PEMBAHASAN
1
Tinjaulah sebuah contoh. Misalkan sebuah bejana dibagi menjadi dua
bagian sama yang dipisahkan dengan sebuah partisi. Ke dua bagian bejana tadi
diisi dengan jumlah molekul yang sama dari gas yang berbedaseperti gambar
berikut.
Dari awal, keteraturan tak muncul dan sistem tidak teratur, atau
ketidakteraturan telah meningkat. Demikian pula entropinya bertambah, karena
volume ditempati oleh masing-masing gas yang telah rangkap (pada temperatur
konstan, jika gas adalah ideal).
Di dalam ekspansi adiabatik reversibel dari gas, volume bertambah tetapi
temperatur berkurang. Entropi yang tersisa adalah konstan, dengan demikian
ketidakteraturan juga tetap. Peningkatan ketidakteraturan sebagai akibat
penambahan volume dikonpensasi dengan penurunan ketidakteraturan akibat dari
pemancaran kecepatan yang lebih kecil pada suhu yang lebih rendah.
Menurut hukum thermodinamika, proses ini hanya dapat terjadi di dalam
sistem tertutup untuk entropi yang membesar atau di dalam limit yang tersisa
konstan. Setiap proses dalam mana entropi akan berkurang merupakan sesuatu
2
yang dilarang. Kita lihat bahwa penjelasan statistik menginterpretasikan entropi
merupakan pernyataan dogmatis yang hrus dimodifikasi. Misalkan sebuah sistem
dalam keadaan peluang thermodinamika maksimum atau entropi maksimum.
Keadaan ini bukanlah statis karena perubahan kontinu titik fase di dalam ruang
fase. Kadang-kadang sebuah keadaan akan menghasilkan peluang dan juga
entropi kurang dari harga maksimum. Perubahan kecil lebih mungkin daripada
perubahan besar, namun perubahan besar tersebut tidak mungkin. Kita akan
membahas permasalahan ini lebih detail di dalam topik fluktuasi.
Marilah kembali pada persamaan (1) 𝑆 = 𝑘 𝑙𝑛 𝑊. Berdasarkan
persamaan 𝑍 = 𝑒𝑥𝑝(−𝑤𝑖 ) dan persamaan = 𝑁𝑖 = 𝑒𝑥𝑝(−𝑤𝑖 ) , maka
diperoleh:
ln W = N ln N - Ni ln Ni
= N ln N - Ni (ln N - ln Z - wi)
= N ln N - ln N Ni-lnZNi- wiNi
Karena Ni = N dan wi Ni sama dengan energi internal U. Dengan demikian :
𝑆 = 𝑘 𝑙𝑛 𝑊 = 𝑁𝑘 𝑙𝑛 𝑍 + 𝑘𝑈 ...................................................... (2)
Berdasarkan uraian di atas, konsep temperatur tidak muncul di dalam
pengembangan teori statistik. Hal itu sekarang dapat dikemukakan sebagai
berikut. Berdasarkan prinsip thermodinamika dari hubungan :
U S 1
= T, atau = .............................................. (3)
S V U V T
S
= k .................................................................................. (4)
U V
Z
dengan: UZ
N
V
Berdasarkan persamaan (3) dan (4), maka diperoleh :
= 1/𝑘𝑇 ....................................................................................... (5)
3
Sekarang konstanta dapat ditentukan. Dengan demikian seperangkat
persamaan yang melibatkan dapat ditulis kembali yaitu:
Jumlah titik-titik di dalam cell ke i dapat dinyatakan dalam bentuk T .
