Anda di halaman 1dari 15

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) atau yang disebut gagal jantung kongestif
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden (prevalensinya)
terus meningkat. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
tahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat (Ardiansyah, 2012:11).
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh
(Saferi, A. 2013).
Congestive Heart Failure adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Jadi dapat disimpulkan bahwa gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi
dimana jantung yang berfungsi sebagai pompa untuk mengantarkan darah guna
mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrien dan oksigen mengalami kegagalan.
2.1.2 Etiologi
1) Faktor eksterna (dari luar jantung) : hipertensi, hipertiroid dan anemia
kronis atau berat.
2) Faktor interna (dari dalam jantung) :
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), Stenosis mitral dan insufisiensi mitral
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi dan heart block
c. Kerusakan miokard, kardiomiopati, miokarditis dan infark miokard
d. Infeksi: endocarditis bacterial sub-acut

5
6

2.1.3 Anatomi Fisiologi Jantung


1) Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium
dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Batas-batas jantung:
- Kanan: vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
- Kiri: ujung ventrikel kiri
- Anterior: atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
- Posterior: atrium kiri, 4 vena pulmonalis
- Inferior: ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
- Superior: apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat
katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar
darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup
7

trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup
pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral
yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak
diantara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu
leafletanterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis
dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus
jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya
sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan
servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak
mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat
kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan
berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan
apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan
interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior
desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri
koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan
sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan.
Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara
morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.
2) Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel
kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis
sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya.
8

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung.
Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi
vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah
kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju
ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah
merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari
atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya
dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini
mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel
ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini
selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
2.1.4 Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan
terjadi kongestif sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
9

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban
awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada
keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah
jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal
jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif (Barbara C Long,
2010 : 452 - 455).
10

2.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1) Gagal Jantung Kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan. Tanda dan gejalanya:
a. Dispnea
Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek,
breathlessness, atau shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif
berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan
udara pernapasan.
b. Orthopnea
Orthopnea adalah gangguan pernafasan pada pasien saat dalam posisi
berbaring, sehingga penderita harus mengambil posisi tegak atau duduk
agar pernafasannya normal kembali.
c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan
bercak darah.
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan
batuk.
e. Gelisah dan cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas dan jantung yang tidak berfungsi dengan baik.
11

2) Gagal Jantung Kanan


Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Tanda dan gejalanya, yaitu:
a. Edema perifer
Edema perifer adalah pembengkakan yang diakibatkan oleh akumulasi
cairan dalam jaringan tubuh dan paling umum terjadi pada kaki,
pergelangan kaki, dan / atau tangan.
b. Peningkatan berat badan
c. Distensi vena jugularis
Distensibilitas vena-vena di leher dapat memperlihatkan adanya
perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan. Vena jugular
merupakan salah satu vena yang terdapat di area leher.
d. Hepatomegali
Hepatomegali adalah istilah untuk menggambarkan adanya pembesaran
ukuran hati (liver). Ukuran hati normal sekitar 7,5 cm pada wanita dan
10,5 cm pada laki-laki. Hati terletak di daerah perut kanan atas,
terlindung oleh rusuk kanan. Jika terjadi hepatomegali, maka hati akan
teraba melewati rusuk kanan paling bawah.
e. Asites
Asites adalah penumpukan cairan (biasanya cairan benang dan cairan
serosa yang berwarna kuning pucat) di rongga perut. Rongga perut
terletak di bawah rongga dada, dipisahkan denga diafragma. Asites dapat
terjadi akibat berbagai kondisi seperti penyakit hati (liver), kanker, gagal
jantung kongestif, atau gagal ginjal.
f. Anoreksia
Gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan
terhadap peningkatan berat badan.
g. Mual
12

