A. GAYA KONSERVATIF
Gaya konservatif adalah gaya yang tidak bergantung pada lintasan. Usaha yang
dikerjakan oleh gaya konservatif tidak bergantung pada lintasannya, dan hanya bergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir. Untuk gaya yang bekerja membentuk lintasan
tertutup (siklus) usaha yang dikerjakan oleh gaya konservatif adalah nol.
𝐵 𝐵
𝑊 = ∫𝐴 𝐼 𝑭 ∙ 𝑑𝒔 = ∫𝐴 𝐼𝐼 𝑭 ∙ 𝑑𝒔 1
Gaya konservatif pada lintasan tertutup, usaha dari A ke B ke A adalah nol
1
Sebuah partikel dengan massa 𝑚 mendapat gaya luar 𝐹 (𝑟) yang merupakan sebuah
fungsi kedudukan, sehingga partikel tersebut berpindah dari kedudukan 𝐴 ke kedudukan 𝐵,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.
Kerja atau usaha yang dilakukan oleh gaya𝐹 terhadap partikel selama bergerak dari
𝐴 ke 𝐵 dapat didefinisikan dalam persamaan berikut:
𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫𝐴 𝐹. 𝑑𝑟 3
Dengan 𝐹𝑇 merupakan komponen gaya sepanjang garis singgung lintasan. Apabila gaya 𝐹
sejajar dengan sumbu X dan benda bergerak sepanjang sumbu X, maka kerja yang
dilakukan oleh gaya tersebut dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫𝐴 𝐹. 𝑑𝑥 5
Kurva 𝐹𝑇 digambarkan sebagai fungsi jarak (s), seperti pada gambar 4 berikut:
2
Gambar 4. Kerja yang dilakukan pada partikel yang bergerak dari A ke B sama dengan
luas daerah di bawah kurva yang diarsir
dengan 𝑣 merupakan kecepatan partikel. Jika massa partikel konstan, integral dalam
persamaan (3) tereduksi menjadi:
𝐵 𝑣𝐵
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝑚. 𝑎. 𝑣 𝑑𝑡
𝐴 𝑣𝐴
𝑣𝐵
𝑑𝑣
= 𝑚∫ . 𝑣 𝑑𝑡
𝑣𝐴 𝑑𝑡
𝑣𝐵
= 𝑚 ∫ 𝑣. 𝑑𝑣
𝑣𝐴
3
1 𝑣
= 𝑚[𝑣 2 ]𝑣𝐵𝐴
2
1
= 2 𝑚(𝑣𝐵2 − 𝑣𝐴2 ) 8
sehingga,
1
𝑊𝐴𝐵= 2 𝑚 (𝑣𝐵2 − 𝑣𝐴2 ) 9
1
𝑚𝑣 2 merupakan energi kinetik partikel, yang ditulis dengan 𝐾 sehingga persamaan (9),
2
Energi kinetik sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dalam ruang tiga
dimensi didefinisikan.
1 1
𝐾 = 2 𝑚. 𝑟̇ 2 = 2 𝑚(𝑥̇ 2 + 𝑦̇ 2 + 𝑧̇ 2 ) 11
Laju perubahan tenaga kinetik dalam selang waktu𝑑𝑡 pada partikel bergerak sejauh 𝑑𝑟
dapat dinyatakan:
𝑑𝐾 = 𝑑𝑊 13
dengan
𝑑𝑊 = 𝐹. 𝑑𝑟 = 𝐹𝑥 𝑑𝑥 + 𝐹𝑦 𝑑𝑦 + 𝐹𝑧 𝑑𝑧 14
Persamaan (14) menyatakan kerja yang dilakukan gaya F dalam tiga dimensi, dalam arah
perpindahan 𝑑𝑟. Usaha ini sama dengan jarak perpindahan |𝑑𝑟| dikalikan dengan nilai
komponen gaya F dalam arah perpindahan.