N 𝑤
𝑁𝑖 = 𝑒𝑥𝑝(− 𝑘𝑇𝑖 ) ........................................................................ (5)
Z
dengan Z menyatakan fungsi partisi, yang dirumuskan sebagai :
𝑤
𝑍 = 𝑒𝑥𝑝(− 𝑘𝑇𝑖 ) .......................................................................... (6)
w
N
𝑈 = 𝑤𝑖 𝑁𝑖 = i
exp w i kT
Z
w
dZ
exp w i kT
dT i
4
grafitasi bumi tak diperhitungkan. Dengan demikian energi potensial dapat
dianggap konstan dan diambil nol.Kenyataan menunjukkan bahwa dinding-
dinding bejana tak dapat ditembus molekul, dengan demikian energi potensial
dapat dianggap tak berhingga untuk koordinat posisi x, y, z yang terletak di luar
bejana.
Jika molekul-molekul dapat dianggap benda titik, maka energi kinetik
molekul hanyalah energi kinetik translasi. Untuk cell ke i, yang mana koordinat
kecepatannya adalah vx, vy, dan vz, energi kinetiknya adalah
1
2 m(v x2 v y2 vz2 ) 21 mvi2 . Kemudian untuk sembarang cell di dalam ruang yang
ditempati oleh gas:
w i = 12 mvi2
dan untuk cell di luar ruang ini adalah:
wi = .
Fungsi partisi diberikan oleh :
Z = exp(- mvi2 /2kT) ...................................................................... (10)
Untuk menghitung fungsi partisi ini ditempuh langkah-langkah berikut. Bagilah
ruang fase menjadi cell-cell dengan volume yang sama H = dxdydzdvxdvydvz.
Ganti sigma pada persamaan (10) dengan integral, kalikan dengan enam
diferensial dan dibagi dengan H. Dengan demikian persamaan (10) dapat
dituliskan:
1
Z=
H exp(- mvi2 /2kT)dxdydzdvxdvydvz............................ (11)
1
dxdydz exp( mvx / 2kT )dv x exp( mv y / 2kT )dv y exp( mvz / 2kT )dv z
2 2 2
H
integral rangkap 3 untuk dxdydz adalah volume yang ditempati gas. setiap integral
tunggal harga integralnya tertentu.
∞ ∞
1⁄
1 𝜋 √𝜋 2𝑘𝑇 2 2𝜋𝑘𝑇
= 2. √ = = √𝜋. ( ) = √
2 𝑎 √𝑎 𝑚 𝑚
5
∞
2𝜋𝑘𝑇
∫ exp( m / 2kT)v y2 dv y = √
𝑚
−∞
∞
2𝜋𝑘𝑇
∫ exp( m / 2kT )v z2 dv z = √
𝑚
−∞
dxdydzdv dv dv
3
N m 2 m vx2 v y2 vz2
V 2kT
6
d N exp
2kT x y z
3
N m 2 m 2 m 2
dxdydz exp v x dv x . exp v y dv y .
V 2kT 2kT 2kT
m
exp 2kT v
2
z dv z .
6
Di mana:
m 1 2kT
exp 2kT v dv x 2
2
x
2 a m
m 1 2kT
exp 2kT v dv y 2
2
y
2 a m
m 1 2kT
exp 2kT v dv z 2
2
z
2 a m
Maka:
3 1 1 1
N m 2 2kT 2 2kT 2 2kT 2
d N
3
dxdydz
V 2kT m m m
3 3
N m 2 2kT 2
dxdydz
V 2kT m
N
dxdydz
V
jadi
d 3N N
dxdydz V .................................................................................... (14)
Persamaan (14) ini menyatakan jumlah molekul per satuan volume ruang
biasa adalah konstan, tak bergantung pada posisi dan sama dengan jumlah
molekul total N dibagi dengan volume total V. Dengan kata lain, molekul-
molekul terdistribusi secara seragam di dalam ruang yang ditempati oelh gas.
