Anda di halaman 1dari 24

Kelompok VIII

Kelompok VIII
DAFTARI ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................................... i
DAFTARI ISI ................................................................................................................................................................ii
BAB 1 ..............................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................................1
BAB II .............................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................................3
A. Gerak Gaya Sentral Pada Bidang Tunggal .......................................................................................3
B. Gerak Partikel Dalam Gaya Sentral ....................................................................................................5
C. Lintasan Medan gaya sentral dan potensial efektif....................................................................6
D. Lintasan partikel dalam satu medan gaya ................................................................................... 10
E. Hukum Kepler pada gerak planet .................................................................................................... 14
F. Osilasi radial pada orbit lingkaran .................................................................................................. 16
BAB III ......................................................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................................................. 18
B. Saran .............................................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari kita tak pernah terlepas dari Gaya. Salah satu
bentukgaya adalah Gaya Sentral. Di alam ini, Aplikasi gaya sentral terjadi pada gravitasi,
listrik,gaya atom dan molekul.Untuk mulai mempelajari Gaya Sentral, kita harus
menentukan terlebih dahulu bagaimana hubungan antara Gaya Sentral dan Energi
Potensial. Kita akan mendeskripsikangesekan gaya sentral sebagai sebuah masalah dan
akan menunjukkan bahwa hal ini berperan penting untuk mendeskripsikan sifat dan
beberapa gerak, seperti hal yang paling menarik dariHukum Keppler mengenai Gerak
Planet.Kita akan mendiskusikan dua aplikasi menarik yakni gangguan orbit melingkar
dantransfer orbit yang berlangsung dari satu orbit ke orbit lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas di dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan bentuk Gerak gaya sentral pada bidang tunggal?


2. Bagaimana penerapan bentuk Gerak partikel dalam gaya sentral?
3. Bagaimana bentuk Lintasan Medan gaya sentral dan potensial efektif?
4. Bagaimana bentuk Lintasan partikel dalam satu medan gaya
5. Bagaimana bunyi Hukum Kepler serta penerapan hukum kepler
pada gerak planet?
6. Bagaimana Osilasi radial pada orbit lingkaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Gerak gaya sentral pada bidang tunggal
2. Untuk mengetahui Gerak partikel dalam gaya sentral
3. Untuk mengetahui Lintasan Medan gaya sentral dan potensial efektif
4. Untuk mengetahui Lintasan partikel dalam satu medan gaya
5. Untuk mengetahui Hukum Kepler pada gerak planet

1
6. Untuk mengetahui Osilasi radial pada orbit lingkaran
7. Untuk penyelesaian tugas Mekanika

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerak Gaya Sentral Pada Bidang Tunggal

Gaya sentral adalah gaya yang memiliki arah sepanjang arah radial. Gaya tersebut
bisa saja bersifat tolakan (repulsive) atau tarikan (attractive). Sebuah sistem yang
terisolasi yang terdiri dua benda yang terpisah oleh jarak r = r, dengan interaksi antara
benda digambarkan oleh gaya sentral F(r). Jika benda berbentuk sebuah bola yang
simetris atau massa titik, sebuah sistem yang terdiri dari dua partikel dapat dijelaskan dari
persamaan gerak dari dua partikel, yaitu :

Dimana :
r1 dan r2 adalah vektor jari-jari dua partikel massa m1 dan m2

Tiga koordinat menggambarkan pusat massa oleh R dan tiga koordinat


menggambarkan posisi relatif dengan r, artinya :
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑅 = 𝑚1 𝑟1 + 𝑚2 𝑟2 (5.18)
𝑟 = 𝑟1 − 𝑟2 (5.19)
Dimana :
R adalah gerak pusat massa
r adalah gerakan relatif dari suatu partikel yang berkaitan dengan lainnya

3
Pada gambar 5.1 Gaya antara dua partikel yang menarik jika F(r) < 0 dan
mendorong jika F(r) > 0. Untuk menemukan gerak diuraikan oleh r dari persamaan (5.16a)
oleh m1, persamaan (5.16b) oleh m2 dan kurangin sehingga diperoleh :
1 1
𝑟1̈ − 𝑟2̈ = ( + ) 𝐹(𝑟)𝑟̂
𝑚1 𝑚2
Dan dapat ditulis kembali :

