Anda di halaman 1dari 11

Nama: Muhammad Putra Pratama

Nim: 2007110810
Prodi: Teknik Sipil
Pertemuan ke-12

Uraian Terkait Dengan Momentum Sudut


pendahuluan
Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut
didefinisikan sebagai hasil perkalian silang antara vektor r dan momentum
linearnya. Arah momentum sudut dari suatu benda yang berotasi dapat ditentukan
dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan tangan kanan. Jika
keempat jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan
arahmomentum sudut. Pada gerak translasi benda memiliki
momentumlinier sedangkan pada gerak rotasi ada di momentumsudut.

Arah Momentum Sudut

Arah momentum sudut L tegak lurus dengan arah r dan arah v. Arah
momentum sudut sesuai dengan arah putaran sekrup tangan kanan yang
ditunjukan gambar berikut:

Momentum sudut linear akan kekal bila total gaya yang bekerja pada
sistem adalah nol. Bagaimana pada gerak rotasi? Pada gerak rotasi kita akan
menemukan apa yang disebut sebagai mometum sudut. Dalam gerak rotasi,
besaran yang analog dengan momentum linier adalah momentum sudut. Untuk
benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya momentum sudut
dinyatakan :
L = I. ω

Dengan:

L = momentum sudut (kgm2/s)


I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s)

Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak r dari sumbu rotasi
dengan kecepatan linier v, maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

L=I.ω

Karena I = m . r2 dan ω = , maka:

L = m .r2.
L=m.r.v

Tampak bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada


gerak rotasi, kecepatan linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan
momen inersia.

Hubungan Momentum Sudut Dengan Momen Gaya

Kita telah mengetahui bahwa impuls merupakan perubahan momentum


dari benda.

Karena v = r . ω, maka :

Jadi, kedua ruas dikalikan dengan r, diperoleh:

Mengingat r . F = τ dan m . r2 = I, maka :


Dengan I. ω adalah momentum sudut, sehingga :

Berdasarkan persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa momen gaya


merupakan turunan dari fungsi momentum sudut terhadap waktu.

Hukum Kekekalan Momentum Sudut

dalam gerak linear kita telah mempelajari apabila tidak ada gaya dari luar
sistem maka momentum sudut total sistem adalah kekal, atau tidak berubah. Dari
Persamaan momentum sudut diatas tampak jika torsi pada suatu sistem adalah nol
maka dL =0 atau perubahan momentum sudutnya nol, atau momentum sudutnya
kekal. Apabila τ = 0 maka L konstan, merupakan hukum kekekalan momentum.

Sebagai contoh seorang penari balet berputar dengan kecepatan sudut w,


momen inersianya Im. Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya
sehingga momen inersianya menjadi Ia, berapa kecepatan sudut penari sekarang?
Kita bisa menyelesaikan dengan menggunakan hukum kekekalan
momentumsudut. Pada penari tidak ada gaya dari luar maka tidak ada torsi dari
luar, sehingga momentum sudut kekal:

Lm = La

Lm ωm =Ia ωa

Penari merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya menjadi


bertambah. Ia > Im maka kecepatan sudut penari menjadi berkurang.

Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan
papan memiliki laju sudut ωo, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat
massanya, sehingga dia dapat memutar sebagian tubuhnya setengah lingkaran.
Jika ia ingin membuat putaran 3 kali setengah putaran, maka ia harus
mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali kelajuan sudutsemula.

Gaya yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya
gravitasi tidak menyumbang torsi terhadap pusat massanya, maka
berlaku kekekalan momentum sudut. Agar laju sudutnya bertambah maka dia
harus memperkecil momen inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula dengan
cara menekuk tangan dan kakinya ke arah pusat tubuhnya sehingga terbantu
dengan adanya momentum sudut darigerakannya.
Penerapan Hukum Kekekalan Momentum Sudut:

a. Lompat indah Saat pelompat indah akan melakukan putaran di udara, ia


menekuk tubuhnya. Hal ini mengurangi momen inersia sehingga
kecepatan sudut semakinbesar.
b. Penari balet Ketika penari balet menarik tangannya ke dekat badannya, ia
akan berputar lebih cepat, karena momen inersia berkurang, kecepatan
sudut makin besar. Ketika penari balet mengembangkan kedua tangannya,
ia akan berputar lebih lambat, karena momen inersia penari bertambah,
kecepatan sudut makinkecil.