Untuk mendapatkan distribusi dalam ruang kecepatan kita integrasi
persamaan (13) untuk seluruh x, y, dan z, karena dxdydz V maka diperoleh:
7
F = −NkT ln Z
3⁄
2
V
F = −NkT ln ( (2kT/m))
H
F = −NkT (ln V − ln H + 3⁄2 ln2kT/m)
∂F dlnV
= −NkT ( − 0 + 0)
∂V dV
∂F 1 NkT
= −NkT. = −
∂V V V
maka diperoleh :
dF
P
dV
NkT
V
𝑃𝑉 = 𝑁𝑘𝑇 = 𝑛𝑅𝑇 ......................................................................... (16)
Persamaan (16) merupakan persamaan keadaan gas ideal.
Selanjutnya entropi (S) dapat dinyatakan dengan V dan T sebagai berikut.
S =Nk ln Z + U/T
Dengan U dapat ditentukan:
3
V 2kT 2
d ln
H m
NkT 2
d ln Z
U NkT 2
dT dT
d 3 2kT
NkT 2 ln V ln H ln
dT 2 m
3 m 2k
NkT 2 0 0 x
2 2kT m
3
NkT 2 0 0
2T
3
NkT
2
Substitusikan nilai U ke persamaan S sehimgga diperoleh:
8
2kT 3 2 NkT
S Nk ln V ln H 3 2 ln
m T
2kT 3
S Nk ln V ln H 3 2 ln Nk
m 2
Kalau besaran yang tidak tergantung V dan T jumlahnya dinyatakan dengan A,
maka diperoleh:
2kT 3
S Nk ln V 3 2 ln Nk ln H Nk ln m Nk
m 2
3
S Nk ln V 3 2 ln T 3 2 ln 2k Nk ln H ln m
2
3
S Nk ln V 3 2 ln T Nk ln H ln m 3 2 ln 2k
2
S Nk ln V 3 2 ln T A
R ln V 3 2 ln T A
S
n
s R ln V 3 2 ln T A 17
dengan A adalah suatu konstanta yang tak bergantung pada temperatur dan
volume, dan s adalah entropi per satuan molar, S/n.
Energi internal sistem U dari gas diberikan oleh :
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇
dan
3 3
ln 𝑍 = ln 𝑉 – ln 𝐻 + 2 ln(2k/m) + 2 ln(𝑇)
Dengan demikian :
3 3 N 3
U NkT N o kT nRT
2 2 No 2
u
U 3
RT 18
n 2
Panas jenis molar pada volume konstan adalah :
9
U
cV
T V
d 3 3
cV RT R 19
dT 2 2
Ternyata hasilnya cocok dengan harga di atas dan harga yang ditemukan dalam
teori gas kinetik.
H
Integral lipat dua untuk seluruh x dan y menyatakan luas penampang A. Integral
untuk seluruh z antara z = 0 dan z = , memberikan kT/mg, penurunannya adalah
sebagai berikut.
dxdy A
mg kT mg
0 exp kT Z dz
mg
exp
kT 0
Z
kT
mg
exp exp 0
kT
0 1
mg
kT
mg
10
2𝑘𝑇 3/2
Integral lipat tiga memberikan hasil ( )
𝑚
2kT
3/ 2
m 2
exp 2kT v dvx dv y dvz m
Dengan demikian :
1 mg m
Z dxdy exp kT Z dz exp 2kT v dv x dvV dv z
2
H
A kT 2𝑘𝑇 3/2
Z ( ) ...................................................................... (22)
H mg 𝑚
Dengan mengganti H dengan perkalian enam diferensial H dxdydz dv x dv y dv z ,
exp w / kT
N
Ni
Z
exp w / kT
N
Ni
A kT 2kT 3 / 2
H mg m
3/ 2
NH mg m
Ni exp w / kT
A kT 2kT
Sehingga didapatkan:
3/ 2
NH mg m
d N
6
exp w / kT
A kT 2kT
3/ 2
d N
6 N mg m
A kT 2kT
exp mgZ 1 2 mv 2 / kT dxdydz dv x dv y dv z 23
Untuk mendapatkan distribusi di dalam z, yakni dengan mengintegrasikan untuk
seluruh variabel kecuali terhadap z, sehingga diperoleh:
3/ 2
Nmg m mg m
dN z exp Z exp vx2 dv x
AkT 2kT kT 2kT
m m
exp 2kT vy dv y exp vz2 dv z dxdy
2
2kT
11
exp mgZ / kT Z dZ ................................................ (24)
mg
dN Z N
kT
dengan dNz menyatakan jumlah molekul di dalam lapisan tipis yang luas
penampangnya A dan tebalnya dz pada ketinggian z.
