Drama
Drama
Babak I
Narator : Siang itu, setelah pulang sekolah Wawan dan Arfan seperti biasa berjalan kaki ke rumah. Di
tengah perjalanan, Wawan dan Arfan pergi ke toko buku untuk melihat-lihat. Setelah mendapatkan buku
yang diinginkan, Wawan dan Arfan membayar ke kasir.
Wawan : “Iya.”
Narator : Setelah keluar dari toko buku, Wawan dan Arfan melihat teman SD mereka, yakni Radit, Seno,
dan Hana. Wawan dan Arfan pun langsung menghampiri mereka.
Arfan : “Woy, lu ngapain disini?”
Radit : “Oke.”
Seno : “Oh iya. Udah, biarin aja kita ambil. Diliat-liat bagus juga jam tangannya.”
Narator : Arum dan Syifa yang kebetulan sedang berjalan di sekitar tempat itu melihat Radit dan Seno.
Radit dan Seno : “Eh, nggak kok! Nggak ngapa-ngapain!” (dengan wajah panik)
Narator : Radit dan Seno pun meninggalkan tempat tersebut. Tiba-tiba ada seseorang yang misterius
menabrak Syifa.
Syifa : “Aduh…”
Narator : Arum membuka kertas tersebut dan isinya adalah, ‘Kau kenal Wawan? Coba kau tanya dia, apa
dia kehilangan sesuatu? Kalau iya, tunjukkan kode ini kepadanya : 21-3, 2-1, 6-2, 10-1, 25-5, dan 17+2,
3+2, 10+4, 11+4. Jika kau cukup pintar, kau pasti menemukanku.’
Syifa : “Wawan? Kalo nggak salah, itu kan anak kelas sebelah.”
Arum : “Iya, terus ini apa ya? Kok kayaknya lumayan rumit?”
***
Babak II
Arum : “Kemarin gue nemuin kertas ini.” (memberikan kertas tersebut pada Wawan)
Arum : “Kalau kayak gini kita hubungin Divana aja. Dia kan suka hal-hal yang berbau detektif. Biasanya
dia bisa mecahin masalah yang semacam ini.”
Wawan : “Sip.”
Narator : Setelah pulang sekolah, Wawan, Arfan, Arum, dan Syifa mengunjungi rumah Divana.
Divana : “Kenapa?”
Wawan : “Gue juga nggak tau. Pas gue liat, tiba-tiba jam tangannya udah hilang.”
Arfan : “Kemarin Arum sama Syifa nemuin kertas ini.” (memberikan kertas yang dimaksud)
Divana : “Oh, yaudah deh. Entar gue coba bilangin sepupu gue, kebetulan dia lebih jago di masalah
ginian. Kalian pulang aja dulu, nanti gue infoin lagi.”
Narator : Syifa, Arum, Arfan dan Wawan meninggalkan rumah Divana. Sementara Divana langsung
menghampiri sepupunya, Ricky.
Divana : “Lu bisa nggak mecahin kode kayak gini?” (sambil menunjukkan kertas berisi kode tersebut)
Ricky : “Tenang aja, gue punya temen code breaker. Dia pasti bisa mecahin kode kayak gini.”
Divana : “Serius?”
***
Babak III
Narator : Keesokan paginya, Ricky menghampiri Divana untuk memberitahu bahwa ia sudah
menghubungi temannya yang berprofesi sebagai code breaker.
Ricky : “Div, gue udah hubungi temen gue. Katanya disuruh ngumpulin semua orang yang terlibat.”
Divana : “Oke.”
Narator : Setelah dihubungi, semuanya langsung menuju ke rumah Divana. Mereka pun sampai tanpa
membutuhkan waktu lama.
Divana : “Kira-kira.”
Wawan : “Radit sama Seno. Soalnya pas jam tangan gue hilang, di sana juga ada mereka.”
Narator : Wawan pun menelepon Radit dan Seno. Tanpa waktu yang lama, mereka pun tiba di rumah
Divana.
Ricky : “Nggak apa-apa. Udah, ayo kita ke toko buku yang waktu itu dikunjungin Arfan sama Wawan!”
Hakim : “Permisi, anda kenal sama orang ini?” (sambil menunjuk Wawan)
Nadila : “Oh, iya. Dia anak yang beli buku sekitar dua hari yang lalu.”
Hakim : “Udah gue duga nih. Ternyata pelakunya… Seno dan Radit!”
Hana : “Semalam Ricky udah kasih tau kodenya ke gue dan gue udah berhasil pecahin.”
Hakim : “Arti kodenya adalah, 21-3 = 18 (R), 2-1 = 1 (A), 6-2 = 4 (D), 10-1 = 9 (I), dan 25-5 = 20 (T).
Jika digabungkan, maka terbentuk sebuah nama, yaitu Radit.”
Hana : “Begitu juga dengan 17+2 = 19 (S), 3+2 = 5 (E), 10+4 = 14 (N), dan 11+4 = 15 (O). Yang ini juga
membentuk sebuah nama, yaitu Seno.”
Wawan : “Yaudah lah. Gue maafin kok. Tapi jangan diulangi lagi.”
Narator : Akhirnya semua pun lega karena sudah tahu siapa pencurinya. Dan semuanya juga sudah
memaafkan kesalahan Radit dan Seno asal mereka tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi. Pesan
moral yang dapat kita ambil adalah, janganlah mengambil barang yang bukan merupakan hak kita,
apalagi jika tanpa izin pemiliknya.
—TAMAT—