Anda di halaman 1dari 1

Ada stigma di masyarakat yang menganggap bahwa pengidap HIV/AIDS tidak akan lama

masa hidupnya dan penyakit ini mudah menular sehingga ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
dikucilkan. Mereka dihindari dengan cara yang tidak manusiawi, dianggap sebagai sampah
masyarakat bahkan oleh keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Tak sedikit dari
masyarakat awam yang menaruh syak wasangka pada ODHA karena mengira jika
bersentuhan dengan penderita HIV, atau ketika makan dan minum menggunakan alat yang
sama dengan penderita akan tertular virusnya. Padahal kenyataannya tentu saja tidak seperti
itu. HIV tidak akan menular jika berjabat tangan, berangkulan, berpelukan, digigit nyamuk
atau serangga, bersentuhan, berenang bersama, tinggal serumah dengan penderita,
menggunakan toilet yang sama, serta memakai alat makan & minum yang sama dengan
penderita HIV/AIDS.

Lalu apa yang dapat menularkan HIV/AIDS? Menurut Kementerian Kesehatan RI, cara
penularan HIV yaitu melakukan hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan
pengaman, menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian tanpa
disterilkan, melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan produk darah yang sudah
tercemar HIV, serta melalui ibu hamil yang HIV positif kepada janin tanpa pencegahan
penularan dan melalui ASI ibu yang terpajan HIV.

Mengenai stigma yang mengatakan bahwa penderita HIV/AIDS sudah dekat dengan ajalnya
tidaklah 100% benar. Memang betul saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan HIV/AIDS, tapi sudah ada obat yang dapat memperpanjang harapan hidup
penderita HIV/AIDS yaitu ARV (Anti Retroviral). Dengan menjalani terapi ARV, orang
yang terinfeksi HIV tetap bisa memiliki umur yang panjang, sehat dan produktif. Terapi ARV
secara teratur sangat penting bagi orang dengan HIV positif, karena akan menekan jumlah
virus HIV yang ada di tubuh sekaligus menjaga kekebalan tubuh. Selain itu, minum obat
ARV bagi mereka yang HIV positif akan mencegah penularan pada orang lain, mencegah
munculnya gejala AIDS, menjaga produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup.
(Kemenkes, 2018)

Apakah obat ARV saja cukup untuk menyokong kehidupan yang berkualitas para penderita?
Tentu saja tidak! Selain pengobatan, yang tak kalah penting juga yaitu dukungan moril dari
orang-orang di lingkungan sekitarnya. Di lingkungan ODHA sendiri banyak yang tak
mendapat dukungan dari keluarga dan orang terdekat sehingga tidak ada semangat untuk
melakukan pengobatan dan akhirnya memperburuk keadaan. Karena itulah bukan aspek
fisiologis saja yang menjadi perhatian khusus, tapi juga psikologis, sosial, budaya dan
spiritual.

Kita sebagai manusia yang akil sudah seyogianya tidak termakan oleh stigma yang beredar di
masyarakat. Maka dari itu amat diperlukan wiyata HIV/AIDS agar menghilangkan atau
setidaknya mengurangi stigma bahwa para pengidap HIV/AIDS adalah orang-orang tidak
benar yang perlu dihindari. Ingat, takut tertular itu manusiawi, tapi bisa jadi tidak manusiawi
jika rasa takut itu membuat kita mengucilkan penderita HIV/AIDS. Yuk kita rangkul
penderita HIV/AIDS mulai dari sekarang!

Anda mungkin juga menyukai