PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah berakhirnya masa Khulafa ‘al Rasyidin, di bawah kepemimpinan
Muawiyah bin Abi Sofyan, Islam dipimpin oleh Dinasti Umayyah. Pada saat itu,
Islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga perluasan daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah berakhir, maka pemerintahan Islam
digantikan dengan pemerintahan Dinasti Abassiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan
khilafah Islam pelanjut Dinasti Umayyah dan merupakan perwakilan dari
kekhilafahan Islam yang terbesar dan terpanjang dalam sejarah Islam klasik.
Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Daulah Abbasiyah sering dianggap
sebagai sebuah nostalgia bagi umat Islam, yang tidak akan akan terwujud di zaman
sekarang. Sejarah mencatat bahwa pada masa Daulah Abbasiyah tersebut merupakan
puncak keemasan atau kejayaan Umat Islam. Pada masa inilah lahir berbagai ilmu
pengetahuan, agama, budaya serta beragam penerjemah-penerjemah ke dalam bahasa
lain.
Sejarah pemikiran ekonomi Islam masa permulaan Dinasti Abbasiyah
mengawali corak kehidupan ekonomi Islam sehingga umat dapat mengambil hikmah
dari kejadian-kejadian yang terjadi pada masa itu, sebagai ilmu untuk menambah
ketakwaan kepada Allah. Kisah-kisah yang terjadi pada masa tersebut dapat
diteladani sebagai bahan belajar pemikiran ekonomi untuk menginspirasi
pembangunan ekonomi Islam yang lebih baik lagi di masa mendatang. Lebih
jelasnya, dalam pembahasan penulisan ini dibahas sejarah perkembangan pemikiran
ekonomi Islam pada masa awal Dinasti Abbasiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pemikir Ekonomi Islam pada dinasti Abbasiyyah?
2. Siapa saja khalifah dinasti Abbasiyyah yang paling Berjaya ?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi berdirinya dinasti Abbasiyyah ?
4. Bagaimana sumber pemasukan negara dan pengeluaran Negara ?
5. Apa saja kemajuan pada masa dinasti Abbasiyyah ?
6. Apa saja yang mempengaruhi kemunduran dinasti Abbasiyyah?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Sejarah Pemikir Ekonomi Islam pada masa Abbasiyyah
2. Mengetahui siapa saja yang paling Berjaya di dinasti Abbasiyyah
3. Mengetahui factor yang menyebabkan berdirinya dinasti Abbasiyyah
4. Mengetahui sumber pemasukan dan pengeluaran Negara dinasti Abbasiyyah
5. Mengetahui kemajuan dinasti Abbasiyyah
6. Mengetahui factor yang mempengaruhi kemunduran dari dinasti Abbasiyyah
BAB II
PEMBAHASAN
Periode pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
1
Abdurahman “Sejarah Pemikiran Pemikiran Ekonomi Islam Setelah Masa Para Sahabat” diakses dari
https://www.academia.edu/5249062/Sejarah_Pemikiran_Pemikiran_Ekonomi_Islam_Setelah_Masa_
Para_Sahabat pada tanggal 3 April 2019 Pukul 20:25.
B. KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH
Pada masa Dinasti Abasiyah berkali-kali terjadi pergantian khalifah dan para
khalifah bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah.2 Namun masa keemasan dinasti
Abbasiyah terletak pada 10 khalifah. Kesepuluh khalifah tersebut :
c. Al-Mahdi
Setelah ayahnya Al-Mansur meninggal, al-Mahdi menggantikan posisi
khalifah Abbasiyah. Namanya Muhammad bin Mansur al-Mahdi yang berarti
“pemimpin yang baik atau penebus”, dan diangkat sebagai khalifah saat khalifah
diakhir hidupnya. Masa pemerintahannya damai melanjutkan kebijakan para
pendahulunya. Pendekatan dengan muslim syiah, keluarga Barmakid yang amat kuat
2
Samsul Munir Amin.”Sejarah Peradaban Islam”.Jakarta,2009, hlm. 141.
menasehati khalifah sejak masa al-Abbas sebagai wazir, memperoleh kekuatan besar
pada masa al-Mahdi dan bekerja dekat dengan khalifah untuk menjamin kemakmuran
daulah bani Abbasiyah.