Berdasarkan persamaan (10) kerja yang dilakukan oleh gaya terhadap partikel sama
dengan perubahan energi kinetik partikel. Apabila besar dan arah gaya 𝐹 konstan, maka
kerja yang dilakukan gaya tersebut, selama partikel berpindah dari A ke B adalah:
𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 𝐹. 𝑑𝑟
𝐴
4
𝐵
𝑊𝐴𝐵 = 𝐹 ∫ 𝑑𝑟
𝐴
𝑊𝐴𝐵 = 𝐹 (𝑟𝐵 − 𝑟𝐴 )
𝑊𝐴𝐵 = 𝐹. 𝑟𝐵 − 𝐹. 𝑟𝐴 15
Persamaan (15) menunjukkan bahwa kerja yang dilakukan tidak bergantung pada lintasan
yang menghubungkan titik A dan B.
Pada gambar 3, ditunjukkan bahwa kerja yang dilakukan oleh gaya F tetap sama
apabila partikel melalui lintasan (1) atau lintasan (2) karena (𝑟𝐵 − 𝑟𝐴 ) tetap sama.
Salah satu contoh penerapan persamaan (15) adalah kerja yang dilakukan oleh gaya
gravitasi bumi seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.
Jika kerja yang dilakukan medan gaya dari suatu kedudukan ke kedudukan lain
adalah sama untuk sembarang lintasan yang melalui dua kedudukan tersebut, maka medan
gaya tersebut disebut konservatif. Secara sistematis dapat dinyatakan bahwa suatu medan
dikatakan konservatif jika integral kerja ∫ 𝐹. 𝑑𝑟, tidak tergantung pada lintasan integrasi.
5
Ketidaktergantungan usaha atau kerja (𝑊𝐴𝐵 ) terhadap lintasan tertentu tersirat
pengertian bahwa kerja yang dilakukan sekeliling lintasan tertutup adalah nol (0) yaitu:
∮ 𝐹. 𝑑𝑟 = 0 17
Secara fisis jelas bahwa suatu sistem tidak mungkin konservatif jika dipengaruhi oleh gaya
gesekan atau gaya-gaya disipatif lainnya.
Menurut teorema dalam analisis vektor, kerja tidak tergantung pada lintasan
partikel jika gaya F merupakan gradient fungsi skala kedudukan yaitu:
𝐹 = −∇ 𝑉(𝑟) 18
dengan 𝑉(𝑟) merupakan energi potensial. Dimana energi potensial 𝑉(𝑟) ini merupakan
sebuah fungsi dari posisi r. Laju perubahan energi potensial dinyatakan sebagai berikut:
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉̇ (𝑟) = 𝜕𝑥 𝑥̇ + 𝜕𝑦 𝑦̇ + 𝜕𝑧 𝑧̇ 19
dengan menggabungkan persamaan (19) dan (20), maka diperoleh hubungan berikut:
𝑉̇ = 𝑟̇ . ∇𝑉(𝑟) 21
Secara matematika gradien sebuah fungsi adalah sebuah vektor, yang menyatakan
turunan parsial maksimum dalam arah dan besaran dari fungsi tersebut. Secara fisika
gradien negatif dari fungsi energi potensial menyatakan besar dan arah dari gaya yang
bekerja pada sebuah partikel yang berada dalam sebuah medan yang dihasilkan oleh
partikel lain. Tanda negatip menyatakan partikel yang dipengaruhi oleh medan gaya
didorong untuk bergerak ke arah penurunan energi potensial. Keadaan ini dapat
diilustrasikan seperti gambar berikut.
v
Vtinggi Vrendah
6
Persamaan (18) menyatakan hubungan antara gaya F yang bersifat konservatif
dengan energi potensial dari sistem gerak partikel yang dipengaruhi oleh gaya konservatif
tersebut. Persamaan (18) menyatakan bahwa untuk sebuah sistem gerak yang dipengaruhi
oleh gaya konservatif berlaku hubungan bahwa gaya tersebut merupakan gradien negatif
dari energi potensial sistem gerak partikel tersebut. Dalam suku-suku komponen arah
sumbu tiga dimensi dari gaya dapat dinyatakan:
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝐹𝑥 = − 𝜕𝑥 ; 𝐹𝑦 = − 𝜕𝑦 ; 𝐹𝑧 = − 𝜕𝑧 22
Persamaan (22), menyatakan bahwa jika gaya yang bekerja pada sebuah partikel bersifat
konservatif maka komponen-komponen gaya dinyatakan oleh negatif dari turunan parsial
dari fungsi energi potensialnya.
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang gaya konservatif, tinjau bentuk
energi potensial pegas dalam tiga dimensi.
