi

ditingkatkan oleh proses pencernaan vitamin C karena asam askorbat menurunkan

ferric menjadi ferrous iron, dan juga mengikat atau melakukan chelates bentuk

ferrous, yang mengizinkan dua entitas diserap bersama pada brush border (lihat

bawah). Molekul makanan lain, seperti gula dan asam amino yang mengandung

sulfur, bisa juga meningkatkan masukan zat besi dengan membentuk chelate dengan

zat besi ionic. Ketika chyme bergerak menuruni duodenum, tambahan sekresi

pankreas dan duodenal meningkatkan kandungan pH menjadi 7, di mana titik

sebagian besar ferric iron diendapkan kecuali kalau sudah dilakukan chelate. Ferrous

iron secara signifikan lebih bisa larut pada pH 7, jadi ion-ion ini masih ada untuk

penyerapan di sisa usus kecil.


Efisiensi penyerapan nonheme (tapi bukan heme) iron dikendalikan oleh

mukosa usus, yang mengizinkan beberapa zat besi memasuki darah dari kelompok

cytosolic ferritin menurut kebutuhan tubuh. Sinyal dari tubuh ke sel penyerap

mungkin juga transferrin saturation, yaitu, persentase zat besi yang terikat pada

transferrin (lihat Gambar 5.9). Secara normal, transferrin jenuh adalah 30% hingga

71
35% pada individu yang sehat yang mengonsumsi zat besi. Persentase bisa sangat

berbeda, tergantung pada asupan zat besi dan bioavailabilitas.


Persentase yang rendah, katakan 15% total iron-binding capacity (TIBC)

transferrin akan menstimulasi sel penyerap untuk mentransfer zat besi melalui jalan

keluar pada membran basolateral ke darah. Beberapa penalti menunjukkan bahwa

jumlah reseptor transferrin pada membran basolateral sel penyerap bisa meningkat

(diatur ke atas) agar lebih banyak transpor zat bisa menuju molekul trasferrin yang

sudah menunggu, masing-masing mempunyai kapasitas untuk mengikat dua ion zat

besi (atom). Pada jenuh rendah, peningkatan jumlah kekosongan ada pada molekul

transferrin untuk mengambil zat besi dan membawanya ke sumsum tulang dan

jaringan-jaringan lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya, jika status zat besi

di dalam tubuh berlebih, maka TIBC bisa mendekati 40% hingga 50%, di mana sel-

sel yang menyerap akan diatur di bawah oleh sinyal ini, dan semakin sedikit zat besi

yang akan diizinkan untuk diserap. Situasi berikutnya beroperasi selama zat besi yang

berlebih melindungi dari keracunan.


Jangka hidup sel penyerap di usus kira-kira adalah 5 hingga 6 hari. Selama

waktu ini, mereka muncul dari bawah setelah pembelahan sel, mengarah ke atas

melalui villi ke ujung, dan akhirnya melepaskan diri sebagai sel mati. Ini selama

hidup sel individu, yang ditandai oleh jenuh persen transferrin di bawah atau

singkatnya sesudah itu, di mana jumlah penerima untuk transferrin ditentukan. Sel-sel

lain yang terbentuk sebelum atau sesudahnya mungkin mempunyai jumlah reseptor

yang berbeda, tergantung pada suplai gizi zat besi. Pada individu dengan kekurangan

72
zat besi kronis, khususnya wanita produktif, jumlah reseptor secara kronis mungkin

ditingkatkan untuk memaksimalkan efisiensi penyerapan zat besi.


Efisiensi penyerapan zat besi (dari gut lumen ke darah) oleh orang dewasa

dengan nilai hemoglobin normal rata-rata antara 5% hingga 15% zat besi (kombinasi

heme dan nonheme) terkandung di dalam makanan dan suplemen. Meskipun

penyerapan mungkin mencapai 50% pada mereka yang mengalami anemia karena

kekurangan zat besi, tingkat penyerapan ini memang tidak umum. Sebagian besar

wanita yang kekurangan zat besi, tapi bukan anemia, mungkin mempunyai efisiensi

penyerapan 20% hingga 30%. Dari 2% hingga 10% nonheme iron di dalam sayuran

diserap, dan dari 10% hingga 30% zat besi (baik heme dan nonheme) pada sumber-

sumber hewani juga akan diserap.


Beberapa faktor mempengaruhi penyerapan zat besi di dalam usus, khususnya

nonheme iron. Efisiensi penyerapan zat besi ditentukan oleh makanan yang

didapatkan. Beberapa makanan mengandung zat-zat yang memberikan peningkatan,

seperti asam askorbat dan yang terkenal adalah faktor daging yang dijelaskan pada

paragraf berikutnya. Makanan-makanan lain yang mengandung agen-agen kompleks,

seperti phytate dan oksalat, mencegah penyerapan. Asam askorbat, pendorong

penyerapan zat besi yang paling potensial, membentuk chelate dengan zat besi yang

masih bisa larut di dalam pH alkaline dari usus kecil bagian bawah. Asam askorbat

meningkatkan penyerapan nonheme iron khususnya pada wanita dengan asupan zat

besi rendah (Hunt dkk, 1994).


Protein hewani dari daging sapi, babi, lembu, domba, hati, ikan, dan ayam

meningkatkan penyerapan. Zat yang bertanggung jawab untuk perbaikan penyerapan

73
istilahnya faktor daging tidak diketahui. Salah satu teorinya adalah bahwa produk

pencernaan otot dan lemak pada daging sapi berinteraksi untuk meningkatkan

penyerapan zat besi (Kapsokefalou dan Miller, 1993).


Meskipun kandungan zat besi susu ASI sangat rendah, namun

bioavailabilitasnya tinggi karena adanya lactoferrin susu, yang meningkatkan

penyerapan zat besi. Bayi mendapatkan lebih banyak zat besi dari susu ASI daripada

dari susu sapi atau formula bayi karena adanya lactoferrin di dalam ASI. Protein air

dadih (lactalbumin), merupakan persentase yang lebih besar dari total protein di

dalam susu ASI daripada di dalam susu sapi, mungkin juga memperbaiki penyerapan

zat besi (Borch-Iohnsen dkk, 1994).


Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut dan, karena itu

bioavailabilitas zat besi didapatkan dari makanan. Karena itu achlorhydria (tidak

adanya sekresi asam lambung), hypochlorhydria (sekresi asam yang tidak memadai),

atau pengaturan zat-zat alkali, seperti antasida, bisa mengganggu penyerapan zat besi

dengan tidak mengizinkan kemampuan larut zat besi dai dalam fluida lambung dan

duodenal. Sekresi lambung juga meningkatkan penyerapan zat besi heme.


Bagian fisiologi, seperti kehamilan dan pertumbuhan, yang meminta

peningkatan formasi darah, mendorong penyerapan zat besi. Selain itu, semakin

banyak zat besi yang diserap saat kekurangan zat besi karena mekanisme adaptif yang

meningkatkan penyerapan zat besi nonheme.


Makanan dengan tinggi kandungan phytate mempunyai bioavailabilitas zat

besi yang rendah, tapi apakah phytate itu penyebabnya atau bukan belumlah jelas.

Tannin, yang merupakan polyphenol di dalam teh juga menurunkan penyerapan zat

besi nonheme. Adanya jumlah kalsium yang memadai membantu untuk

74
menghilangkan fosfat, oksalat, dan phytate yang akan berkombinasi dengan zat besi

dan mencegah penyerapannya.


Ketersediaan zat besi dari beberapa senyawa digunakan untuk pengayaan

makanan atau sebagai suplemen yang sangat berbeda menurut komposisi kimianya.

Meskipun zat besi di dalam bentuk ferrous adalah yang paling siap diserap, tidak

semua senyawa ferrous sama-sama ada. Ferrous pyrophosphate seringkali digunakan

di dalam produk, seperti sereal sarapan, karena tidak menambahkan warna abu-abu

pada makanan. Namun demikian, senyawa ini dan yang lainnya, seperti ferrous sitrat

dan ferrous tartat tidak diserap dengan baik. Zat besi biasanya ditambahkan pada

makanan bayi dalam bentuk elemen, kemampuan penyerapan tergantung pada ukuran

partikel zat besi.


Peningkatan motilitas usus menurunkan penyerapan zat besi dengan

menurunkan waktu kontak, dan juga dengan menghilangkan chyme dengan cepat dari

area keasaman usus yang paling tinggi. Pencernaan lemak yang buruk menyebabkan

steatorrhea juga menurunkan penyerapan zat besi, dan juga penyerapan kation-kation

lainnya.

9. Trasnpor

Zat besi (nonheme) disalurkan, terikat pada transferrin, pada beberapa

jaringan untuk memenuhi kebutuhannya. Secara khusus ini tidak ada dalam bagian

ion bebas di dalam serum.

10. Penyimpanan

Sekitar 200 hingga 1500 mg zat besi disimpan di dalam tubuh sebagai ferritin

dan hemosiderin; 30% simpanan zat besi tubuh ada di dalam hati, 30% terjadi did

75
alam sumsum tulang, dan sisanya ditemukan di dalam limpa dan otot. Peningkatan

hingga 50 mg/hari bisa dimobilisasi dari simpanan zat besi, 20 mg yang digunakan di

dalam sintesis hemoglobin. Gambar skematik peristiwa ini bisa dilihat dalam Gambar

5.7. Jumlah ferritin yang bersirkulasi di dalam darah sangat berhubungan dengan total

simpanan zat besi tubuh, yang membuat ukuran ini menjadi perangkat yang tidak bisa

dinilai untuk evaluasi klinis status zat besi (lihat Bab 17 dan 35).

11. Ekskresi usus

Zat besi hilang dari tubuh hanya melalui pengeluaran darah dan, dalam jumlah

yang sangat kecil, melalui ekskresi fecal, keringat, dan eksfoliasi normal rambut dan

kulit. Sebagian besar zat besi yang hilang di dalam feses terdiri dari yang tidak bisa

diserap dari asupan makanan. Yang lainnya berasal dari empedu dan sel-sel yang

dieskfoliasi dari epitel pencernaan. Hampir tidak ada zat besi yang diekskresikan di

dalam urine.
Jumlah zat besi yang hilang setiap hari kira-kira adalah 1 mg pada pria dewasa

dan agak lebih sedikit pada wanita yang tidak menstruasi. Kehilangan zat besi

bersamaan dengan menstruasi rata-rata adalah 0.5 mg/hari. Banyak variasi pada

individu dan kehilangan zat besi karena menstruasi lebih dari 1.4 mg zat besi setiap

hari terjadi pada kira-kira 5% wanita normal.

12. Fungsi

Fungsi zat besi berasal dari kemampuannya untuk berpartisipasi dalam reaksi

oksidasi dan penurunan. Secara kimiawi, zat besi adalah elemen yang sangat reaktif

yang bisa berinteraksi dengan oksigen untuk membentuk tingkat menengah yang

76
mempunyai potensi merusak membran sel atau menurunkan DNA. Zat besi harus

terikat erat pada protein untuk mencegah potensi pengaruh kerusakan ini.
Metabolisme zat besi memang kompleks karena elemen ini terlibat dalam

beberapa aspek kehidupan, termasuk fungsi sel darah merah, aktivitas myoglobin, dan

peranan beberapa enzim heme dan nonheme. Karena sifat oksidasi-reduksinya

(redox), zat besi mempunyai peranan di dalam transpor oksigen dan karbon dioksida

ketika bernapas, dan ini adalah komponen cytochrome (enzim) aktif yang terlibat

dalam proses respirasi sel. Zat besi juga terlibat dalam fungsi imun dan kinerja

kognitif. Meskipun hubungan-hubungan ini belum diidentifikasikan dengan jelas,

namun hubungan-hubungan ini menggarisbawahi manfaat pencegahan anemia karena

kekurangan zat besi pada masyarakat dunia. Tabel 5.9 menunjukkan molekul zat besi

utama di dalam tubuh dan fungsinya.


Hemoglobin, yang ada di dalam sel darah merah, disintesiskan pada sel-sel

yang belum dewasa di dalam sumsum tulang. Hemoglobin bekerja dengan dua cara:

(2) heme yang mengandung zat besi berkombinasi dengan oksigen di dalam paru-

paru, dan (2) heme melepaskan oksigen di dalam jaringan di mana jaringan tersebut

mengambil karbon dioksida, hanya untuk melepaskan gas ini di dalam paru-paru saat

kembalinya dari jaringan tersebut. Myoglobin, juga protein yang mengandung heme,

bertindak sebagai penyimpan oksigen di dalam otot.


Produksi oksidatif ATP di dalam mitokondria melibatkan beberapa enzim

yang mengandung zat besi, baik heme dan nonheme. Cytochrome, ada di dalam sel,

berfungsi di dalam rangkaian pernapasan di dalam transfer elektron dan simpanan

energi melalui oksidasi dan reduksi pengganti (redox) zat besi (Fe++ Fe+++).

77
Beberapa obat yang tidak larut di dalam air dan molekul organik endogen yang

diubah oleh cytochrome P-450 system di dalam hati menjadi senyawa yang larut di

dalam air yang bisa disekresikan di dalam empedu dan dihilangkan. Meskipun enzim-

enzim penting ini hanya menunjukkan porsi kecil total zat besi di dalam tubuh (lihat

Tabel 5.9) penurunan pada konsentrasi sel mereka bisa mempunyai konsekuensi

jangka panjang. Enzim-enzim lainnya, termasuk beberapa di dalam otak, juga

memerlukan zat besi agar bisa aktif.


Tabel 5.9 Molekul zat besi di dalam tubuh

PROTEIN METABOLIS
Protein heme
Hemoglobin Transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan
Mioglobin Transpor dan penyimpanan oksigen di dalam otot

Enzim heme
Cytochrome Transpor elektron
Cytochrome P-450 Degradasi oksidatif obat
Catalasa Konversi hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air

Enzim nonheme
Iron sulfur dan metalloprotein Metabolisme oksidatif

Enzim yang tergantung dengan zat besi


Tryptophan pyrolase Oksidasi tryptophan
TRANSPOR DAN PENYIMPANAN PROTEIN
Transferrin Transpor zat besi dan mineral-mineral lainnya
Ferritin Simpanan
Hemosiderin Simpanan

Asupan zat besi yang memadai memang penting untuk fungsi normal sistem

imun. Kelebihan zat besi dan kekurangan zat besi menunjukkan perubahan dalam

respons imun. Zat besi diperlukan oleh bakteri; karena itu, kelebihan zat besi

(khususnya melalui urat nadi) bisa mengakibatkan peningkatan risiko infeksi.

Kekurangan zat besi mempengaruhi imunitas humoral dan sel. Konsentrasi limfosit T

yang bersirkulasi menurun pada orang-orang yang mengalami kekurangan zat besi,

78
dan respons mitogenik akan terganggu. Aktivitas sel pembunuh alami (NK) juga

menurun. Ribonucleotide reductase, enzim yang membatasi nilai pada sintesis DNA,

adalah enzim zat besi. Produksi interleukin-1 telah ditunjukkan menurun pada hewan-

hewan yang kekurangan zat besi, penekanan produksi interleukin-2 terjadi pada

manusia dan hewan. Pada salah satu penelitian, respons imun dari orang tua yang

tampak sehat diperbaiki ketika mereka menerima suplemen zat besi (Johnson dkk,

1994) (lihat Bab 13).


Dua protein yang mengikat zat besi transferrin (di dalam darah) dan

lactoferrin (di dalam ASI) melindungi dari infeksi dengan menahan zat besi dari

mikroorganisme yang membutuhkannya untuk proliferasi.


Zat besi yang digunakan oleh sel-sel otak untuk fungsi normal pada semua

usia (Beard dkk, 1993). Zat besi terlibat dalam fungsi dan sintesis neurotransmitter

dan, mungkin myelin. Pengaruh yang mengganggu dari anemia awal karena

kekurangan zat besi pada anak-anak tetap berlangsung selama beberapa tahun

(Lozoff, 1990; Walter, 1990).


Perbedaan telah ditemukan antara kinerja skolastik, kompetensi sensorimotor,

perhatian, pembelajaran, dan memori anak yang kekurangan darah dan subyek

kontrol (Pollitt dkk, 1976). Penambahan zat besi pada anak-anak yang mengalami

anemia karena kekurangan zat besi dianggap menguntungkan proses pembelajaran

mereka, seperti yang diukur melalui skor uji prestasi sekolah (Soemantri dkk, 1985).
Perubahan terjadi pada metabolisme zat besi pada penyakit tertentu seperti

penyakit Alzheimer. Distribusi zat besi di dalam otak juga dilaporkan berubah selama

penuaan normal (Johnson dkk, 1994).

13. Defisiensi Zat Besi

79
a. Kekurangan

Kekurangan zat besi, prekursor anemia karena kekurangan zat besi adalah

yang paling umum dari semua penyakit karena kekurangan gizi (lihat Bab 35). Di US

dan di dunia, anemia karena kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum

anemia pada anak-anak dan wanita di usia produktif. Kelompok yang dianggap

berada pada risiko paling besar anemia karena kekurangan zat besi adalah bayi yang

berusia kurang dari 2 tahun, remaja putri, wanita hamil, dan orang tua. Remaja yang

hamil seringkali berisiko tinggi karena kebiasaan makan yang buruk (lihat Bab 7 dan

11).

Usia anak yang paling rawan untuk terjadinya ADB, ialah antara 9-18 bulan,

bersamaan dengan saat terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat. Pada bayi cukup

bulan cadangan besi yang ada cukup memenuhi kebutuhannya sampai usia 4-6 bulan,

pada umumnya ADB sangat jarang terjadi pada usia di bawah 9 bulan. Bayi kurang

bulan serta bayi dengan berat badan lahir rendah, terlahir dengan cadangan besi yang

sangat terbatas; dengan kecepatan tumbuhnya yang cepat mereka sudah dapat

mengalami kekurangan cadangan besi pada usia 2-3 bulan, karenanya mereka juga

ada dalam kondisi yang sangat rawan untuk terjadinya ADB.16,17

Tingkat akhir rangkaian kekurangan zat besi ditunjukkan oleh anemia

hypochromic, microcytic. Anemia bisa diperbaiki dengan memberikan suplemen

dosis tinggi dalam bentuk ferrous sulfat atau ferrous gluconate hingga parameter

darah kembali normal. Untuk mencegah kekurangan zat besi lebih lanjut, individu

harus dinasihati menyangkut makanan yang kaya zat besi. Lihat Gambar 35.1 untuk

80
contoh perubahan di dalam parameter zat besi yang mendefinisikan kondisi normal

mulai dari status zat besi normal hingga anemia karena kekurangan zat besi yang

parah. Gambar 5.10 menunjukkan koilonychia, gejala kekurangan zat besi.


Kekurangan zat besi bisa disebabkan oleh luka, hemorrhage, atau sakit

kehilangan darah karena cacing tambang atau penyakit pencernaan yang mengganggu

penyerapan zat besi). Kekurangan zat besi mungkin juga diperburuk oleh makanan

yang buruk dengan zat besi, protein, folat dan vitamin B12, B6, dan C yang tidak

memadai. Anemia khususnya berkembang karena jumlah zat besi makanan yang tidak

memadai atau kesalahan penyerapan zat besi. Anemia karena kekurangan zat besi

dibahas secara rinci dalam Bab 35.


Atlet wanita, secara khusus pelari antar negara dan yang lainnya terlibat

dalam olah raga yang memerlukan ketahanan, khususnya mengalami kekurangan zat

besi pada beberapa titik dalam latihan mereka jika mereka tidak mengonsumsi

suplemen tambahan zat besi atau tidak mengonsumsi makanan yang mengandung zat

besi tinggi. Alasan banyaknya kehilangan zat besi pada atlet-atlet ini belum

ditentukan, tapi dianggap bahwa kehilangan zat besi melalui gut meningkat selama

kondisi stres saat latihan. Seorang pelari antar negara mengalami anemia karena dia

mengalami retak kecil pada bagian tulang paha proksimalnya (pinggul), yang

menggambarkan potensi parahnya konsekuensi konsumsi zat besi yang buruk

(Anderson dkk, 1998). Ini menunjukkan bahwa semakin besar intensitas latihan,

makan semakin buruk parameter zat besi pada wanita tersebut (lihat Bab 25).

Tabel 1. Kadar hemoglobin dan hematocrit yang didefinisikan sebagai anemia

81
Umur dan Kelamin Kadar Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)
6 bulan-5 tahun 11,0 33
5-11 tahun 11,5 34
12-13 tahun 12,0 36
Wanita tidak hamil 12,0 36
Wanita hamil 11,0 33
Laki dewasa 13,0 39
Sumber: WHO 1989

Adanya respons peningkatan Hb pada uji pemberian pengobatan dengan besi

secara oral (peningkatan paling sedikit 10g/l setelah pemberian besi 3 mg/kg dalam

bentuk sulfas ferosus sekali sehari setelah sarapan),13-15 dianggap sebagai uji

diagnostik yang dapat dipercaya.

Tabel 2. Klasifikasi derajat anemia menurut kadar hemoglobin

Klasifikasi Derajat anemia (g/dl)


Berat <7
Sedang < 10 (pada anak berumur 6 bl-5 th)

< 9 (pada bayi < 6 bulan)


Ringan 10-11
Sumber: WHO 1989

b. Manifestasi defisiensi zat besi

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan suatu kelainan sistemik, yang ditandai dengan

gejala sklera biru, koilonikia, penurunan kapasitas latihan fisik, perubahan warna air

seni akibat adanya betanin dalam umbi bit, peningkatan absorpsi tembaga dan rentan

terhadap infeksi serta adanya gangguan tumbuh kembang.36-38

1. Sistem kekebalan tubuh

Defisiensi zat besi meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi akibat

gangguan fungsi kekebalan seluler dan fagositosis. Banyak peneliti yang

82
membuktikan bahwa pemberian zat besi dapat menurunkan prevalensi infeksi

pada anak.