Dan persamaam (5.20b) tereduksi menjadi


𝑚1 𝑟̈ = 𝐹(𝑟)𝑟̂

Dimana :
𝜇 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

Yang menyatakan bahwa pusat massa hampir terletak di m2 > m1 (m2 tidak terbatas
dibandingkan dengan m1). Sedangkan r = r1 – r2 =r1. Jadi setiap menggunakan massa m
bukan 𝜇 menunjukkan bahwa massa lainnya sangat besar, sedangkan penggunaan 𝜇
menunjukkan bahwa baik kedua massa yang sebanding atau bahwa akurasi yang lebih
baik dalam perhitungan di inginkan. Persamaan (5.20b) adalah identik dengan persamaan
(5.16a) atau (5.16b) yang menerangkan pergerakan dari satu partikel m 1 dan m2 dibawah
pengaruh gaya sentral F(r). Untuk dua benda telah digantikan oleh salah satu benda setara

4
dimana kita harus menentukan gerak sebuah partikel 𝜇 massa dalam F medan gaya sentral
(r).
𝑚2
𝑟1 = 𝑅 + 𝑚 𝑟 (5.22)
1+𝑚2
𝑚1
𝑟2 = 𝑅 + 𝑚 𝑟 (5.23)
1 +𝑚2

Dimana pusat massa bergerak dengan kecepatan yang sama sehingga 𝑅̈ = 0 sehingga :
𝑅 = 𝑣0 𝑡 + 𝑅0
Dengan kondisi awal :
t=0
v0 = 0
R0 = 0
R=0

B. Gerak Partikel Dalam Gaya Sentral

 Gerak Pusat Gaya Pada Bidang


Pada pertimbangan situasi, gaya sentral 𝐹(𝑟)𝑟̂ adalah sepanjang r maka gaya
sentral tidak menghasilkan torsi 𝜏 dengan massa 𝜇 ini artinya momentum angular
L dari massa 𝜇 berputar pada porosnya ketika pusat gaya konstan. Jika P
momentum linear dari suatu partikel yang bermassa 𝜇 maka torsi 𝜏 berputar pada
gaya sentral yang diperoleh sebagai berikut :

Tetapi :

Oleh karena itu dapat ditulis :


𝑑𝐿
𝜏= = 𝑟𝑥𝐹 (5.29)
𝑑𝑡

Ketika :
|𝑟 𝑥 𝐹 | = |𝑟||𝐹 | sin 0° = 0

5
Diperoleh :
𝑑𝐿
𝜏= =0 (5.30)
𝑑𝑡

Maka :
𝐿 = 𝑟 × 𝑝 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (5.31)

Apabila momentum angular L dari massa 𝜇 adalah konstan, maka besarnya dan
arahnya berada diruang tertentu. Oleh karena itu, dengan definisi dari cross product, jika
arah L ditempatkan pada ruang vektor r dan p harus berada pada garis bidang yang tegak
lurus terhadap L. Selanjutnya, apabila partikel momentum angular konstan, maka gerak
partikel ditempatkan pada bidang tunggal seperti gambar 5.4.

Jika bidang yang dipilih pada bidang xy, posisi gerak dapat digambarkan pada
koordinat x dan y posisi ini sangat cocok digunakan pada bidang koordinat polar (r,θ).

C. Lintasan Medan gaya sentral dan potensial efektif


Sebuah gaya F dikatakan sebagai sebuah gaya sentral jika garis kerja gaya
tersebut selalu melalui sebuah titik tetap yang disebut titik pusat. Jika titik tersebut dipilih
sebagai titik pusat maka F akan selalu sejajar terhadap vektor posisi r. Karena
hasilperkalian vektor antara dua buah vektor sejajar adalah nol maka hasil ini dapat
dipakai sebagai sebuah kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah gaya sentral, yaitu:

6
Ditinjau sebuah sistem yang terdiri dari dua benda yang saling berinteraksi melalui
sebuah gaya 𝐹⃗. Misal benda pertama berada di pusat koordinat (O) sedangkan benda kedua
benda pada posisi 𝑟⃗ . Interaksi kedua benda dikatakan sebagai gaya sentral jika arah gaya
yang dialami oleh tiap benda searah dengan 𝑟⃗, atau

𝐹⃗= F( r ) 𝑟̂ , (5.1)

dengan F(r) adalah sembarang fungsi dari variabel jarak kedua benda (r). Fungsi
tersebut dapat bernilai positif (jika kedua benda saling tolak menolak) mempunyai negatif
(jika kedua benda tersebut saling tarik menarik) Contoh gaya sentral :

Gaya gravitasi
𝐺𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ = − 𝑟̂
𝑟2

Pada gaya sentral berupa gaya gravitasi,


−𝐺𝑀𝑚 𝐺𝑀𝑚
F (r) = ⇔V=− , (6.7)
𝑟2 𝑟

atau potensial efektifnya :