1 1
𝑉(𝑟) = 2 𝑘. 𝑟 2 = 2 𝑘(𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 ) 23
Energi potensial dari sebuah osilator harmonik tiga dimensi, dengan gaya pegas
dinyatakan:
∇ ×𝐹 =0 24
yang menyatakan bahwa curl dari gaya F yang bersifat konservatif sama dengan nol.
Ketergantungan gaya konservatif F terhadap vektor kedudukan r tidak konstan
sehingga kerja 𝑊𝐴𝐵 yang dilakukan gaya dari titik awal A ke titik akhir B dapat dinyatakan
sebagai perbedaan energi potensial pada titik awal dan titik akhir. Oleh karena itu, jika
gaya F merupakan gaya konservatif, maka:
𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫𝐴 𝐹. 𝑟 = 𝑉𝐴 − 𝑉𝐵 25
Jika medan gaya yang bekerja pada suatu partikel merupakan medan konservatif,
maka persamaan (10) dan persamaan (25) dapat digabungkan seperti pada persamaan
berikut:
𝐾𝐵 − 𝐾𝐴 = 𝑉𝐴 − 𝑉𝐵
7
atau
𝐾𝐵 − 𝑉𝐵 = 𝐾𝐴 − 𝑉𝐴 26
Besar 𝐾 + 𝑉 disebut energi mekanik total atau energi total partikel dan biasanya
diberi lambang E. Jadi energi mekanik total partikel sama dengan jumlah energi kinetik
dan energi potensial, yaitu:
1
𝐸 = 𝐾 + 𝑉 = 2 𝑚𝑣 2 + 𝑉 27
𝐸 = 𝐾 + 𝑉 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 28
B. Gaya Sentral
Salah satu hal yang sangat penting dalam gaya konservatif adalah gaya sentral. Gaya
sentral adalah yang garis kerja gaya tersebut selalu melalui titik tetap yang disebut titik
pusat. Apabila titik tersebut merupakan titik pusat maka gaya F akan selalu sejajar
terhadap vektor posisi r.
Adapun perkalian vektor antara dua vektor yang sejajar adalah nol,
Momentum anguler yang merupakan hasil kali vektor terhadap dirinya sendiri adalah:
8
Berdasarkan hubungan persamaan (21) dan (20) dapat diketahui bahwa jika gaya sentral F
merupakan gaya sentral maka berlaku momentum anguler partikel adalah tetap. Hal ini
berarti arah dari momentum anguler tetap dan besarnya momentum anguler juga tetap.
Kemudian gerak partikel di bawah pengaruh gaya sentral dibatasi oleh bidang yang
dibentuk oleh vektor posisi r dan vektor kecepatan v.
𝒗𝒓 = 𝑟̇ 𝑟̂
................................................ (22)
𝒗𝜽 = 𝑟 𝜃̇𝜃̂
𝑳 = 𝑟𝑟̂ × 𝒑
𝑳 = 𝑟𝑟̂ × 𝑚𝒗
Untuk koordinat bola dengan pusat lingkaran O, gaya sentral diberikan oleh
persamaan:
Komponen gaya sentralnya untuk koordinat kartesiannya, di mana 𝒓̂ = 𝒓⁄𝑟 adalah sebagai
berikut:
............................................. (25)
𝑥
𝑭𝒙 = 𝑭(𝑟)
𝑟
𝑦
𝑭𝒚 = 𝑭(𝑟)
𝑟
𝑧
𝑭𝒛 = 𝑭(𝑟)
𝑟
1
Di mana 𝑟 = (𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 )2
Untuk membuktikan gaya sentral F adalah gaya sentral konservatif, maka Curl F = 0.