dz
y
dy
dx
Untuk dua lapisan yang tebalnya sama pada ketinggian z1 dan z2 , jumlah relatif
molekul-molekulnya adalah :
exp mgZ / kT Z 2 dZ
mg
N
dN 2 kT
exp mgZ / kT Z1 dZ
dN1 mg
N
kT
dN 2 exp mgZ / kT Z 2
dN 1 exp mgZ / kT Z 1
mgZ
dN 2
exp Z 2 Z1 25
dN 1 kT
Ahli Fisika Perancis Jean Perrin pada tahun 1909 menggunakan hubungan
di atas dalam perhitungan bilangan Avogadro No. Sebagai pengganti perhitungan
molekul di atmosfir bumi, Jean Perrin menggunakan partikel-partikel ukuran
mikroskopik yang bergantung di dalam larutan yang kerapatannya sedikit lebih
kecil, sehingga nilai "g" efektif dapat direduksi. Dengan perhi-tungan jumlah
partikel pada variasi level supensi, Perrin dapat memprediksi bentuk fungsi
distribusi (yakni berbentuk eksponen yang berku-rang terhadap ketinggian) dan
juga diperoleh harga No yang telah dikoreksi. Selanjutnya akan dinyatakan
12
R
k , dengan R adalah konstanta gas umum. Semua kuantitas pada persamaan
No
(24) kecuali k dapat diukur secara langsung, dengan demikian dapat dipergunakan
menghitung k. Kemudian No dapat ditemukan karena R diketahui dari
eksperimen. Perrin menyimpulkan bahwa nilai No terletak antara 6,5 dan 7,2 x
1026, bandingkan dengan harga yang paling teliti 6,0251x1026 molekul/kg-mol.
Kembali pada atmosfir bumi. Integrasi persamaan (24) maka diperoleh:
3/ 2
d N
6 N mg m
A kT 2kT
exp mgZ 1 2 mv 2 / kT dv x dv y dv z dxdydz
3/ 2
d 3N
N mg m
dxdydz A kT 2kT
exp mgZ / kT exp mv 2 / 2kT dv x dv y dv z
2kT
3/ 2
2kT
3/ 2 3/ 2
d 3N N mg m
exp mgZ / kT
dxdydz A kT 2kT m
d 3N
exp mgZ / kT 26
N mg
dxdydz A kT
Ruas kiri dari persamaan (26) menyatakan jumlah molekul per satuan volume, n.
d 3N N
n
dxdydz V
Dari hubungan p = nkT, dengan demikian, diperoleh :
p nkT
Nmg mg
exp z kT
AkT kT
Nmg mg
exp z
A kT
dengan po menyatakan tekanan pada z =0 (pada permukaan bumi), maka:
13
Ngm mg
po exp .0
A kT
Ngm
A
Sehingga dapat dituliskan:
Ngm mg
p exp Z
A kT
p p0 exp( mgZ / kT ) ................................................................ (27)
Persamaan (27) dikenal sebagai : hukum atmosfir, dan persamaan ini disebut
dengan persamaan Barometrik. Hukum atmosfir ini dapat juga diturunkan secara
langsung dari prinsip hidrostatik dan persamaan keadaan gas ideal.