2. Sistem pencernaan

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan berkurangnya asam lambung, gastritis,

atrofi mukosa lambung dan akhlorhidria. Kelainan tersebut dapat disembuhkan

dengan pemberian zat besi. Akhlorhidria merupakan akibat defisiensi zat besi

yang sering dijumpai pada anak. Manifestasi klinis yang dihubungkan dengan

akhlorhidria pada bayi dan anak adalah malabsorpsi xylose, malabsorpsi lemak,

perdarahan saluran pencernaan, enteropati oksidatif, dan perubahan histologi

mukosa duodenum. Pada beberapa keadaan perubahan mukosa saluran cerna

dapat disebabkan oleh susu sapi. Perdarahan saluran cerna telah terbukti

disebabkan oleh defisiensi zat besi, walaupun keadaan ini dapat diperberat oleh

susu sapi. Para ahli telah membuktikan bahwa eliminasi susu sapi pada

perdarahan saluran cerna akan mengurangi sel darah merah yang dikeluarkan

melalui feses, tetapi setelah pemberian preparat besi, jumlah sel darah merah

dalam feses menjadi normal.

Kelainan saluran cerna pada defisiensi zat besi diduga akibat menurunnya

aktivitas enzim yang mengandung besi atau yang memerlukan besi sebagaiko-

faktor. Pada binatang percobaan, telah dibuktikan adanya penurunan aktifitas

enzim sitokrom oksidase dan lactase mukosa usus yang mengalami defisiensi zat

besi.

3. Otak

83
Telah terbukti secara meyakinkan bahwa ADB pada bayi dan anak sering terkait

dengan kelambatan perkembangan. Mekanisme terjadinya kelambatan ini

sebenarnya belum diketahui secara jelas, namun beberapa hipotesis telah

diajukan. Adanya perubahan fungsi neurotransmitter yang kadang-kadang

menetap sampai usia dewasa. Penurunan aktivitas monoamine oksidase yang

bertanggung jawab pada proses degradasi noradrenalin, demikian pula terdapat

perubahan fungsi dari aldehid oksidase yang mengkatalisis degradasi serotonin.

Serotonin dapat menginduksi terjadinya gangguan kesadaran serta konsentrasi

dan gangguan kognitif. Demikian pula telah terbukti adanya gangguan aktivitas

dopamin, karena ternyata terdapat penurunan reseptor dopamine (Dd2).

4. Pertumbuhan organ

Defisiensi zat besi menyebabkan gangguan pertumbuhan organi tubuh, pada

otopsi binatang percobaan yang menderita defisiensi zat besi didapatkan berat

badan, DNA, otak, limpa dan hati yang rendah serta kadar Hb kurang dari normal.

Berat bayi yang menderita defisiensi zat besi lebih rendah daripada berat bayi

normal. Pemberian zat besi akan meningkatkan berat badan anak yang menderita

defisiensi zat besi walaupun berat badan anak tersebut normal pada awal terapi.

Pemberian preparat besi selama 3 bulan pada anak sekolah yang menderita

anemia defisiensi zat besi akan meningkatkan berat badan dan tinggi badan.

Patofisiologi gangguan pertumbuhan pada penderita defisiensi zat besi masih

belum jelas. Diduga oleh para ahli keadaan ini akibat dari anoreksia, gangguan

84
DNA sel, gangguan sintesis RNA dan gangguan absorpsi makanan. Diduga, zat

besi berperan pada proses mitosis sel.

5. Kardiovaskuler

Defisiensi zat besi mengakibatkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga

terjadi penurunan curah jantung. Pada keadaan anemia defisiensi zat besi yang

berat terjadi dilatasi ventrikel kanan dan hipotensi. Kelainan pada jantung ini

menyebabkan penurunan oksigendasi jaringan dengan akibat gangguan

metabolisme aerob. Gangguan kontraktilitas miokard pada defisiensi zat besi

disebabkan oleh menurunnya enzim yang mengandung zat besi seperti sitokrom-

C. Enzim ini berfungsi untuk metabolism aerob otot jantung.

c. Anemia defisiensi zat besi pada bayi kurang bulan

Anemia pada bayi kurang bulan sering dijumpai dan dapat disebabkan oleh:

1. Kurangnya masa sel darah merah pada waktu lahir.

2. Kadar Hb terendah yang lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini

disebabkan:

a. Umur sel darah merah berkurang.

b. Pertumbuhan bayi kurang bulan lebih cepat.

c. Defisiensi vitamin E.

3. Pada bayi kurang bulan kadar Hb terendah lebih rendah dibandingkan dengan

bayi cukup bulan yang dapat disebabkan karena eritropoetin pada bayi kurang

85
bulan dibentuk pada hemoglobin 7-9 g/dl, sedangkan pada bayi yang cukup bulan

eritropoetin dibentuk pada hemoglobin 10-11 g/dl.

4. Pemberian Fe sebelum usia 10-14 minggu tidak meningkatkan kadar Hb-

terendah.

5. Bila kadar Hb-terendah telah tercapai, maka sel darah merah mulai diproduksi

tetapi karena persediaan zat besi yang kenyataannya lebih rendah maka terjadilah

keadaan anemia.

d. Pencegahan primer defisiensi besi

Mengingat pentingnya zat besi bagi anak yang sedang tumbuh karena ternyata sangat

berpengaruh terhadap kualitasnya dikemudian hari serta adanya kenyataan masih

banyaknya kejadian anemia defisiensi besi, maka tindakan pencegahan primer adalah

sangat penting.50-52

Tindakan pencegahannya sebenarnya ada 2, primer dan sekunder. Primer

merupakan pencegahan terjadinya kekurangan zat besi sedangkan sekunder melalui

proses uji saring dan pengobatan. Pencegahan primer defisiensi zat besi pada bayi dan

anak adalah healthy feeding practice, yang tidak lain berupa pemberian makanan

sehat bagi mereka. Larangan pemberian susu sapi segar pada tahun pertama

kehidupan merupakan salah satu upaya pencegahan defisiensi zat besi.

Pemberian ASI merupakan cara pencegahan yang sangat efektif dalam

pencegahan primer defisiensi zat besi. Walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah,

tetapi nilai biologisnya tinggi terutama bagi bayi. Pemberian ASI eksklusif sampai 6

bulan, dapat mencegah terjadinya defisiensi zat besi sampai trimester kedua.

86
Karenanya pemberian besi elemental 1 mg/kg, yang mulai diberikan pada umur 4-6

bulan dapat mencegah kejadian defisiensi zat besi pada masa-masa berikutnya. Hal

ini dapat pula diberikan dengan memberikan makanan yang difortifikasi zat besi.

Sayangnya makanan seperti demikian relatif masih jarang. Jika asupan zat besi dari

makanan pendamping kurang memadai, sebagai upaya lain untuk pencegahan adlah

pemberian zat besi setiap hari berupa fero-sulfat tetes, ataupun vitamin bayi yang

dilengkapi dengan zat besi. Vitamin tetes umumnya mengandung 10 mg besi

elemental per-tetes, sehingga dapat memenuhi angka kecukupan gizi (RDA) uanak

umur 6 bulan sampai 6 tahun. Suplemen zat besi berupa tetes maupun makanan harus

terus dilanjut selama pemberian ASI. Bayi kurang bulan dan BBLR yang

mendapatkan ASI, membutuhkan zat besi elemental sekitar 2 mg/kg yang diberikan

sejak umur 2-4 minggu. Pada bayi dengan BB kurang dari 1500 g membutuhkan 3

mg/kg/hari. Pada bayi BB kurang dari 1000 g sampai 1500 g 4 mg/kg/hari.

Pada mereka yang berumur di atas 12 bl, termasuk kelompok berisiko (pernah

ada riwayat ADB, mengkonsumsi susu sapi lebih dari 25 oz/hari, diet rendah besi dan

vit C) harus dilakukan penjaringan pada umur 15, 18 dan 24 bl. Kalau pemeriksaan

positif maka harus dikonfirmasi dengan tes uji coba pemberian zat besi. Kalau

hasilnya negatif perlu diberikan pencegahan primer.52

Pemeriksaan feritin serum, saturasi transferin serta kadar protoporhyrin dalam

eritrosit sebenarnya dapat dipakai sebagai alat diagnosis defisiensi zat besi, tetapi

tidak spesifik. Keracunan tembaga sering menunjukkan hasil seperti adanya defisiensi

zat besi. Pemeriksaan RDW (red-cell distribution width) sebenarnya lebih spesifik.

87
Peningkatan hasil pemeriksaan RDW menunjukkan adanya defisiensi zat besi secara

dini yang dapat dilanjutkan dengan uji coba pemberian pengobatan besi. Uji coba

pemberian zat besi merupakan cara diagnosis defisiensi zat besi yang paling dapat

dipercaya.

Apabila uji saring untuk defisiensi zat besi positif serta telah pula dikonfirmasi

dengan uji coba pengobatan zat besi, maka pengobatan defisiensi zat harus segera

diberikan dengan memberikan besi elemental 3 mg/kg (biasanya diberikan dalam

bentuk sirup fero-sulfat yang mengandung 20% besi elemental). Diberikan secara oral

sekali dalam sehari sebelum sarapan pagi. Diberikan selama kurang lebih 3 bulan.

Zlotkin dkk (2001) membandingkan pemberian sulfas ferosus sebagai dosis tunggal

dengan pemberian sulfas ferosus tiga kali sehari dengan dosis total yang sama,

penelitian ini dilakukan secara random, prospektif pada 557 anak dengan anemia

(range 6-24 bulan, kadar hemoglobin 70-99 g/l). Kelompok dibagi dua. Kelompok

pertama menerima sulfas ferosus drops 40 mg dosis tunggal, sedangkan kelompok

kedua menerima sulfas ferosus drops tiga kali sehari dengan total dosis yang sama

yaitu 40 mg. Pengobatan dilaksanakan selama 2 bulan. Keberhasilan terapi pada

kelompok pertama 61% dan 56% pada kelompok kedua. Nilai rata-rata kenaikan

level feritin dan efek samping minimal sama pada kedua kelompok, sehingga dapat

ditarik kesimpulan kedua cara pemberian sama efektif, dan pemberian sebagai dosis

tunggal dapat meningkatkan kepatuhan pasien obat minum

e. Daya racun

88
Penyebab utama kelebihan zat besi adalah hereditary hemochromatosis;

kelebihan transfusi jarang terjadi. Berikutnya bisa dilihat pada individu yang

mengalami penyakit sel sabit atau talasemia yang memerlukan transfusi untuk anemia

mereka. Kelebihan zat besi pada orang Afrika bisa dihubungkan dengan asupan zat

besi dari makanan dan gen yang berbeda, terpisah dari antigen leukosit manusia gen

yang berhubungan (Gordeuk dkk, 1992). Pengujian genetik secepatnya bisa menjadi

metode rutin untuk mendeteksi masalah ini.

Sumber: http://www.nailsmag.com/article/81859/what-are-spoon-nails
Gambar 5.10 Koilonychia, tipis, kuku cekung dengan bagian tepi timbul, bisa dilihat

pada penderia anemia karena kekurangan zat besi. (Dari Callen WBS dkk, Color

Atlas of Dermatology. Philadelphia: WB Saunders, 1993).


Tabel 5.10 Manifestasi klinis dari kelebihan zat besi (hemochromatosis)

Gangguan akumulasi zat besi di dalam hati


Tingkat ferritin jaringan yang berlebih
Peningkatan tingkat serum transferrin
Oksidasi kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL)
Komplikasi kardiovaskular

Karakteristik parameter kimiawi kelebihan zat besi ditunjukkan dalam Tabel

5.10 dan dijabarkan lebih lanjut dalam Bab 35.

89
Pencernaan jangka panjang dari sebagian besar zat besi dan seringnya

transfusi darah bisa mengakibatkan gangguan akumulasi zat besi di dalam hati.

Kejenuhan apoferritin jaringan dengan zat besi diikuti dengan adanya hemosiderin,

yang sama dengan ferritin tapi mengandung lebih banyak zat besi dan sangat tidak

bisa larut. Hemosiderosis adalah kondisi penyimpanan zat besi yang berkembang di

dalam individu yang mengonsumsi banyak zat besi secara tidak normal atau pada

mereka yang mengalami gangguan genetik yang menunjukkan kelebihan penyerapan

zat besi. Jika hemosiderosis dihubungkan dengan kerusakan jaringan, maka ini

disebut dengan hemochromatosis, yang dibahas lebih lanjut dalam Bab 35.
Suplemen zat besi mungkin tidak menguntungkan untuk wanita tua (setelah

menopause) atau pria tua karena peningkatan risiko yang berhubungan dengan

penyakit jantung dan kanker. Asupan zat besi dalam makanan dengan kelebihan RDA

pada pria dewasa dan wanita setelah menopause bisa mengakibatkan meningkatnya

lingkungan oksidatif di dalam tubuh yang mengakibatkan oksidasi kolesterol

lipoprotein densitas rendah (LDL), kerusakan pembuluh arteri, dan pengaruh

merugikan lainnya yang melibatkan sistem kardiovaskular. Selain itu, kelebihan zat

besi bisa mengakibatkan kelebihan jumlah radikal bebas yang menyerang molekul

sel, dengan demikian bisa meningkatkan jumlah potensi molekul karsinogenik di

dalam sel.

C. Seng

Bentuk yang paling banyak tersedia dari seng terjadi pada daging hewan,

utamanya daging merah dan unggas. Asupan daging seringkali rendah pada anak-

90
anak pra sekolah, mungkin karena pilihan personal, mungkin karena alasan sosio

ekonomi, tapi biasanya karena daging diganti oleh makanan sereal, susu, dan produk

susu sehingga anak-anak cenderung suka makanan seperti itu. Dalam penelitian

Hambidge, contohnya, beberapa anak pra sekolah diketahui makan sedikitnya 1 ons

daging per hari (Hambidge dkk, 1976). Observasi ini mengakibatkan fortifikasi

makanan bayi dan anak-anak, khususnya sereal yang mengandung seng. Susu adalah

sumber seng yang baik, tapi asupan tinggi kalsium dari susu bisa mengganggu

penyerapan zat besi dan seng. Meskipun phytate dari bijih utuh pada roti yang tidak

diragi bisa membatasi penyerapan seng pada masyarakat Timur Tengah, ini tidak

terlalu menjadi masalah pada warga Barat di mana roti, makanan sarapan, dan

makanan berbasis sereal lainnya terbuat, utamanya, dari padi-padian refinasi.

Seng merupakan trace element penting untuk hamper semua sistem biologi,

yang diperlukan untuk pembelahan, diferensiasi dan pertumbuhan sel.1 Seng

mempunyai peran penting bagi ratusan enzim seperti dehidrogenase, aldolase dan

peptidase, serta terlibat dalam berbagai proses metabolisme, termasuk sintesis

karbohidrat, lipida, protein dan asam nukleat serta sintesis dan aktivitas insulin,

ekspresi gen, sistem imun dan pertumbuhan.2,3,4,5

Penilaian gizi, termasuk pengukuran biokimia, penting untuk mendeteksi

adanya kekurangan zat besi ringan pada anak muda yang mengalami tinggi optimal

berlebih. Namun demikian, respons positif dari anak-anak yang pendek dengan

penambahan seng akan memberikan bukti yang menjelaskan kondisi kekurangan

seng.

91
Seng hanya dianggap penting bagi manusia karena penelitian klasik baru-baru

ini mengenai kekurangan seng di Iran dan Yunani pada awal tahun 1960-an (Halsted

dkk, 1972; Prasad kk, 1963). Penyakit kekurangan seng yang parah telah

diidentifikasikan pada populasi yang kurang gizi, seperti mereka yang ada di Timur

Tengah, tapi bentuk marginal kekurangan tersebut juga telah diidentifikasikan pada

anak-anak pra sekolah dengan orang tua yang mempunyai pendapatan rendah di

Denver dan kota-kota lain di US (Hambidge dkk, 1976). Kekurangan marginal ini

telah banyak dikoreksi oleh fortifikasi makanan pada dua dekade lalu (lihat kota

Pandangan klinis: Peranan seng pada kesehatan anak).


Seng banyak terdapat pada tubuh manusia dan yang kedua hanya zat besi pada

elemen trace. Seng terjadi pada tubuh manusia dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 g,

dengan konsentrasi paling tinggi terjadi di dalam hati, pankreas, ginjal, tulang, dan

otot. Jaringan lainnya dengan konsentrasi tinggi meliputi beberapa bagian mata,

kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut, kuku jari, dan kuku ibu jari. Meskipun

seng banyak di dalam cytosol, namun hampir semua terikat pada protein, tapi masih

ada dalam ekuilibrium dengan pecahan ion kecil.

1. Pandangan klinis: Peranan seng pada kesehatan anak

Penelitian pertama yang menghubungkan seng dan pertumbuhan dilakukan di

Iran dan Yunani hampir 3 dekade lalu. Anak laki-laki yang kerdil secara nutrisi,

dicirikan dengan tubuh pendek, anemia karena kekurangan zat besi, dan tertundanya

kedewasaan seksual, menunjukkan perbaikan yang luar biasa dengan tambahan seng.

Beberapa di antaranya tumbuh setinggi 5 inci dalam satu tahun dan menunjukkan

92
kemajuan paralel pada perkembangan gonadal. Penyebab utama kekurangan seng

pada anak-anak ini diidentifikasikan sebagai makanan orang miskin yang terdiri

utamanya dari roti berserat tanpa peragian. Meskipun padi-padian utuh yang

digunakan untuk membuat roti relatif tinggi dalam kandungan seng, namun padi-

padian tersebut juga mengandung phytate, yang diketahui membentuk kompleks yang

tidak bisa larut dengan seng dan zat besi (Prasad, 1988).
Pada waktu itu, kondisi yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan karena

kekurangan seng diyakini unik di negara-negara yang kurang berkembang. Namun

demikian, beberapa penelitian anak-anak pra sekolah dari keluarga yang bergizi bagi

di Denver menunjukkan hubungan antara tubuh pendek dan tingkat seng rambut yang

rendah (Hambidge dkk, 1976). Penelitian-penelitian lainnya telah mendukung

penemuan-penemuan ini.
Selain pada tekanan pertumbuhan, kekurangan seng ringan mungkin

dihubungkan dengan penurunan ketahanan pada infeksi pada anak-anak, tapi sulit

untuk mengembangkan hubungan ini (Prentice, 1993). Namun demikian, anak-anak

dengan kekurangan seng yang parah, diukur oleh konsentrasi plasma seng, telah

ditemukan mengalami peningkatan risiko diare dan penyakit pernapasan (Bahl dkk,

1998). Karena itu, status seng yang memadai memainkan peranan utama, bukan

hanya pada peningkatan kesehatan, tapi juga pencegahan penyakit.

2. Kebutuhan seng

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk bayi 0-6 bulan adalah 2

mg/hari dan 3 mg/hari untuk usia 7-36 bulan; sedang dosis 5 mg/hari untuk anak usia

4-8 tahun dan 8 mg/hari untuk anak usia 9-13 tahun. Untuk remaja usia 14-18 tahun

93
laki-laki adalah 11 mg/hari dan perempuan 9mg/hari.6,13 Belum diketahui dosis untuk

mempertahankan keseimbangan seng pada bayi di daerah dengan prevalensi

defisiensi seng yang tinggi. Sebagian besar penelitian menunjukkan dosis 10 mg

(untuk bayi) sampai 20 mg (untuk usia dibawah lima tahun) seng elemental per hari,

aman pada anak-anak. Dosis 70 mg dua kali seminggu tidak menimbulkan efek toksik

dan tidak menyebabkan defisiensi tembaga yang signifikan.6

3. Sumber makanan dan asupan

Daging, ikan, unggas, dan susu dan produk susu memberikan 80% total seng

dari makanan (Moser-Veillon, 1990). Tiram, kerang-kerangan lainnya, daging, hati,

keju, sereal gandum utuh, buncis kering, dan kacang-kacangan juga menjadi sumber

yang baik dari seng (Tabel 5.11 dan Apendiks 41). Produk kedelai juga menjadi

sumber seng yang baik. Secara umum, asupan seng berhubungan dengan baik

dengan asupan protein.


Tabel 5.11 Kandungan seng dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan mg
Tiram, dari timur, cup 113.0
Tiram, Pasifik, cup 21.0
Biji gandum, panggang, cup 4.7
Daging giling, tanpa lemak, 3 ons 4.6
Hati, sapi, goreng, 3 ons 4.6
Kalkun, daging gelap, panggang, 3 ons 3.8
Daging enchilada, 1 2.3
Polong panggang, dengan daging babi, cup 1.9
Keju, rikota, setengah skim, cup 1.7
Kemiri pecan, cup 1.6
Tahin (mentega wijen), 1 T 1.6
Kacang tanah, panggang kering, cup 1.4
Kepiting, kaleng, cup 1.3
Beras liar, masak, cup 1.1

94
Clam, kaleng, cup 1.1
Lobster, masak, cup 1.1
Keju, edam, 1 ons 1.1
Susu, 2% lemak, 1 cup 1.0
Ayam, dada, panggang, 1 1.0
Walnut, Inggris, cup 0.8
Roti jahe, 1 buah 0.6
Telur, 1 0.6
Salmon, panggang, 3 ons 0.4
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).


Kandungan seng dari makanan khusus dewasa di masyarakat Barat adalah

antara 10 dan 15 mg/hari (Food and Nutrition Board, 1989). Para peneliti lainnya

telah menunjukkan bahwa mean asupan seng orang dewasa adalah kurang dari 10

mg/hari untuk wanita dan kurang dari 15 mg/hari untuk pria (Moser-Veillon, 1990).

Asupan rendah wanita mungkin dihubungkan pada total asupan energi yang lebih

rendah dari wanita, bukannya densitas seng pada makanan mereka. Densitas seng

makanan orang dewasa Amerika adalah sekitar 5.6 mg/1000 kkal.


Makanan utama yang memberikan seng pada makanan US (USDA, 1994)

adalah daging sapi, sereal siap makan yang difortifikasi dengan seng, susu, unggas,

roti, dan keju (Subar dkk, 1998). Daging dan makanan dari hewan lainnya ditemukan

sebagai sumber utama seng pada Penelitian Total Diet FDA (Pennington dan Young,

1991).

4. Recommended Dietary Allowance

RDAt tahun 1989 membuat 15 mg/hari sebagai asupan seng yang sesuai

untuk remaja pria dan dewasa. Karena bobot tubuh remaja dan wanita dewasa yang

lebih rendah, RDA-nya adalah 12 mg/hari. Persyaratan untuk pra remaja diperkirkan

95
pada 6 mg/hari, tapi karena kehilangan dermal yang lebih besar dan banyaknya

variasi, RDA telah ditentukan pada 10 mg. RDA untuk bayi adalah 5 mg/hari selama

tahun pertama hidupnya (lihat Tabel 5.5).