Agar gaya sentral bersifat konservatif maka tiga komponen pada Curl harus sama dengan
nol,
𝜕𝑭𝑧 𝜕𝑭𝑦
(𝛁 × 𝑭)𝑥 = − =0 ........................................ (27)
𝜕𝑦 𝜕𝑧
Persamaan (27) harus sama dengan nol, maka:
𝜕𝑭𝑧 𝜕 𝑧 𝜕 𝑭(𝑟) 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕 𝐹(𝑟)
= ( 𝑭(𝑟)) = 𝑧 ( ) =𝑧 ( ) ................ (28)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝑟
𝜕𝑭𝑦
Dan untuk adalah sebagai berikut:
𝜕𝑧
𝜕𝑟 𝑦 𝜕𝑟 𝑧
= dan = ............................... (31)
𝜕𝑦 𝑟 𝜕𝑧 𝑟
𝑦 𝑧 𝜕 𝐹(𝑟)
(𝛁 × 𝑭)𝑥 = (𝑧 − 𝑦 ) ( )
𝑟 𝑟 𝜕𝑟 𝑟
10
Dengan cara yang sama, untuk (𝛁 × 𝑭)𝑦 diperoleh:
𝜕𝑟 𝑧 𝜕𝑟 𝑥 ................................ (38)
= dan =
𝜕𝑧 𝑟 𝜕𝑥 𝑟
𝑧 𝑥 𝜕 𝐹(𝑟)
(𝛁 × 𝑭)𝑦 = (𝑥 − 𝑧 ) ( )
𝑟 𝑟 𝜕𝑟 𝑟
................. (43)
11
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕 𝐹(𝑟)
(𝛁 × 𝑭)𝑧 = (𝑦 −𝑥 ) ( )
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝑟
1
Dan nilai 𝒓 adalah 𝑟 = (𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 )2 , maka:
𝜕𝑟 𝑥 𝜕𝑟 𝑦 ........................................ (44)
= dan =
𝜕𝑥 𝑟 𝜕𝑦 𝑟
𝑥 𝑦 𝜕 𝐹(𝑟)
(𝛁 × 𝑭)𝑧 = (𝑦 − 𝑥 ) ( )
𝑟 𝑟 𝜕𝑟 𝑟
Sehingga terbukti bahwa (𝛁 × 𝑭) = 0 dan gaya sentral terbukti adalah gaya konservatif.
Fungsi energi potensial dari gaya sentral yang merupakan gaya konservatif dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut.
𝜕𝑉
𝑭 = −𝛁𝑽 = − 𝑟̂ .............................................. (48)
𝜕𝑟
𝜕𝑉 ...................................................... (49)
𝑭=−
𝜕𝑟
C. Potensial Efektif
12
Energi potensial pada gaya konservatif hanya dipengaruhi oleh posisi (𝒓). Pada
sisitem gaya konservatif terdapat dua hukum kekekalan yaitu hukum kekekalan energi dan
hukum kekekalan momentum anguler.
1
𝑚𝑟̇ 2 + 𝑉(𝑟) = 𝐸 = 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
2
............................... (51)
𝑚𝑟 × 𝑟̇ = 𝐿 = 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
Berdasarkan hukum kekekalan anguler gerak partikel dibatasi pada sebuah bidang,
sehingga gerak partikel dapat dikaji dalam gerak dua dimensi. Dengan menggunakan
persamaan koordinat polar (𝑟 , 𝜃), maka persamaan dari hukum kekekalan tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut.
1
𝑚( 𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃̇ 2 ) + 𝑉(𝑟) = 𝐸 ............................... (52)
2
Di mana 𝑚𝑟 2 𝜃̇ = 𝐿
Maka persamaan (64) dapat disederhanakan sehingga hanya mengandung 𝑟 dan 𝑟̇
sebagai berikut.
