Anda di halaman 1dari 8

Nama : Farhan Rizka Ananda

NIM : 1907155233
Kelas : D
Fisika Teknik Sipil
Tugas 12

Uraikan secara singkat dan jelas terkait dengan momentum sudut tsb ?
Jawab :
1. Momentum Sudut Dalam Gerak Planet

Usaha untuk mempelajari sistem tata surya secara ilmiah dirintis oleh orang-orang
Yunani kuno. Deskripsi yang terperinci tentang kesimpulan yang diperoleh orang-orang
Yunani ini diberikan oleh Ptolomeus pada abad kedua. Teori tentang sistem tata surya yang
diberikan oleh Ptolomeus disebut sistem geosentrik. Teori ini berdasar pada anggapan
bahwa bumi adalah diam dan terletak di pusat jagad raya. Matahari, bulan, planet-planet,
dan bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi dengan lintasan yang kompleks. Teori ini
dianut orang kira-kira 15 abad lamanya dan mempunyai pengaruh yang besar pada filsafat,
literatur, mau pengetahuan. Akan tetapi teori ini sangatlah kompleks dan tidak dapat
memberi keterangan pada hasil-hasil pengamatan yang makin banyak jumlahnya.
Pada abad ke-16 Copernicus menyatakan bahwa deskripsi gerak benda-benda langit
akan lebih sederhana jika dianggap bahwa matahari terletak pada pusat jagad. Teori ini
disebut teori Copernicus, atau teori heliosentris. Dalam teori ini bumi adalah suatu planet
yang berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi matahari, dan planet-planet yang
lain juga melakukan gerak serupa.
Adanya pertentangan antara dua teori di atas membuat para sarjana astronomi berusaha
untuk memperoleh data pengamatan yang lebih teliti. Data semacam ini dikumpulkan oleh
Tycho Brahe (1546-1601) yang melakukan pengamatannya tanpa teleskop. Teleskop
pertama kali dibuat oleh Galileo pada tahun 1609. Data tentang gerak planet dari
pengamatan Brahe dianalisa oleh Johannes Kepler (1571-1630) yaitu asisten Brahe, selama
dua puluh tahun. Kepler menemukan adanya keteraturan dalam gerak planet-planet.
Keteraturan ini dinyatakan dalam tiga hukum Kepler untuk gerak planet. Marilah kita
lukiskan gerak bumi mengelilingi matahari (Gb. 6-1)

Dalam gerak seperti ini gaya-gaya luar dalam sistem dapat diabaikan, sehingga gaya-
gaya yang bekerja hanyalah gaya-gaya dalam, yaitu gaya gravitasi antara bumi dan
matahari. Gerak bumi mengelilingi matahari ini dapat dipecahkan langsung dari hukum II
Newton, akan tetapi kita harus memecahkan persamaan diferensial tak linier yang sangat
sulit. Cara lain untuk memecahkan persoalan ini adalah dengan mempergunakan hukum-
hukum kekekalan :
1. Semua planet dalam sistem tata surya bergerak dalam lintasan elips, dengan matahari
terletak pada titik fokus (hukum lintasan)
2. Sebuah garis yang ditarik dari planet ke matahari menyapu luas yang sama dalam
waktu yang sama (hukum luas)
3. Kuadrat dari perioda planet mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat
tiga jarak rata-rata planet ke matahari (hukum perioda)
Hukum-hukum Kepler memberi dukungan kuat pada teori Copernicus. Hukum hukum
ini menunjukkan betapa sederhana gerak planet-planet jika matahari diambil sebagai titik
acuan. Akan tetapi hukum-hukum ini adalah hukum empiris, yang menyatakan gerak planet
tanpa memberi keterangan teoritis. Kepler belum tahu bahwa gaya adalah penyebab
keteraturan di atas. Ingat bahwa Newton baru dilahirkan pada tahun 1642.
1
A= rv ∆ t adalah tetap. Jadi dapat kita tuliskan bahwa untuk posisi (1) dan (2)
2
berlaku r 1 v 1=r 2 v 2 . Jika besaran rv kita kalikan dengan m maka kita peroleh besaran
L=mrv yang disebut momentum sudut. Hukum kedua dari Kepler tidak lain adalah hukum
kekekalan momentum sudut. Momentum sudut adalah suatu besaran vector, akan tetapi
sifat vector dari momentum sudut tidaklah sesederhana seperti halnya pada momentum
linier.
2. Perkalian Silang

Jika θ adalah sudut antara vektor A dan vektor B, luas jajaran genjang dapat ditulis
sebagai

L= AB sin θ

Luas adalah suatu besaran vektor, mempunyai arah tegak lurus atau normal pada
bidang dimana kedua vektor A dan B berada. Kita dapat tuliskan persamaan (6-1) sebagai
perkalian antara dua vektor A dan B yaitu L = A x B sebagai berikut. Besar vektor L
diberikan oleh :
L= AB sin θ , sedang arah vektor L adalah tegak lurus bidang dimana vektor A dan B
berada, dan mempunyai arah sama dengan arah perpindahan sekrup kanan jika diputar
dari vektor A ke vektor B. Hal ini di tunjukan pada Gb. 6-4.

