PRAKTIKUM I
FILUM PORIFERA
OLEH :
A. Latar Belakang
atau seluruh siklus hidupnya di lingkungan perairan. Bentuk tubuh avertebrata air
sangat beragam, mulai dari bentuk tubuh yang sederhana hingga yang kompleks.
substrat tertentu. Porifera terbagi atas tiga kelas yaitu calcarae, hexactinellida dan
tubuhnya tersusun atas tiga lapisan yaitu pinacocytes, choanocytes dan mesoshyl.
Spons merupakan hewan laut yang menghisap air dan bahan-bahan lain
yang berpotensi sebagai anti jamur, anti biotik, obat kanker dan lain-lain. Selain
bermanfaat dibidang farmasi, Spons juga dapat dimanfaatkan sebagai alat mandi,
A. Klasifikasi
berikut:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Porifera
Class : Demospongia
Order : Dictioceratida
Family : Dictioceratidaceaer
Genus : Spongilla
Species: Spongilla sp.
organ dan jaringannya masih sangat sederhana. Oleh karena itu hewan ini
memiliki ciri dimana tubuhnya berpori seperti busa atau Spons sehingga porifera
struktur tubuh dan biomassanya. Sel-sel tersebut memiliki fungsi yang berperan
sederhana. Lapisan luar dinding tubuh disusun oleh sel-sel pipih yang disebut
pinacocytes. Pada dinding tubuh Spons juga terdapat pori-pori tempat masuknya
air ke dalam tubuh, yang dibentuk oleh porocyte. Sel-sel ini dapat membuka dan
mesoshyl yang terdiri dari matriks protein bergelatin yang mengandung skeleton
dan sel-sel amoeboid. Lapisan ini berfungsi seperti jaringan ikat pada metazoa
lainnya. Skeleton Spons demospongia terbentuk dari spikula bersilika dan serat
protein spongin. Spikula Spons memiliki jenis yang beragam sehingga dijadikan
dasar untuk identifikasi Spons. Spikula berada di dalam mesoshyl namun sering
Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya terdiri dari sel-sel yang
dalam sel atau secara intrasel. Berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Secara seksual dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid, larvanya berbulu
Menurut Asro et al. (2013) Spons hidup menetap pada suatu habitat
pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang mati di laut. Spons dapat hidup
pada habitat air tawar maupun air laut serta tersebar mulai dari habitat iklim
Spons adalah hewan berpori yang termasuk filter feeder yaitu hewan
yang memiliki cara makan dengan menyaring air laut yang mengandung makanan
organisme yang telah mati yang berada di kolom air (Abubakar et al., 2011).
dalam air atau disebut filter feeder. Sebagai filter feeder, Spons mampu
F. Nilai Ekonomis
Spons merupakan salah satu biota laut yang sangat berpotensi sebagai
sumber bahan bioaktif baru. Hal ini telah dibuktikan dengan banyaknya penemuan
metabolit sekunder yang sangat bervariasi pada biota tersebut (Rifai et al., 2013).
hiasan dan persediaan bahan baku obat untuk kebutuhan farmasi maupun untuk
mengandung senyawa aktif. Dilihat dari banyaknya jenis senyawa bioaktif yang
diisolasi, Spons menjadi sumber produk alam yang utama sampai saat ini.
Remote Sensing, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum filum porifera
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Keterangan :
1.) Epidermis
2.) Osculum
3.) Ostium
Keterangan :
1.) Spongocoel
2.) Mesoshyl
3.) Spicules
4.) Amoebocyte
atau seluruh hidupnya di lingkungan perairan. Salah satu filum dari avertebrata air
organisme sessil. Organisme paling dominan dalam filum porifera adalah Spons.
Spons merupakan hewan yang bersifat filter feeder dengan struktur tubuh tersusun
Spons (Spongilla sp.) terlihat bahwa hewan ini memiliki banyak pori-pori
diseluruh tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asro et al. (2013) yang
menyatakan bahwa, hewan ini memiliki ciri dimana tubuhnya berpori seperti busa
atau Spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan Spons. Spons juga
memiliki pori-pori tempat masuknya air yang disebut ostium dan tempat
keluarnya air yang disebut osculum. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Asro et al. (2013) yang menyatakan bahwa, Porifera memiliki sistem saluran air,
mulai dari pori tubuh (ostia) dan berakhir pada lubang keluar yang disebut
osculum.
tempat mengalirnya air yang masuk dari pori-pori dan keluar melalui osculum.
Selain spongocoel juga terdapat mesoshyl, spicules dan juga amoebocyte. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Samira dkk, (2011) yang menyatakan bahwa, dalam
setiap individu khususnya Spons terdapat rongga yang disebut spongocoel atau
atrium yaitu rongga tempat masuknya air yang diserap pori-pori di permukaan
tubuh untuk akhirnya dikeluarkan melalui osculum. Pada bagian dalam Spons
terdapat mesoshyl yang terdiri dari matriks protein bergelatin yang mengandung
skeleton dan sel-sel amoeboid. Lapisan ini berfungsi seperti jaringan ikat pada
A. Simpulan
Spons (Spongilla sp.) pada epidermis terdapat pori-pori yang disebut ostium dan
berfungsi sebagai rongga masuknya air dan osculum yang berfungsi sebagai
rongga keluarnya air. Anatomi Spons (Spongilla sp.) terdapat spongocoel yang
tempat mengalirnya air yang masuk dari ostium dan akan dikeluarkan melalui
osculum.
B. Saran
mempersiapkan diri terlebih dahulu, mulai dari menyiapkan alat dan bahan hingga
Abubakar, H., Tri, A. W., Yuhana, M. 2011. Skrining Bakteri yang Berasosiasi
dengan Spons Jaspis sp. Sebagai Penghasil Senyawa Antimikroba. Ilmu
Kelautan. Vol. 16 (1): 35-40.
Asro, M., Yusnaini., Halili, 2013. Pertumbuhan Spons (Stylotella aurantium) yang
Ditransplantasi pada Berbagai Kedalaman. Jurnal Mina Laut Indonesia.
Vol. 1 (1): 133-144.
Haris, A., Nabaing, N. 2016. Bioaktivitas Antibakteri Ekstrak Spons (Porifera:
Demospongiae) dari Pulau Barrang Lompo dan Lae-Lae. SPERMONDE.
Vol. 2 (2): 1-5.
Nurhadi., Yanti, F. 2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta:
Deepublish. 150 Hal.
Rifai, A., Ulsadrianty, I., Maslukah, L., Indrayanti, E., Sedjati S., dan Trianto, A.
2013. Skrining Beberapa Jenis Spons Sebagai Upaya Pencarian Bahan
Bioaktif Antijamur Aspergilus flavur dan Candida albicans.Buletin
Oseanografi Marina. Vol. 2 (4): 25-31.
Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Afvabeta. 281 Hal.
Samira, M. I., Soedharma, D., Effendi, H. 2011. Morfologi dan Biomassa Sel
Spons Aaptos aaptos dan Petrosia sp.. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. Vol. 3 (2) : 153-161.
Suharyanto. 2008. Distribusi dan Presentase Tutupan Sponge (Porifera) pada
Kondisi Terumbu Karang dan Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau
Barranglompo, Sulawesi Selata. BIODIVERSITAS. Vol. 9 (3): 209-212.
Suhita, A. D. 2010. Respon Stres pada Spons dan Potensi Aplikasinya sebagai
Biomonitor Polutan pada Ekosistem Terumbu Karang. Squalen.
Vol. 5 (3): 92-100.