Momentum Sudut dalam Gerak Planet

Usaha untuk mempelajari sistem tata Suryasecara ilmiah dirintis oleh


orang-orang Yunani.kuno: Deskripsi yang terperinci tentang kesimpulan yang
diperoleh orang-orang Yunani ini diberikan oleh Ptolomeus pada abad kedua.
Teori tentang sistem tata surya yang diberikan oleh Ptolomeus disebut sistem
geosentrik.

Pada'abad ke-enambelas Copernicus menyatakan bahwa deskripsi gerak


benda-benda langit akan lebih sederhana jika dianggap bahwa matahari terletak
pada pusat jagad. Teori ini disebut teori Copernicus, atau heliosentris. Dalam teori
ini bumi adalah Suatu planet yang berputar pada sumbunya dan bergerak
mengelilingi matahari, dan planet-planet yang lain juga melakukan gerak serupa.

Adanya pertentangan antara dua teori tersebut membuat para mahasiwa


astronomi berusaha untuk memperoleh data pengamatan yang lebih teliti. Data
semacam ini dikumpulkan oleh Tycho Brahe (1546-1601) yang melakukan
pengamatannya tanpa teleskop.

Teleskop pertama kali dibuat oleh Galileo pada tahun 1609. data tentang
gerak planet dari pengamatan Brahe dianalisa oleh Johannes Kepler (1571-1630)
yaitu "asisten Brahe, selama dua puluh tahun. Kepler menemukan adanya
keteraturan dalam gerak planet-planet, keteraturan ini dinyatakan dalam tiga
hukum Kepler untuk gerak planet.
Hukum-Hukum Kepler

a. Hukum pertamaKepler

Hukum pertama Kepler yang disebut juga hukum elips yang


dipublikasikan pada sekitar tahun 1609, menyatakan bahwa semua Planetbergerak
dalam lintasan elips mengitari Matahari dengan Matahari berada di salahsatu titik
fokus elips. Titik Fokus lainnya berada di ruang angkasa. Bentuk orbit Planet
menurut hukum pertama Kepler ditunjukkan pada Gambar 1 (Tjasyono, 2006).

Gambar 1. Bentuk orbit Planet menurut hukum prtama Kepler (Tjasyono, 2006).

Persamaan elips dari hukum pertama Kepler dirumuskan seperti berikut :

dimana e adalah eksentrisitas yang merupakan perbandingan antara jarak


dua fokus dengan diameter panjang elips. Nilai eksentrisitas menentukan bentuk
elips apakah makin lonjong atau makin mendekati bentuk lingkaran. Jika e = 0,
maka orbit planet akan berupa lingkaran. Eksentrisitas bumi, e bumi = 0,017,
hampir mendekati nol, jadi orbit bumi hampir mendekati lingkaran.

Apakah efek dari lintasan planet-planet mengelilingi matahari berbentuk


elips? Akibat lintasan orbit planet berbentuk elips, maka selama suatu planet
bergerak mengelilingi matahari menempuh satu putaran penuh yang disebut satu
tahun pleneter, jarak antara planet tersebut dengan Matahari akan selalu berubah-
ubah.
Pada suatu waktu tertentu, setiap planet akan berada pada posisi paling
dekat dengan Matahari dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya. Titik pada
lintasan orbit planet yang menandai posisi paling dekat planet ke Matahari disebut
perihelium (peri = dekat, helios = matahari). Pada waktu tertentu, setiap planet
juga akan berada pada posisi paling jauh dari Matahari dibandingkan waktu-
waktulainnya.

Titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi paling jauh Planet ke
Matahari disebut aphelium (ap = jauh, helios = Matahari). Bumi berada di
perihelium kira-kira pada tanggal 3 Januari, dan berada di aphelium kira-kira pada
tanggal 4 Juli setiap tahun. Di perihelium, jarak antara Bumi dan Matahari adalah
sekitar 91,5 juta mil (147 juta km) dan di aphelium jarak Bumi dan Matahari
adalah sekitar 94,5 juta mil (152 juta km).