Perkalian antara dua vektor seperti ini disebut perkalian silang atau perkalian vector.

3. Momentum Sudut Partikel Tunggal


Setelah kita belajar tentang perkalian silang, kita dapat definisikan vektor momentum
sudut sebagai berikut. Sebuah partikel bermassa m, yang berada pada vektor posisi r dan
sedang bergerak dengan kecepatan v mempunyai momentum sudut terhadap titik asal

L=mr × v
Karena m v adalah momentum linier p, maka momentum sudut memenuhi hubungan

L=r × p

Sekarang bagaimanakah L berubah dengan gaya-gaya yang bekerja pada benda ?

dL
r × F=
dt

Besar r × F disebut vektor momen gaya atau torsi dan dinyatakan dengan vektor τ .
Jadi kita peroleh

dL
τ =r × F=
dt

Persamaan ini memberi hubungan antara momen gaya τ dengan momentum sudut L
tepat seperti hubungan antara gaya F dengan momentum linier p, yang dinyatakan oleh
hukum II Newton.

4. Gerak Satelit
Marilah kita kembali pada gerak planet mengelilingi matahari, atau gerak sebuah
satelit mengelilingi bumi. Dalam persoalan ini kita dapat menganggap satu-satunya gaya
yang bekerja adalah gaya gravitasi antara kedua benda yang berinteraksi. Gaya ini adalah
gaya sentral dan mempunyai arah radial, jadi dalam hal gerak satelit buatan mengelilingi
bumi, maka jika bumi dianggap sebagai suatu titik dan terletak pada titik asal sistem
koordinat, gaya pada satelit oleh tarikan bumi adalah

Mm
F=−G r
r2

dengan M adalah massa bumi, dan m adalah massa satelit buatan. Akibatnya momen
gaya pada satelit terhadap bumi

Mm
τ =r × F=r ×−G r =0
r2

karena r mempunyai arah sama dengan r. Selanjutnya hal ini berarti bahwa momentum
sudut L satelit dalam gerak mengelilingi bumi adalah konstan, baik besar maupun
arahnya. Arah L yang konstan berarti bahwa satelit selalu bergerak dalam satu bidang
datar tertentu. Sedang besar L yang konstan berarti bahwa luas daerah yang disapu oleh
vektor posisi r persatuan waktu adalah konstan. Ini tidak lain adalah hukum II Kepler.
Gerak satelit mengelilingi bumi dapat kita analisa dengan mempergunakan
hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum. Pemecahan langsung dengan
mempergunakan nukum II Newton memerlukan pemecahan persamaan diferensial non
linier.
Adapun energi mekanik total mempunyai harga yang konstan, sebab gaya
gravitasi adalah gaya sentral yang bersifat konservatif. Perhatikan Gb. 6-7. Vektor
kecepatan v dari satelit mempunyai arah menyinggung lintasan.

Energi mekanik total E adalah jumlah dari energi kinetik K dan energi potensial
V(r), atau E = K + V(r)
Energi mekanik total E dapat ditulis sebagai :

1 2 L2 Mm
E= m v r + 2
−G
2 2 mr r

Dari hukum I Kepler kita tahu bahwa lintasan satelit mengelilingi bumi
haruslah berupa suatu elips; dan harga r1 dan r2 yaitu tempat dimana komponen kecepatan
pada arah radial sama dengan nol, haruslah menyatakan posisi titik A dan titik B pada
Gb. 6-9.
Dari hukum kekekalan energi kita dapat menentukan berapa besar sumbu
panjang dan sumbu pendek pada elips lintasan. Jadi kita dapatkan bahwa sumbu panjang
elips adalah

Mm
a=−G
2 E0

dan sumbu pendek elips

L
b=
√−2 m E 0
5. Momentum Sudut Sistem Partikel

Sekarang misalkan kita mempunyai suatu sistem yang terdiri dari tiga partikel. Dan
misalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem. Jadi hanya ada gaya dalam, atau
gaya interaksi antara partikel-partikel dalam sistem, sesuai dengan hukum III Newton
(Gb. 6-10).
Misalkan partikel (1) mempunyai massa m1, terletak pada posisi r1, dan bergerak
dengan kecepatan v1. Sedang partikel (2) mempunyai massa m2, terletak pada posisi r2,
dan bergerak dengan kecepatan v2, dan partikel (3) mempunyai massa m3, terletak pada
posisi r3, dan bergerak dengan kecepatan v3. Jika τ =τ 1 + τ 2+ τ 3 adalah momen gaya
resultan pada system dan L=L1 + L2 + L3 adalah momentum sudut total dari sistem
partikel, maka berlaku

dL
τ =∑ τ i =
i dt

Jika pada sistem tidak ada gaya luar, jadi hanya ada gaya-gaya dalam. Jadi pada
partikel-partikel di dalam sistem tidak bekerja gaya luar, maka momen gaya resultan pada
system = 0 atau momentum sudut total dari sistem adalah kekal. Lebih umum lagi dapat
dinyatakan bahwa jika momen gaya resultan yang bekerja pada sistem adalah sama
dengan nol, maka momentum sudut total dari sistem adalah kekal.

Anda mungkin juga menyukai