Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya

berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan

proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan

hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang dihadapi peserta didik

dimasa yang akan datang.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pendidikan

nasional yang dirancang dengan sangat baik oleh pemerintah, hal disebabkan oleh

terjadinya krisis yang cukup serius dalam bidang pendidikan. Krisis dalam bidang

pendidikan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya anggaran pemerintah dalam

membiayai kebutuhan vital pendidikan namun juga lemahnya tenaga ahli dalam

bidang pendidikan. Selain itu meningkatnya media informasi dan komunikasi

membuat murid dapat memperoleh ilmu yang lebih diluar sekolah, sehingga hal

ini dapat mengakibatkan murid tidak mengganggap penting pendidikan informal

(sekolah). Krisis dalam bidang pendidikan sebenarnya telah mendapat perhatian

dari berbagai kalangan sejak dahulu kala, hal ini tampak dari berbagai penelitian-

penelitian yang dilakukan oleh para ahli untuk menciptakan suatu cara agar

pendidikan tetap menjadi minat bagi masyarakat

Menurut Buchori dalam Trianto bahwa pendidikan yang baik adalah

pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu propesi

1
2

atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yan dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari. (Trianto, 2007)

Sala satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

(sekolah), dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini

nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

memperihatinkan, hasil ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang

masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh rana dimensi peserta didik itu

sendiri. Dalam arti yang lebih substansi, bahwa proses pembelajaran hingga

dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi

anak didik untuk berkembang secara mandiri melelui penemuan dan proses

berpikirnya yang dapat menyebabkan hasil siswa tidak meningkat, (Trianto,

2007).

Hasil berarti hasil yang dicapai peserta didik yang dilambangkan dengan

nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat

keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan

pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang

studi. (Sudijono, 2010).

Peningkatan hasil belajar siswa, tentunya tidak akan terlepas dari upaya

peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Misalnya dengan adanya penataran

guru, penyediaan buku paket, dan alat-alat laboratorium serta penyempurnaan

kurikulum. Berdasarkan hasil evaluasi upaya-upaya tersebut ternyata belum

berhasil meningkatkan hasil peserta didik secara optimal sebagaimana yang

diinginkan. Sama halnya yang terjadi di SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai,


3

berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 Januari 2018 dan hasil wawancara

dengan guru IPA SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai khususnya kelas VIII-B

nilai hasil belajar IPA Terpadu siswa dikategorikan rendah, yaitu dari kelas VIII-

C siswa di kelas tersebut hanya 30% yang memperoleh nilai minimal 65. Hal ini

disebabkan karena guru IPA Terpadu di SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai

hanya menekankan untuk menghapal materi yang diajarkan, tanpa memahami

materi tersebut sehingga siswa mudah lupa materi yang telah diajarkan atau

dengan kata lain materi tidak tersimpan dalam memori siswa dalam jangka

panjang. Oleh sebab itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian di SMP 2

Panaikang Kabupaten Sinjai dengan menggunakan salah satu model pembelajaran

yaitu model pembelajaran generatif. Dimana model pembelajaran generatif belum

pernah diterapkan di SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai .

Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran generatif merupakan suatu

model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif

pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa

sebelumnya.

Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut

adalah ditemukan dan diterapkannya model pembelajaran generatif atau lebih

tepat dalam mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara

konkrit dan mandiri. Inovasi ini bermula diadopsi dari metode kerja para ilmuan

dalam menemukan suatu pengetahuan baru. (Trianto, 2007)

Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah urgen bagi para pendidik

pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan model-


4

model pembelajaran yang modern. Maka dari itu penulis mengadakan penelitian

dengan judul “Pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap hasil

belajar IPA Terpadu siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis dapat

merumuskan rumusan masalah yaitu Apakah ada pengaruh penerapan model

pembelajaran generatif terhadap hasil belajar IPA Terpadu siswa Kelas VIII SMP

2 Panaikang Kabupaten Sinjai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini Pada prinsipnya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah menjawab permasalahan yang dirumuskan di atas secara operasional.