−𝐺𝑀𝑚 𝐿2 −𝛼 𝛽
V∗(r) = + = + , (6.8)
𝑟 2𝑚𝑟 2 𝑟 𝑟2

Gambar 1. : Potensial efektif untuk gaya gravitasi, 𝑉 ∗ =

Terlihat bahwa potensial potensial memiliki nilai minimum pada titik r

tertentu, dan menuju nol untuk jarak yang cukup jauh, r → ∞


𝐿2
dengan α = GMm, β = . Bentuk kurva V∗ terhadap r adalah : Persamaan orbit didapat dari
2𝑚

substitusi persamaan (6.8) ke (6.6)

7
(6.9)

1 1
Dengan mengambil pemisalan y = 𝑟 ⇒ dy = − 𝑟 2 , dr = −𝑦 2 dr, persamaan (6.9) dapat ditulis

menjadi

(6. 10)
𝛼
Kemudian dengan mengambil 𝑧 = 𝑦 − 2𝛽 → 𝑑𝑦 = 𝑑𝑧,

(6. 11)

Solusi persamaan (6.11) adalah

𝒛 = 𝑨 𝐜𝐨𝐬 𝜽 (6.12)

dengan

(6. 13)

Sehingga

8
(6. 14)

2𝛽
dengan 𝑟0 = dan
𝛼

(6. 15)

disebut sebagai eksentrisitas.

Momentum sudut planet-planet yang mengitari matahari maupu satelit-satelit yang


mengelilingi planet selalu konstan. Momentum sudut electron-elektron yang mengitari inti
pada lintasan tertentu selalu konstan. Dari ungkapan momentum sudut, kita bisa
menentukan besar momentum sudut: Momentum sudut planet-planet yang mengitari
matahari maupu satelit-satelit yang mengelilingi planet selalu konstan. Momentum sudut
electron-elektron yang mengitari inti pada lintasan tertentu selalu konstan.

Dari ungkapan momentum sudut, kita bisa menentukan besar momentum sudut :

Dengan v adalah komponen kecepatan benda yang tegak lurus jari-jari.

9
Gambar 2. Lintasan Gaya Sentral

Komponen kecepatan yang tegak lurus jari-jari berkaitan langsung dengan kecepatan sudut
menurut persamaan

Dengan demikian besar momentum sudut dapat ditulis

D. Lintasan partikel dalam satu medan gaya


Bentuk lintasan partikel akan bergantung pada eksentrisitas. Secara umum, nilai
eksentrisitas berada pada rentang 0 ≤ 𝜖 ˂  ∞.

a) Jika 𝜖= 0, maka kita peroleh

(7.1)

yang merupakan konstanta. Dalam koordinat Kartesius, sehingga lintasan


partikel akan berupa lingkaran dengan persamaan garis

(7.2)

10
Gambar 3. Lintasan Partikel Untuk € = 0

b) Jika 0 ˂ 𝜖 ˂ 1
Seperti sebelumnya, sehingga

Karena 0 ˂ 𝜖 ˂ 1, maka 𝜖 2 – 1 ˂ 0, sehingga persamaan terakhir dapat ditulis dalam bentuk

(7. 4)

Dengan

11
(7. 5)

(7.6)

(7.7)

Persamaan terakhir tidak lain merupakan persamaan elips dengan sumbu semi mayor α
dan berpusat di titik (x, y) = (𝑥0 , 0).

Gambar 4. Jika 0 < 𝜖 < 1, lintasan partikel berbentuk

elips dengan sumbu semimayor

c) Jika 𝜖 = +1
𝑥
Kita gunakan koordinat Kartesius, sehingga cos 𝜃 = 𝑟 , maka

12
𝑟0
Persamaan terakhir adalah persamaan parabola, yang memotong sumbu-x di titik 𝑥 = 2

Gambar 5. Lintasan partikel untuk 𝜖 = 1 berupa kurva parabola,

𝑟0
dengan titik potong terhadap sumbu-x terjadi pada titik 𝑥 = 2

d) Jika 𝜖 > 1
Lihat kembali persamaan (7.3). Jika 𝜖 > 1, maka suku ∈2 − 1 bernilai positif, sehingga
persamaan tersebut dapat dituliskan ulang menjadi

(7. 9)

Dengan

13
(7. 10)

(7. 11)

(7.12)

yang merupakan persamaan hiperbola.

E. Hukum Kepler pada gerak planet

Kepler merumuskan tiga hukum yang menjelaskan gerakan planet di tata surya atau
biasa disebut dengan Hukum Kepler. Berikut ini kesimpulan dari ketiga hukum Kepler.