Terapi kontraseptif oral bisa mengubah distribusi seng. Namun demikian,

tidak ada bukti yang menunjukkan perubahan-perubahan ini mengubah persyaratan

makanan (King, 1986).

5. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Seng yang mempunyai berat atom 65,37 terdapat disemua jaringan dan cairan

tubuh sebagai Zn2+. Pusat homeostasis seng adalah sistem pencernaan, terutama usus

halus, hati dan pancreas. Proses absorpsi seng eksogen, sekresi gastrointestinal dan

ekskresi seng endogen sangat penting untuk homeostasis seng selutuh tubuh.7,8,9

Absorpsi seng terutama di duodenum, melalui mekanisme aktif dan pasif,

selanjutnya seng ditransport ke hati dalam bentuk terikat dengan albumin, transferin

dan 2- makroglobulin.3,5,7,10 Absorpsi seng tergantung pada jumlah dan kelarutan

dalam lumen usus. Asam fitrat mengurangi kelarutan dan mengganggu absopsi seng

di dalam usus.1

Penyerapan dan ekskresi seng dikendalikan oleh mekanisme homeostatis yang

dipahami dengan buruk. Mekanisme penyerapan diakukan dengan dua cara, sama

dengan mekanisme kalsium: (1) mekanisme pembawa jenuh yang beroperasi paling

efisien pada asupan Zn rendah dan bahkan konsentrasi Zn luminal rendah, dan (2)

mekanisme pasif yang melibatkan gerakan paraseluler pada asupan seng tinggi. Daya

larut seng pada gut lumen memang penting, tapi ion-ion seng secara umum terikat

96
pada asam amino atau peptida pendek di dalam lumen, dan ion-ion tersebut

dilepaskan pada brush border untuk penyerapan melalui mekanisme pembawa. Jalan

masuk penyerapan pada brush border diikuti dengan pengikatan ion-ion seng pada

metallothionein dan protein-protein lain di dalam cytosol sel penyerap.

Metallothionein membawa seng (melalui gerakan transeluler) ke batas basolateral

untuk jalan keluar dari sel penyerap ke darah. Jalan keluarnya adalah melalui transpor

aktif karena konsentrasi darah secara signifikan menjadi lebih besar daripada

konsentrasi ion cytosolic seng. Proses penyerapan seng ditunjukkan dalam Gambar

5.11.
Penyerapan seng dipengaruhi oleh tingkat seng pada makanan dan adanya zat

yang mengganggu, khususnya phytase. Dengan mengonsumsi seng di dalam

makanan, tingkat serum seng akan meningkat dan kemudian menurun pada susunan

respons dosis. Makanan yang kaya protein meningkatkan penyerapan seng dengan

membentuk chelate asam amino seng yang menunjukkan seng dalam bentuk yang

lebih bisa diserap. Penyerapan seng agak meningkat selama hamil dan menyusui

(Fung dkk, 1997). Seng yang diserap diambil dari sirkulasi portal awal melalui liver,

tapi kemudian sebagian besar seng didistribusikan kembali pada jaringan-jaringan

lainnya. Gangguan penyerapan disesuaikan dengan berbagai penyakit usus, seperti

penyakit Crohn atau gangguan pankreas.


Beberapa faktor makanan mempengaruhi penyerapan seng. Phytate

menurunkan penyerapan seng, tapi agen-agen kompleks lainnya (seperti tanin) tidak.

Tembaga dan kadmium bersaing untuk protein pembawa yang sama, jadi tembaga

dan kadmium menurunkan penyerapan seng. Pertimbangan menunjukkan bahwa

97
asupan zat besi yang tinggi bisa menurunkan jumlah seng yang diserap. Asupan

kalsium makanan yang tinggi menurunkan penyerapan dan keseimbangan seng

(Wood dan Zheng, 1997). Asam folat bisa juga menurunkan penyerapan seng ketika

asupan seng rendah. Dengan kata lain, dosis seng yang tinggi bisa mengganggu

penyerapan zat besi dari ferrous sulfat, bentuknya biasanya ditemukan pada suplemen

vitamin/mineral (Crofton dkk, 1989). Serat makanan juga bisa mengganggu

penyerapan sel, tapi manfaat interaksi di dalam gut lumen tidak jelas.
Penyerapan seng bisa ditingkatkan oleh glukosa atau laktosa dan oleh protein

kedelai yang dimakan sendiri atau dicampur dengan daging sapi. Anggur merah juga

meningkatkan penyerapan seng, mungkin memperlihatkan adanya congener; anggur

putih belum dipelajari. Seperti zat besi, seng lebih bisa diserap dengan baik dari susu

ASI daripada susu sapi.

Gambar 5.11 Model penyerapan seng menunjukkan hubungan antara metallothionein

dan protein usus yang kaya cystein.


TRANSPOR DALAM DARAH
Jumlah seng yang disalurkan di dalam tergantung pada ketersediaan tidak

hanya dari seng, tapi juga dari albumin, protein transpor untuk beberapa kation

mineral. Albumin adalah pembawa plasma utama, meskipun beberapa seng ditranspor

98
oleh transferrin oleh alpha2-macroglobulin. Sebagian besar seng di dalam darah

ditempatkan di eritrosit dan leukosit. Plasma seng secara metabolis aktif dan berubah

ketika merespons pada asupan makanan, dan juga pada faktor fisiologi, seperti luka

dan peradangan. Tingkat plasma seng menurun pada 50% di dalam respons fase akut

pada luka, mungkin dari pemisahan seng oleh hati, meskipun transferrin mungkin

juga meningkatkan kandungan sengnya (King dan Keen, 1994).


Ketika seng diatur di dalam pembuluh darah, sekitar 10% dosisnya muncul di

dalam usus dalam 30 menit. Konsentrasi serum menurun setelah makanan bebas seng,

mungkin karena pankreas menghilangkan seng dari sirkulasi untuk menghasilkan dan

mensekresikan seng-metalloenzim yang diperlukan untuk pencernaan dan

penyerapan.
EKSKRESI USUS
Ekskresi seng pada individu normal hampir seluruhnya melalui feses. Namun

demikian, peningkatan ekskresi melalui urine telah ditunjukkan ketika puasa dan pada

pasien yang menderita nephrosis, diabetes, sakit karena banyak mengonsumsi

alkohol, hepatic cirrhosis, dan porphyria. Konsentrasi plasma dan urine asam amino,

khususnya cysteine dan histidine yang mengikat seng, dan juga metabolit melalui

urine lainnya, mungkin mempunyai peranan dalam meningkatkan kehilangan seng

pada pasien-pasien ini.

6. Fungsi biologi seng

Seng adalah komponen dari lebih 300 enzim dari enam kelompok enzim yang

bertindak sebagai ko-katalisis, katalisis, structural dan regulasi ion. Fungsi biologis

yang tergantung pada seng meliputi replikasi DNA, transkripsi RNA, transduksi

99
sinyal, katalisis enzimatik, regulasi redoks, proliferasi sel dan diferensiasi sel serta

apoptosis. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa ion seng sangat penting untuk

berbagai aspek dari sistem imun, termasuk perkembangan, direfensiasi dan fungsi sel

dari sistem imun.14

a. Peran seng pada sistem imun

Seng berperan penting dalam berbagai aspek dari sistem imun, termasuk

perkembangan, diferensiasi dan fungsi sel, baik dari imunitas alami maupun

imunitas adaptif. Efek seng terhadap sel imun sebagian besar tergantung pada

konsentrasi seng dan semua jenis sel imun menunjukkan penurunan fungsi setelah

terjadi penurunan seng. Pada monosit, semua fungsi terganggu, sedang pada sel

natural killer (NK) sitotoksisitasnya menurun dan pada granulosit neutrofil

fagositosisnya berkurang. Fungsi normal sel T mengalami penurunan sedang sel

B mengalami apoptosis. Gangguan fungsi imun karena defisiensi seng akan pulih

kembali setelah suplementasi seng yang memadai, dan sesuai dengan kebutuhan.

Dosis tinggi seng akan menimbulkan efek negatif terhadap sel imun dan

menunjukkan perubahan yang serupa dengan defisiensi seng.10,11,14,15

Diantara sel-sel imun yang dipengaruhi oleh seng, T limfosit terlihat

memiliki kerentanan tertinggi dan dipengaruhi pada berbagai tingkatan. Defisiensi

seng akan menurunkan jumlah sel T di perifer dan timus serta proliferasi dalam

merespon phytohemagglutinin, menurunkan fungsi T helper (Th) dan sel T

sitotoksik, juga secara tidak langsung dengan menurunkan kadar serum thymulin

yang aktif.14

100
Defisiensi seng akan menyebabkan atropi timus, sedangkan timus berfungsi

memproduksi limfosit T, sehingga terjadi penurunan jumlah dan fungsi sel T,

termasuk pergeseran keseimbangan sel Th kearah dominasi sel Th-2.15 Defisiensi

seng juga mengakibatkan penurunan pembentukan antibody, terutama dalam

menanggapi neoantigens, sebab sel B naf lebih dipengaruhi oleh defisiensi seng

dibanding sel B memori dan juga menyebabkan penurunan killing activity dari sel

NK.15

Gamba

b. Pengaruh seng terhadap sel T limfosit

Dikutip dari: Overbeck S, Rink l, Haase H. Arch immunol Ther Exp 2008

101
Dengan demikian seng mempunyai peran penting, baik dalam reaksi

antigen-spesifik (T-lympocyte-dependent cellular immunity dan respon antibody

melalui antigen-stimulated B-lymphocytes) maupun mekanisme nonspecific

(fagositosis, sistem komplement, fungsi lisozim)4 dan juga mempengaruhi

aktifitas komplemen, sehingga mediator-mediator yang dihasilkan juga

dipengaruhi oleh seng.15

c. Peran seng pada apoptosis

Mekanisme utama dari kematian sel adalah apoptosis, suatu bentuk bunuh diri sel

yang ditandai dengan berkurangnya volume sel, kondensasi kromatin dan

sitoplasma serta fragmentasi DNA. Apoptosis merupakan proses fisiologis

normal, disregulasi dari proses dasar tersebut mempunyai konsekuensi penting

terhadap kesehatan.15

Sel limfosit T dapat diselamatkan dari apoptosis dengan konsentrasi

fisiologis garam seng (5-25 mol/I), dengan demikian seng merupakan regulator

utama apoptosis intraseluler, oleh karena itu limfosit mempertahankan kadar seng

intraseluler pada konsentrasi sedikit diatas yang diperlukan untuk menekan

apoptosis. Selain itu, hubungan dosis dan respon terlihat antara konsentrasi seng

intraseluler dengan tingkat kerentanan terhadap apoptosis. Terdapat korelasi yang

baik antara hambatan aktivitas enzim Ca2+/Mg2+ DNA endonuklease dengan

102
hambatan apoptosis fragmentasi DNA. Keseimbangan Ca-Zn dapat mengatur

aktivitas endonuklease. Enzim fosforilase nukleosida dan enzim lain yang

tergantung seng dapat menghambat apoptosis dengan cara mencegah akumulasi

nukleotida yang bersifat toksik.15

Gambar 3. Apoptosis akibat defisiensi seng pada berbagai sel dan jaringan

Dikutip dari : Franker PJ. J. Nutr 2005

d. Peran seng sebagai antioksidan

Fungsi penting lain dari seng adalah sebagai antioksidan, yang melindungi sel dari

kerusakan akibat oksigen radikal yang dihasilkan saat aktivasi sistem imun. Sebagai

antioksidan, seng mempunyai peran sbb: 1. Sebagai struktur enzim superoxide

dismutase, 2. Mencegah oksidasi gugus sulfhidril, 3. Mempertahankan reaksi redoks

logam aktif besi dan tembaga dari peningkatan dan kerusakan oksidatif, pada

metaloenzim seng dan ikatan nonspesifik pada protein. Seng juga mengatur ekspresi

103
metalotionein limfosit dan methallotionein-like protein dengan aktivitas antioksidan.

Konsentrasi seng dalam membran sel sangat dipengaruhi oleh diet defisiensi dan

suplementasi seng, serta sangat penting untuk menjaga integritas membran sel

melalui mekanisme yang belum jelas, yaitu berikatan dengan tiolat. Dengan

demikian, pelepasan seng dari ikatan tiolat dapat mencegah peroksidasi lipid. Selain

itu, nitric oxide memicu pelepasan seng dari metalotionein sehingga dapat mencegah

kerusakan membran sel oleh radikal bebas yang terbentuk saat proses inflamasi.

7. Kekurangan

Sekitar 1/3 populasi dunia menderita defisiensi seng dan tersering sebagai

komplikasi malnutrisi.2,4 Beberapa keadaan yang merupakan predisposisi defisiensi

seng adalah: penurunan asupan, penurunan absorpsi, penggunaan berkurang akibat

beberapa kelainan seperti alkoholisme, kehilangan yang meningkat akibat diare dan

muntah dan peningkatan kebutuhan terkait dengan pertumbuhan, kehamilan dan

menyusui.3,5 Walaupun saat ini pengetahuan mengenai biokimiawi seng telah

berkembang, terutama perannnya yang luas terhadap sistem enzim dan transkripsi

gen, tetapi hubungan biokimiawi dengan gambaran klinis defisiensi seng pada

manusia belum dapat dijelaskan dengan baik.13

Tanda-tanda klinis kekurangan seng pada manusia pertama kali dijabarkan

pada anak laki-laki di Iran dan Yunani dan anak kerdil, yang mengalami

hypogonadism, anemia ringan, dan tingkat plasma seng rendah (Prasad kk, 1963)

(lihat kotak sebelumnya: Pandangan klinis: Peranan seng pada kesehatan anak).

Kekurangan ini disebabkan karena terlalu banyak makan sereal tanpa refinasi dan roti

104
tanpa peragian. Ini semua mengandung serat dan phyate tinggi, keduanya yang

mengalami chelate dengan seng di dalam usus dan mencegah penyerapan. Anemia

bisa dilihat pada anak-anak muda yang mungkin menunjukkan kekurangan zat besi

dari penyebab yang sama. Gejala tambahan kekurangan seng meliputi hypogeusia

(penurunan ketajaman rasa), lamanya penyembuhan luka, alopecia, dan berbagai

bentuk luka kulit. Repons seng terhadap rabun senja juga telah didokumentasikan

(Solomons dan Cousins, 1984). Kekurangan seng yang didapatkan bisa terjadi akibat

kesalahan penyerapan, puasa, dan banyaknya kehilangan melalui keluarnya urine,

sekresi pankreas, atau sekresi exocrine lainnya (Gambar 5.12).

Lesi kulit pada defisiensi seng akut berat mempunyai distribusi yang khas,

terutama pada ekstremitas dan dekat dengan orificium, namun lesi juga timbul di

tempat lain dan dapat menyebar. Umumnya ruam berupa eritematus, vesicobulosa,

pustule dan biasanya terjadi infeksi sekunder, terutama infeksi stafilokokus atau

kandida. Lesi epidermal lainnya termasuk gingivitis, dermatitis, glossitis,

konjungtivitis, blefaritis, alopecia dan distrofi kuku.13

Gangguan perilaku juga merupakan gambaran klinis pada defisiensi seng yang

berat. Iritabilitas, letargi dan depresi biasanya terjadi bersamaan dengan ruam kulit

pada defisiensi seng berat. Perkembangan kognitif terganggu pada hewan coba

dengan defisiensi seng dan terbukti hal ini juga terjadi pada manusia.13

Pasien yang menerima TPN mengalami tanda-tanda kekurangan seng klinis

karena proses penyakit yang mendasari. Pasien yang mengalami sakit karena terlalu

banyak mengonsumsi alkohol bisa mengubah metabolisme seng. Wanita hamil dan

105
orang tua juga mengalami peningkatan risiko kekurangan. Pada salah satu penelitian

terhadap orang tua, tambahan seng dosis rendah sebagian membalik ukuran status

seng yang buruk (Boukaiba dkk, 1993).

http://www.medscape.com/viewarticle/7267566

http://www.medicaljournals.se/acta/content/?doi=10.2340/00015555-1007&html=1
Gambar 5.12 Dua foto tersebut menunjukkan cutaneous akibat kekurangan seng.

(Dari Callen WBS, dkk. Color Atlas of Dermatology. Philadelphia: WB Sauders,

1993).
Acrodermatitis enteropathica, penyakit terdesak autosomal yang dicirikan

oleh kesalahan penyerapan seng, ditunjukkan pada luka kulit eczematoid, alopecia,

diare, intercurrent bakterial dan infeksi ragi, dan akhirnya, Kematian jika terlambat

diobati. Beberapa gejala secara umum, pertama kali, diamati pada penyapihan dari

susu ASI ke susu sapi.


Kekurangan seng menunjukkan berbagai kerusakan imunologi. Kekurangan

yang parah diiringi dengan thymic atrophy, lymphopenia, menurunkan respons

limfosit proliferasi pada nitrogen, menurun pada sel pembantu T4, menurunkan

aktivitas sel NK, energi, dan aktivitas hormon thymic yang tidak sempurna. Bahkan

kekurangan seng ringan bisa menurunkan fungsi imun, menghasilkan gangguan

106
produksi interleukin-2, contohnya. Pada salah satu penelitian terhadap beberapa

individu, tambahan seng dengan status imun yang diperbaiki (Prasad kk, 1993).

Kekurangan seng menengah dihubungkan dengan energi yang menghilangnya

aktivitas sel NK, tapi bukan dengan thymic atrophy atau lymphopenia. Tabel 5.12

merangkum akibat klinis kekurangan seng manusia.


Tabel 5.12 Akibat klinis kekurangan seng pada manusia

Keterlambatan pertumbuhan
Terhambatnya kedewasaan seksual
Hypogonadism dan hypospermia
Alopecia
Terlambatnya penyembuhan luka
Luka kulit
Gangguan nafsu makan
Kekurangan imun
Gangguan perilaku
Luka mata, termasuk photophobia dan rabun senja
Gangguan perasa (hypogeusia)

Persamaan antara pasien yang mengalami anemia sel sabit dan kekurangan sel

menunjukkan kemungkinan kekurangan seng sekunder pada penyakit tersebut (lihat

Bab 35).
Asupan seng yang rendah dihubungkan dengan konsentrasi rendah faktor

pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1) pada wanita yang sudah mengalami

menopause, tapi berarti penemuan ini tidak jelas (Devine dkk, 1998). Jika suplemen

kalsium diambil oleh wanita yang sudah mengalami menopause, maka

memungkinkan bahwa penyerapan seng menjadi tertekan, yang kemudian,

menurunkan IGF-1, yang secara normal mendukung pertumbuhan jaringan. Masalah

107
dengan asupan seng rendah terjadi pada peningkatan, sebagian karena bioavailabilitas

yang rendah dari seng (Fair-weather-Tait, 1998).


Altlet mungkin juga berada pada peningkatan risiko kekurangan seng.

Aktivitas fisik berkonstribusi pada peningkatan mobilisasi seng dari simpanan seng

untuk kebutuhan sel (suplai seng-metalloenzim), meskipun konsentrasi serum seng

masih konstan (Dolev dkk, 1995) (lihat Bab 25).

8. Efek toksik seng

Keracunan akut jarang terjadi pada manusia, beberapa kasus keracunan diakibatkan

penyimpanan makanan atau minuman dalam kemasan berlapis seng. Gejala

keracunan seng akut termasuk mual, muntah, nyeri epigastrium, kram perut, diare,

serta lesu dan pusing.6,7 Perbedaan gejala yang timbul diakibatkan dari jenis seng

yang dikonsumsi. Seng asetat kurang menyebabkan dyspepsia dibanding seng sulfat

dengan dosis yang setara.7 Dosis seng yang diperkirakan menyebabkan keracunan

akut sebesar 225-450 mg, sedang dosis 10-20 mg/hari sering menimbulkan mual dan

muntah yang timbul setelah 10 menit kemudian.6,7

Keracunan kronis dan sub-kronis dari seng timbul bila konsumsi suplemen

seng jangka lama dengan dosis 50-300 mg/hari dan menyebabkan berbagai perubahan

biokimiawi dan fisiologi. Perubahan ini termasuk hipocupremia, lekopenia,

netropenia, anemia sideroblastik, penurunan konsentrasi tembaga plasma dan

penurunan aktivitas tembaga yang mengandung enzim, superoksida dismutase dan

ceruloplasmin, serta perubahan metabolisme lipoprotein dan gangguan fungsi

kekebalan tubuh. Peningkatan ekskresi dan penurunan retensi tembaga terlihat pada

108
suplementasi seng pada individu yang sehat. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa asupan seng 9 mg/hari atau diatas Angka Kecukupan Gizi dapat

mempengaruhi keseimbangan tembaga dalam jangka pendek.7

9. Penilaian status seng

Kadar seng dalam plasma dan serum saat ini paling sering digunakan sebagai

indicator status seng pada manusia. Namun, sebenarnya indikator tersebut nilainya

sangat lemah, karena kurang dari 1% total senga tubuh beredar dalam plasma dan

juga karena konsentrasi seng plasma dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti

hipoalbuminemia, hemokonsentrasi, dan respon fase akut.1

10. Daya racun

Kelebihan pencernaan oral seng pada titik daya racun (100 hingga 300

mg/hari) jarang terjadi. Suplementasi lanjutan dengan seng membuat RDA kelebihan,

akan tetapi, akan mengganggu penyerapan tembaga (Fosmire, 1990). Suplementasi

seng 50 mg/hari telah dianggap menyebabkan penurunan dalam kolesterol

lipoprotrein densitas tinggi (HDL) pada pria dewasa (Black dkk, 1988). Seng sulfat

dengan jumlah 2 g/hari atau lebih bisa menyebabkan iritasi pencernaan dan muntah.

Menghirup asap seng selama mengelas bisa meracuni, tapi bisa dicegah dengan

tindakan pencegahan yang sesuai.


Tipe utama keracunan seng dilihat pada pasien yang mengalami gagal ginjal

yang diobati dengan hemodialysis. Kontaminasi diketahui terjadi karena fluida

dialysis dari plastik adesif yang digunakan pada koil dialysis atau dari pipa

109
galvanisasi. Sindrom racun pada kasus ini dicirikan oleh anemia, demam, dan

gangguan CNS.