14
Uz
wz
N
jika energi wz adalah fungsi kuadratik dari z, yakni jika dalam bentuk wz = az2 ,
dengan a adalah konstanta, dan jika limit z dari 0 sampai , atau dari - sampai
, dengan demikian:
𝑤𝑧
𝑈𝑧 𝐴 ∫ 𝑤𝑧 exp (− 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑧
𝑤
̅𝑧 = = 𝑤𝑧
𝑁 𝐴 ∫ exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
∞ 𝑎𝑧 2
∫−∞ 𝑎𝑧 2 exp (− 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑧
=
∞ 𝑎𝑧 2
∫−∞ exp (− 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑧
1 𝜋
𝑎( √ 3 )
4 𝑎 1 1 1 𝑘𝑇 1
= = 𝑎 ( ) = 𝑎 ( ) = 𝑘𝑇
1 𝜋 2 𝑎 2 𝑎 2
√
2 𝑎
Untuk tiap-tiap koordinat yang mana kondisi di atas dipenuhi, energi rata-
rata per partikel, di dalam asembli sebuah partikel dalam keseimbangan
1
thermodinamika pada temperatur T adalah 2 kT. Hal ini merupakan pernyataan
dari prinsip ekuipartisi energi. Kondisi di atas dipenuhi untuk koordinat kecepatan
translasi vx, vy, dan vz, karena energi diasosiasikan dengan vx, vy, dan vz, adalah
1
2 m v x2 , 1
2 m v y2 , 1
2 v z2 dan rentangan masing-masing dari - sampai + .
15
mengalir ke dalam gas poliatomik, hanya beberapa bagian yang dipergunakan
untuk menaikkan energi kinetik rata-rata molekul, sisanya untuk menaikkan
energi internal molekul. Karena temperatur sebanding dengan energi kinetik
translasi, peningkatan temperatur untuk aliran panas adalah lebih kecil pada gas
poliatomik dibandingkan dengan monoatomik dan panas jenis akan lebih besar.
Berdasarkan teori klasik untuk panas jenis dari gas diatomic, molekul-
molekul digambarkan sebagai dumbbell yang tersusun dari dua atom
(diperlakukan sebagai titik massa) mempunyai jarak pisah tertentu. Masing-
masing molekul diasosiasikan dengan tiga derajat kebebasan dari pusat massa
1
dengan energi rata-rata 2 kT seperti pada gas monoatomik. Karena energi kinetik
rotasi adalah sebanding dengan kuadrat kecepatan sudut, prinsif ekuipartisi yang
1
diterapkan untuk rotasi juga memiliki energi 2 kT untuk masing-masing derajat
kebebasan. Jika atom-atom adalah massa titik, rotasi terhadap garis yang melalui
molekul tidak signifikan. Misalkan molekul-molekul dianggap sebagai osilator
harmonik sederhana, energi rata-rata yang diasosiasikan dengan vibrasi adalah kT
( 21 kT untuk energi kinetik, 1
2 kT untuk energi potensial). Dengan demikian energi
rata-rata molekul adalah 3/2 kT untuk translasi, kT untuk rotasi, dan kt untuk
vibrasi. Energi internal total U dari sebuah asembli N molekul adalah:
U U trans U rot U vib
3
U NkT NkT NkT
2
3
U nRT nRT nRT
2
Energi internal spesifik molal (u) diberikan oleh:
U 3
u RT RT RT
n 2
dengan demikian panas jenis molal didapatkan:
u 3
cv RRR
T v 2
u
cv
7
R 28
T v 2
cv cv trans cv rot cv vib
16
Teori di atas tidak sesuai dengan hasil eksperimen. Gambar 2.1 berikut
adalah grafik harga eksperimen cv/R untuk hidrogen sebagai fungsi temperatur.
cv/R
4
o
10 25 50 75 100 250 500 750 1000 2500 5000 K
Temperatur
Pada temperatur rendah cv/R adalah 3/2, yang merupakan nilai untuk gas
monoatomik. Jika temperatur naik cv juga naik, dan untuk temperatur sekitar
temperatur kamar, cv/R sekitar 5/2, yang mana secara teori hanya sesuai untuk
energi translasi ditambah energi rotasi atau energi vibrasi. Hanya untuk
temperatur tinggi cv/R mendekati 7/2 sesuai yang diramalkan persamaan (19).