Dengan demikian jarak rata-rata Bumi dari Matahari dalam keseluruhan


orbitnya adalah sekitar 93,0 juta mil (150 juta km) atau setara dengan 1 SA
(satuan astronomi) (Tjasyono,2006).

Bagaimanakah arah revolusi planet mengitari Matahari? Seluruh Planet


bergerak mengitari Matahari (berevolusi) dalam arah yang sama, yaitu berlawanan
arah dengan arah putar jarum jam. Demikian juga dengan arah revolusi bulan
mengelilingi bumi.

Seluruh Planet selain berevolusi mengelilingi matahari, juga berputar


mengitari portosnya (sumbu putarnya) masing-masing (berotasi). Apa buktinya ?
Salah satu bukti bahwa planet Bumi berotasi adalah terjadinya siang dan malam di
permukaan Bumi. Lalu bagaimana arah rotasi dari planet-planet? Arah rotasi
planet-planet juga dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum jam, kecuali
untuk planet Venus dan Uranus.

Para astronom menetapkan arah putar berlawanan dengan arah putar jarum
jam sebagai gerak langsung (direct), sedangkan arah putar searah dengan arah
putaran jarum jam disebut gerak balik (retroge). Bulan mengitari Bumi juga
dengan gerak langsung. Selain itu semua orbit planet kecuali Merkurius dan Pluto
terletak dalam bidang yang hampir sama. Bidang orbit Bumi disebut Ekliptika
(Tjasyono, 2006).
b. Hukum keduaKepler

Hukum kedua Kepler yang disebut juga sebagai hukum kesamaan luas
yang dipublikasikan pada tahun 1609, menyatakan bahwa luas (S) yang disapu
oleh garis penghubung antara planet dan Matahari dalam selang waktu (t) yang
sama adalah sama (S1 = S2 = S3), seperti ditunjukkan pada Gambar 6.4.

Apa makna hukum ini ? Hukum ini secara tidak langsung menyatakan
bahwa kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari tidaklah konstan (uniform)
melainkan berubah-ubah. Planet akan bergerak lebih cepat dalam orbitnya ketika
berada pada daerah yang dekat dengan matahari, dan akan bergerak lebih lambat
dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh dari matahari. Kecepatan
orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap matahari. Dalam notasi
matematis , hukum ini dapat dirumuskansebagai:

dS/dt = C

dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan


luas yang disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap,
S1 = S2 =S3.

Gambar 2. Hukum Kepler ke 2 yang menggambarkan kecepatan planet di


sekitar Matahari, S1 = S2 = S3 (Tjasyono, 2006).
Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya
kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi
Matahari. Apakah momentum sudut itu? Momentum sudut (L) merupakan suatu
besaran fisika terkait gerak rotasi yang didefinisikan sebagai perkalian antara
momentum linier dengan jarak radial suatu benda (r) dari sumbu putarnya;
(Kanginan, 1999).

L = pr

Dimana momentum linier (p) adalah suatu besaran Fisika yang


didefinisikan sebagai perkalian antara massa (m) dengan kecepatan (v);

p = mv

Jadi, jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah
kekal, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan
bergerak lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar
mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada
gaya yang bekerja dalam arah geraknya.

Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut 90o terhadap arah gerak
Planet. Sekali Planet bergerak mengelilingi Matahari, maka planet tersebut akan
terus berputar dengan momentum sudut yang konstan, kecuali jika dikenakan
gaya yang arahnya dalam arah gerakplanet.

Sebagai contoh, satelit buatan seperti satelit Palapa yang diorbitkan dalam
atmosfir Bumi, akan bergerak mengelilingi Bumi dalam orbit eliptik dengan
momentum sudut mula-mula konstan. Akan tetapi akibat adanya gaya gesek dari
atmosfir bumi yang arahnya berlawanan dengan arah gerak satelit, maka
momentum sudut satelit lama kelamaan akan terus berkurang seiring berjalannya
waktu.