D. Fluorida

Fluorida adalah elemen alami yang ditemukan pada hampir semua air minum

dan tanah, meskipun kandungan fluorida sangat berbeda (American Dietetic

Association, 1994). Contohnya, beberapa air sumur bisa memiliki lebih banyak

fluorida daripada sumur lainnya, dan beberapa keluarga yang menggunakan air sumur

harus mengawasi tingkat fluorida secara periodik untuk memastikan bahwa

tingkatnya tidak berada pada tingkat fluorotic. Meskipun fluorida tidak dianggap

sebagai elemen penting, anion ini dianggap penting untuk kesehatan tulang dan gigi

(lihat Bab 29). Rata-rata tulang mengandung 2.5 mg fluorida.

Zat Fluor (F) juga merupakan zat gizi mineral yang diperlukan oleh tubuh. Zat
ini terdapat sebagai komponen dari jaringan keras tulang dan gigi. "ferutama gigi
memerlukan zat fluor ini bagi kesehatannya, melindungi dentin dan email dari
serangan caries dentis. Pengaruh Fluorterutama pads phase pembentukan gigi ketika
masih di dalam jaringan ikat. Pada defisiensi Fluor, struktur email dan dentin mudah
menjadi rusak. Setelah gigi bererupsi ke dalam rongga mulut, zat Fluor masih
berpengaruh, karena masih dapat diserap menjadi komponen jaringan keras.gigi,
meskipun derajat penyerapan ini jauh berkurang, bila dibandingkan dengan penyerapan
pada phase pembentukan gigi.
1. Sumber makanan dan asupan

Sumber makanan utama fluorida adalah air minum dan makanan yang

diproses yang telah dipersiapkan atau disusun dengan air fluorida. Seafood juga

tinggi fluorida, tapi kandungan ikan air tawar lebih rendah daripada ikan yang hidup

110
di air asin. Standar rekomendasinya adalah 1 ppm pada suplai air komunitas

berfluoridate. Perbedaan yang diperkirakan di dalam asupan dari hampir 1 mg telah

diketahui terjadi antara anak-anak yang mengonsumsi 0.9 mg/hari di area yang

mempunyai air tidak berfluorida dan mereka yang mengonsumsi kira-kira 1.7 mg/hari

pada area yang berfluorida (Singer dkk, 1980). Perbedaan ini tidak terlalu berat, tapi

asupan lebih tinggi daripada 2 mg mulai meningkatkan pertimbangan mengenai

fluorosis ringan.
Meskipun fluorida ada di dalam buah dan sayuran, namun kebanyakan ada di

sebagian besar makanan, dengan pengecualian seafood, yang tidak signifikan.

Jumlahnya di dalam teh (dari daun) bisa cukup kuat, tergantung pada kekuatan

pemasakan bir. Satu cangkir teh bisa mengandung 1.0 mg fluorida. Sup dan rebusan

yang dibuat dengan ikan dan tulang ikan juga memberikan jumlah fluorida yang baik.

Secara mekanis ikan dan unggas yang tidak bertulang, juga seafood dan hati sapi,

mengandung tinggi fluorida. Makanan yang di masak di wajan teflon (polimer yang

mengandung fluorida) bisa meningkatkan asupan fluorida, meskipun data ilmiah yang

kuat tidak ada.

2. Referensi asupan makanan

AI untuk fluorida dikembangkan oleh Food and Nutrition Board pada tahun

1998. AI untuk pria dewasa dan wanita adalah 4 dan 3 mg/hari. Tergantung pada usia,

AI mulai 2.0 hingga 3.0 mg/hari untuk anak-anak dan remaja dan dari 0.7 hingga 1.0

mg/hari untuk anak kecil antara usia 1 dan 8 tahun (lihat Tabel 5.2) (Institute of

111
Medicine, 1998). Sebagai perbandingan, 8 ons gelas air berfluoridasi (1 ppm atau 1

mg/L) memberikan sekitar 0.2 mg fluorida. UL juga dikembangkan untuk fluorida.

3. Fungsi

Fluorida dianggap penting, jika tidak penting, karena pengaruh

menguntungkannya pada enamel gigi, memberikan ketahanan maksimum pada karies

gigi, dan pada hydroxyapatite kerangka. Prevalensi karies gigi telah menurun 15%

pada 15 hingga 20 tahun terakhir, utamanya memperlihatkan pada fluoridasi air

minum dan penggunaan fluorida pokok. Prevalensi karies gigi juga menurun pada

masyarakat yang tidak mempunyai air berfluorida. Penyebabnya tidak diketahui, tapi

mungkin meliputi penggunaan pasta gigi berfluorida, aplikasi fluorida utama, dan

peningkatan penggunaan fluorida pada rantai makanan, khususnya dari air berfluorida

yang digunakan pada pemrosesan makanan. Minuman ringan secara khusus

dipersiapkan dengan air berfluorida di pabrik pembotolan di area kota. Lihat Bab 29

untuk rekomendasi mengenai suplementasi fluorida.


Pengganti fluorida untuk kelompok hidroksil pada struktur kisi-kisi garam

fosfat kalsium (hydroxyapatite) tulang dan gigi untuk membentuk fluoroapatite, yang

lebih keras dan kurang bisa diserap daripada hydroxyapatite. Percobaan kontrol yang

dilakukan belakangan ini terhadap suplementasi untuk wanita yang sudah mengalami

menopause dengan pengolahan fluorida dengan pelepasan pelan menunjukkan

perbaikan densitas tulang dan penurunan keretakan pinggul (Pak dkk, 1995) (lihat

Bab 28).

4. Daya racun

112
Fluorosis ringan bisa muncul pada dosis harian 0.1 mg/kg, yaitu, lebih besar

daripada 2 hingga 3 ppm fluorida pada air minum (lihat Bab 29). Tipe perubahan

warna gigi, atau mottling ini, biasanya tidak terlihat dan tidak mempunyai pengaruh

terbalik, kecuali secara kosmetik. Namun demikian, asupan yang lebih tinggi

mengakibatkan flak gigi dan pengaruh gigi yang lebih serius.


Beberapa bukti menunjukkan bahwa asupan fluorida meningkat pada balita

dan anak-anak karena sumber fluorida yang berkembang. Ketika air minum yang

mengandung lebih sedikit fluorida, maka rata-rata asupannya juga sedikit. Bahkan

nilai yang paling tinggi tidak melebihi rekomendasi 0.08 mg/kg setiap hari. Asupan

fluorida oleh anak-anak bisa sangat berbeda karena banyaknya ketersediaan fluorida

dari makanan yang dipersiapkan dengan air berfluorida, penggunaan pasta gigi, dan

sumber-sumber lainnya; karena itu, beberapa anak yang mengonsumsi total fluorida

yang melebihi tingkat asupan optimal (0.05 hingga 0.07 mg/kg setiap hari) di luar

fluorosis gigi yang bisa terjadi (Levy dkk, 1995).

E. Tembaga

Tembaga, telah dikenal selama lebih dari 100 tahun sebagai unsur pokok

normal darah, yang telah dikembangkan sebagai mikro gizi penting hanya dalam

beberapa tahun. Minat belakangan ini pada tembaga, bersamaan dengan beberapa

elemen trace lainnya, telah meningkat karena beberapa fungsi jaringan elemen trace

ini dan potensi risiko (meskipun tidak mungkin) kekurangan (Uauy dkk, 1998).

Konsentrasi tembaga paling tinggi berada di dalam hati, otak, jantung, dan ginjal.

Otot mengandung konsentrasi tembaga yang rendah, tapi karena massanya yang

113
besar, otot kerangka mengandung hampir 40% semua tembaga di dalam tubuh.

Penelitian yang dilakukan belakangan ini mempunyai pengetahuan yang lebih besar

dari peranan fisiologi tembaga, homeostasis tembaga, dan kebutuhan tembaga pada

siklus hidup (Lnnerdal dan Uauy, 1998).

Zat Tembaga termasuk trace elemen (Cu) yang esensial bagi tubuh dan
merupakan komponen dari beberapa jenis enzim dalam sistem erythropoetik,
pembentukan tulang dan reaksi redoks. Metabolisms Fe membutuhkan pula trace
elemen Cu. Namun demikian, tempat di jalur metabolisms di mana Cu berperan belum
diketahui dengan pasti. Gejala-gejala defisiensi Cu pada ternak telah diketahui dan
dilaporkan dalam tulisan-tulisan ilmiah, tetapi gambaran klinik defisiensi Cu pada
manusia belum cukup diketahui dan dilaporkan.
1. Sumber makanan dan asupan

Tembaga banyak terdapat di dalam makanan, khususnya produk hewan

kecuali susu, dan sebagian besar makanan memberikan antara 0.6 dan 2 mg/hari.

Makanan yang mengandung tembaga tinggi adalah kerang-kerangan (tiram), daging

organ (hati, ginjal), daging otot, cokelat, kacang, biji sereal, polong kering, dan buah-

buahan kering (Tabel 5.13). Daging hewan dianggap sebagai sumber utama tembaga

menurut Total Diet Study of FDA (Pennington dan Young, 1991). Secara umum, buah

dan sayuran mengandung sedikit tembaga. Susu sapi, sumber yang buruk untuk

tembaga, mengandung 0.015 hingga 0.18 mg/L, padahal kandungan tembaga susu

ASI, dari tembaga yang diserap dengan baik, mengandung 0.15 hingga 1.05 mg/L.

Bayi yang diberi makan susu sapi mungkin berisiko kekurangan tembaga karena

kandungan tembaga yang rendah dari bentuk susu ini (Lnnerdal, 1996).
Tabel 5.13 Kandungan tembaga dari makanan-makanan yang dipilih

114
Makanan Mg
Hati sapi, goreng, 3 ons 2.4
Jambu monyet, panggang kering, cup 0.8
Black-eyed peas, kering, masak, cup 0.7
Tetes, blackstrap, 2 T 0.6
Biji bunga matahari, cup 0.6
Cokelat chip, semi manis, cup 0.5
V-8 jus, 1 cup 0.5
Tahu, lembut, cup 0.5
Polong, digoreng ulang, cup 0.5
Sarapan instan, fortifikasi, 1 amplop 0.5
Bubuk cokelat, 2 T 0.4
Buah prem, kering, 10 0.4
Salmon, panggang, 3 ons 0.3
Tahini (mentega wijen), 1 T 0.2
Piza, keju, 1/8 dari 15 0.2
Roti, gandum utuh, 1 potong 0.1
Cokelat susu, 1 ons 0.1
Susu, 2% lemak, 1 cup 0.1
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).

Asupan tembaga individu dalam beberapa kategori usia di US secara

konsisten telah direkomendasikan jumlah tertentu, dengan remaja wanita hanya

mengonsumsi kira-kira 50% ESADDI, menurut median asupan yang diperkirakan

yang ditunjukkan dalam Total Diet Study of FDA (Pennington dan Schoen, 1996).

Secara khusus, kandungan tembaga air minum tidak dipertimbangkan dalam survei

makanan, tapi jumlah tembaga di dalam air dari pipa tembaga dianggap sangat

rendah, mungkin tidak signifikan.


Asupan tembaga mungkin rendah pada makanan US karena, hingga sekarang

ini, sereal siap makan tidak difortifikasi dengan tembaga, karena sudah difortifikasi

dengan mineral-mineral trace lainnya (Johnson dkk, 1998).

115
2. Asupan makanan harian yang diperkirakan aman dan memadai

Meskipun data yang memadai belum ada untuk mengembangkan RDA, pada

tahun 1989, namun ESADDI 1.5 hingga 3 mg/hari untuk remaja dan orang dewasa

telah dikembangkan untuk tembaga. ESADDI untuk anak-anak adalah antara 0.7

hingga 2 mg/hari; bagi bayi, ESADDI adalah 0.4 hingga 0.6 mg selama 6 bulan

pertama dan 0.6 hingga 0.7 mg/hari selama enam bulan kedua (lihat Tabel 5.6). Bayi

prematur, yang lahir dengan kandungan tembaga rendah, pasti memerlukan

peningkatan asupan tembaga selama beberapa bulan pertama mereka hidup (lihat Bab

9). Tinjauan mengenai ESADDI oleh Food and Nutrition Board akan segera

dilakukan.

5. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Penyerapan tembaga terjadi di usus kecil. Masuk pada permukaan mukosa

melalui difusi bantuan. Keluar pada membran basolateral utamanya oleh transpor

aktif, tapi transfer bantuan bisa juga terjadi pada membran ini. kompetisi antara ion

tembaga dan kation dwivalen lainnya ada pada setiap langkah. Di dalam sel

penyerapan usus, ion tembaga terikat pada metallothionein dengan afinitas lebih besar

daripada seng atau ion-ion lainnya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa jumlah

tembaga yang diserap diatur oleh jumlah metallothionein dalam sel mukosa.

Penyerapan jaringan dari tembaga berbeda antara 25% hingga 60%. Efisiensi

penyerapan rendah membantu untuk mengatur penyimpanan tembaga di dalam tubuh;

karena itu, persentase penyerapan menurun seiring dengan meningkatnya asupan.

116
Serat dan phytate, diketahui mempengaruhi bioavailabilitas beberapa mineral, tidak

muncul untuk memberikan pengaruh yang terbalik pada penyerapan tembaga.

6. Transpor

Kira-kira 90% tembaga di dalam serum dihubungkan dengan ceruloplasmin,

protein fungsional. Sisanya terikat longgar pada albumin, transcuprein, protein-

protein lainnya, dan asam amino bebas, dan mungkin, pada histidine. Tembaga

disalurkan di dalam darah melalui jaringan-jaringan lainnya, utamanya terikat pada

albumin. Tembaga juga ada di dalam darah sebagai ceruloplasmin, yang bertindak

sebagai enzim pada sel pembentuk darah pada sumsum tulang. Serum tembaga dan

tingkat immunoreaktif ceruloplasmin cenderung lebih tinggi pada wanita daripada

pada pria. Serum konsentrasi tembaga paling besar berada di dalam neonate.

Kemudian konsentrasi ini akan turun perlahan selama tahun pertama kehidupan.
Tembaga yang terikat pada albumin di dalam darah bisa bertindak sebagai

bagian simpanan sementara untuk tembaga. Pada hati, tembaga terikat pada

metallothionein, yang bertindak sebagai bentuk simpanan, dan dihubungkan pada

ceruloplasmin dan disekresikan di dalam plasma untuk transpor tembaga pada sel.

Tembaga juga disekresikan dari hati sebagai komponen empedu, rute utama ekskresi

tembaga. Ketika di dalam saluran pencernaan, tembaga menjadi bagian kelompok

yang mungkin diserap kembali atau diekskresikan, tergantung pada kebutuhan tubuh

akan tembaga. Ekskresi empedu meningkat pada responsnya terhadap kelebihan

asupan tembaga, tapi bukan ketika asupan mencapai tingkat keracunan.

117
Sedikit tembaga ditemukan di dalam urine, keringat, dan darah menstruasi.

Tembaga bisa diawetkan oleh ginjal, jika perlu, ketika jumlah yang besar disaring

melalui glomeruli dan diserap kembali di dalam tubules.


Interaksi tembaga dengan gizi-gizi lainnya menunjukkan kekeliruan untuk

mengambil kelebihan jumlah suplemen vitamin dan mineral di atas tingkat konsumsi

yang direkomendasikan. Dalam jumlah 150 mg/hari, seng telah ditunjukkan

menginduksi kekurangan tembaga melalui banyaknya kapasitas metallothionein di

dalam sel penyerap usus untuk mengikat tembaga (Kekurangan tembaga..., 1985),

meskipun metallothionein mempunyai afinitas yang lebih besar untuk tembaga

daripada untuk seng. Asupan asam askorbat yang tinggi (1500 mg/hari) menurunkan

konsentrasi darah tembaga dan ceruloplasmin pada subyek manusia dan, karena itu,

menurunkan sifat-sifat fungsional ceruloplasmin (Finley dan Cerklewski, 1983).

Kombinasi asupan zat besi dan asam askorbat yang tinggi mempunyai pengaruh yang

sama pentingnya pada status tembaga pada tikus (Johnson dan Murphy, 1988).

7. Eksresi

Zat Tembaga Cu terutama diekskresikan ke dalam rongga usus dan dibuang di


dalam tinja. Sebagian kecil Cu diekskresikan dalam urine dan cairan keringat. Pada
wanita zat Tembaga Cu jugs terbuang ketika menstruasi. Defisiensi zat Tembaga Cu
pada binatang percobaan menyebabkan pertumbuhan yang lambat, anemia
hypochromic microcytair. Kadar Cu di dalam plasma menurun sebelum tampak gejala-
gejala klinik tersebut, yang diikuti oleh penurunan kadar Cu di dalam erythrocyt. Sumsum
tulang memperlihatkan hyperplasia normoblastik. Defisiensi Cu memberikan jugs
gangguan pada absorbsi dan metabolisma Fe, yang pada gilirannya memberikan
anaemia hypochromic microcytair. Pemberian Fe saja tidak memperbaiki keadaan, tetapi

118
pemberian Cu akan memberikan efek dengan segera.
8. Fungsi

Tembaga adalah komponen dari beberapa enzim, dan akibat klinis kekurangan

tembaga bisa dihubungkan dengan kegagalan enzim. Tembaga dalam ceruloplasmin

mempunyai peranan yang didokumentasikan dengan baik dalam pengoksidasian zat

besi sebelum disalurkan ke dalam plasma. Lysyl oksidasi, enzim yang mengadung

tembaga, penting dalam antar hubungan yang diperoleh dari lysine pada kolagen dan

elastin, protein jaringan konektif dengan kekuatan regang yang besar (Rucker dkk,

1998). Melalui keterlibatan elektron yang mengandung tembaga yang menyalurkan

protein, tembaga juga mempunyai peranan di dalam produksi energi mitokondrial.

Sebagai bagian enzim yang mengandung tembaga seperti superoxide dismutase,

tembaga yang melindungi dari oksidan dan radikal bebas dan meningkatkan sintesis

melanin dan catechalamines. Fungsi-fungsi lain dari enzim yang mengandung

tembaga belum didefinisikan dengan baik.

9. Kekurangan

Kekurangan tembaga secara historis telah dinilai menurun penurunan dalam

serum tembaga dan tingkat ceruloplasmin, tapi indikator yang lebih sensitif dari

status tembaga enzim yang mengandung tembaga di dalam sel darah sekarang

telah diidentifikasikan (Milne, 1998). Kekurangan tembaga dicirikan oleh anemia,

neutropenia, dan gangguan kerangka, khususnya demineralisasi. Perubahan-

perubahan lainnya bisa juga mengikuti, termasuk subperiosteal hemorrhages,

perubahan pigmen rambut dan kulit, dan formasi elastin yang tidak sempurna.

119
Kegagalan erythropoiesis, dan juga degenerasi serebral dan cerebellar, bisa

mengakibatkan Kematian. Neutropenia dan leukopenia adalah indikasi awal yang

paling baik dari kekurangan tembaga pada anak-anak. Anemia karena kekurangan

tembaga dibahas dalam Bab 35.


Kasus klasik kekurangan tembaga dilaporkan tahun 1960-an pada bayi-bayi

Peru yang mendapatkan gizi buruk, mengalami diare, dan yang diberi makan susu

sapi yang dicairkan (Cordano, 1998). Kasus-kasus kekurangan lainnya telah

dilaporkan sejak saat itu. Bayi-bayi prematur mungkin mengalami kekurangan

tembaga kecuali kalau diberikan suplemen tembaga karena sebagian besar tembaga

secara normal ditransfer melalui plasenta selama beberapa bulan terakhir kehamilan

normal.
Tembaga disimpan di dalam hati; karena itu, kekurangan berkembang secara

perlahan ketika simpanan tembaga mulai menipis. Kekurangan belum ditunjukkan

pada kesehatan manusia yang mengonsumsi berbagai makanan. Tingkat serum

tembaga yang rendah, ceruloplasmin, dan superoxide dismutase memberikan bukti

pendukung kekurangan tembaga, tapi penanda-penanda ini tidak sensitif pada status

tembaga marginal. Perubahan tulang, termasuk osteoporosis, formasi metaphyseal

spur, dan kalsifikasi jaringan lembut yang dilihat pada bayi menerima TPN yang lebih

lama, bisa diatasi dengan suplementasi tembaga. Satu-satunya tanda kekurangan

tembaga ditemukan pada orang dewasa yang mengalami neutropenia dan microcytic

anemia, tapi kekurangan ini sangat jarang pada orang dewasa, mungkin karena

tembaga berakumulasi di dalam hati selama hidup sebagian besar individu.

120
Penyakit Menkes atau sindrom rambut kusut adalah gangguan yang

dihubungkan dengan jenis kelamin yang menunjukkan kesalahan penyerapan

tembaga, peningkatan kehilangan tembaga melalui urine, dan gangguan transpor

tembaga intra sel, semuanya yang menyebabkan gangguan distribusi tembaga pada

organ dan di dalam sel. Akibatnya pada bayi adalah keterlambatan pertumbuhan,

keratinisasi tidak sempurna, dan pigmentasi rambut, hypothermia, perubahan

regeneratif pada aortic elastin, gangguan metaphyses tulang panjang, dan

kemunduran mental progresif. Bayi-bayi ini secara khusus tidak bertahan pada

beberapa bulan pertama kehidupannya. Beberapa ciri gangguan ini ditunjukkan

melalui gangguan antar hubungan kolagen dan elastin; langkah-langkah ini

memerlukan satu enzim tembaga atau lebih. Jaringan otak secara praktis tidak ada

dari cytochrome C oxidase, dan menandai akumulasi tembaga yang terjadi di dalam

mukosa usus, meskipun tingkat serum tembaga dan ceruloplasmin menunjukkan

perbaikan sementara. Ataxia, kesulitan belajar ringan, dan gangguan jaringan konektif

dilihat pada pasien yang mengalami penyakit Menkes (Procopis dkk, 1981).
Kekurangan tembaga baru, hanya dilaporkan belakangan ini, menunjukkan

demyelinating neuropathy dengan gangguan pseudo usus kronis, osteoporosis,

kegagalan testicular, degenerasi retina, dan cardiomyopathy. Masalah utama muncul

sebagai gangguan dalam pemrosesan hepatik tembaga di dalam ceruloplasmin

(Buchman dkk, 1994).


Penurunan plasma tembaga bisa dilihat pada pasien yang mengalami penyakit

kesalahan penyerapan, seperti celiac sprue, tropical sprue, dan entrophaties

kehilangan protein, dan sindrom nephrotic.