Kota cosmopolitan Bagdad berkembang dan menarik pendatang dari seluruh
Arab, Irak, Suriah, Persia, dan sejauh India dan Spanyol masa al-Mahdi. Bagdad
merupakan tempat tinggal orang Kristen, Yahudi, Hindu, dan Zoroasterianosme, dan
bertambahnya penduduk muslim, hingga menjadi kota terbesar dunia di luar
Tiongkok.
d. Al-Hadi
Namanya Abu Muhammad Musa bin al- Mahdi al-Hadi, lahir di Rayy pada
tahun 147H/ 764M, dan meninggal 14 september786 ia adalah putra sulung al-Mahdi.
Pada masa pemerintahannya yang pendek timbul beberapa konflik militer,
diantaranya adalah:
Pemberontakan Husain bin Ali dan Hasan pecah saat Husain menyatakan
dirinya sebagai khalifah di Madinah. Al-Hadi mematahkan pemberontakan
ini, dan membunuh Husain dan kebanyakan pendukungnya. Namun Hasan
melarikan diri ke Maroko dan ia mendirikan Negara
Al-Hadi menghadapi pemberontakan Kharijite.
Al-Hadi menghadapi pemberontakan Bizantium dan mendapatkan beberapa
daerah bizantium.
f. Al-Amin
Namanya adalah Muhammad bi Harun al-Amin(787-813M), berkuasa selama
4 tahun 8 bulan(809-813M)
g. Al-Ma'mun ar-Rasyid
Khalifah Al-Ma'mun adalah anak dari Harun ar-Rasyid. Ia memerintah
Dinasti Abbasiyah setelah saudaranya Al-Amin, dari tahun 813-833. Al-Ma'mun
merupakan khalifah yang ketujuh.
h. Al-Mu'tasim
Ia memerintah Bani Abbasiyah setelah Khalifah Al-Ma'mun. Selama
pemerintahannya, yakni 833-842, ia berhasil menumbuhkan minat para pelajar
Muslim dan Barat untuk mendalami ilmu pengetahuan di Kota Baghdad. Pada masa
inilah, lahir seorang ahli matematika Muslim terkenal, yakni Al-Kindi.
Sepeninggal al-Mu'tasim, secara perlahan-lahan, kejayaan Bani Abbasiyah
mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh pergolakan politik. Tak heran bila kemudian
lahir Dinasti Buwaihi, Mamluk, dan Seljuk.
i. Al-Watsiq
Watsiq bin Mu’tashim adalah khalifah menunjukan ketertarikannya dalam
belajar hingga menjadi pelindung para sarjana seperti seniman. Ia termasyhur karena
musiknya sendiri dan dianggap telah menyusun 100 lagu.
Masa pemerintahannya, beberapa pergolakan berkobar, yang terbesar adalah
di Suriah dan Palestina. Perrgolakan ini karena jurang antara penduduk Arab dan
prajurit Turki yang dibentuk oleh al-Mu’tashim(ayah al-Watsiq). Pergolakan ini
dapat dipadamkan, namun antagonism kedua kelompok ini terus meluas dengan
angkatan Turki mendapatkan kekuasaan. Al-Watsiq meninggal karena demam tinggi
pada tahun 847, dan digantikan oleh saudaranya Al-Mutawakkil.
j. Al-Mutawakkil
Ja’far al-Mutawakkil putera al-Mu’tashim Billah dan seorang wanita Persia
lahir pada tahun 821. Ia menggantikan saudaranya al-Watsiq. Ia dikenal
menyelenggarakan “mihnah” percobaan seperti inkuisisi untuk menegakan suatu
versi Islam murni.
Selama masa pemerintahannya, pengaruh mu’tazilah berkurang dan
kemakhlukan al-Qur’an berakhir. Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya al-
Mutawakkilmenunjukan rasa toleran terhadap Imam syiah yang mengajar dan berdoa
di Madinah. Namun setelah al-Mutawakkil meninggal, syi’ah mengalami penindasan,
makam Husain bin ali di Karbala dihancurkan.
Al-Mutawakkil terus mengandalkan pasukan budak dan negarawan Turki
untuk menghadapi kekuasaan asing seperti Bizantium yang wilayahnya diSisilia
direbut. Wazirnya al-Fath bin Khaqan seorang Turki adalah tokoh terkenal pada
masanya. Namun kepercayaan ini berbalik menghantuinya, ia memerintahkan
membunuh panglima tertingginya orang Turki. Hal ini menyebabkan pengaruhnya
merosot drastic, dan khalifah pun dibunuh oleh seorang prajurit Turki pada 11
Desember 861M. menurut cerita bahwa pembunuhannya adalah rencana puteranya al-
Muntashir yang menjadi jauh dari ayahnya. Pemerintahan al-Mutawakkil ingat akan
reformasi dan dipandang sebagai masa keemasan abbasiyah, ia juga merupakan
khalifah terbesar terakhir Abasiyah, dan setelah kematiannya khilafah menjadi
mundur.[3]
Ada beberapa hal yang mendorong berdirinya dinasti Abbasiyah dan disertai
juga situasi-situasi yang membuat dinasti sebelumnya menjadi lemah yaitu:
a. Timbulnya perselisihan politik antara bani Muawiyah dengan pengikut setia Ali bin
Abi Thalib (golongan Syiah).