Penjelasan pertama dari variasi cv terhadap temperatur diberikan oleh
Einstein pada tahun 1907. Dengan menggunakan konsep kuantisasi energi yang
sebelumnya telah diperkenalkan oleh Planck untuk menghitung distribusi energi
dalam spektrum radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Prinsif mekanika
kuantum membatasi energi rotasi atau vibrasi molekul di dalam beberapa nilai
diskrit. Jadi, energi tidak dapat dinyatakan sebagai fungsi kontinu dari spesifikasi
koordinat keadaan molekul, dan representasi titik fase dari molekul tidak
terdistribusi secara kontinu di dalam ruang fase. Kondisi terpenting untuk prinsif
ekuipartisi tak terpenuhi, dengan demikian prinsip ini tak diterapkan.
17
Menurut mekanika kuantum, energi rotasi molekul dapat dimiliki hanya
dalam set nilai yang diberikan oleh :
h2
wrot n(n 1) 8 2 I
................................................................. (29)
dan kemungkinan energi vibrasi adalah:
wvib (n 1 / 2)hf ............................................................... (30)
dengan: n adalah bilangan bulat atau nol, h adalah konstanta Planck, I adalah
momen inersia molekul terhadap pusat massa, dan f adalah frekuensi vibrasi.
Penurunan persamaan di atas dapat dicari pada buku teks mekanika kuantum.
Untuk menentukan bagaimana molekul-molekul didistribusi diantara
kemungkinan keadaan energi, kita harus menghitung fungsi partisi untuk rotasi
dan vibrasi.
n 1 n 1
(𝑛+ )ℎ𝑓 (n+ )vib
𝑤𝑣𝑖𝑏
𝑍𝑣𝑖𝑏 = 𝑒𝑥𝑝 (− )= 𝑒𝑥𝑝 − [ 2
]= exp − [ 2
] ........(31)
𝑘𝑇 𝑇 T
n0 n0
18
Na2 230 0,224
K2 140 0,081
19
pada 00K. Karena energi pada keadaan ini tidak nol, tetapi sama dengan 1/2 hf,
energi vibrasi total Uvib tidak nol pada nol absolut, tetapi sama dengan 1/2Nhf.
Energi total pada sembarang temperatur diberikan oleh :
U wi N i
1 1
w = 𝑈/𝑁 = 𝑘Θ𝑣𝑖𝑏 ........................ (35)
2 exp( vib / T ) 1
Jadi, energi rata-rata sebuah osilator di dalam mekanika kuantum
merupakan fungsi yang lebih rumit terhadap temperatur dibandingkan dengan
nilai kT yang diramalkan mekanika klasik. Pada temperatur sangat rendah dimana
T<<vib, suku eksponensial berharga sangat besar, dengan demikian:
1 1
w = 𝑘Θ𝑣𝑖𝑏
2 exp( vib / T ) 1
hf 1
𝑤
̅ =𝑘 . = 1/2hf
k 2
diberikan 𝑤𝑣𝑖𝑏 = (𝑛 + 1/2)ℎ𝑓, untuk n = 0 maka 𝑤𝑣𝑖𝑏 = 1/2ℎ𝑓
Pada temperatur yang sangat tinggi 𝑇 >> Θ𝑣𝑖𝑏 , suku eksponensial berharga
sangat kecil, dengan demikian :
𝑒𝑥𝑝(Θ𝑣𝑖𝑏 /𝑇) 1 + Θ𝑣𝑖𝑏 /𝑇
Sehingga :
1 1
w = 𝑘Θ𝑣𝑖𝑏