Jadi adanya gaya gesekan udara dapat menyebabkan hukum kekekalan


momentum tidak berlaku, tetapi planet-planet bergerak di ruang hampa sehingga
gaya gesek dengan udara dapat diabaikan, sehingga hukum kekekalan momentum
sudutnya terjamin (Kanginan, 1999).
c. Hukum ketigaKepler

Hukum ketiga Kepler yang disebut juga sebagai hukum harmonik yang
dipublikasikan pada tahun 1618, menyatakan bahwa perbandingan kuadrat
periode revolusi (T2) terhadap pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke Matahari
(jari-jari elips = R3) adalah sama untuk semua planet. Secara matematika,
pernyataan tersebut dapat dirumuskan seperti berikut:

T2/R3 = C

Disini C adalah suatu konstanta yang memiliki nilai yang sama untuk
semua Planet. Hukum ini secara eksplisit menyatakan hubungan antara periode
revolusi suatu Planet dengan jaraknya terhadap matahari. Makin jauh jarak Planet
ke matahari (makin besar diameter orbit Planet), makin lama periode revolusinya.

Planet yang memiliki diameter orbit paling kecil adalah Merkurius dan
yang paling besar adalah Pluto. Sehingga Merkurius memiliki periode revolusi
paling kecil, yaitu sekitar seperempat periode revolusi Bumi (0,25 tahun Bumi),
sedangkan Pluto memiliki periode revolusi paling besar yaitu sekitar 248 tahun
Bumi.

Apakah jarak suatu planet ke Matahari juga mempengaruhi periode rotasi


planet tersebut? Periode rotasi tidak ada hubungannya dengan jarak Planet ke
Matahari. Periode rotasi Planet Venus yang jaraknya ke Matahari lebih dekat
dibanding Planet Bumi, memiliki periode rotasi yang lebih besar dari periode
rotasi Bumi, yaitu sekitar 243 hari Bumi. Sedangkan Planet Jupiter yang jaraknya
lebih jauh dari Bumi, memiliki periode rotasi yang lebih kecil dari periode rotasi
Bumi, yaitu sekitar setengah hari Bumi.

Jika Bumi dijadikan sebagai acuan, dimana jarak antara Bumi dan
Matahari adalah sekitar 150 x 106 km yang disebut sebagai 1 SA, dan periode
revolusi Bumi adalah 1 tahun, maka konstanta C = 1, dan persamaan hukum
ketiga Kepler menjadi:

T2/R3=1atau T2 =R3

Dengan R adalah jarak rata-rata Planet ke Matahari dalam satuan SA dan


T adalah periode revolusi planet dalam satuantahun.
Momentum Sudut Pada Sebuah Partikel

Momentum sudut pada sebuah partikel didefinisikan l = r x p, dengan p =


mv Besarnya momentum sudut l = r p sin θ rumusan ini dapat diubah menjadi l =
r (p sinθ) = r p⊥ atau l = p (r sinθ) = pr⊥

dimana p⊥ adalah : komponen p yang tegak lurus r dan r⊥ adalah :


komponen r yang tegak lurus p

Dari definisi momentum sudut l = r x p, bila dideferensialkan diperoleh :

dl/dt = d (r x p)/dt

dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p)

dl/dt = (r x F) + (v x mv)

diperoleh

dl/dt = τ

dp/dt = F

“Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi


yang bekerja pada partikeltersebut”
Momentum Sudut Partikel Tunggal

Momentum sudut sebuah partikel yang berputar terhadap sumbu putar


didefenisikan sebagai hasil kali momentum linear partikel tersebut terhadap jarak
partikel ke sumbu putarnya. Maka: L = r.p

Vector L selalu tegak lurus dengan p dan r. besarnya ditentukan dengan


L=p sin θ. r. dimana θ merupaan sudut antara p dan r, Karena θ=90⁰ maka
diperoleh L=p.r. Oleh karena p=m.v dan v=ω.r, dengan ω adalah kecepatan sudut
maka besarnya momentum sudut terhadap sumbu putarnya,

yaitu: L=m.v.r L=m.r2. ω => L=I. ω •

Anda mungkin juga menyukai