Tujuan penelitian ini dirumuskan Adalah Untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran generatif terhadap hasil belajar IPA Terpadu siswa Kelas VIII SMP

2 Panaikang Kabupaten Sinjai.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis.

Secara teoritis manfaat dalam penelitian ini adalah diharapkan mampu

memberikan informasi tentang pembelajaran generatif terhadap hasil IPA Terpadu

siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai.


5

2. Secara Praktis.

Secara praktis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sekolah.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan untuk memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan

dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama

pembelajaran IPA Terpadu SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai .

b. Guru

Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam bidang studi IPA

Terpadu, untuk mengembangkan metode mengajar dalam upaya

meningkatkan hasil siswa sehingga proses pembelajaran tidak monoton pada

metode ceramah saja.

c. Siswa.

Dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar IPA Terpadu dan

memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi

dalam memecahkan masalah sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Generatif

Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari generative learning

yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara

aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya

dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu

berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pemgetahuan baru itu akan

disimpan dalam memori jangka panjang (Kholil, 2003).

Pembelajaran generatif merupakan pembelajaran yang dimodelkan dari

aliran pendidikan kontsruktivisme yakni proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman,

(Sanjaya, 2006).

Pemahaman dasar dari filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh

Mark Baldwan dan dikembangkan oleh Piaget menggagap bahwa: pengetahuan

itu bukan hanya terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu

sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya atau lebih jelas

pengetahuan memang berasal dari luar akan tetapi dikontruksi oleh dan dalam diri

seseorang. (Kholil, 2003)

6
7

Model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang

dilandasi konstrukstivisme yang merupakan pengembangan kemampuan struktur

kognitif untuk membengun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. (Safei,

2007)

Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh sekurang-kurangnya dua faktor

penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek

untuk menginterhasil objek tersebut. Dengan demikian pengetahuan tersebut tidak

bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan

mengontruksinya.

Asumsi inilah yang melandasi pembelajaran generatif dihadirkan yang

bertujuan agar supaya mendorong siswa memahami pengetahuan yang dimiliki

melalui pengalaman dan pengamatan, seperti kita ketahui secara bersama-sama

bahwa pengetahuan akan fungsional manakala dibangun oleh indiviudu,

pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan pengetahuan yang bermakna.

Dalam proses belajar generatif setiap guru perlu memahami tipe balajar

dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya

belajar siswa. Dalam proses pembelajaran ini hal yang sering dilupakan oleh

seorang guru adalah metode kekerasan atau tidak ada perubahan mengajar baik

secara penyajian maupun penyampaian materi, sehingga terkesan dalam

pembelajaran tidak sebagai proses pemaksaan kehendak yang menurut Paulo

Freira sebagai penindasan.

Lebih jauh lagi pandangan pembelajaran kognitif Piaget dalam buku

Trianto (2007) mengatakan bahwa: Perkembangan kognitif sebagian besar


8

ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan

pengetahuan dating dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman

fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya lingkungan perubahan

perkembangan. Sementara itu interaksi social dengan teman sebaya, khususnya

berargumentasi dan berdiskusi membantu mempoerjelas pemikiran yang ada pada

akhirnya memuat itu menjadi lebih logis.

a. Langkah- langkah pembelajaran Generatif

Menurut Wena (2009), langkah-langkah pembelajaran generatif

adalah sebagai berikut:

1) Eksplorasi yakni langkah pertama yang mana guru membimbing siswa

untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi

awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh pada

tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu

melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa

aktivitas/tugas-tugas seperti demonstrasi terhadap sebuah permasalahan

yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsep yang

akan dipelajari.