2 exp( vib / T ) 1
20
1 1
= 𝑘Θ𝑣𝑖𝑏
2 1 vib / T 1
1 T
= 𝑘Θ𝑣𝑖𝑏
2 vib
𝑇
angka ½ dapat diabaikan terhadap harga Θ𝑣𝑖𝑏 maka:
𝑇
w = kvib x
Θ𝑣𝑖𝑏
w = kT
Ungkapan ini menyatakan bahwa pada temperatur tinggi, mekanika kuantum dan
mekanika klasik memberikan harga yang sama untuk energi rata-rata dari salah
satu asembli osilator harmonik di dalam keseimbangan thermal. Dengan
mengganti Nk dengan nR persamaan (25), dan membagi dengan n, maka akan
diperoleh energi vibrasi molar uvib yaitu :
1 1
U = Nkvib
2 exp( vib / T ) 1
1 1
U = nRvib
2 exp( vib / T ) 1
1 1
uvib = U/n = Rvib ,
2 exp( vib / T ) 1
dan panas jenis molar untuk vibrasi adalah:
uvib
(cv)vib=
T V
d 1 1
= RΘ𝑣𝑖𝑏
dT 2 exp( vib / T ) 1
𝑑 1
= [1/2𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 + 𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 { − 1}]
𝑑𝑇 exp(Θ𝑣𝑖𝑏 /𝑇)
𝑑 1
= [0 + 𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 { − 1}]
𝑑𝑇 exp(Θ𝑣𝑖𝑏 /𝑇)
−2
Θ𝑣𝑖𝑏 Θ𝑣𝑖𝑏
= 𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 (−1) {exp ( ) − 1} {exp ( ) (−1)Θ𝑣𝑖𝑏 𝑇 −2 − 0}
𝑇 𝑇
−2
Θ𝑣𝑖𝑏 Θ𝑣𝑖𝑏
= +𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 {exp ( ) − 1} {exp ( ) (−1)Θ𝑣𝑖𝑏 𝑇 −2 }
𝑇 𝑇
21
Θ
Θ𝑣𝑖𝑏 exp ( 𝑇𝑣𝑖𝑏 )
= 𝑅Θ𝑣𝑖𝑏 2 2
𝑇 Θ
(exp ( 𝑇𝑣𝑖𝑏 ) − 1)
Θ𝑣𝑖𝑏
Θ𝑣𝑖𝑏 2 exp(
𝑇
)
= 𝑅Θ ( ) Θ𝑣𝑖𝑏 2 ............................................. (36)
𝑇 (exp( )−1)
𝑇
Bila T<<vib , (cv)vib mendekati nol, dan bila T>>vib , maka (cv)vib mendekati R
sesuai dengan harga klasik. Grafik pada Gambar 2 berikut menunjukkan ratio
uvib/Rvib dan (cv)vib/R sebagai fungsi T/vib.
1,5
uvib
R vib
1,0
cv vib
R
0,5
0
0 0,5 1,0 1,5
T/vib
22
h2
𝑟𝑜𝑡 =
8 2 Ik
Seperti halnya pada vibrasi, momen inersia I dari rotasi molekul, dan
temperatur karakteris-tik dapat ditentukan dari spektrum optisnya. Beberapa
nilainya telah diberikan pada tabel 1. Temperatur karakteristik semuanya lebih
kecil dari vibrasi. Jadi, kecuali pada tempetratur rendah, temperatur aktual lebh
besar daripada temperature karakteristik untuk rotasi, dan semua yang lainnya
untuk kasus ini, mekanika kuantum memberikan hasil yang sama seperti pada
mekanika klasik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1986. Konsep fisika modern. Terjemahan: The Houw Liong.
Concepts of modern physics. 1982. Jakarta: Airlangga.
Krane, K. 1992. Fisika modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sujanem, R. 2004. Fisika Statistik Bagian 2. Buku ajar. IKIP N Singaraja. Tidak
diterbitkan.
24