121
Asupan tembaga rendah bisa juga berkontribusi pada penurunan respons imun

pada individu-individu sehat (Kelley dkk, 1995).


Daya racun
Daya racun tembaga dari konsumsi makanan dianggap tidak mungkin, tapi

daya racun dari kelebihan suplementasi atau dari garam tembaga yang digunakan

dalam pertanian telah dilaporkan. Cirrhosis hati secara khusus berkembang dari

asupan racun, dan gangguan pada formasi sel darah merah juga terjadi.
Konsentrasi ceruloplasmin meningkat selama kehamilan dan dengan

penggunaan alat kontrasepsi oral. Konsentrasi serum tembaga pada wanita hamil kira-

kira dua kali nilai yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil. Konsentrasi serum

tembaga juga meningkat pada pasien yang mengalami infeksi akut dan kronis,

penyakit hati, dan pellagra. Manfaat fisiologi peningkatan-peningkatan ini tidak

diketahui, tapi empedu juga mengandung tembaga yang sangat banyak pada kondisi-

kondisi ini. Setiap penyakit hati kronis mengganggu ekskresi empedu yang

mendorong penyimpanan tembaga. Cirrhosis empedu utama, dan juga gangguan

mekanis pembuluh empedu, mengakibatkan peningkatan progresif pada kandungan

tembaga di hati.
Penyakit Wilson (penurunan hepatolenticular) adalah penyakit yang dicirikan

oleh akumulasi tembaga pada tingkat yang berlebih di dalam jaringan tubuh,

termasuk mata, sebagai hasil kekurangan genetik di dalam sintesis hati ceruloplasmin

(lihat Bab 32). Makanan vegetarian yang tepat mungkin bermanfaat untuk mengobati

pasien yang mengalami penyakit Wilson karena kandungan tembaga yang rendah

dalam buah dan sayuran (Brewer dkk, 1993).


BAB III
ELEMEN ULTRATRACE

122
A. Yodium

Yodium merupakan mikronutrien esensial, terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang

sangat kecil, sekitar 15-20 mg, yang hampir semuanya terdapat kelenjar tiroid.

Yodium ini merupakan komponen esensial bagi hormone tiroid, tiroksin (T4), dan

triodotironin (T3). Hormon tiroid mengatur proses metabolism karbohidrat dan

lemak, serta mempengaruhi hormon lain diantaranya growth hormon.1 Sehingga dapat

dikatakan hormon ini berpengaruh pada sebagian besar organ, terutama pada otak,

terutama pada awal kehidupan. Pada manusia tumbuh kembang otak ini terjadi pada

masa janin dan dua tahun pertama kehidupannya. Konsekuensinya, kekurangan

yodium pada masa ini akan melibatkan hormone tiroid, pada masa kritis, dengan

akibat hypotiroidisme dan kerusakan otak (brain damage). Konsekuensi klinisnya

berupa retardasi mental yang permanen.2 Selain itu defisiensi yodium dapat

mengakibatkan kretin, stunting, gangguan penglihatan dan gondok.3

Kekurangan yodium di US dan beberapa negara Barat secara praktis telah

dihilangkan melalui iodinisasi garam. Orang yang hidup di area pegunungan di dunia

dan beberapa wilayah delta di dataran rendah masih mempunyai asupan yodium yang

rendah karena kandungan yodium tanah yang rendah yang digunakan untuk

mengolah tanaman penghasil makanan. Makhluk hidup lain di daerah lembah

mungkin mengonsumsi goitrogen tinggi yang menurunkan penggunaan yodium oleh

kelenjar tiroid.
Tubuh secara normal mengandung 20 hingga 30 mg yodium, dengan lebih

dari 75% dalam kelenjar tiroid dan yang lainnya terdistribusi di dalam tubuh,

123
utamanya di dalam kelenjar susu laktasi, mukosa lambung, dan darah. Persyaratan

makanan untuk yodium adalah untuk sintesis hormon tiroid; yodium menjadi bagian

integral hormon tiroid.

1. Sumber makanan dan asupan

Yodium terjadi dalam jumlah yang tidak sama dalam makanan dan air minum.

Seafood, seperti remis, lobster, tiram, sarden, dan ikan air asin lainnya, adalah sumber

yodium paling kaya. Ikan air asin mengandung 300 hingga 3000 g/kg daging; ikan

air tawar mengandung 20 hingga 40 g/kg, tapi masih tetap menjadi sumber yang

baik untuk mineral ini. Kandungan yodium susu sapi dan telur ditentukan oleh

ketersediaan iodid di dalam makanan hewan; kandungan iodid sayuran berbeda

menurut kandungan yodium tanah di mana mereka tumbuh.


Yodium juga memasuki rantai makanan melalui penggunaan iodophors, yang

digunakan sebagai desinfektan dalam pemrosesan produk susu, agen pewarna, dan

penentu adonan. Sumber-sumber ini menambahkan jumlah yodium yang signifikan

pada suplai makanan. Contohnya, susu sapi di US mengandung kandungan yodium

yang tinggi karena penggunaan iodofors. Tabel 5.14 menunjukkan kandungan yodium

dari beberapa makanan.


Penggunaan garam iodisasi seharusnya masih didukung pada area-area

tertentu untuk mencegah gondok. Cara yang paling baik untuk mendapatkan asupan

yodium yang memadai adalah dengan menggunakan garam iodisasi (76 g yodium

per gram garam untuk US dan Canada) dalam mempersiapkan makanan. Lebih dari

50% garam meja yang dijual di US adalah ionisasi; namun demikian, garam ionisasi

124
tidak digunakan pada makanan yang diproses. Iodinisasi yang diperintahkan telah

digunakan oleh beberapa negara, termasuk Canada, tapi tidak diperlukan secara legal

di US, di mana kekurangan yodium, sudah sangat jarang sekarang ini.


Total Diet Study dari FDA menunjukkan bahwa median asupan yodium orang

dewasa pada periode tahun 1982-1991 adalah mulai dari 130 hingga 140 g/hari

untuk wanita dan 182 hingga 204 g/hari untuk pria. Median asupan yodium untuk

remaja pria dan wanita bahkan lebih tinggi, dengan remaja laki-laki mengonsumsi

hampir dua kali RDA (Pennington dan Schoen, 1996). Asupan yodium di US jelas

memadai karena iodinisasi garam dan penggunaan iodofor.


Beberapa vegetarian yang hanya memakan makanan kaya lactobacilli yang

tidak dimasak diuji fungsi tiroidnya dan ditemukan berada dalam batas normal

(Rauma dkk, 1994). Para vegetarian ini mengonsumsi yodium dari rumput laut dan

tablet dari kelp. Beberapa individu dalam penelitian ini mengonsumsi asupan yodium

dengan tingkat yang cukup tinggi hingga menyebabkan potensi masalah, tapi gejala

keracunan tidak ditemukan.


Tabel 5.14 Kandungan yodium dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan g
Garam, iodisasi, 1 tsp 400
Roti, dibuat dengan kondisioner adonan iodate dan proses 142
pencampuran selanjutnya
Haddock, 3 ons 104-145
Roti, dibuat dengan proses reguler, 1 potong 35
Keju, lembut, 2% lemak, cup 26-71
Udang, 3 ons 21-37
Telur, 1 18-26
Keju, ceddar, 1 ons 5-23
Daging sapi giling, 3 ons 8

125
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).

2. Recommended Dietary Allowance

Asupan yodium 150 g/hari telah dianggap memadai untuk semua orang

dewasa dan remaja. RDA untuk wanita hamil dan menyusui meningkat 25 g dan 50

g. RDA adalah 40 g untuk bayi hingga usia 6 bulan, dan 50 g untuk bayi yang

lebih tua. RDA untuk anak-anak adalah antara 70 dan 120 g, meningkat sesuai

dengan umurnya (atau ukuran tubuh) (lihat Tabel 5.5).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Yodium diserap dengan mudah dalam bentuk iodid. Pada sirkulasi, yodium

terjadi dalam bentuk bebas dan mengikat protein, tapi ikatan iodid yang menonjol.

Ekskresi utamanya melalui urine, tapi sedikit yang ditemukan di dalam feses sebagai

hasil sekresi empedu.

4. Fungsi

Yodium disimpan dalam kelenjar tiroid, yang digunakan dalam sintesis

triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Keluaran ion iodid oleh kelenjar tiroid

mungkin dicegah oleh goitrogen yang ditemukan di dalam makanan (lihat bagian

berikutnya). Hormon tersebut diturunkan dalam sel target dan di dalam hati, dan

yodium benar-benar terlindungi dalam kondisi normal. Selenium penting dalam

metabolisme yodium karena keberadaannya dalam satu enzim bertanggung jawab

untuk membentuk T3 aktif dari thyroglobulin yang disimpan di dalam kelenjar tiroid.

126
5. Penyebab GAKY

Di Indonesia, prevalensi gondok endemic yang tinggi pada umumnya di sekitar

lereng gunung berapi, atau di daerah pegunungan. Apabila asupan yodium dalam

makanan yang masuk dalam tubuh kurang memadai, maka pembentukan tiroksin

akan terhambat. Akibatnya Thyroid Stimulating Hormon (TSH) akan dipacu

produksinya, selanjutnya TSH akan memacu kelenjar tiroid untuk memproduksi

tiroglobulin.

Masukan yodium pada manusia berasal dari makanan dan minuman yang

berasal dari alam sekitarnya. Jika lahan alam ditanah permukaan kurang tersedia

yodium, maka semua tumbuhan dan air yang berada di daerah tersebut kandungan

yodiumnya akan kurang. Sebagai contoh, sumur di RSUP Dr Kariadi Semarang, yang

merupakan daerah pantai, mengandung yodium sebesar 4,8-11 ug/L, air dari PDAM

Semarang yang bersumber mata air gunung di Ungaran kadar yodiumnya 0,9 ug/L

dan air di mata air di desa-desa endemik berat di Sengi, kabupaten Magelang

mengandung yodium sebesar 0,2 ug/L.4

Mengapa defisiensi Yodium itu penting ditanggulangi?

Kekurangan yodium menghasilkan hormon tiroid yang sedikit sehingga tidak mampu

mencukupi kebutuhan tubuh. Konsekuensi yang dapat dilihat adalah terjadinya

gondok. Jika tiroid mengalami bahan baku pembuat hormon yaitu yodium, TSH akan

bekerja lebih keras sehingga tiroid bekerja lebih keras. Sebagai akibat adalah jaringan

yang isinya hanya otot akan membesar. Hal ini berakibat pada pembesaran kelenjar

gondok sebagai akibat proses adaptasi. Jika defisiensi yodium ringan dan adaptasi

127
berhasil dengan baik, penderita akan mengalami pembesaran gondok tetapi tidak

terdapat gangguan metabolisme.6

Pengaruh yang paling jelek dari defisiensi yodium adalah jika defisiensi itu

terjadi pada masa janin dan neonates. Defisiensi yodium meningkatkan terjadinya

komplikasi kehamilan seperti abortus, kematian janin, berat badan lahir rendah,

hipotiroid neonatal dan rettardasi mental.

Defisiensi Yodium mempunyai konsekuensi social ekonomi. Hal ini karena

melibatkan masyarakat dengan kapasitas mental lebih rendah, produktivitas kerja

yang buruk, angka kematian yang tinggi dan pendidikan yang rendah. Defisiensi

yodium juga melibatkan binatang setempat, dengan gejala seperti pada manusia

diantaranya: still birth, produksi susu sapi yang rendah, produksi telur yang rendah

dan produksi daging yang rendah, karena mengalami gangguan

pertumbuhan/stunting, sehingga penghasilannya dapat menurun.6

a. Kebutuhan

Terdapat beberapa istilah tentang asupan gizi seperti yang dikeluarkan oleh IOM

(Institute of Medicine).

EAR (Estimated average requirement) adalah asupan yodium harian untuk

memenuhi kebutuhan separuh dari individu sehat dalam gaya hidup tertentu. EAR

tidak untuk kebutuhan individu tetapi untuk kebutuhan suatu kelompok individu.
RDA (The recommended dietary allowance) untuk yodium adalah rerata

kecukupan asupan harian untuk memenuhi kebutuhan yodium 97-98% dari

128
individu sehat menurut umumnya. Ini dapat digunakan sebagai target asupan

yodium harian pada seorang individu.


AI (Adequte intake) digunakan jika terdapat kekurangan fakta ilmiah untuk

menentukan EAR. Sebagai contoh : kebutuhan bayi untuk bayi didaarkan pada

asupan yodium pada bayi yang mendapat ASI di area yang cukup yodium
RNI (Recommended Nutrient) untuk yodium adalah estimasi asupan untuk

memenuhi kebutuhan dari hamper semua individu menurut umur dan tahapan

hidupnya.

Kebutuhan ini dibagi menjadi untuk orang dewasa, ibu hamil dan menyusui, bayi dan

anak

b. Untuk dewasa

RDA untuk populasi ini, dan juga WHO merekomendasikan kebutuhan untuk orang

dewasa, laki-laki dan perempuan yang tidak hamil adalah sekitar 150 g/hari.

c. Untuk ibu hamil dan menyusui

Kebutuhan yodium selama hamil meningkat karena: 1). Peningkatan produksi T4

untuk mempertahankan kondisi eutiroidisme ibu dan mentransfer hormon tiroid ke

janin pada trimester pertama kehamilan, sebelum tiroid janin berfungsi. 2). Yodium

ditransfer ke janin terutama saat kehamilan sudah lanjut. 3). Terjadi peningkatan

klirens ginjal. Untuk mempertahankan kecukupannya WHO menganjurkan kebutuhan

yodium harian sekitar 250 mikro gram/hari untuk ibu hamil atau sekitar 10% di atas

RDA. Sementara untuk ibu menyusui, direkomendasikan kebutuhan yodine harian

129
adalah 250 mikro gram/hari. Hal ini didasarkan pada jumlah yodium yang ditransfer

dari ibu ke bayi yang mendapat ASI pada bulan 1 dan bulan ke 6.7

Pada wanita hamil yang tinggal di daerah defisiensi yodium, perubahan patologik

akan muncul sebagai akibat stimulasi berlebihan pada kelenjar tiroid maternal,

sehingga timbul hypotyroksinemia baik relatif maupun absolut dan goitrogenesis,

yang tergantung pada berat ringannya defisiensi yodium yang terjadi.8 Bilamana

defisiensi yodium terjadi dalam derajad yang berat, maka perubahan patologik

tersebut Nampak sangat jelas, yaitu TSH yang meningkat dengan tajam, dan

sebaliknya kadar T3, T4 dan FT4 akan menurun dengan sangat tajam, seperti yang

terjadi di daerah endemik berat. Jikalau suplementasi yodium diberikan pada awal

kehamilan atau lebih aman lagi pada saat sebelum kehamilan, maka koreksi keadaan

di atas dapat dicapai sehingga dapat dicegah semua pengaruh defisiensi yodium

semasa kehamila

d. Bayi

Karena tidak terdapat criteria fungsional asupan yodium pada bayi, rekomendasi

asupan yodium didasarkan pada rerata asupan yodium pada bayi yang lahir cukup

bulan yang mendapat ASI eksklusif. WHO merekomendasikan asupan yodium untuk

bayi 90 g/hari. Kebutuhan yodium selama menyusui hendaknya didasarkan pada

keseimbangan bayi. Studi keseimbangan pada bayi cukup bulan, didapatkan retensi

7,3 g/hari/kgBB/hari. Jika bayi umur 6 bulan dengan BB 7 kg retensi harian adalah

positif 50 g.

130
e. Anak

WHO merekomendasikan asupan yodium harian sebanyak 90 g untuk anak pra

sekolah, dan 120 g untuk anak sekolah.

6. Outcome kehamilan di daerah endemik

Dalam keadaan defisiensi yodium selama kehamilan seperti yang terjadi di

daerah endemik, mengakibatkan peningkatan morbiditas abortus spontan, kelahiran

prematur, dan kematian bayi dini, demikian juga meningkatnya kejadian

hypertyrotroemia neonatal sementara.8 Pada masa neonates, keadaan yang terpenting

dalam kaitannya dengan perubahan fungsi tiroid akibat defisiensi yodium semasa

kehamilan adalah kejadian hipotiroidi, yang memang berbeda dengan hipotiroidi

kongenital sporadic, karena hipotiroidi yang terjadi tidaklah menetap melainkan

bersifat sementara atau transien. Sedang pada hipotiroidi kongenital terjadi oleh

karena kegagalan sintesis hormon tiroid janin secara permanen. Walaupun hanya

terjadi secara sementara, ternyata hipotiroidi dapat menimbulkan gangguan

perkembangan intelektual di kemudian hari. Karena sekalipun kejadiannya sementara

tetapi dapat menyebabkan terjadinya development brain damage.8

7. Perkembangan integritas neurologis anak

Perkembangan integritas neurologis dilukiskan sebagai perkembangan sistem neural,

secara komprehensif, integratif dan sistematis. Pola perkembangan neural pada

defisiensi yodium dapat diketahui dari hasil pemeriksaan neurologis pada bayi dan

anak. Dari pemeriksaan ini ditemukan bahwa defisiensi yodium pada kehamilan

berpengaruh terhadap perkembangan tonus, refleks dan reaksi postural.

131
Keterlambatan perkembangan ini tidak menetap. Pada usia 6 bulan mereka dapat

mengejar ketinggalannya.

8. Kekurangan

Jutaan orang di dunia yang hidup di negara-negara kurang maju masih

berisiko kekurangan yodium (Tonglet dkk, 1992). Individu-individu ini mungkin

mengalami kekurangan yodium menengah, bahkan ketika gondok yang sudah ada

pada kondisi parah, bukanlah buktinya. Kekurangan yodium adalah penyebab yang

bisa dicegah dari kekurangan mental, termasuk cretinism, khususnya selama

kehamilan (Hetzel, 1994). Penggunaan garam iodisasi atau pengonsumsian oral dari

satu dosis minyak iodisasi akan mencukupi untuk mengoreksi kekurangan yodium

selama sekitar 1 tahun. Suplemen yodium mingguan juga efektif (Alnwick, 1998).

Penggunaan garam iodisasi seharusnya ditingkatkan ketika hamil, khususnya melalui

akhir trimester kedua (Xue-Yi dkk, 1994).


Asupan yodium yang sangat rendah dihubungkan dengan perkembangan

gondok endemik atau gondok sederhana, yang merupakan pembesaran kelenjar tiroid

(Gambar 5.13). Kekurangan tersebut mungkin hampir total, khususnya di area-area

pegunungan dan wilayah dengan asupan goitrogen tinggi,k atau relatif, karena

peningkatan kebutuhan hormon tiroid, ketika terjadi pada wanita selama remaja,

hamil, dan menyusui.


World Health Organization (WHO) telah memperkirakan bahwa peristiwa

gondok di dunia kira-kira adalah 200 juta. Di beberapa negara, gondok sudah sangat

sehingga dianggap sebagai ciri fisik normal. Di US, tingkat prevalensi gondok untuk

132
semua usia adalah 1.9/1000 orang. Tingkat tersebut lebih tinggi pada wanita daripada

pria, dan lebih tinggi untuk kelompok usia tua daripada yang lebih muda.
Goitrogen, zat kimia yang terjadi secara alami di dalam makanan, juga bisa

menyebabkan gondok dengan memblokir keluaran yodium dari darah melalui

kelenjar tiroid. Makanan yang mengandung goitrogen meliputi kubis, lobak Cina,

rapeseed, kacang tanah, singkong, dan kacang kedelai. Goitrogen diaktifkan melalui

pemanasan atau memasak. Penjelasan yang sangat memuaskan untuk perkembangan

gondok belum dikembangkan.


Kekurangan yodium yang parah selama hamil dan pertumbuhan awal setelah

lahir mengakibatkan cretinism pada bayi, sindrom yang dicirikan oleh kekurangan

mental, spastic diplegia atau quadriplegia, tuli mutism, dysarthria, karakteristik gaya

berjalan yang terseok-seok, tubuh pendek, dan hypothyroidism. Variasi yang tidak

terlalu parah dari sindrom ini mungkin juga ada, mengakibatkan penurunan

menengah dalam kedewasaan intelektual atau neuromotor.

9. Aspek klinis

Semula pandangan para ahli terhadap defisiensi hanya terbatas pada gondok

endemik dan kretin endemik saja ke pandangan yang lebih luas, yaitu gangguan

perkembangan pada manusia, baik fisik maupun mental. Dengan demikian istilah

defisiensi yodium yang diidentikkan dengan gondok endemik, digantikan dengan

gangguan akibat kekurangan yodium, yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua

aspek usia, sejak fetus hingga dewasa.

Kelainan GAKY itu sendiri didefinisikan sebagai semua kelainan dan

gangguan (reversibel maupun irreversibel), yang dapat dicegah dengan pemberian

133
unsur yodium secara adekuat. Berdasarkan data epidemiologis dan gambaran

klinisnya, spectrum klinis GAKY seperti pada table di bawah ini.9

Table 1. Gambaran klinis

Kelompok Akibat terhadap kesehatan karena kekurangan yodium

Umur
Seluruh umur Goiter

Peningkatan kepekaan dari kelenjar tiroid untuk radiasi

nuklir
Fetus Abosi

Lahir mati

Kelainan kongenital

Kematian masa perinatal


Neonate Kematian bayi

Kretinisme Endemis
Child and adolescent Penurunan fungsi mental

Keterlambatan pertumbuhan
Adult Penurunan fungsi mental

Penurunan produktivitas

Toxic nodular goiter, iodine-induced hypertiroidism

Peningkatan kejadian hypertiroidism dari moderate-hingga

kekurangan yodium berat, berkurangnya kejadian

hipothiroid in mild-to-moderate iodine deficiency


Sumber : Rustama DS. Jurnal GAKY Indonesia 2003

Terdapat 3 bentuk kelainan klinis, yaitu gondok, kretin endemik dan hipotiroidisme.

134
a. Gondok endemik

Semula gondok endemik disama artikan dengan GAKY, namun kini telah

dipisahkan. Gondok hanya sebagaian kecil dari spectrum GAKY. Penyebab utama

gondok adalah defisiensi yodium dan penyebab lain seperti goitrogen dan kelebihan

yodium, dan mikronutrien yang lain. Dengan member yodium dalam jumlah yang

cukup, prevalensi gondok akan berkurang tetapi tidak berarti GAKY telah tiada.9

b. Kretin endemik

Merupakan akibat defisiensi yodium berat pada masa fetus dan merupakan

indicator klinik penting bagi GAKY. Prevalensinya di daerah defisiensi yodium

derajad berat berkisar antara 1-15%. Kretin endemik umumnya lahir di daerah

defisiensi yodium yang sangat berat, dengan Urine Iodine Excretion (UIE) < 25

ug/L.8 Gambaran klinis seseorang dikatakan kretin endemik, jika ia lahir di daerah

gondok endemik dan menunjukkan dua dari tiga gejala ini, yaitu: retardasi mental,

tuli perseptif (sensorineural) nada tinggi dan gangguan neuromuscular. Kretin sendiri

dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu: kretin tipe nervosa, kretin tipe miksedematosa dan

kretin tipe campuran.

c. Kretin tipe nervosa

Jenis ini terdapat di China, Indonesia, Thailand dan New Guinea, ditandai dengan

retardasi mental yang sangat berat,

- Gangguan pendengaran dan bisu tuli,


- Sindroma paresis sistem piramidalis khususnya tungkai bawah, hipertonia, klonus
- Sikap berdiri dan cara berjalan yang khas, spastik, ataksik atau bahkan tidak

mampu berdiri.

135
Kretin miksedematosa

Tipe ini dijumpai di Kongo, ditandai dengan :

- Retardasi mental, namun derajadnya lebih ringan


- Tanda-tanda hipotiroid klinis. Tubuh sangat pendek (cebol), miksedema, kulit

kering, rambut jarang


- Gangguan neurologis: spasitisitas tungkai bawah, refleks plantaris, dan gangguan

gaya berjalan
d. Kretin tipe campuran

Terdapat di Jawa Tengah dan Thailand Gambaran klinisnya merupakan gabungan dari

keduanya.8

e. Kretin endemik vs kretin sporadik (Transient neonatal hypotiroidism vs

Congenital Hypotiroidism)

Kretin sporadic tidak disebabkan karena defisiensi yodium tetapi kelenjar tiroid yang

gagal memproduksi hormon tiroid secara adekuat karena berbagai macam kausa.

Problem medis ini kemudian dikenal sebagai Hypotiroid Congenital. Pada masa

kehidupan janin, hormon tiroid ibu masih cukup, sehingga mampu melindungi otak.

Sebaliknya pada kretin endemik, hormon tiroid ibu tidak ada atau sangat sedikit. Oleh

karena itu pemberian T4 pada neonates dengan hypotiroid akan dapat mencegah

kerusakan otak dengan hasil yang cukup baik.

Di daerah non defisiensi yodium, hipotiroid primer karena gangguan pertumbuhan

kelenjar gondok merupakan penyebab paling banyak hipotiroid neonatal, dengan

136
prevalensi 1:4000 bayi. Sedangkan (kecil) lagi disebabkan karena gangguan sintesis

hormon tiroid yang merupakan kelainan herediter (5-10%).

10. Tanda klinis dini hypotiroidi congenital adalah:


- Gangguan regulasi thermal, hipothermi, sianosis perifer, ektremitas dingin.
- Gangguan gastrointestinal: gangguan makan, distensi abdomen, muntah,

konstipasi
- Gangguan neuromuscular: hipotonia, lethargi
- Keterlambatan maturasi skeletal: fontanela dan sutira lebar, epifisis femoral distal

tidak tampak
- Keterlambatan biokimiawi ikterus.

Setalah bayi 3 bulan akan terlihat gambaran kretin sporadic klasik seperti:

suara tangis berat (nada rendah), parau, lidah besar, hipoplasia hidung, kulit kasar,

kering, dingi dan hernia umbilicalis. Pada umur 6 bulan anak terlihat bodoh dan

pendek, disertai gangguan neurologis berupa disfungsi serebeler (gangguan

keseimbangan, tremor, disartri).8 Tanda klinis dini kretin sporadik tidak dapat dikenali

dengan mudah dan pasti. Maka sekarang banyak negara telah melakukan skrining

hipotiroid kongenital. Jika terdiagnosis, tiroksin harus segera diberikan.

a. Tanda klinis hypotiroid neonatal

Hal ini menggambarkan ketidakmampuan kelenjar tiroid bayi dalam

memproduksi hormon tiroid. Karena kekurangan hormon tiroid masih dalam waktu

kritis perkembangan otak, hipotiroid neonatal jika tidak ditangani akan memberikan

dampak buruk terhadap berbagai organ/sistem dalam tubuh.

Table 2. Gejala klinis hipotiroid neonatal.

Sistem Gejala Klinis

137
Somatik Deselerasi pertumbuhan linier

Muka yang imatur

Porsi skelet yang imatur


Susunan saraf Lamban (mental dan fisik)

Retordasi mental

Disfungsi serebelum (pada bayi)

Tuli (kretin endemik dan Penreds syndrome)


Muskuler Tonus jelek, hernia umbilikalis, konstipasi, lidah besar,

kontraksi dan relaksasi otot lambat


Susunan pernapasan Distress pernapasan (pada bayi)
Kardiovaskuler Nadi labat dengan tekanan darah rendah, ekstremitas

burik
Ekstodermal Puffy face, kulit kering bersisik

Rambut jarang dan rapuh

Erupsi gigi lambat, hipoplasia enamel


Hematopoetik Anemia, hipovolemia
Endokrin Pubertas terlambat

Pubertas praecox

Gangguan haid
Sumber : Rustama DS. Jurnal GAKY Indonesia 2003

11. Penanggulangan & pencegahan

Penanggulangan dan pencegahan defisiensi yodium dapat dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya: pemberian suntikan yodium, pemberian kapsul yodium

dan fortifikasi yodium pada beberapa makanan diantaranya garam, minyak, gula, dll.

a. Vehicles untuk yodisasi

138
Vehicles yang ideal untuk membawa yodium ke masyarakat yang mengalami

defiseiensi hendaknya dapat mencapai jumlah yang memadai, mencapai jumlah yang

luas, pada semua penduduk dari berbagai kelas social ekonomi, aman dan murah.

Dari beberapa bahan yang dapat digunakan, yang paling sering digunakan adalah

garam, di samping minyak sayur, air dan tablet. Kadang digunakan juga gula, roti dan

teh untuk menjangkau daerah yang sangat luas.6

Garam merupakan vehicle ideal, karena garam merupakan komponen diet

yang selalu diperlukan oleh setiap orang, pada semua umur, semua jenis kelamin dan

apapun sosial ekonominya. Bahkan kadang, bisa terjadi seseorang hanya makan nasi

dan garam karena tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan satu-satunya lauk.

Teknologinya juga sangat sederhana, dan dapat dikerjakan dalam skala kecil maupun

besar. Dapat secara manual atau dengan cara modern,6 dan kuantitas garam yodium

mudah dipantau baik di pabriknya, di pasar atau took dan di rumah tangga.7

Penggunaan garam beryodium di Indonesia dengan kadar yodium 40 ppm,

dengan anggapan konsumsi garam 10 g sehari, sehingga konsumsi potasium yodium

400 g sehari dan ini sesuai dengan 230 g yodium. Hasil studi di Jawa Tengah

menunjukkan bahwa konsumsi garam beryodium dalam keluarga sangat dipengaruhi

oleh karakteristik keluarga, dan pengetahuan terhadap penyakit gondok serta

pengetahuan terhadap manfaat garam beryodium dalam keluarga. Selain itu konsumsi

dalam keluarga juga dipengaruhi oleh faktor persepsi dan aksepsi terhadap

penanggulangan kerangan yodium dalam masyarakat.4 Untuk mengatasi ketersediaan

garam beryodium di pasaran beberapa pemerintah daerah menerbitkan Perda Garam.

139
Tabel 3. Rekomendasi asupan yodium (g/h) sesuai kelompok umur dan

populasi

Grup Populasi dan IOM Grup Populasi dan WHO


Umur EAR AI or RDA Umur RNI
Bayi 0-12 bulan 110 130 Bayi 0-5 thn 90
Anak 1-8 thn 65 90 Anak 6-12 thn 120
Anak 9-13 thn 73 120
Dewasa > 14 thn 95 150 Dewasa > 12 thn 150
Ibu hamil 160 220 Ibu hamil 250
Ibu menyusui 200 290 Ibu menyusui 250
Sumber : Zimmermman. Endocrine Reviews 2009

Dari penelitian Kartono 2002, didapatkan hasil uji kualitatif kadar yodium

konsumsi keluarga diketahui bahwa 96% garam konsumsi keluarga mengandung

cukup yodiumnya.10

Tabel 4. Kriteria epidemiologis WHO untuk assessment nutrisi yodium pada

populasi yang berdasarkan median atau rentang UI

UI (g/liter) Intake yodium Nutrisi yodium


Anak usia sekolah

< 20 Tidak cukup Defisiensi yodium berat

20 49 Tidak cukup Defisiensi yodium sedang

50 99 Tidak cukup Defisiensi yodium ringan

100 199 Cukup Optimum

200 299 Lebih dari cukup Resiko hipertiroid karena yodium pada usia yang rentan

> 300 Berlebihan Resiko hipertiroid karena kerusakan penerimaan tubuh

terhalang yodium (autoimmune tiroid disease)


Ibu hamil

< 150 Tidak cukup

150 249 Cukup

140
250 249 Lebih dari cukup

> 500 Berlebihan


Ibu menyusui

< 100 Tidak cukup

> 100 Cukup


Anak dengan usia 2 thn

< 100 Tidak cukup

> 100 Cukup


Sumber : Zimmermman. Endocrine Reviews 2009

Di beberapa daerah dengan defisiensi yodium sedang atau berat, iodisasi

garam dipandang kurang efektif untuk menanggulangi defisiensi yodium dalam

jangka pendek (Zimmermann). Oleh karena itu digunakan pemberian yodium dosis

tinggi dengan bentuk injeksi atau kapsul.

Program suntikan yodium pernah dilakukan di Indonesia pada tahun 1970-

1990 di daerah endemis sedang dan berat. Sasarannya adalah wanita berumur 0-35

tahun dan laki-laki umur 0-14 tahun. Mulai tahun 1992 diberikan yodium dosis tinggi

berbentuk kapsul. Sasarannya wanita umur 0-35 tahun dan pria umur 0-20 tahun.

Kapsul ini diberikan setahun sekali. Penelitian di kabupaten Magelang terhadap

pemberian yodium dosis tinggi ini adalah penurunan kasus kretin sehingga tidak ada

lagi kasus.10

Tabel 5. Daftar kecamatan dengan TGR tertinggi pada kabupaten/kota yang

diteliti sebagai sampel pendataan UEI

Kecamatan dengan
No Kabupaten/Kota TGR (%)
TGR Tertinggi
1 Wonosobo O Watumalang 56,39

141
2 Purworejo Pituruh 4,08

3 Tegal V Bumijawa 19,76

4 Tegal Kota O Tegal Barat 3,13

5 Cilacap V Karangpucung 23,58

6 Purbalingga O Kejobong 42,21

7 Banjarnegara O Punggelan 21,43

8 Wonogiri V Karangtengah 21,14

9 Pati O Gunungwungkal 47,48

10 Brebes V Sirampog 38,41

11 Grobogan Godong 10,72

12 Magelang Pakis 30,19

13 Temanggung Candiroto 86,89

14 Pemalang Watukumpul 13,02

15 Kendal Limbangan 19,71


Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2004

Tabel 6. Rekomendasi suplementasi iodine pada ibu hamil dan bayi di daerah

dimana rumah tangga yang menggunakan gram dapur kurang dari 90% dan

median UI < 100 ug/liter pada anak sekolah.

Wanita usia subur Dosis tunggal tahunan, 400 mg iodine dalam minyak

yang beryodium

Atau dosis iodine harian dalam Kl yang diberikan hingga

memenuhi total kebutuhan iodine sesuai RNI yaitu 150

142
ug/d
Ibu hamil atau Dosis tunggal tahunan, 400mg iodine dalam minyak yang

menyusui beryodium

Atau dosis iodine harian dalam Kl yang diberikan hingga

memenuhi total kebutuhan iodine sesuai RNI yaitu 250

ug/d

Suplemen yodium tidak boleh diberikan pada ibu yang

telah mendapat minyak beryodium selama masa

kehamilan yang lalu atau diatas 3 bulan sebelum

kehamilannya berikutnya.
Anak usia 0 6 bulan Dosis tunggal 100mg dalam minyak beryodium

Atau dosis iodine harian dalam Kl yang diberikan hingga

memenuhi total kebutuhan iodine sesuai RNI yaitu 90

ug/d

Diberikan suplemen yodium hanya bila ibu tidak

diberikan suplemen selama kehamilan atau anak tidak

diberikan ASI
Anak usia 7 24 bulan Dosis tunggal tahunan, 200mg iodine dalam minyak yang

beryodium, setelah usia 7 bulan

Atau dosis iodine harian dalam Kl yang diberikan hingga

memenuhi total kebutuhan iodine sesuai RNI yaitu 90

ug/d

143
12. Daya racun

Asupan yodium mempunyai margin keamanan yang luas. Dalam beberapa

kasus, gondok akan berkembang secara perlahan sebagai akibat kelebihan asupan

yodium dalam jangka panjang, menurut persyaratan fisiologi. Manfaat kelebihan

asupan yodium yang mengakibatkan penyakit atau gangguan tiroid belumlah jelas.

Sekarang ini, tingkat yodium dalam makanan tidak dianggap sebagai masalah

kesehatan publik yang signifikan di US atau Canada. Akan tetapi, dia penelitian yang

berbeda satu di Canada dan yang lainnya di US melaporkan asupan yodium yang

lebih besar dari atau kira-kira sama dengan tingkat asupan yang direkomendasikan

untuk siklus hidup (Discher dan Girous, 1987; Pennington dan Schoen, 1996).

Asupan-asupan ini umumnya dianggap aman karena pengaruh yang parah dari asupan

tinggi jarang dilaporkan di US dan Canada

Sumber: http://symptoms-causes-treatment.blogspot.com/search/label/what%20is%20goiter
Gambar 5.13 Gondok disebabkan oleh kekurangan yodium. (Dari Swartz MH.

Textbook of Physical Diagnosis History and Examination, edisi ketiga. Philadelphia:

WB Saunders, 1998).

144
B. Selenium

Jendela keamanan yang sempit ada untuk selenium, di bawah kekurangan

yang terjadi dan di atas daya racun yang berkembang. Hanya di Cina yang

mempunyai kondisi-kondisi ekstrem ini yang telah menunjukkan hubungan pada

kandungan selenium tanah. Asupan makanan kira-kira 40 g selenium per hari

dianggap penting untuk mempertahankan glutathione peroksidase (GSH-Px), enzim

yang mengandung selenium. Makanan dari semua negara kecuali Cina yang secara

praktis menyuplai selenium dengan jumlah yang memadai untuk mempertahankan

tingkat GSH-Px yang cukup, sehingga kekurangan selenium sangat jarang terjadi.

GSH-Px, yang ditemukan sebagai selenoenzim pada awal tahun 1970-an, dianggap

bentuk aktif utama selenium di dalam jaringan, meskipun protein selenium lainnya

telah ditemukan.

Unsur Selenium (Se) juga merupakan trauC Clement yang esensial bagi tubuh
manusia. Terdapat interelasi antara metabolisma dan fungsi Se dengan Vitamin E.
Selenium merupakan bagian dari zat aktip yang dapat menghindarkan nekrosis hati,
jantung, otot dan ginjal pada binatang percobaan, serta diathesa eksudatip pada ayam
percobaan. Namun demikian, titik kegiatan zat aktip yang mengandung Se ini di dalam
proses metabolisma, belum diketahui; ada sangkaan berhubungan dengan sistem
respirasi selular. Se merupakan juga bagian dari enzim Peroksidase glutathion
yang memecah H2O2 hasil metabolisma jaringan dan dengan demikian
melindungi membrana sel dan subselular dari kerusakan oleh peroksida tersebut..
Peranan tambahan untuk selenium, tidak dihubungkan dengan GSH-Px, yang

belakangan ini telah diidentifikasikan. Selenium, seperti selenomethionine atau

selenocysteine, ada dalam beberapa protein yang banyak terdistribusi di dalam tubuh.

145
Cellular glutathione peroksidase (cGSH-Px) telah ditemukan di hampir semua sel,

dan juga di dalam serum dan susu secara ekstrasel. Famili enzim ini bisa membantu

memberikan simpanan selenium di dalam protein yang bisa dipenuhi ketika

dibutuhkan. Phospholipid hydroperoxide glutathione peroksidase (phGSH-Px), yang

tersebar pada bagian-bagian lipid sel yang bisa larut, bisa memiliki peranan lain di

dalam lipid dan metabolisme eicosanoid. Type I iodothyronin 5-diodinase,

kemampuan enzim untuk mengubah T4 menjadi T3, adalah selenoprotein.

Selenoprotein P, molekul lain yang mengandung selenium, beraksi sebagai

transporter selenium. Selenium digunakan di dalam sintesis molekul ini dalam bentuk

anionik, tapi di dalam molekul, selenium terikat secara kovalen, seperti sulfur, yang

secara khusus menjadi pengganti dalam beberapa molekul ini.


Tingkat jaringan dipengaruhi oleh asupan makanan dan menunjukkan

lingkungan geokimiawi. Beberapa wilayah di Amerika Utara diidentifikasikan

sebagai rendah dalam kandungan selenium adalah Northeast, Pasifik, Southeast, dan

daratan pantai US wilayah tenggara, dan juga pusat utara dan Canada bagian timur.

Kandungan selenium tanah paling rendah ada di beberapa wilayah Cina, khususnya di

Keshan, di mana kekurangan selenium yang parah pertama kali dilaporkan pada

populasi manusia di tahun 1979. Area-area lainnya dengan kandungan selenium

rendah meliputi beberapa bagian Finlandia dan New Zealand.

1. Sumber makanan dan asupan

Tidak ada tabel komprehensif mengenai kandungan selenium makanan yang

telah dipublikasikan. Konsentrasi selenium di dalam makanan tergantung pada

146
kandungan selenium tanah dan air di mana makanan tumbuh. Perbaikan dalam teknik

analisa telah menunjukkan perubahan yang dibuat pada beberapa data yang

dipublikasikan sebelumnya dari kandungan selenium makanan selama beberapa

dekade lalu. Tabel 5.15 dan Apendiks 41 menunjukkan kandungan selenium dari

beberapa makanan.
Sumber makanan utama dari selenium adalah kacang Brazil, seafood, ginjal,

hati, daging, dan unggas; buah dan sayuran rendah dalam kandungan selenium.

Sumber makanan utama selenium yang diidentifikasikan oleh Total Diet Study FDA

adalah makanan dari daging hewan (Pennington dan Young, 1991). Padi-padian

mempunyai kandungan selenium yang berbeda tergantung pada di mana mereka

dipelihara.
Kandungan selenium dan aktivitas GSH-Px pada susu ASI manusia

dipengaruhi secara langsung oleh nutrisi selenium ibu dan oleh bentuk selenium yang

dikonsumsi (McGuire dkk, 1993a). Konsentrasi plasma selenium bayi yang diberi

makanan formula tanpa suplementasi lebih rendah daripada konsentrasi plasma

selenium bayi yang diberi makanan formula dengan suplementasi atau susu ASI

(McGuire dkk, 1993b).


Data yang dirangkum untuk Total Diet Study pada periode 1982-1991

menunjukkan bahwa median asupan selenium yang ditaksir dari orang dewasa dan

anak-anak memang lebih besar dari RDA menurut usia (Pennington dan Schoen,

1996). Mean asupan 19 dan 13 g/hari pada pria dan wanita, dilaporkan pada area

selenium rendah Cina di mana penyakit Keshan prevalen (Yang dkk, 1988). Makanan

khusus yang dikonsumsi oleh warga Amerika memberikan jumlah selenium harian

147
yang memadai untuk mencegah kekurangan selenium dan juga meningkatkan

kesehatan (Levander dkk, 1995). Fortifikasi selenium formula bayi dengan selenate

telah ditunjukkan memperbaiki status selenium bayi preterm (Tyrala dkk, 1996).
Tabel 5.15 Kandungan selenium dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan g
Kacang Brazil, cup 380
Snapper, panggang, 3 ons 148
Halibut, panggang, 3 ons 113
Salmon, panggang, 3 ons 70
Kerang, kukus, 3 ons 70
Clam, kukus, 20 52
Tiram, mentah, cup 35
Lasagna, dengan daging, 1 potong 34
Biji gandum, panggang, cup 28
Tetes, blackstrap, 2 T 25
Biji bunga matahari, cup 25
Granola, 1 cup 23
Daging sapi giling, 3 ons 22
Ayam, dada, panggang, 3 ons 17
Roti, gandum utuh, 1 potong 16
Telur, 1 12
Susu, 2% lemak, 1 cup 6
Keju, ceddar, 1 ons 4
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).


Recommended Dietary Allowance
RDA untuk selenium didefinisikan untuk pertama kalinya pada RDA tahun

1989 sebesar 55 dan 70 g untuk wanita dan pria dewasa, dan 40 hingga 50 g/hari

untuk remaja. RDA untuk anak-anak adalah 20 hingga 30 g/hari, padahal RDA

untuk bayi adalah 10 hingga 15 g/hari. Kehamilan meningkatkan RDA hingga 10

g, dan menyusui terus meningkatkannya (lihat Tabel 5.5). Persyaratannya bisa

148
meningkat dengan meningkatnya konsumsi asam lemak tak jenuh di dalam makanan

karena kebutuhan untuk aktivitas antioksidan selenium.

2. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Penyerapan selenium, yang terjadi pada bagian atas usus kecil lebih efisien di

bawah kondisi kekurangan. Peningkatan asupan seringkali mengakibatkan ekskresi

selenium melalui urine.


Status selenium dinilai dengan mengukur selenium atau GSH-Px di dalam

serum, platelet, dan erythrocyte, atau selenium di dalam seluruh darah atau urine.

Pengukuran selenium erythrocyte adalah indikator asupan jangka panjang.