1. Semua orbit planet berbentuk elips dimana matahari terletak di salah satu titik
fokusnya.
2. Vektor radius yang menghubungkan planet ke matahari menyapu luas yang sama
dengan interval waktu yang sama.
3. Kuadrat dari periode orbit planet berbanding lurus dengan kubik dari radius orbit
major.

Hukum pertama Kepler mengindikasikan bahwa orbit planet berbentuk lingkaran


pada kasus sangat khusus dan umumnya berbentuk elips. Tingkat ke-elips-an suatu orbit
ditentukan berdasarkan yang disebut eksentrisitas orbit dimana bentuk orbit bergantung
pada nilai eksentrisitas.
Hukum kedua Kepler menerangkan bahwa pada orbit elips, dalam waktu yang sama
di sembarang titik lintasan vektor radius planet – matahari menyapu luasan daerah yang
sama. Hukum ini menghasilkan model sistem isolasi momentum sudut. Pada kasus ini,
torsi planet adalah nol karena gaya gravitasi paralel dengan vektor r dan momentum sudut
adalah konstan.
𝑑𝐴/𝑑𝑡= 1⁄ 𝑚/L
2

Dimana L dan m adalah konstan maka hasil derivasi dari 𝑑𝐴/dtadalah konstan
sehingga dapat dikatakan bahwa radius vektor matahari – planet menyapu luas yang sama
dengan interval waktu yang sama. Inilah inti dari hukum kedua Kepler yaitu konsekuensi
dari konservasi momentum sudut.
Hukum Kepler yang ketiga menjelaskan hubungan matematis secara eksplisit antara
periode orbit suatu planet dengan ukuran orbitnya. Kuadrat periode suatu planet yang

14
berevolusi mengelilingi Matahari (P) adalah sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-
ratanya dari Matahari (a). Karena adanya gaya gravitasi, gerak dari planet adalah
melingkar sehingga percepatan yang dialaminya adalah percepatan sentripetal sehingga
dapat dituliskan
T²/a³= 2π/GM
Dimana a adalah rerata jejari orbit a= (Raphelion+perihelion)/2 dari persamaan di
atas dapat dikatakan bahwa kuadrat periode orbit berbanding lurus dengan kubik radius
rerata orbit.
Karya Kepler didasari oleh data pengamatan Tycho Brahe, yang diterbitkannya
sebagai ‘Rudolphine tables’. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi
planet hasil pengamatan Brahe mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang
tercantum di atas.
Hukum Kepler mempertanyakan kebenaran astronomi dan fisika warisan zaman
Aristoteles dan Ptolemaeus. Ungkapan Kepler bahwa Bumi beredar sekeliling, berbentuk
elips dan bukannya epicycle, dan membuktikan bahwa kecepatan gerak planet bervariasi,
mengubah astronomi dan fisika. Hampir seabad kemudian, Isaac Newton mendeduksi
Hukum Kepler dari rumusan hukum karyanya, hukum gerak dan hukum gravitasi Newton,
dengan menggunakan Euclidean geometri klasik.
Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan
benda-benda yang mengorbit Matahari, yang semuanya belum ditemukan pada saat Kepler
hidup (contoh: planet luar dan asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua
benda kecil yang mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek
seperti gesekan atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh:
prosesi preihelion merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil
hitungan tidak akurat dalam berbagai keperluan.

15
F. Osilasi radial pada orbit lingkaran
Sebuah orbit lingkaran mungkin disebabkan oleh adanya tarikan gaya-gaya sentral,
namun tidak semua gaya sentral menghasilkan kestabilan orbit lingkaran.
̈ 2
𝜃 = 1/𝑟
Maka persamaan radial menjadi: maka persamaan radial menjadi:
𝑚𝑙
𝑚𝑟̈ = + 𝑓(𝑟)
𝑟3
Persamaan ini sama dengan persamaan diferensial untuk gerak satu dimensi dalam
pengaruh potensial efektif sehingga persamaan tersebut dapat ditulis
maka persamaan radial menjadi:

𝑑𝑢(𝑟) 𝑚𝑙 2
𝑚𝑟 2 = − = ( 3 ) − 𝑑𝑢(𝑟)[𝑑𝑟]
𝑑𝑟 𝑟

Untuk orbit lingkaran, r bernilai konstan dan r= 0 Akibatnya, jika a adalah jari-jari
orbit lingkaran, maka -ml²/a³= f (a) untuk gaya pada r=a. Untuk menyatakan gerak radial
dalam bentuk variabel x, maka ambil x=r-a, sehingga persamaan diferensialnya menjadi