2.1.6 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung, yaitu:
1) Edema paru
Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas
akibat terjadinya penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli).
Kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba maupun berkembang dalam jangka waktu lama.
Dalam kondisi normal, udara akan masuk ke dalam paru-paru ketika
bernapas. Namun, pada kondisi edema paru, paru-paru justru terisi oleh cairan.
Sehingga oksigen yang dihirup pun tidak mampu masuk ke paru-paru dan aliran
darah.
Ada beberapa macam penyebab edema paru, biasanya berhubungan dengan
gangguan pada jantung. Namun, edema paru juga dapat terjadi tanpa gangguan
jantung.
Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dari bagian
rongga jantung yang disebut ventrikel kiri. Ventrikel kiri mendapat darah dari
paru-paru, yang merupakan tempat pengisian oksigen ke dalam darah untuk
kemudian disalurkan ke seluruh tubuh. Darah dari paru-paru, sebelum mencapai
ventrikel kiri, akan melewati bagian rongga jantung lainnya, yaitu atrium kiri.
Edema paru yang disebabkan oleh gangguan jantung terjadi akibat ventrikel kiri
tidak mampu memompa masuk darah dalam jumlah yang cukup, sehingga
tekanan di dalam atrium kiri, serta pembuluh darah di paru-paru meningkat.
Peningkatan tekanan ini kemudian menyebabkan terdorongnya cairan melalui
dinding pembuluh darah ke dalam alveoli. Beberapa penyakit jantung yang dapat
menyebabkan edema paru, antara lain:
- Penyakit jantung koroner
- Kardiomiopati
- Hipertensi
- Penyakit katup jantung
2) Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung mengalami gangguan
secara mendadak, sehingga tidak mampu mencukupi pasokan darah yang
dibutuhkan oleh tubuh. Secara umum, kurangnya aliran darah ke pembuluh darah
13

koroner (pembuluh darah yang memberi suplai oksigen untuk jantung) akan
merusak ventrikel kiri, yaitu ruang jantung yang mengalirkan darah ke seluruh
tubuh. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada serangan jantung. Otot jantung
akan melemah dan berkembang menjadi syok kardiogenik.
Meskipun pemicu utama syok kardiogenik adalah serangan jantung, syok
kardiogenik dapat terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah secara
optimal, seperti pada aritmia, penekanan terhadap rongga jantung akibat
penumpukan cairan di sekitarnya (tamponade jantung), serta penyakit katup
jantung.
3) Episode Trombolitik
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya gangguan
sirkulasi yang menyertai kelainan ini berperan dalam pembentukan trombos
intrakardias dan intravaskuler. Begitu pasien meninggalkan aktivitas setelah
mobilitas lama sebuah trombu dapat terlepas dan terbawa ke otak, ginjal,
usus dan paru-paru.
4) Efusi Perikardial dan Tamponade Jantung
Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan kedalam jantung perik
ardium. Secara normal kantung perikardium berisi cairan sebanyak kurang
dari 50 ml. Cairan pericardium akan terakumulasi secara lambat tanpa
menyebabkan gejala yang nyata. Hasil akhir proses ini adalah tamponade
jantung.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
1) Foto thorax
Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang disertai
adanya pembendungan cairan di paru karena hipertensi pulmonal.
2) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, hematokrit, leukosit
dan elektrolitserum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga
hemodelusi darah dari adanya kelainan retensi air, K, Na, Ca, Ureum, gula darah.
14

3) Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan Ultrasonography merupakan gambaran cairan bebas dalam
rongga abdomen dan gambaran pembesaran hepar.
4) Elektrokardiography (EKG)
EKG mengungkapkan adanya takikardi, hipertropi bilik jantung dan
iskemik.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut Kosron (2012) penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1) Terapi Non Farmakologis
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Pemberian oksigenasi
c. Dukung diet: pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema
2) Terapi Farmakologis
a. Terapi diuretic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal
b. Terapi vasodilator: obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel
15

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Keluhan:
- Dada terasa berat (seperti memakai baju berat)
- Palpitasi atau berdebar-debar
- Paroxymal Noctural Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk
- Tidak nafsu makan, mual, muntah
- Insomnia
- Kaki bengkak
- Jumlah urine menurun
- Serangan timbul mendadak
2) Riwayat Penyakit: hipertensi, infark miokard kronis, DM, bedah jantung,
disritmia
3) Pemeriksaan Fisik:
a. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak
nafas seperti tercekik.
b. B2 (Blood)
- Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri atas perikardium. Penyebaran
nyeri dapat meluas di dada. Dapat menyebabkan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
- Palpasi
Denyut nadi melemah.
- Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan gagal jantung kongestif.
- Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
16

c. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya compos menthis. Pengkajian objektif
klien, yaitu wajah meringis, menangis, merintis, menggeliat yang
merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perlu memonitor adanya oliguria pada klien.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada saat palpasi abdomen,
ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan peristaltik
usus.
f. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap dan jadwal
olahraga teratur, perubahan postur tubuh. Mengkaji personal hygiene
klien apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung
3) Penurunan perfusi jaringan b.d penurunan suplai darah ke jaringan
4) Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air
5) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
6) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
2.2.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
efektif b.d tindakan keperawatan vital klien mengetahui
kelemahan otot selama 2x24 jam 2. Beri posisi keadaan umum
pernafasan diharapkan respirasi senyaman klien
kembali normal mungkin 2. Agar klien
dengan kriteria hasil: 3. Lakukan merasa nyaman
- Tanda-tanda vital fisioterapi dada 3. Untuk
17