3. Metabolisme

Metabolisme Se masih terns diselidiki dan diharapkan lebih banyak lagi akan
dapat diungkapkan mengenai metabolisma dan peranan Se di dalam jaringan.
Tampaknya peranan mineral di dalam enzimologi semakin menonjol dan semakin
menarik perhatian untuk lebih banyak dan lebih mendalam diteliti. Kesulitan terutama
terletak pada metoda analisa yang kurang teliti, terutama karena kadar mineral di
dalam jaringan ini hanya dalam tingkat miligram atau lebih rendah lagi. Dengan
semakin tersedianya metoda analisa untuk menentukan kadar elemen yang sangat
teliti, rahasia yang menyelubungi fungsi dan metabolisma unsur-unsur mineral ini akan
semakin banyak terungkapkan.
TRANSPOR DI DALAM DARAH
Selenium awalnya disalurkan untuk mengikat pada albumin, dan berikutnya,

terikat pada alfa2-globulin.

4. Fungsi

Beberapa, tapi tidak semua, perubahan patologi yang diamati dalam

kekurangan selenium bisa dijelaskan menurut tingkat GSH-Px yang tidak memadai.

149
Karena GSH-Px bertindak bersama dengan antioksidan lainnya dan pemusnah radikal

bebas, molekul-molekul ini menurunkan peroksida seluler dan radikal bebas, secara

umum, pada air dan molekul-molekul lainnya yang tidak berbahaya.


Dalam beberapa penelitian hewan, kekurangan selenium mengakibatkan

tingkat plasma T3, tapi mekanisme antar hubungan ini belum dijabarkan (Olin dkk,

1994). Tingkat enzim yang mengandung selenium, type I iodothyronine-5-iodinase,

dalam sel tiroid mungkin terlalu rendah untuk menghasilkan jumlah T3 yang

memadai.
Pengaruh antioksidan selenium dan vitamin E bisa mendorong satu sama lain

dengan memenuhi tindakan protektif mereka melawan kerusakan oksidatif. Dua gizi

antioksidan ini bisa berpartisipasi pada aktivitas kooperatif lainnya yang membantu

mempertahankan kesehatan sel. GSH-Px bertindak di dalam matriks cytosol dan

mitokondria, padahal vitamin E mengekskresikan tindakan-tindakan antioksidatifnya

di dalam membran sel.


Langkah reaksi GSH-Px ditunjukkan dalam Gambar 5.14. Enzim lain yang

tergantung pada selenium ada pada sistem mamalia, tapi tidak terlalu diketahui

mengenai persyaratan enzim-enzim ini untuk selenium.

5. Kekurangan

Di samping banyak asupan selenium dari makanan, kekurangan selenium

jarang terjadi pada manusia. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari anak-anak

yang menerima TPN, akibat kekurangan selenium memerlukan beberapa tahun untuk

berkembang, dan kelebihan umumnya terjadi dalam beberapa Minggu atau bulan

(Litov dan Combs, 1991).

150
Kekurangan selenium yang parah dalam suatu populasi hanya terdapat di

wilayah Keshan Cina, tapi di wilayah Cina lainnya, kekurangan selenium yang parah

bersamaan dengan penyakit karena virus juga ditemukan. Dua penyakit ini terjadi

dalam beberapa area di mana kandungan selenium di dalam tanah sangat rendah.

Penyakit Keshan, bentuk cardiomyopathy yang utamanya mempengaruhi anak-anak

dan wanita, diamati pertama kali di propinsi Keshan Cina. Sejak penemuannya,

program suplementasi di Keshan telah membasmi penyakit secara total. Pada individu

yang mengalami penyakit, respons pada suplementasi memang buruk, mungkin

karena faktor-faktor lain yang berkontribusi pada myopathy.


Penyakit kekurangan selenium kedua, yang ditemukan di Mongolia, dikenal

sebagai penyakit Kashin-Beck dan umum pada anak-anak pra remaja dan remaja.

Penyakit ini mempunyai komponen virus di mana virus ini tumbuh dalam keberadaan

(atau kandungan rendah) selenium dalam makanan (Beck dkk, 1994, 1995). Sakit

awalnya menunjukkan kaku simetris, bengkak, dan seringkali sakit pada sambungan

interphangeal jari, diikuti dengan osteoarthritis yang sama di mana siku, lutut, dan

pergelangan kaki juga mengalaminya (Sokoloff, 1988). Penyakit Kashin-Beck juga

mengalami kekurangan yodium sebagai faktor risiko. (Moreno-Reyes dkk, 1998).


Kekurangan selenium adakalanya ditunjukkan pada pasien yang mengalami

kekurangan makan dengan TPN jangka panjang (Brown dkk, 1986). Anak-anak yang

menerima TPN hingga usia 4 tahun telah menunjukkan kelemahan otot, sakit, dan

kehalusan, dan peningkatan tingkat serum transaminase (Kien dan Ganther, 1983;

Vinton dkk, 1987). Suplementasi selenium memberikan perbaikan tingkat serum

selenium, dan juga memperbaiki gejala klinis. Aktivitas platelet GSH-Px lebih tinggi

151
pada pasien yang menerima TPN ketika mereka juga menerima suplementasi

selenium daripada ketika suplemen dilanjutkan (Sando dkk, 1992). Kekurangan

selenium seharusnya menjadi masalah pada pasien yang menerima TPN dalam jangka

panjang atau nutrisi enteral karena persiapan solusi ini sekarang meliputi suplemen

elemen trace. Asupan selenium yang tidak memadai pada pasien yang mengalami

cystic fibrosis menunjukkan bahwa suplementasi seharusnya dipertimbangkan setelah

malnutrisi yang mendasari dinilai (Dworkin dkk, 1987) (lihat Bab 37).

Gambar 5.14 Reaksi enzimatik yang dikatalisasi oleh enzim yang mengandung

selenium, glutathione peroksidase. Selenium adalah komponen prosthetic enzim yang

menghilangkan banyak sekali hidrogen peroksida reaktif (H2O2) dari dalam sel yang

mengubahnya menjadi air (H2O), sedangkan pada waktu yang sama mengubah dua

molekul glutathione yang direduksi (G-SH) menjadi glutathione oksidasi (G-S-S-G).


Kekurangan asupan selenium juga mengakibatkan karsinogenesis. Pasien

yang mengalami kaker telah menunjukkan mempunyai tingkat serum selenium yang

rendah, meskipun mekanisme utama untuk hubungan ini belum dikembangkan. Salah

satu mekanisme yang memungkinkan adalah kegagalan GSH-Px untuk memusnahkan

radikal bebas secara efisien pada sel-sel yang membelah. Analisa epidemiologi dari

data populasi untuk menentukan hubungan antara asupan selenium rendah dan kanker

152
telah berlawanan, dan sekarang tidak ada kesimpulan yang bisa ditunjukkan dari

penelitian-penelitian ini.

6. Daya racun

Indikator daya racun selenium dan tingkat asupan makanan di mana

keracunan terjadi hanya terlihat di Cina. Tanda-tanda keracunan, ditunjukkan sebagai

selenoid, termasuk perubahan kulit dan kuku, kerusakan gigi, dan gangguan

neurologi.

C. Mangan

Kekurangan mangan pada manusia pertama kali ditunjukkan pada tahun 1972,

dan pentingnya elemen trace ini pada manusia telah dikembangkan dengan baik.

Gejala kekurangan adalah turunnya bobot tubuh; infeksi kulit sementara; adakalanya,

mual dan muntah; perubahan pada warna rambut, dan pertumbuhan rambut dan

jenggot yang lambat. Kekurangan mangan pada hewan juga mempengaruhi kapasitas

reproduktif, fungsi pankreas, dan beberapa aspek metabolisme karbohidrat.

1. Sumber makanan dan asupan

Kandungan mangan dari makanan sangat berbeda. Sumber yang paling kaya

adalah padi-padian utuh, polong-polongan, kacang, dan teh. Buah dan sayuran adalah

sumber menengah. Jaringan hewan, seafood, dan produk susu adalah sumber yang

buruk. Jumlah yang relatif tinggi ada pada kopi instan dan teh. Susu ASI relatif

rendah dalam kandungan mangan.


Total Diet Study FDA selama periode tahun 1962-1991 menunjukkan bahwa

median asupan mangan diperkirakan ESADDI untuk pria dan wanita dewasa, tapi

153
jumlah tersebut berada di bawah ESADDI untuk remaja perempuan (Pennington dan

Schoen, 1996). Berdasarkan tidak adanya kekurangan di dalam masyarakat, asupan-

asupan ini ternyata memadai (Food and Nutrition Board, 1989).

2. Asupan makanan harian yang diperkirakan aman dan memadai

Pada tahun 1989, ESADDI dalam rentang 2 hingga 5 mg/hari dikembangkan

untuk mangan bagi orang dewasa dan anak-anak usia 11 tahun dan lebih. Untuk anak-

anak, 1 hingga 3 mg/hari ditunjukkan tergantung usia (lihat Tabel 5.6).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Mangan diserap melalui usus kecil. Zat besi dan kobalt bersaing untuk

mendapatkan bagian pengikat untuk penyerapan. Pria menyerap lebih sedikit mangan

daripada wanita, perbedaan yang mungkin berhubungan dengan status zat besi

menurut penelitian yang dilakukan oleh Finley dkk, (1994). Dalam penelitian ini,

penyerapan mangan secara signifikan dihubungkan dengan plasma ferritin; pada

penelitian lain, (Greger dkk, 1990) tidak ditemukan berhubungan dengan konsentrasi

serum zat besi pada pria. Pada wanita muda, heme iron tidak berpengaruh pada status

mangan, tapi makanan yang tinggi nonheme-iron dihubungkan dengan nilai serum

mangan yang lebih rendah, kehilangan mangan melalui urine yang lebih tinggi dan

sedikit aktivitas rendah enzim yang tergantung pada mangan, superoxide dismutase

(Davis dkk, 1992). Mangan disalurkan terikat pada makroglobin, transferrin, dan

transmanganin. Ekskresi mangan terjadi utamanya di dalam feses setelah sekresi di

dalam usus melalui empedu.

4. Fungsi

154
10 hingga 20 mg mangan yang terkandung di dalam tubuh manusia dewasa

sebagian besar cenderung berpusat dalam jaringan yang kaya mitokondria. Mangan

adalah komponen dari beberapa enzim, termasuk glutamin synthetase, pyruvate

carboxylase, dan mitochondrial superoxide dismutase. Selain itu, mangan

mengaktifkan beberapa enzim lainnya, sebagian besar yang juga bisa diaktifkan oleh

magnesium. Mangan dihubungkan dengan formasi jaringan konektif dan kerangka,

pertumbuhan dan reproduksi, dan metabolisme karbohidrat dan lipid.

5. Kekurangan

FDA Total Diet Study melaporkan bahwa asupan mangan berada di bawah

rekomendasi tingkat untuk remaja perempuan (Pennington dan Schoen, 1996), tapi

tidak ada bukti fisiologi untuk ketidakcukupan yang telah dilaporkan. Data pada

pengaruh fisiologi akibat dari kekurangan mangan dibatasi pada hasil penelitian

terhadap hewan. Penelitian-penelitian ini telah mengembangkan keutamaan mangan

untuk reproduksi. Kemandulan yang terjadi pada kedua jenis kelamin; gangguan

gesekan kerangka dan ataxia mencirikan keturunan dari ibu yang kekurangan

mangan.

6. Daya racun

Keracunan mangan telah terjadi pada buruh tambang sebagai hasil penyerapan

mangan melalui saluran pernapasan. Kelebihan, yang berakumulasi di dalam liver

dan CNS, menghasilkan gejala seperti Parkinson.

D. Khrom

155
Peranan biologis untuk khrom pertama kali ditunjukkan pada tahun 1954.

Khrom tidak diterima sebagai gizi penting hingga tahun 1977, namun demikian,

ketika pasien yang menerima TPN menunjukkan gangguan metabolisme glukosa

dibalik oleh suplementasi khrom. Konsentrasi khrom yang rendah pada makanan,

jaringan tubuh, dan fluida tubuh memerlukan teknik analisa yang seksama dan sesuai

dan materi referensi standar baru untuk pengukuran akurat.

1. Sumber makanan dan asupan

Penilaian khrom yang tepat pada makanan memang sulit; khrom yang tersedia

secara biologis dan khrom anorganik tidak bisa dibedakan satu sama lain. Analisa

yang dilakukan sebelum tahun 1980 pasti dilihat dengan seksama karena penentuan

telah rusak oleh kontaminasi dan masalah analitis.


Ragi Brewer, tiram, hati, dan kentang mempunyai konsentrasi khrom tinggi;

seafood, padi-padian penuh, keju, ayam, daging, dan kulit padi mempunyai

kandungan khrom menengah. Penggilingan gandum menghilangkan khrom

bersamaan dengan kuman dan kulit padi; penggilingan gula membagi khrom menjadi

bagian molases. Produk susu, buah, dan sayuran mempunyai kandungan khrom yang

rendah. Tabel 5.16 menunjukkan komposisi khrom dari makanan-makanan yang

dipilih.
Tabel 5.16 Kandungan khrom dari makanan-makanan yang dipilih

Makanan (g)
Brokoli, 1 cup 22.0
Kalkun, leher, 3 ons 10.4
Jus, anggur, 1 cup 7.5
Wafel, telur, 1 6.7
Ham, 3 ons 3.6

156
Mufin Inggris, 1 3.6
Biskuit, cokelat chip, 1 besar 3.4
Kentang, tumbuk, 1 cup 2.7
Bagel, telur, 1 2.5
Jus, jeruk, 1 cup 2.2
Polong hijau, 1 cup 2.2
Daging sapi potong dadu, 3 ons 2.0
Selada, 1 iris 1.8
Saus barbekyu, 1 T 1.7
Kecap, 1 T 1.0
Keju Amerika, 1 ons 0.56
Sirup maple 0.5
(Dari United States Department of Agriculture (USDA), Composition of Foods.

USDA Handbook No. 8 Series. Washington, DC; ARS, USDA, 1976-1986).


Asupan khrom biasa berada di dalam rentang antara 25 dan 35 g/hari untuk

wanita dan pria. Asupan khrom tidak dinilai di dalam survei USDA, NHANES, atau

Total Diet Study karena metodologi yang tidak memadai.


Susu ASI, yang telah dianalisa menurut kondisi yang sangat terkendali dengan

standar yang sesuai, mengandung 3 hingga 8 g/L. Menurut Anderson dkk (1993),

secara virtual memang tidak mungkin bagi bayi yang diberi ASI secara eksklusif

mendapatkan ESADDI tertentu untuk khrom. (Konsentrasi khrom pada susu ASI

tergantung dari konsentrasi khusus yang ditemukan pada makanan, serum, dan urine).

2. Asupan makanan harian yang diperkirakan aman dan memadai

ESADDI untuk khrom adalah 50 hingga 200 g/hari untuk anak usia 7 tahun

dan lebih. Tergantung usia anak, ESADDI 10 hingga 120 g/hari telah dikembangkan

untuk anak-anak dan bayi (lihat Tabel 5.6).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

157
Demikian halnya dengan mineral-mineral lainnya, bentuk organik dan

anorganik khrom diserap secara berbeda. Khrom organik siap diserap, tapi cepat

dikeluarkan dari tubuh. Kurang dari 2% khrom trivalen yang dikonsumsi diserap.

Penyerapan khrom ditingkatkan oleh oksalat dan lebih tinggi pada hewan yang

mengalami kekurangan zat besi daripada hewan dengan status zat besi cukup.

Berikutnya menunjukkan keumuman dengan jalur penyerapan zat besi. Penyerapan

khrom mencapai tingkat tinggi, di mana penyerapan ini masih berada pada asupan

makanan 40 g atau lebih per hari; pada asupan tinggi, ekskresi melalui urine

meningkat untuk mempertahankan keseimbangan. Penyerapan dari klorida khrom

dimodifikasi oleh tipe karbohidrat makanan yang dikonsumsi; zat tepung, dan

bukannya gula, yang meningkatkan penyerapan. Penyerapan ion-ion khrom dari

picolinate khrom lebih besar daripada ion khrom dari klorida khrom, yang efisiensi

penyerapannya 2% atau kurang.


Khrom dan zat besi dibawa oleh transferrin; akan tetapi, albumin juga mampu

mengasumsikan peranan ini jika kejenuhan transferrin zat besi tinggi. Globulin alfa

dan beta dan lipoprotein juga bisa mengikat khrom.


Khrom anorganik diekskresikan utamanya oleh ginjal, dengan sedikit yang

diekskresikan melalui rambut, keringat, dan empedu. Khrom organik diekskresikan

melalui empedu. Latihan berat, trauma fisik, dan peningkatan asupan gula sederhana

mengakibatkan peningkatan ekskresi khrom.

4. Fungsi

Khrom memberikan potensi tindakan insulin dan, dengan begitu,

mempengaruhi karbohidrat, lipid, dan metabolisme protein. Meskipun sifat kimia

158
antara khrom dan aktivitas insulin belum diidentifikasikan dengan jelas, khrom masih

mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada tingkat serum trigliserida pada

pasien yang mengalami diabetes melitus tanpa tergantung dengan insulin (Lee dan

Reasner, 1994).
Peranan khrom yang ditunjukkan pada faktor toleransi glukosa memang

kontroversial. Asam kompleks chromium-nicotinic yang memungkinkan telah

diidentifikasikan, tapi strukturnya belum dikembangkan oleh teknik kimia modern

(Baumgartner, 1993). Khrom bisa mengatur sintesis molekul yang berpotensi

tindakan insulin. Peranan lain yang memungkinkan untuk khrom, sama dengan

peranan seng, berada dalam pengaturan ekspresi gen.

5. Kekurangan

Kekurangan khrom mengakibatkan gangguan ketahanan insulin dan lipid,

yang bisa diperbaiki dengan suplementasi khrom. Asupan khrom yang tidak memadai

bisa terjadi di US, tapi kekurangan sebenarnya mungkin lebih signifikan pada

masyarakat dengan asupan khrom yang sangat rendah seperti di beberapa daerah di

Cina (Anderson dkk, 1997a). Awal perkembangan dan penggunaan TPN, beberapa

individu yang menerima TPN menunjukkan gangguan toleransi glukosa atau

hyperglycemia dengan glycosuria dan pembiasan pada insulin (Freund dkk, 1979;

Jeejeephoy dkk, 1977). Kekurangan khrom pada hewan meliputi gangguan

pertumbuhan, peningkatan serum kolesterol dan konsentrasi trigliserida, peningkatan

peristiwa plak aortic, luka kornea, dan penurunan fertilitas dan jumlah sperma.
Belakangan ini ketegasan bahwa pencernaan dosis khrom yang tinggi (seperti

chromium picolinate) akan memperbaiki kekuatan, komposisi tubuh, ketahanan, atau

159
karakteristik lain kemampuan fisik memang kontroversial dengan beberapa penelitian

yang mendukung pernyataan ini dan yang lainnya tidak (Anderson, 1998). Lukaski

dkk (1996) tidak menemukan keuntungan yang didapatkan dari suplemen khrom pada

komposisi tubuh atau kekuatan pada pria sehat. Namun demikian, latihan akut dan

kronis tidak meningkatkan kehilangan khrom melalui urine pada pria yang

mengonsumsi makanan American Heart Association Phase I (tanpa suplemen) (Rubin

dkk, 1998). Para peneliti menyimpulkan bahwa kehilangan-kehilangan ini

menunjukkan peningkatan penyerapan khrom selama penelitian 16 minggu.

E. Molibdenum

Molibdenum telah dikembangkan sebagai mikronutrien penting, utamanya

karena persyaratannya di dalam enzim xanthine oxidase. Antar hubungan antara

molibdenum, tembaga, dan penyerapan sulfat pada ternak, dan antara asupan

molibdenum dan ekskresi tembaga pada manusia dan hewan, telah ditunjukkan.

Individu yang menerima TPN dalam jangka panjang telah menunjukkan gejala

kekurangan molibdenum, termasuk perubahan mental dan gangguan sulfur dan

metabolisme purine.

1. Sumber makanan dan asupan

Molibdenum banyak terdistribusi pada makanan yang banyak dikonsumsi,

seperti polong-polongan, sereal padi-padian utuh, susu dan produk susu, dan sayuran

daun berwarna hijau gelap. Asupan yang diperkirakan, seperti ditentukan oleh Total

Diet Study FDA, adalah mulai 50 g/hari pada bayi hingga 80 dan 126 g/hari untuk

160
anak perempuan dan laki-laki yang berusia 14 hingga 16 tahun. Asupan-asupan ini

ditemukan menurun secara perlahan pada hidup subyek hingga 74 dan 101 g/hari

untuk wanita dan pria yang berusia antara 60 hingga 65 tahun (Pennington dan Jones,

1987).

2. Asupan makanan harian yang diperkirakan aman dan memadai

Persyaratan harian untuk molibdenum pada siklus hidup tidak diketahui.

Namun demikian ESADDI tahun 1989 berada pada rentang dari 75 hingga 250

g/hari untuk remaja dan orang dewasa, dan tergantung pada usia, dari 25 hingga 150

g/hari untuk anak-anak (lihat Tabel 5.6).

3. Penyerapan, transpor, penyimpanan dan ekskresi

Molibdenum, yang ditemukan dengan jumlah kecil di dalam tubuh, sudah siap

diserap dari perut dan usus kecil, dengan tingkat penyerapan yang lebih tinggi di

dalam usus kecil proksimal dan bukannya di dalam usus kecil distal. Seperti halnya

mineral-mineral lainnya, molibdenum diserap oleh dua mekanisme: mediasi

pembawa dan penyebaran pasif. Molibdenum utamanya diekskresikan di dalam urine.

Ekskresi, dan bukannya penyerapan, adalah mekanisme homeostasis. Beberapa

molibdenum juga diekskresikan di dalam empedu.

4. Fungsi

Xanthine oksidasi, aldehyde oksidasi, dan sulfite oksidasi, semua enzim yang

mengatalisasi reaksi oksidasi-reduksi, memerlukan kelompok prosthetic yang

mengandung molibdenum. Sulfite oksidasi penting untuk degradasi cysteine dan

methionine dan juga mengatalisasi formasi sulfat dari sulfite. Kekurangan sulfite

161
oksidasi genetik memang gangguan fatal metabolisme cysteine. Gejala klinisnya

meliputi kerusakan otak parah dengan kelambatan mental, dislokasi lensa mata, dan

peningkatan output sulfat melalui urine (Rajagopalan, 1987). Baik molibdenum

digunakan dalam respons beberapa asthmatic pada sulfite atau tidak belum diketahui.