𝑚𝑥̈ = 𝑚𝑙 2 (𝑥 + 𝑎)−3 + 𝑓(𝑥 + 𝑎)


dengan mengabaikan bentuk-bentuk yang mengandung x² dan pangkat yang lebih
besar untuk x. Jika koefisien x bernilai positif, maka persamaan tersebut sama dengan
persamaan osilasi harmonik sederhana. Dalam kasus ini jika harmonik di sekitar r=a, maka
orbit lingkaran tetap stabil. Namun jika koefisien x negatif, maka geraknya bukan osilasi
dan diperoleh hasil x eksponensial terhadap waktu, akibatnya orbit tidak lagi stabil (jika
koefisien x bernilai nol, maka bagian ekspansi dengan pangkat x lebih tinggi harus
disertakan agar orbit stabil). Kita juga dapat menyatakan orbit lingkaran dengan jari-jari a
akan stabil jika fungsi gaya f(r) memenuhi ketidaksamaan berikut

16
f(a)+a/3 f'(a)<0
Sebagai contoh, fungsi gaya radial dinyatakan f(r)=-Cr”, maka keadaan kestabilan
terpenuhi untuk
𝑎
−𝐶𝑎𝑛 − 𝑐𝑛𝑎𝑛−1 < 0
3
n>-3
Hukum invers kuadrat (n= -2) memberikan kestabilan orbit lingkaran, sama halnya
dengan hukum jarak langsung (n=1). Sedangkan untuk pangkat empat dan tiga (n=-4: n=-
3). Orbit lingkaran tidak lagi stabil.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Gaya sentral adalah gaya yang memiliki arah sepanjang arah radial. Gaya tersebut bisa saja bersifat
tolakan (repulsive) atau tarikan (attractive). Benda yang berbentuk sebuah bola yang simetris atau
massa titik, sebuah sistem yang terdiri dari dua partikel dapat dijelaskan dari persamaan gerak dari
dua partikel, yaitu :

P momentum linear Berputar pada gaya sentral yang diperoleh sebagai berikut :

Sebuah gaya F dikatakan sebagai sebuah gaya sentral jika garis kerja gaya tersebut selalu melalui
sebuah titik tetap yang disebut titik pusat. Jika titik tersebut dipilih sebagai titik pusat maka F
akan selalu sejajar terhadap vektor posisi r.

Persamaan orbit didapat dari substitusi persamaan

Bentuk lintasan partikel akan bergantung pada eksentrisitas. Secara umum, nilai eksentrisitas
berada pada rentang 0 ≤ ϵ ˂  ∞.

Jika ϵ= 0, maka kita peroleh

18
Jika 0 ˂ ϵ ˂ 1

Seperti sebelumnya, sehingga

Jika 𝜖 = +1

𝑥
Kita gunakan koordinat Kartesius, sehingga cos 𝜃 = 𝑟 , maka

𝑟0
Persamaan terakhir adalah persamaan parabola, yang memotong sumbu-x di titik 𝑥 = 2

19
Jika 𝜖 > 1

Lihat kembali persamaan (7.3). Jika 𝜖 > 1, maka suku ∈2 − 1 bernilai positif, sehingga
persamaan tersebut dapat dituliskan ulang menjadi

hukum Kepler.

1. Semua orbit planet berbentuk elips dimana matahari terletak di salah satu titik fokusnya.
2. Vektor radius yang menghubungkan planet ke matahari menyapu luas yang sama dengan
interval waktu yang sama.
Kuadrat dari periode orbit planet berbanding lurus dengan kubik dari radius orbit major.

B. Saran

Meskipun penulis Menginginkan kesempurnaan dalam menyusun makalah serta kelengkapan


materi-materi, namun kenyataannya masih banyak kesalahan-kesalahan dari makalah yang perlu
penulis perbaiki. Dikarenakan minimnya pengetahuan dan penggunaan referensi yang digunakan
penulis. Kami menerima saran dan kritikan untuk memperbaiki untuk kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Jumiati, E. (2020). Mekanika Klasik I. Medan : UINSU

Suroso, A. (2017). Catatan Kuliah FI-2104 Mekanika B) Pekan Kuliah Mekanika B. Bandung :
ITB.

Bukit, N., Marlina, E. (2013). Thermodinamika. Medan: Penerbit Unimed Pers


A.B.Prakoso,H.Adityas,M.Nurhaqi,Setianto.Pemodelan gerak orbit planet Secara
komputasi menggunakan Matlab. Universitas Padjadjaran Vol.03 (2019) hal.10-18
Bijan, M. (n.d.). Bab 6 Gravitasi dan Gaya Sentral. Retrieved September 2021, from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/366145490/Bab-6-Gravitasi-Dan-Gaya-Sentral

21

Anda mungkin juga menyukai