2) Pemfokusan atau pengenalan konsep yakni siswa melakukan pengujian

hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajaran

yang lain. Pada tahap ini guru sebagai fasilitator yang menyangkut

kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan disertai dengan

pemberian tugas yang merangsang siswanya untuk menguji hipotesisnya

sesuai dengan caranya sendiri.


9

3) Tantangan yaitu siswa ditantang untuk mempersentasikan temuannya

berdasarkan data-data yang dimiliki melalui diskusi kelas yang akan

menimbulkan sharing pendapat atau tukar pengalaman antara siswa.

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik,

saran, dan menghargai perbedaan pendapat di antara temannya dan guru

sebagai moderator sekaligus berperan penting dalam menjaga kestabilan

dalam diskusi.

4) Penerapan yakni pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan

masalah yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-

hari dan pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa

diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk

dilakukan.

Dalam penerapan pembelajaran generatif ini banyak para ahli yang

berpendapat akan lebih mudahnya ketika langkah-langka ini disederhanakan

sedemikian rupa untuk membantu para tenaga pengajar agar sekiranya dapat

memahami strategi pembelajaran ini secara baik yang diantaranya para ahli

Sutarman dan Swasono secara garis besar ada tiga langka dikerjakan oleh

guru dalam pembelajaran yakni: (a) Guru perlu melakukan identifikasi

pendapat siswa tentang pelajaran yang dipelajariSiswa perlu mengeksplorasi

konsep dari pengalaman dan situasi kehidupan sehari-hari dan kemudian

menguji pendapatnya, b) Lingkungan harus nyaman dan kondusif sehingga

dapat mengutarakan pendapat tanpa rasa takut dari ajakan, dan kritikan dari
10

temannya. Dalam hal ini guru perlu menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi semua siswa. (Herdian, 2008)

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Generatif

1) Kelebihan model pembelajaran generative

Adapun kelebihan dari model pembelajaran generatif yaitu:

a) Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar secara

kooperatif.

b) Merangsang rasa ingin tahu sisiwa.

c) Pembelajaran generatif cocok untuk meningkatkan keterampilan

proses.

d) Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan

bertukar pikiran dengan siswa yang lainnya, menjawab

pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk

mempresentasikan hipotesisnya.

e) Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka

panjang.

2) Kekurangan model pembelajaran generatif

Adapun kekurangan model pembelajaran generatif yaitu:

a) Membutuhkan waktu yang relatif lama.

b) Dikawatirkan terjadi misconception atau salah konsep. Agar tidak

terjadi salah konsep, maka guru harus membimbing siswa dalam

mengexplorasi pengetahuan dan mengevaluasi hipotesis siswa

pada tahap tantangan setelah siswa melakukan presentasi,


11

sehingga siswa bisa memahami materi dengan benar, meskipun

usaha menggali pengetahuan sebagian besar adalah dari siswa

itu sendiri. (Wena, 2009)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Dalam Islam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat

dianjurkan. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan orang yang

mencarinya. Seseorang dengan ilmu akan memiliki iman yang tak mudah

goyah. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang dilaksanakan

secara sistematik yang setiap komponennya saling berpengaruh. Hasil belajar

ini dilakukan pada akhir tujuan intruksional yang memberikan suatu ujian

yang sekaligus sebagai alat ukur pengukuran hasil belajar yang bertujuan

untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pembelajar setelah

selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. (Haling, 2007)

Hasil pengukuran itu berbentuk angka yang dapat memberikan

gambaran tentang tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran angka

atau skor sebagai hasil pengukuran belajar yang mempunyai makna bahwa

siswa telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut. Adapun tujuan

yang lain menurut Ibrahim (2000) “pengukuran hasil belajar, yaitu untuk

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan”.

Menurut Bloom (dalam Suprijono 2013) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif terdiri


12

dari knowledge (pengetahuan, ingatan); comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh); application (menerapakan); analysis

(menguraikan, menentukan hubungan); synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan); dan evaluating (menilai). Kemampuan afektif terdiri dari

receiving (sikap menerima); responding (memberikan respon), valuing

(nilai); organization (organisasi); characterization (karakterisasi Kemampuan

psikomotorik meliputi initiatory, pre-rountie, dan rountinized.