dalam batas normal jika perlu memperbaiki


TD: 120/80 mmHg 4. Kolaborasi ventilasi dan
N: 60-100x/menit dalam terapi meningkatkan
S: 36,5-37,50C pemberian O2 otot-otot
RR: 16-24x/menit pernapasan
- Menunjukkan jalan 4. Untuk
nafas yang paten mengurangi
sesak napas
klien
2 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
jantung b.d tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
perubahan selama 2x24 jam, 2. Pantau frekuensi keadaan umum
kontraktilitas diharapkan tidak jantung dan klien
jantung terjadi penurunan irama 2. Takikardia dan
curah jantung dengan 3. Kolaborasi disritmia dapat
kriteria hasil: dengan tim medis terjadi saat
- Tekanan darah dalam pemberian jantung
dalam batas normal terapi berupaya untuk
- Curah jantung meningkatkan
kembali meningkat curah jantung
- Irama jantung tidak
menunjukkan tanda-
tanda disritmia
3 Penurunan perfusi Setelah dilakukan 1. Atur posisi tidur 1. Posisi dapat
jaringan b.d tindakan keperawatan yang nyaman mefasilitasi
penurunan suplai selama 2x24 jam, 2. Bedrest total dan ekspansi paru
darah ke jaringan diharapkan penurunan mengurangi 2. Pembatasan
perfusi jaringan dapat aktivitas. Catat aktivitas dan
teratasi dengan kriteria reaksi klien istirahat
hasil: terhadap aktivitas mengurangi
- Tekanan sistole dan yang dilakukan beban kerja
diastole dalam 3. Monitor tanda- jantung
rentang normal tanda vital 3. Untuk
- Tidak ada tanda- 4. Ajarkan latihan mengetahui
tanda peningkatan gerak secara keadaan umum
tekanan intrakranial pasif dan klien
tindakan lain 4. Untuk
5. Kolaborasi tim mencegah
gizi dalam tromboemboli
pemberian diet pada vaskular
rendah garam, perifer
rendah protein, 5. Untuk
rendah kalori mengurangi
(bila klien retensi cairan
obesitas) ekstraseluler
4 Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Kaji status cairan 1. Untuk
cairan b.d retensi tindakan keperawatan 2. Batasi masukan memantau
natrium dan air selama 2x24 jam, cairan perubahan dan
18

diharapkan volume 3. Jelaskan pada mengevaluasi


cairan menjadi pasien dan intervensi
seimbang dengan keluarga 2. Untuk
kriteria hasil: mengenai mengurangi
- Klien tidak sesak pembatasan edema
nafas cairan 3. Agar klien dan
- Edema ekstrimitas 4. Tingkatkan dan keluarga
berkurang dorong pasien mengetahui
- Produksi urine untuk oral sehinggadapat
>600 ml/hari hygiene dengan meningkatkan
sering kerjasama
antara klien dan
keluarga serta
tim medis
4. Untuk
menghindari
keringnya
membran
mukosa mulut
5 Konstipasi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
kelemahan otot tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
abdomen selama 2x24 jam, 2. Berikan cakupan keadaan umum
diharapkan konstipasi nutrisi berserat klien
dapat teratasi dengan sesuai indikasi 2. Untuk
kriteria hasil: 3. Berikan cairan melancarkan
- BAB lancar 1x sesuai indikasi eliminasi
sehari 4. Kolaborasi 3. Untuk
- Konsistensi feses pemberian melancarkan
lunak laksatif atau proses absorbsi
- Eliminasi feses tidak enema sesuai di kolon
mengejan berlebihan indikasi 4. Untuk
melunakkan
feses
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Bantu klien 1. Untuk
b.d kelemahan tindakan keperawatan mengidentifikasi mengetahui apa
selama 2x24 jam aktivitas yang saja aktivitas
diharapkan kelemahan mampu dilakukan yang dapat
dapat teratasi dengan 5. Bantu untuk dilakukan oleh
kriteria hasil: memilih aktivitas klien secara
- Klien mampu yang sesuai mandiri
melakukan aktivitas dengan 2. Menghindari
sehari-hari kemampuan terjadinya
fisik, psikologis kelemahan fisik
dan sosial akibat aktivitas
6. Bantu klien yang berlebihan
untuk membuat 3. Agar klien
jadwal di waktu memiliki waktu
luang untuk
19

beristirahat dan
beraktivitas

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai