Anda di halaman 1dari 6

Judul Drama : Arloji Yang Hilang

Nama anggota kelompok dan peran :

Abdul Hakim = Code Breaker 1

Divana Aldera = Detektif 1

Hana Michelle Karina = Code Breaker 2

Muhammad Zulfikar Arfan P. = Teman Korban 1

Nabila Lathifi Arum = Teman Korban 2

Nadila Sagita = Narator dan Penjaga Kasir

Raditya Chairulsyah = Pelaku Pencurian 1

Ricky Gunawan = Sepupu Detektif 1

Seno Aji Wicaksono = Pelaku Pencurian 2

Syifa Pradita = Teman Korban 3

Wawan Dwi Saputra = Korban

Babak I

Narator : Siang itu, setelah pulang sekolah Wawan dan Arfan seperti biasa berjalan kaki ke rumah. Di
tengah perjalanan, Wawan dan Arfan pergi ke toko buku untuk melihat-lihat. Setelah mendapatkan buku
yang diinginkan, Wawan dan Arfan membayar ke kasir.

Nadila : “Ini aja?”

Wawan : “Iya.”

Nadila : “Totalnya tiga puluh ribu ya.”

Wawan : (memberikan uang ke kasir)

Nadila : “Terimakasih karena sudah melakukan pembelian di toko buku kami.”

Wawan dan Arfan : “Iya.”

Narator : Setelah keluar dari toko buku, Wawan dan Arfan melihat teman SD mereka, yakni Radit, Seno,
dan Hana. Wawan dan Arfan pun langsung menghampiri mereka.
Arfan : “Woy, lu ngapain disini?”

Seno : “Abis beli buku lah, ngapain lagi?”

Wawan : “Oh, gue kira lu pada nongkrong.”

Hana : “Nongkrong? Masih zaman? Lah, lu juga habis ngapain?”

Wawan : “Habis beli buku juga.”

Arfan : “Oh. Ya udah, kita pulang dulu ya, takutnya dicariin.”

Radit : “Oke.”

(Wawan dan Arfan pun pergi.)

Seno : “Wah, apaan nih?”

Radit : “Ini jam tangan Wawan kan kalau nggak salah.”

Seno : “Oh iya. Udah, biarin aja kita ambil. Diliat-liat bagus juga jam tangannya.”

Radit : “Ya udah, ambil aja.”

Narator : Arum dan Syifa yang kebetulan sedang berjalan di sekitar tempat itu melihat Radit dan Seno.

Arum : “Kalian ngapain disini?”

Radit dan Seno : “Eh, nggak kok! Nggak ngapa-ngapain!” (dengan wajah panik)

Syifa : “Itu yang di tangannya Seno apaan?”

Seno : “Nggak kok, bukan apa-apa!” (masih dengan wajah panik)

Radit : “Udah ah, kita pulang ya.”

Arum : “Ya udah.”

Narator : Radit dan Seno pun meninggalkan tempat tersebut. Tiba-tiba ada seseorang yang misterius
menabrak Syifa.

Syifa : “Aduh…”

Hana : “Eh, maaf ya.” (kemudian langsung pergi)

Arum : “Kenapa Syif?”

Syifa : “Tadi ditabrak sama orang yang nggak kenal.”

Arum : “Hah? Orang yang mana?”

Syifa : “Itu… eh, kok udah nggak ada orangnya?”


Arum : “Cuma orang iseng aja kali.”

Syifa : “Nggak. Tadi gue liat dia masih di sekitar situ.”

Arum : “Eh, kok ada kertas? Isinya apaan ya?”

Syifa : “Coba buka, Rum.”

Narator : Arum membuka kertas tersebut dan isinya adalah, ‘Kau kenal Wawan? Coba kau tanya dia, apa
dia kehilangan sesuatu? Kalau iya, tunjukkan kode ini kepadanya : 21-3, 2-1, 6-2, 10-1, 25-5, dan 17+2,
3+2, 10+4, 11+4. Jika kau cukup pintar, kau pasti menemukanku.’

Syifa : “Wawan? Kalo nggak salah, itu kan anak kelas sebelah.”

Arum : “Iya, terus ini apa ya? Kok kayaknya lumayan rumit?”

Syifa : “Udah, besok aja kita tanya orangnya.”

***

Babak II

Narator : Keesokan harinya, Syifa dan Arum menghampiri Wawan di kelasnya.

Syifa : “Wan, lu kehilangan sesuatu nggak?”

Wawan : “Iya nih, jam tangan gue hilang.”

Arum : “Kemarin gue nemuin kertas ini.” (memberikan kertas tersebut pada Wawan)

Syifa : “Lu tau sesuatu?”

Wawan : “Gue nggak tau apa-apa.”

Arum : “Kalau kayak gini kita hubungin Divana aja. Dia kan suka hal-hal yang berbau detektif. Biasanya
dia bisa mecahin masalah yang semacam ini.”

Wawan : “Ya udah, tapi kapan? Entar gue ajak Arfan.”

Arum : “Pas pulang sekolah aja.”

Wawan : “Sip.”

Narator : Setelah pulang sekolah, Wawan, Arfan, Arum, dan Syifa mengunjungi rumah Divana.

Syifa : “Divana, Divana.”

Divana : “Kenapa?”

Arum : “Bisa nggak tolong pecahin kasusnya Wawan?”

Divana : “Emangnya dia kenapa?”


Wawan : “Kemarin jam tangan gue hilang.”

Divana : “Kok bisa?”

Wawan : “Gue juga nggak tau. Pas gue liat, tiba-tiba jam tangannya udah hilang.”

Divana : “Ada petunjuk nggak?”

Arfan : “Kemarin Arum sama Syifa nemuin kertas ini.” (memberikan kertas yang dimaksud)

Divana : “Oh, yaudah deh. Entar gue coba bilangin sepupu gue, kebetulan dia lebih jago di masalah
ginian. Kalian pulang aja dulu, nanti gue infoin lagi.”

Narator : Syifa, Arum, Arfan dan Wawan meninggalkan rumah Divana. Sementara Divana langsung
menghampiri sepupunya, Ricky.

Divana : “Ky, sini dulu deh.”

Ricky : “Ada apaan?”

Divana : “Lu bisa nggak mecahin kode kayak gini?” (sambil menunjukkan kertas berisi kode tersebut)

Ricky : “Hmm, gue nggak yakin bisa nih.”

Divana : “Yah, jadi gimana?”

Ricky : “Tenang aja, gue punya temen code breaker. Dia pasti bisa mecahin kode kayak gini.”

Divana : “Serius?”

Ricky : “Iya. Udah, tenang aja.”

***

Babak III

Narator : Keesokan paginya, Ricky menghampiri Divana untuk memberitahu bahwa ia sudah
menghubungi temannya yang berprofesi sebagai code breaker.

Ricky : “Div, gue udah hubungi temen gue. Katanya disuruh ngumpulin semua orang yang terlibat.”

Divana : “Oke.”

Narator : Setelah dihubungi, semuanya langsung menuju ke rumah Divana. Mereka pun sampai tanpa
membutuhkan waktu lama.

Ricky : “Ini udah kumpul semua ya?”

Divana : “Kira-kira.”

Wawan : “Ada yang kurang.”


Ricky : “Siapa?”

Wawan : “Radit sama Seno. Soalnya pas jam tangan gue hilang, di sana juga ada mereka.”

Ricky : “Ya udah, suruh mereka kesini.”

Narator : Wawan pun menelepon Radit dan Seno. Tanpa waktu yang lama, mereka pun tiba di rumah
Divana.

Ricky : “Udah pada kumpul?”

Wawan : “Udah kok.”

Ricky : “Bentar, tungguin temen gue dulu.”

(Hakim dan Hana masuk ke ruang tamu.)

Hakim : “Maaf ya, gue telat.”

Hana : “Iya, maaf ya.”

Ricky : “Nggak apa-apa. Udah, ayo kita ke toko buku yang waktu itu dikunjungin Arfan sama Wawan!”

Wawan dan Arfan : “Ngapain?”

Divana : “Udah, ikut aja.”

Narator : Semuanya lantas pergi ke toko buku yang dimaksud.

Hakim : “Permisi, anda kenal sama orang ini?” (sambil menunjuk Wawan)

Nadila : “Oh, iya. Dia anak yang beli buku sekitar dua hari yang lalu.”

Hakim : “Liat jam tangan yang dia pake nggak?”

Nadila : “Maaf, saya nggak liat.”

Hakim : “Oh, gitu. Ya udah, makasih ya.”

Nadila : “Iya, sama-sama.”

Hakim : “Kalo gitu, sekarang kita ke taman ya.”

Narator : Semuanya langsung pergi ke taman dan berdiri melingkar.

Hakim : “Udah gue duga nih. Ternyata pelakunya… Seno dan Radit!”

(Semua pun terkejut mendengarnya.)

Wawan : “Kok bisa?”

Hana : “Semalam Ricky udah kasih tau kodenya ke gue dan gue udah berhasil pecahin.”
Hakim : “Arti kodenya adalah, 21-3 = 18 (R), 2-1 = 1 (A), 6-2 = 4 (D), 10-1 = 9 (I), dan 25-5 = 20 (T).
Jika digabungkan, maka terbentuk sebuah nama, yaitu Radit.”

Hana : “Begitu juga dengan 17+2 = 19 (S), 3+2 = 5 (E), 10+4 = 14 (N), dan 11+4 = 15 (O). Yang ini juga
membentuk sebuah nama, yaitu Seno.”

(Semuanya melihat ke arah Radit dan Seno.)

Arfan : “Jadi bener?”

Radit : “Iya… emang gue yang ambil…”

Wawan : “Ternyata bener kalian ya.”

Seno : “Maaf ya, nih jam tangannya gue kembaliin.”

Radit : “Iya, gue juga minta maaf.”

Hana : “Kok lu ngambil jam tangannya sih?”

Seno : “Karena jam tangannya bagus, jadi ya gue ambil.”

Wawan : “Yaudah lah. Gue maafin kok. Tapi jangan diulangi lagi.”

Radit dan Seno : “Gue janji.”

Hana : “Oke, dengan ini, kasus selesai!”

Narator : Akhirnya semua pun lega karena sudah tahu siapa pencurinya. Dan semuanya juga sudah
memaafkan kesalahan Radit dan Seno asal mereka tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi. Pesan
moral yang dapat kita ambil adalah, janganlah mengambil barang yang bukan merupakan hak kita,
apalagi jika tanpa izin pemiliknya.

—TAMAT—

Anda mungkin juga menyukai