Menurut Suprijono (2013) hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Menurut Jihad dan Haris (2012) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan

psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir,

maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai

peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai

dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan

untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi

tersebut. Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan

keterampilan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013) “hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
13

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.

Menurut Hamalik (2004) “mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat

penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan,

Winkel (2009) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”.

Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar

atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat

yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada

periode tertentu. Menurut Susanto (2013), perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari belajar”.

Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam

Susanto, 2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu.

Menurut Sudjana (2009) “mendefinisikan hasil belajar siswa

pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor”.
14

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa

tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek

kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf

maupun kalimat.

Menurut Reber dalam Muhibbin (2004) mengemukakan yang

menjadi ukuran hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

1) Ranah Cipta (Kognitif)

Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kogntif (ranah

cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis

maupun tes lisan dan perbuatan, karena semakin membengkaknya

jummlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak

pernah digunakan lagi.

2) Ranah Psikomotorik

Cara yang dipandang tepat untuk melihat keberhasilan belajar

yang berdimensi ranah psikomotorik (ranah karsa) adalah observasi.

Observasi dalam hal ini, dapat diartikan sebagai jenis tes mengenal

peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain dengan pengamatan

langsung”.

3) Ranah Rasa (Afektif)

Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer adalah skala likerts

yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan sikap siswa.


15

Bentuk sikap ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat

setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan setuju. Skala ini diberi skor 1 sampai 5

atau 1 sampai 7, tergantung kebutuhan dengan cetakan skor itu dapat

mencerminkan sikap “ya” atau “tidak”.

Hal lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala

sikap ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukan benar dan

salah, melainkan sikap atau kecenderungan setuju atau tidak setuju. Karena

yang ingin peneliti lihat dan amati bukan sekedar seberapa tinggi hasil belajar

yang dicapai oleh siswa, melainkan juga bagaimana hubungan antara persepsi

dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Menurut Caroll (dalam Sudjana 2009) terdapat lima faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) bakat siswa; (2) waktu yang

tersedia bagi siswa; (3) waktu yang diperlukan guru untuk menjelaskan

materi; (4) kualitas pengajaran; dan (5) kemampuan siswa.

Sementara menurut Munadi dalam Rusman. T (2013) faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor

psikologis. Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan

faktor instrumental.

Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

Faktor internal terdiri dari, a) Faktor jasmaniah, dan b) Faktor psikologis.


16

Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: a) faktor keluarga, b) faktor sekolah,

dan c) Faktor masyarakat

Menurut Muhibbin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

peserta didik yaitu: faktor internal meliputi: a) aspek fisiologis, dan b) aspek

psikologis. Sedangkan faktor eksternal meliputi: a) faktor lingkungan social,

dan b) faktor lingkungan nonsosial

Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: a)

Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik. b)

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

peserta didik misalnya faktor lingkungan. c) Faktor pendekatan belajar, yakni

jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor jasmani

dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan siswa baik

kondisi fisiknya secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga sangat

mempengaruhi. Hasil belajar siswa di madrasah 70 % dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Chalijah Hasan (dalam Muhibbin, 2004) bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar antara lain:

1) Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri disebut dengan faktor

individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,

motivasi dan faktor pribadi.


17

2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial,

faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-

alat yang digunakan atau media pengajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi

social

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal siswa

a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran

fisik, serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan

pendengaran.

b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi,

dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,

ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.

2) Faktor-faktor eksternal siswa

a) Faktor lingkungan siswa - Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama,

faktor lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,

kelembaban udara, waktu (pagi, siang,sore, malam), letak madrasah,

dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti manusia dan

budayanya.

b) Faktor instrumental - Yang termasuk faktor instrumental antara lain

gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran, media
18

pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta

strategi pembelajaran.

Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak

faktor-faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-

faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa

dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran,

sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

c. Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku

seseorang yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan

pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak

pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya

yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang

dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya. Berdasarkan hasil

belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus

tingkat keberhasilan pendidikan.

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih

baik, sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih

memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih

mengembangkan keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru atas

sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya. Dapat


19

disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari siswa

sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan keterampilan.

d. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Menurut Susanto (2014) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, hasil

belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pembelajaran. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono 2013) hasil belajar berupa:

1) Informasi Verbal

Kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tulisan. Kemampuan secara spesfik terhadap

angsangan spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan Intelektual

Kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas.


20

3) Strategi Kognitif

Kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya

sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah.

4) Keterampilan Motorik

Kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan

dan koordinasi.

5) Sikap

Kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan internalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-

nilai sebagai standar perilaku.

Kingsley (dalam Sudjana 2009) membagi tiga macam hasil

belajar yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan

pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori

hasil belajar, yakni: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3)

strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

diukur melalui alat evaluasi baik proses maupun hasil. Hasil belajar siswa

digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pembelajaran.


21

B. Kerangka Pikir

Kegiatan belajar mengajar dipandang berkualitas jika berlangsung efektif,

bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar serta mencapai tujuan yang

telah digariskan. Dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan

yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan

tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pengajar

bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar mengajar

sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata

pelajaran.

Proses belajar mengajar bukanlah hal sederhana karena siswa tidak

sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan

maupun tindakan yang harus dilakukan guna peningkatan partisipasi dan hasil

belajar siswa. Salah satunya dengan memperhatikan pendekatan yang diterapkan

dalam proses belajar mengajar, yang pada hakekatnya merupakan upaya dalam

mengembangkan partisipasi siswa. Penerapan model pembelajaran generatif

terhadap siswa karena akan memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif

dalam pembelajaran sehingga lebih mudah menguasai materi yang diberikan.


22

Skema kerangka pikir

Pembelajaran IPA terpadu

Penerapan pembelajaran Tidak menggunakan


Generatif pada kelas pembelajaran Generatif pada
eksperimen kelas kontrol

Analisis Hasil belajar

Ada pengaruh

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

C. Hipotesis

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari rumusan masalah penelitian,

maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap hasil

belajar IPA terpadu siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai.

H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap

hasil belajar IPA terpadu siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten

Sinjai.
23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan True eksperimental (eksperimen murni),

dengan membagi kelompok penelitian menjadi dua kelompok yang akan diteliti

yaitu kelompok pertama adalah kelompok eksperimen dan kelompok ke dua

adalah kelompok kontrol.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten

Sinjai. Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan

Mei 2018 semester genap tahun pelajaran 2017/2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. populasi ialah

totalitas dari semua objek/individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas

dan tangkap yang akan diteliti. (Sugiyono, 2005)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP 2

Panaikang Kabupaten Sinjai yang terdaftar pada tahun pelajaran 2017/2018

23
24

yang terdiri atas 3 kelas dan berjumlah 100 siswa. Untuk lebih jelasnya

populasi dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Keadaan populasi penelitian


Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan

1 VIII 1 13 20 33

2 VIII 2 14 19 33

3 VIII 3 14 20 34

Jumlah 100

Sumber: SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai Tahun Pejaran 2017/2018

2. Sampel

Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono, “Purposive Sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012).

Pemilihan kelas sebagai sampel dilakukan berdasarkan rata-rata nilai ujian

semester sebelumya, dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata nilai

yang relatif sama. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat perbedaan kemampuan

awal yang cukup signifikan pada kedua kelas sampel. Setelah terpilih dua kelas

sebagai sampel, satu kelas dipilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII2 dan

kelas yang satunya dipilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII3. Untuk lebih

jelasnya Sampel dapat terlihat pada tabel dibawah ini:


25

Tabel 3.2 Keadaan Sampel penelitian

Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan

1 VIII 2 14 19 33
2 VIII 3 14 20 34

Jumlah 67
Sumber : Hasil olahan dari tabel 3.1

D. Variabel Penelitia

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai,

keadaan, kategori dan atau kondisi. Dalam penelitian, peneliti memusatkan

perhatiannya untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang ada antar variabel.