5. Kekurangan

Kekurangan molibdenum belum berkembang pada manusia kecuali untuk

pasien yang diberi pengobatan TPN. Gejala kekurangan molibdenum meliputi

perubahan mental dan gangguan sulfur dan metabolisme purine.

6. Daya racun

Kelebihan asupan molibdenum 10 hingga 15 mg/hari dihubungkan dengan

sindrom seperti encok (Nielsen, 1996). Namun demikian, tidak ada biomarker yang

baik untuk menilai secara akurat adanya kelebihan mangan (Grege, 1997).

F. Boron

Keutamaan boron untuk manusia belum dikembangkan, tapi keutamaannya

untuk tanaman dan hewan sudah banyak diterima. Boron, elemen ultratace,

didapatkan dari makanan seperti sodium borate, dan diserap dengan cepat dan hampir

sempurna (90%). Konsentrasi boron yang paling tinggi ditemukan di dalam tulang,

limpa, dan tiroid, meskipun boron ada pada semua jaringan tubuh lainnya. Peranan

boron pada manusia belum diteliti dengan baik, dan entitas klinis kekurangan boron

yang parah belum dikembangkan (Nielsen, 1996). Beberapa penelitian tambahan

elemen ultratrace ini, secara khusus hubungannya dengan metabolisme tulang, akan

dilakukan.

162
1. Sumber makanan

Makanan yang menjadi sumber boron yang baik meliputi makanan dari

tanaman, khususnya buah yang tidak masam, sayuran daun, kacang-kacangan, dan

polong-polongan. Minuman anggur, sari buah apel, dan bir adalah sumber-sumber

lain yang baik.

2. Asupan yang direkomendasikan

Tidak ada asupan yang direkomendasikan untuk boron.

3. Fungsi

Boron disesuaikan dengan membran sel dan, pada tanaman, dihubungkan

dengan efisiensi fungsional membran sel. Respons pada kehilangan boron meningkat

ketika gizi-gizi lain yang mengubah fungsi membran juga menurun. Boron rupanya

mengikat pada bagian aktif beberapa enzim, menurunkan kemampuan mereka untuk

berfungsi. Boron juga dianggap bersaing dengan beberapa enzim untuk koenzim

notinamide adenine dinucleotide.


Bukti dari beberapa penelitian hewan menunjukkan bahwa kehilangan boron

mempengaruhi dua organ utama: otak dan tulang. Dengan kekurangan boron,

komposisi dan fungsi otak berubah, dan komposisi, struktur, dan kekuatan tulang

menurun. Karena peranan boron di dalam tulang, beberapa penelitian pada manusia

telah berfokus pada potensi peranannya di dalam perkembangan osteoporosis.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa boron mungkin mempunyai beberapa tindakan

yang sama dengan estrogen pada tulang (Nielsen, 1996) (lihat Bab 28). Salah satu

163
laporannya menggunakan model hewan pengerat yang telah menunjukkan bahwa

boron mungkin memperbaiki kekuatan tulang (Chapin dkk, 1997).

4. Kekurangan dan daya racun

Kekurangan boron belum dilaporkan pada manusia. Tidak ada daya racun

yang dikembangkan.

G. Kobalt

Sebagian besar kobalt di dalam tubuh muncul dengan vitamin B12 yang

tersimpan di dalam hati. Plasma darah mengandung kira-kira 1 g kobalt per 100 mL.

1. Sumber makanan dan asupan

Kobalt terjadi di dalam makanan; namun demikian, hanya mikroorganisme

yang mampu mensintesakan vitamin B12. Hewan pemamah biak mendapatkan

kobalamin sebagai hasil hubungan simbiosis dengan mikroorganisme saluran

pencernaannya. Mikroorganisme spesies lambung tunggal, seperti manusia,

mempunyai kapasitas yang sangat terbatas untuk sintesis beberapa area di mana

vitamin bisa diserap; karena itu, manusia harus mendapatkan vitamin B12 dan kobalt

dari makanan yang berasal dari hewan, seperti daging organ dan otot. Dalam

beberapa kondisi, kontaminasi bakteri makanan dari sayur mungkin memberikan

sedikit vitamin ini yang diperlukan untuk fungsi normal. Total Diet Study tahun 1984

memperkirakan asupan kobalt masyarakat Amerika berada dalam rentang 6.3 hingga

10.8 g/hari untuk dewasa dan 7.6 hingga 11.6 g/hari untuk remaja yang berusia 14

hingga 16 tahun (Pennington dan Jones, 1987).

164
Vegetarian sempurna yang tidak mengonsumsi semua produk hewan mungkin

akan mengalami kekurangan vitamin B12. Namun demikian, kekurangan bisa terjadi

hanya setelah 3 hingga 6 tahun, atau tidak sama sekali.

2. Penyerapan, transpor, penyimpanan, dan ekskresi

Kobalt mungkin berbagi setidaknya sebagian mekanisme transpor usus yang

sama seperti zat besi. Penyerapan meningkat pada pasien yang kekurangan asupan zat

besi, portal cirrhosis dengan kelebihan zat besi, dan idiopathic hemochromatosis.

Rute utama ekskresi kobalt adalah urine; sedikit yang diekskresikan melalui feses,

keringat, dan rambut.

3. Fungsi

Satu-satunya peranan penting yang diketahui dari kobalt adalah seperti

komponen vitamin B12 (kobalamin). Vitamin ini penting untuk pematangan sel darah

merah dan fungsi normal semua sel, bukan hanya untuk sel darah merah (lihat Bab 4

dan 35).

4. Referensi asupan makanan

Persyaratan makanan untuk kobalt ditunjukkan dalam bagian vitamin B12.

Kira-kira 2 hingga 3 g vitamin B12 diperlukan setiap harinya. (Lihat Bab 4 dan Tabel

4.26 untuk DRI).

5. Kekurangan

Kekurangan kobalt terjadi hanya ketika kobalt dihubungkan dengan

kekurangan vitamin B12. Vitamin B12 yang tidak memadai menyebabkan anemia

macrocytic. Cacat genetik yang membatasi penyerapan vitamin B12 mengakibatkan

165
anemia pernicious, yang diobati dengan vitamin dosis besar. Bentuk-bentuk anemia

ini dibahas secara rinci dalam Bab 35

H. Molybdenium. Mo

Analisa bahan makanan nabati maupun hewani yang teliti memperlihatkan


bahwa unsur Molybdenium (Mo) selalu terdapat, meskipun dalam kwantum sangat
kecil. Kemudian ditemukan pula bahwa unsur Mo diperlukan bagi fungsi berbagai
enzim, baik di dalam jaringan turnbuhan maupun khewan serta mikroorganisma.
Enzim-enzim yang telah dibuktikan memerlukan ion Mg bagi kegiatan fungsinya ialah:
Nitro oksi dase, Xanthine oksidase, Aldehyda oksidase dan Hydrogenase. Karena
Xanthine oksidase memegang peranan di dalam mobilisasi Ferritin di dalam hepar,
maka Mo juga berperan di dalam metabolisma Fe. Sampai sekarang belum
ditemukan sindroma karena defisiensi Mo, baik pada binatang tingkat tinggi maupun
pada manusia.
Zat Molybdenium mudah diserap di dalam saluran gastrointestinal dan
terdapat dalam jumlah cukup besar di dalam jaringan hati, tulang dan ginjal, tetapi
mudah diekskresikan di dalam urine dan sedikit di dalam cairan empedu, bila konsumsi
berhenti. Bahan makanan sumber unsur Molybdenium ialah kacang-kacangan, serealia,
sayur daun berwarna hijau dan organ dalam binatang ternak. Selain dengan
metabolisma Fe, unsur Molybdenium juga mempunyai hubungan dengan
metabolisma Cu.

166
Tabel 5.17 Mineral pada nutrisi manusia

Mineral Lokasi di dalam tubuh dan RDA, AI, atau Sumber- Kemungkinan kekurangan
fungsi biologi yang dipilih ESADDI untuk sumber
orang dewasa makanan
Makronutrien esensial pada tingkat harian 100 mg atau lebih
Kalsium 99% di dalam tulang dan gigi AI 1000 mg Susu dan produk Survei makanan menunjukkan bahwa beberapa diet
Kalsium ionik di dalam fluida
untuk wanita susu, tidak mencapai AI untuk kalsium.
tubuh penting untuk Karena tulang bertindak sebagai mekanisme
dan pria sarden,
transpor zat besi pada homeostasis untuk mempertahankan tingkat
yang berusia clam, tiram,
membran sel. kalsium di dalam darah, beberapa fungsi penting
19-50 tahun kale, lobak
Kalsium bisa juga terikat pada
1200 mg untuk dipertahankan, tanpa menghiraukan asupan
hijau,
protein, sitrat, atau asam
wanita dan makanan.
mustard
anorganik. Kekurangan makanan jangka panjang mungkin
pria yang
hijau, tahu
menjadi salah satu faktor yang bertanggung
berusia +50
jawab untuk perkembangan osteoporosis
tahun
berikutnya dalam kehidupan
Fosfor Sekitar 80% porsi anorganik RDA 700 mg Keju, kuning Ketidakcukupan makanan tidak mungkin terjadi jika
tulang dan gigi. telur, susu, asupan protein dan kalsium memadai.
Fosfor adalah komponen
daging,
setiap sel, dan juga
ikan,
metabolit penting,
unggas,
termasuk DNA, RNA,
sereal padi
ATP, dan fosfolipid.
utuh,
Fosfor juga penting untuk
polong,
pengaturan pH.
kacang

167
Magnesium Sekitar 50% berada di tulang; RDA 400-420 Sereal padi utuh, Ketidakcukupan makanan dianggap tidak mungkin,
50% lainnya hampir mg untuk tahu, tapi kekurangan yang dikondisikan seringkali
seluruhnya berada di pria, 310-320 kacang, dilihat di dalam pengobatan klinis, biasanya
dalam sel tubuh, dengan mg untuk daging, dihubungkan dengan pembedahan, penyakit
hanya 1% berada di wanita yang susu, karena terlalu banyak mengonsumsi alkohol,
dalam fluida ekstrasel. berusia 14- sayuran kesalahan penyerapan, kehilangan fluida tubuh,
Fungsi Mg ionik sebagai
70 tahun hijau, dan penyakit hormon tertentu dan ginjal.
aktivator beberapa enzim
polong-
dan juga mempengaruhi
polongan,
hampir semua proses
cokelat
tubuh.
Sodium 30%-45% di dalam tulang; 500-3000 mg Garam meja Ketidakcukupan makanan mungkin tidak pernah
kation utama fluida biasa, terjadi, meskipun tingkat sodium darah yang
ekstrasel; hanya sedikit seafood, rendah memerlukan pengobatan pada gangguan
yang ditemukan di dalam makanan klinis tertentu.
Pembatasan sodium mungkin penting dalam
sel. hewani,
Mengatur osmolaritas fluida gangguan jantung dan ginjal.
susu, telur,
tubuh, pH, dan volume
banyak di
fluida tubuh.
sebagian
besar
makanan
kecuali
buah
Klorida Sebagian besar ada di dalam 750-3000 mg Garam meja Pada sebagian besar kasus, asupan makanan
fluida ekstrasel; < 15% di biasa, mempunyai sedikit manfaat kecuali dalam

168
dalam sel. seafood, kondisi muntah, diare, atau banyak berkeringat,
Anion utama fluida ekstrasel,
susu, di mana kondisi kekurangan mungkin terjadi.
yang berfungsi dalam
daging,
kombinasinya dengan
telur
sodium.
Bertindak sebagai penahan
dan aktivator enzim dan
merupakan komponen
asam hydrochloric
lambung.
Potasium Kation utama fluida intrasel, 2000 mg Buah, susu, Ketidakcukupan makanan tidak mungkin, tapi
dengan hanya sedikit di daging, kekurangan yang dikondisikan bisa ditemukan
dalam fluida ekstrasel. sereal, pada individu yang mengalami penyakit ginjal,
Berfungsi untuk mengatur pH
sayuran, diabetic acidosis, terlalu sering mutah, diare,
dan osmolaritas, dan di
polong- atau berkeringat.
dalam transfer membran Kelebihan potasium mungkin menjadi masalah pada
polongan
sel. gagal ginjal dan acidosis parah.
Ion penting untuk karbohidrat
dan metabolisme protein.
Sulfur Kelompok sulfur makanan ada Kebutuhan Protein Asupan makanan dari asam amino yang mengandung
di dalam asam amino untuk sulfur makanan, sulfur, kecukupan dihubungkan dengan asupan
yang mengandung sulfur dipenuhi seperti protein.
yang diperlukan untuk oleh asam daging,
sintesis metabolit amino yang ikan,
penting. mengandung unggas,
Fungsinya di dalam reaksi
sulfur telur, susu,

169
oksidasi-reduksi. esensial. keju,
Sulfur juga berfungsi sebagai
polong-
bagian tiamin dan biotin,
polongan,
dan sebagai sulfur
kacang
anorganik.
Makronutrien esensial pada tingkat harian dari beberapa miligram
Zat besi Sekitar 70% di dalam 10 mg untuk Hati, daging, Anemia karena kekurangan zat besi terjadi pada
hemoglobin, sekitar 25% pria, 15 mg kuning wanita di usia produktif dan bayi dan anak-anak
disimpan di dalam hati, untuk wanita telur, pra sekolah.
Kekurangan mungkin dihubungkan pada beberapa
limpa, dan tulang. polong-
Zat besi adalah komponen kasus, dengan kehilangan darah yang tidak
polongan,
hemoglobin dan biasa, parasit atau kesalahan penyerapan.
padi-padian
Anemia adalah pengaruh terakhir dari kekurangan.
mioglobin, dan penting
yang
untuk transfer oksigen.
diperkaya,
Ini juga ada di dalam
sayuran
serum transferrin dan
hijau tua,
enzim-enzim tertentu.
tetes gelap,
Hampir tidak ada yang terjadi
udang,
di dalam bentuk ionik.
tiram
Seng Ada pada sebagian besar 15 mg untuk Tiram, kerang, Tingkat ketidakcukupan seng makanan di negara ini
jaringan, dengan jumlah pria, 12 mg herring, tidak diketahui.
Kondisi kekurangan bisa dilihat pada sakit sistemik
yang paling besar terjadi untuk wanita hati,
anak dan pada pasien yang kekurangan nutrisi
di dalam hati, otot, dan polong-
atau yang telah mengalami tekanan parah,
tulang. polongan,
Unsur pokok dari beberapa seperti pembedahan.
susu, kulit

170
enzim dan unsur pokok gandum
insulin, seng memang
penting dalam
metabolisme asam
nukleat.
Tembaga Ditemukan pada semua 1.5-3 mg Hati, kerang, Tidak ada bukti bahwa kekurangan tembaga terjadi
jaringan bubuh dengan padi utuh, pada manusia.
Penyakit Menkes adalah gangguan genetik karena
kelompok yang ada di ceri,
kekurangan tembaga.
dalam hati, otak, jantung, polong-
dan ginjal. polongan,
Unsur pokok enzim dan unsur
ginjal,
pokok ceruloplasmin dan
unggas,
erythrocuprein di dalam
tiram,
darah.
cokelat,
Mungkin menjadi bagian
kacang
integral DNA atau
tanah
molekul RNA.
Yodium Unsur pokok T4 dan senyawa 150 g Garam meja Iodisasi garam meja direkomendasikan khususnya di
yang berhubungan yang iodisasi, area-area yang mempunyai yodium rendah pada
disintesiskan oleh seafood, air makanan.
kelenjar tiroid. dan sayur
Fungsi T4 di dalam kontrol
di wilayah
reaksi melibatkan energi
non-
sel.
goitrous.
Mangan Konsentrasi yang paling tinggi 2.5-5.0 g Buncis hijau, Kekurangan tidak mungkin terjadi pada manusia.

171
berada di dalam tulang, bluebery,
juga mempunyai padi utuh,
konsentrasi yang relatif kacang
tinggi di dalam pituitari, tanah,
hati, pankreas, dan polong-
jaringan pencernaan. polongan,
Unsur pokok sistem enzim
buah, teh
penting; kaya di dalam
miktokondria sel hati.
Fluorida Ada di dalam tulang dan gigi. AI 4 mg untuk Air minum (1 Di area di mana kandungan fluorida air rendah,
Pada jumlah optimal di dalam
pria, 3 mg ppm), teh, fluoridasi air (1 ppm) telah menguntungkan
air dan makanan, fluorida
untuk wanita kopi, beras, dalam menurunkan kejadian karies gigi.
menurunkan karies gigi
kedelai,
dan bisa meminimalkan
bayam,
kehilangan tulang.
gelatin,
bawang
merah,
selada.
Molibdenum Unsur pokok enzim penting 75-250 g Polong- Tidak ada informasi.
(xanthine oxidase) dan polongan,
flavoprotein. padi sereal,
sayuran
hijau gelap,
daging
organ.

172
Kobalt Unsur pokok cyanocobalamin 2.4 g vitamin Hati, ginjal, Ketidakcukupan makanan utama jarang kecuali
(vitamin B12), terjadi B12 tiram, clam, ketika tidak ada produk hewan yang dikonsumsi.
Tingkat kekurangan mungkin ditemukan ketika tidak
terikat pada protein di unggas,
ada faktor intrinsik lambung, gaastrektomi, atau
dalam makanan yang susu
sindrom kesalahan penyerapan.
berasal dari hewan.
Penting untuk fungsi normal
semua sel, utamanya sel
sumsum tulang dan
sistem syaraf dan
pencernaan.
Selenium Terlibat dalam metabolisme 70 g pada pria, Padi-padian, Penyakit Keshan disebabkan karena kekurangan
lemak, vitamin E, dan 55 g pada bawang selenium.
Kekurangan terjadi pada pasien yang menerima TPN
fungsi-fungsi wanita merah,
jangka panjang tanpa suplementasi selenium.
antioksidan. daging,
susu,
kandungan
sayur
berbeda
menurut
kandungan
selenium
tanah.
Khrom Dihubungkan dengan 50-200 g Minyak jagung, Kekurangan ditemukan pada kesalahan penyerapan
metabolisme glukosa. clam, sereal yang parah dan bisa menjadi faktor diabetes
padi utuh, pada orang tua dan pada penyakit

173
ragi kardiovaskular.
Brewer,
daging, air
minum.
(variabel)
AI, adequate intake; ATP, adenosine triphosphate, ESADDI, asupan makanan harian yang diperkirakan aman dan memadai; RDA, recommended

dietary allowance; TPN, total parenteral nutrition.

174
Daya racun
Asupan kobalt anorganik yang tinggi (bebas dari kobalamin) pada makanan

hewani menghasilkan polycythemia (over produksi sel darah merah), hyperplasia

sumsum tulang, reticulocytosis, dan peningkatan volume darah.


Informasi mengenai mikromineral (elemen trace) yang dianggap diperlukan

oleh manusia dirangkum dalam Tabel 5.17. Fortifikasi sereal siap makan telah

mempunyai pengaruh yang signifikan pada status gizi mereka yang hidup di US; anak

pra sekolah dan sekolah yang mengonsumsi sereal-sereal ini telah memperbaiki status

kesehatan menurut indikator standarnya. Tingkat keuntungan peningkatan makanan

menurut nutrisi ini belum dievaluasi secara sempurna.


Dari beberapa elemen trace, hanya beberapa tembaga, seng, dan zat besi

yang telah ditemukan selalu kekurangan di dalam makanan mereka yang hidup di US.

(Di US, sereal siap makan sekarang difortifikasi dengan ketiga elemen ini, sehingga

situasi ini mungkin akan diperbaiki di masa depan). Elemen-elemen trace lainnya,

seperti khrom dan mangan, mungkin juga dikonsumsi pada jumlah yang tidak

memadai, tapi bukti dalam dukungan prevalensi kekurangan-kekurangan ini tidak

cukup kuat. Satu-satunya gizi mikro disesuaikan dengan pertimbangan mengenai

potensi perkembangan fluorosis pada bayi dan anak-anak (lihat Bab 29).
ELEMEN-ELEMEN TRACE LAINNYA
Beberapa elemen trace lainnya dari keutamaan yang tidak pasti dalam kelas

ini, termasuk silikon, vanadium, aluminium, arsenik, timah, litium, dan nikel.

Beberapa elemen ultra trace lainnya mungkin ditambahkan pada daftar ini di mas

depan. Semuanya diklasifikasikan sebagai elemen ultra trace karena kuantitasnya

yang sangat rendah di dalam jaringan manusia. Persyaratannya masih belum

175
didefinisikan untuk semua elemen ini karena keutamaannya yang belum pasti.

Elemen ultra trace masih teka-teki karena peranannya yang belum pasti pada fungsi

manusia. Telah lama dikembangkan bahwa elemen-elemen ini ada pada jaringan

manusia, khususnya di dalam kerangka, karena kelimpahannya di permukaan bumi,

tapi keutamaan masing-masing pada manusia masih dipertanyakan. Elemen ultra

trace ini telah ditinjau oleh Nielsen (1996). Adanya beberapa elemen ini di beberapa

makanan telah dilaporkan di dalam Total Diet Study FDA (Pennington dan Jones,

1987).
STUDI KASUS
Miles P adalah pria Amerika asli yang berusia 46 tahun dengan sejarah

tekanan darah tinggi (140/95), peningkatan tingkat serum kolesterol (240 mg/dL), dan

hypothyroidism. Dia sekarang ini mengonsumsi tiroid dosis kecil pengganti hormon

dan diuretik ringan yang menurunkan potasium. Dia membeli sepeda olahraga untuk

digunakan di dalam rumah dan memulai program berjalan. Selain meningkatkan

tingkat aktivitasnya, dia berencana untuk tidak mengonsumsi semua garam meja dan

membaca label dengan teliti ketika berbelanja makanan ringan.

1. Pertimbangan apa yang anda berikan mengenai asupan yodiumnya, ketika dia

memutuskan untuk tidak mengonsumsi garam meja? Dari makanan apa dia bisa

mendapatkan yodium yang cukup?


2. Makanannya yang rendah buah dan sayuran mungkin mengandung jumlah

mineral yang tidak mencukupi? Saran apa yang anda berikan untuk meningkatkan

asupan mineral ini?


3. Dia minum sedikit sekali susu. Apa yang anda rekomendasikan untuk

meningkatkan asupan kalsiumnya?

176
4. Miles tidak mempunyai air fluoridasi. Apakah ini menjadi pertimbangan anda?

177

Anda mungkin juga menyukai