3
Milatihadi” Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah” diakses dari
https://duniamublog.wordpress.com/2017/10/17/khalifah-khalifah-dinasti-abbasiyah/ pada tanggal
3 April 2019 pukul 13:06.
b. Munculnya kalangan Khawarij, disebabkan rivalitas politik antara Muawiyah
dengan Syiah dan kebijakan-kebijakan land reform yang tidak adil.
d. Adanya asas penafsiran bahwa dekrit politik harus berlandaskan pada Al-Quran
dan oleh golongan Khawarij orang Islam non-Arab.
e. Adanya konsep hijrah di mana setiap orang harus ikut bergabung dengan kelompok
Khawarij yang tidak ikut dianggapnya sebagai orang yang berada pada dar al-harb,
dan hanya golongan Khawarijiah yang berada pada dar al-Islam.
4
Ajid Thohir.”Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam”, Jakarta,2009,Rajawali Pers.hlm.
45.
selanjutnya akan dibagikan oleh kantor perbendaharaan pemerintah untuk
kepentingan serta kesejahteraan umat Islam sendiri, yaitu di gunakan untuk orang
miskin, anak yatim, musafir, orang yang ikut dalam perang suci dan para budak
bahkan untuk tawanan yang harus ditebus dari musuh. Sumber lainnya pendapatan
utama perintahan adalah pajak atau upeti dari bangsa lain, uang tebusan, pajak untuk
perlindungan rakyat non-Muslim (jizyah), pajak tanah (kharaj) dan pajak yang
dikumpulkan dari barang dagangan orang non-Muslim yang masuk ke wilayah Islam.
Semua barang yang wajib pajak ini, pajak tanah adalah pajak yang terbesar dan
merupankan menjadi sumber utama pendapatan pemerintahan dari umat non-Muslim.
Seluruh pemasukan ini pada masa moderen disebut fay dan disalurkan oleh khalifah
untuk gaji tentara, memelihara Masjid, jalan dan jembatan, pembangunan
infrastruktur, serta untuk kepentingan umum masyarakat Islam.
Dari perjalanan pemerintahan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam
sejarahnya lebih banyak berbuat dan membangun dari pada pemerintahan bani
Umayyah. Pergantian dinasti Umayyah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai
pergantian kepemimpinan semata, namun lebih dari itu telah merombak, menorehkan
wajah baru dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah dan pemerintahan.
Pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbas
merupakan iklim pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan. Kontribusi ilmu
pengetahuan terlihat dengan jelas pada usaha keseriusan Harun Al-Rasyid dan
puteranya Al-Makmun ketika membangun sebuah akademi pendidikan pertama yang
sudah dilengkapi pusat peneropong bintang, perpustakaan terbesar serta dilengkapi
pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
2) Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu agama.
5
Boedi Abdullah.” Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam”. Bandung, Pustaka Setia.hlm. 129-131
Pengajarannya berlangsung di Masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama
bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan berlangsung di istana atau di rumah
penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.[6]
Pada perkembangan selanjutnya mulailah pemerintahan dinasti Abbasiyah
membuka pendidikan madrasah-madrasah dengan dipelopori oleh Nizhamul Muluk
yang memerintah pada tahun 456 H-485 H. Lembaga inilah yang selanjutnya
berkembang pada masa dinasti Abbasiyah. Nizhamul Muluk merupakan pelopor
pertama yang membangun sekolah dalam bentuk lembaga seperti sekarang ini yang di
sebut dengan nama madrasah. Madrasah-madrasah ini dapat dijumpai di Bagdad,
Balkan, Naishabur, Hara, Isfahan, Basrah, Mausil dan kota-kota lainnya. Madrasah
yang dibangun ini mulai dari tingkat rendah, menengah, serta meliputi segala bidang
ilmu pengetahuan.