1 1
𝑚𝑟̇ 2 + 𝑚𝑟 2 𝜃̇ 2 + 𝑉(𝑟) = 𝐸
2 2
1 2
𝐿2
𝑚𝑟̇ + + 𝑉(𝑟) = 𝐸 ............................... (53)
2 2𝑚𝑟 2
Adapun komponen kecepatan pada koordinat polar adalah:
𝑎𝜃 = 𝑟𝜃̈ + 2𝑟̇ 𝜃̇
𝐿2
𝑭(𝑟) = 𝑚𝑟̈ −
𝑚𝑟 3
𝐿2 ..................................... (56)
𝑚𝑟̈ = 𝑭(𝑟) +
𝑚𝑟 3
Sehingga energi potensial efektif dapat dicari dengan mengintegral sebagai berikut:
13
′𝑉 ′ = 𝑈(𝑟) = − ∫ 𝐹 𝑑𝑟
𝐿2
𝑈(𝑟) = − ∫ (𝐹(𝑟) + )
𝑚𝑟 3
𝐿2
𝑈(𝑟) = − ∫ 𝐹(𝑟)𝑑𝑟 − ∫ 𝑑𝑟
𝑚𝑟 3
𝐿2
𝑈(𝑟) = 𝑉(𝑟) +
2𝑚𝑟 2
D. Hukum Kepler
Sebuah gaya akan dikatakan sentral apabila selalu mengarah pada suatu titik yang
dinamakan pusat gaya (centre force). Apabila titik awal dijadikan sebagai pusat gaya maka
gaya F yang bekerja selalu sejajar dengan vektor posisi r. Karena vektor produk dari dua
gaya sejajar adalah nol gaya F memiliki momen terhadap pusat yaitu:
Berdasarkan persamaan (58), jika F adalah sentral maka momentum anguler dari F adalah
konstanta L, di mana
Ini adalah hukum dari kekekalan momentum anguler dalam bentuk yang sederhana. Arah
dari L adalah tetap dan nilai dari L adalah tetap. Arah dari L adalah normal dari bidang r
dan v = 𝒓̇ seperti pada gambar berikut:
sistem koordinat yang digunakan dalam pembahasan ini adalah koordinat polar sebagai
bidang dari gerak benda. Pada selang waktu yang singkat, perubahan koordinat pada
14
partikel yang bergerak adalah 𝑑𝑟 dan 𝑑𝜃 seperti pada gambar dibawah. Jarak yang
ditempuh partikel pada arah radial dan transversal adalah 𝑑𝑟 dan 𝑟𝑑𝜃 .
𝑣𝑟 = 𝑟̇ dan 𝑣𝜃 = 𝑟𝜃̇
sehingga:
𝐿
𝜃̇ = .............................................. (60)
𝑚𝑟 2
1 2
𝑑𝐴 = 𝑟 𝑑𝜃
2
1 2
𝑑𝐴 = 𝑟 𝜃̇
2
𝑑𝐴 1 2 𝐿
= 𝑟
𝑑𝑡 2 𝑚𝑟 2
𝑑𝐴 𝐿
= = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 .............................................. (61)
𝑑𝑡 2𝑚
(𝑥+𝑎𝑒)2 𝑦2
+ 𝑏2 = 1, ......................................... (62)
𝑎2
15
Di mana
𝑙 |𝑘|
𝑎= = .............................................. (63)
1−𝑒 2 2|𝐸|
Dan
𝐽2 .............................................. (64)
𝑏 2 = 𝑎𝑙 =
2𝑚|𝐸|
Persamaan (64) adalah salah satu persamaan dari elips dengan pusat di (-ae,0) dan semi –
aksisnya adalah a dan b. Semi akses a adalah nilai dari energi E dan semi aksis l adalah
momentum anguler L . waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk berpindah pada lintasan
didapatkan melalui persamaan:
𝑑𝐴 𝐿
= .............................................. (65)
𝑑𝑡 2𝑚
𝑑𝑡 2𝑚
=
𝑑𝐴 𝐿
2𝑚𝑑𝐴
𝑑𝑡 =
𝐿
2𝑚𝜋𝑎𝑏
𝑑𝑡 =
𝐿
𝑑𝑡 𝑚𝑎𝑏
=
2𝜋 𝐿
𝑑𝑡 2 𝑚2 𝑏 2 𝑎2
( ) =
2𝜋 𝐿2
16
.............................................. (66)
𝑑𝑡 2 𝑚2 𝑎3 𝑙
( ) =
2𝜋 𝑚|𝑘|𝑙
𝑑𝑡 2 𝑚𝑎3
( ) =
2𝜋 |𝑘|
Untuk gerak sebuah planet atau satelit yang mengorbit sebuah massa M diperoleh:
𝜏 2 𝑎3 ............................................ (67)
( ) =
2𝜋 𝐺𝑀
Dan apabila perbandingan massa partikel terhadap masa pusat orbit tidak diabaikan maka
diperoleh periode:
4𝜋 2
𝜏2 = 𝑎3 ............................................ (68)
𝐺(𝑀 + 𝑚)
17
DAFTAR PUSTAKA
Kibble, Tom W.B. and Frank H.Berkshire. .Clasical Mechanics 5th Edition. London:
Imperial Collage Press.
Symon, R. Keith.1971. Mechanics Third Edition. California: Addison-Wesley Publishing
Company.
Yasa, Putu. 2000. Mekanika. Singaraja: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Singaraja.
18