6
Badri Yatim.” Sejarah Peradaban Islam. Jakarta ,2010,Raja Grafindo Persada, hlm 54.
pengelompokan. Pengklasifikasian itu secara ketat dikriteriakan sehingga dikenal
dengan klasifikasi hadits Shahih, Dhaif dan Maudhu’. Terlebih dikemukakan pula
kritik sanad dan matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwayatkan
hadits tersebut. Dalam bidang fiqih, pada masa itu lahir beberapa fuqaha legendaris
yang terkenal, seperti Imam Hanifah tahun 700 M-767 M, Imam Malik tahun 713 M-
795 M, Imam Syafi’i tahun 767 M-820 M dan Imam Ahmad ibnu Hambal tahun 780
M-855 M. Kemajuan juga pada Ilmu lughah tumbuh berkembang dengan sangat pesat
pula karena bahasa Arab yang semakin dibutuhkan karena penguasaan wilayah yang
sangat luas maka memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang
dimaksud disini adalah nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, badi, arudh dan insya. Sebagai
kelanjutan dari masa Amawiyah I di Damaskus.[7]
2) Bidang Kedokteran, masa itu dokter yang pertama kali terkenal adalah Ali ibnu
Rabban Al-Tabari. Pada tahun 850 dia mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Beberapa
tokoh lainnya adalah Al-Razi, Al-Farabi dan Ibnu Sina.
7
Ajid Thohir.”Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam”, Jakarta,2009,Rajawali Pers.hlm.
51
3) Bidang Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan tahun
721M-815 M. Sebenarnya masih banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-
Razi, Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.
4) Bidang sejarah dan geografi. Pada masa pemerintahan Abbasiyah sejarawan Islam
ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar
bin Jarir Al-Tabari. Selanjutnya, ahli ilmu bumi yang termasyhur adalah ibnu
Khurdazabah tahun 820 M-913 M.[8]
8
Didin Saefuddin Buchori.” Sejarah Politik Islam”. Jakarta,2009 :Pustaka Intermasa.hlm. 101.
adalah:
1) Ibukota negara dipindahkan dari Damaskus ke Bagdad.
2) Menumpas semua keturunan Bani Umayyah yang membahayakan.
3) Dalam rangka politik, dinasti Abbasiyah memperkuat diri dengan merangkul
orang-orang Persia, Abbasiyah juga memberi peluang dan kesempatan yang besar
kepada kaum mawali.
4) Menumpas pemberontakan-pemberontakan dalam kekuasan pemerintahan.
1) Para Khalifah tetap dari bangsa Arab, sedangkan para menteri, gubernur, panglima
perang serta pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali.
2) Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota negara dan juga menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi serta kebudayaan.
9
Ajid Thohir.”Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam”, Jakarta,2009,Rajawali Pers.hlm.
53-56
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Daulah Abbasiyah adalah sebuah
negara yang melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan daulah Abbasiah
karena pada pendiri dan pengguna dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi
Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah Al-Safah Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin Al-Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Adapun
emajuan ekonomi dan kemakmuran rakyar pada masa ini disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya relatif stabilnya kondisi politik sehingga mendorong iklim yang
kondusif baagi aktivitas perekonomian. Beberapa khalifah yang pernah memimpin
pemerintahan saat dinasti Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur. Pada awal
pemerintahan beliau, perbendaharaan negara dapat dikatakan tidak ada karena
khalifah sebelumnya al-Saffah, banyak menggunakan dana Baitul Mal untuk
diberikan kepada para sahabat dan tentara. Kemudian, Harun al-Rasyid. Popularitas
daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M)
dan putranya al-Makmun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilimu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusatraan berada dalam zaman keemasan.
Segala sesuatu di dunia ini berjalan menurut hukum sebab akibat, apa yang terjadi
pastilah ada sebabnya. Dinasti Abbasiyah yang begitu maju dan besar akhirnya
mengalami kemunduran yang drastis. Namun, kemunduran Abbasiyah tidak terjadi
begitu saja, melainkan ada faktor penyebab kemundurannya.
DAFTAR PUSTAKA
Euis Amalia “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” 2010, Depok : Gramata Publishing.
https://www.academia.edu/34025470/SEJARAH_PEMIKIRAN_EKONOMI_ISLA
M
https://duniamublog.wordpress.com/2017/10/17/khalifah-khalifah-dinasti-abbasiyah/
https://www.academia.edu/5249062/Sejarah_Pemikiran_Pemikiran_Ekonomi_Islam_
Setelah_Masa_Para_Sahabat
PERTANYAAN :