Variabel penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini terdiri atas variabel

independen (Bebas) yaitu penerapan model pembelajaran generatif dan variabel

dependen (Terikat) yaitu hasil belajar IPA Terpadu siswa VIII SMP 2 Panaikang

Kabupaten Sinjai.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “The

randomized posttest only control group design” yang merupakan salah satu

bentuk dari jenis desain penelitian rancangan Eksperimen murni (True-

Experimental Design). Model desain tersebut tampak sebagai berikut:


26

K1 X O1

K2 - O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:
K1: Kelas eksperimen
K2: Kelas control
O1: Posttest untuk kelompok siswa dengan penggunaan model generatif
O2: Posttest untuk kelompok siswa tanpa penggunaan model generatif
X: Perlakuan (model generatif) (Sugiyono, 2012)

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah

lembar Tes. Tes hasil belajar IPA Terpadu siswa, adalah instrument yang

digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa Kelas VIII SMP 2

Panaikang Kabupaten Sinjai setelah menggunakan model pembelajaran generatif.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, yakni

Memberikan tes pada kedua kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

untuk mengetahui hasil belajar IPA Terpadu, yakni post-test digunakan untuk

memperoleh data hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

generatif.
27

H. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik

untuk pengolahan data hasil penelitian yang meliputi analisis deskriptif. Analisis

inferensial dilakukan untuk menjawab masalah keempat yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini.

1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar

yang diperoleh siswa, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar maka dilakukan

pengelompokan. Pengelompokan dilakukan dengan lima kategori sesuai dengan

ditetapkan oleh Depdiknas yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3 Tingkat Penguasaan Materi

Tingkat penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar


85 – 100 Sangat tinggi
65 – 84 Tinggi
55 – 64 Sedang
35– 54 Rendah
0 – 34 Sangat rendah
Sumber: Depdiknas, 2000

Menghitung nilai rata-rata berdasarkan tabel penyebaran data yang

didalamnya mencakup frekuensi, dan tanda kelas interval yaitu:

x
𝑥=
n

Keterangan:
𝑥̅ = Mean (rata-rata)
x = Jumlah data / nilai
28

n = jumlah sampel (Sudjana, 2006).

Menentukan nilai hasil belajar siswa berdasarkan skor yang diperoleh


dengan rumus:

w
N x100%
n

Keterangan:
N : Nilai yang diperoleh siswa
w : Jumlah soal yang benar
n : Banyaknya item soal (Sudjana, 2006)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi

berdasarkan tabel penyebaran data yang didalamnya mencakup frekuensi, dan

tanda kelas interval yaitu:

̅)𝟐
∑ 𝒇𝒊 (𝒙𝒊 −𝒙
S=√ (𝒏−𝟏)

2. Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran dan

menjawab rumusan masalah, apakah model pembelajaran generatif efektif pada

mata pelajaran IPA Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Panaikang Kabupaten

Sinjai, maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji T.

Keterangan:
t : uji perbandingan signifikan
n1 : jumlah siswa kelompok ekperimen
n2 : jumlah siswa kelompok kontrol
X1 : Rata-rata hasil belajar (Kelompok eksperimen)
X2 : Rata-rata hasil belajar (Kelompok control)
𝑆𝑥2 : Nilai varian masing-masing kelompok sampel
n1 : Jumlah subjek pada kelompok sampel (Sugiyono, 2012)
29

Uji hipotesis

H1 : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap

hasil belajar IPA terpadu siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten

Sinjai.

H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif

terhadap hasil belajar IPA terpadu siswa Kelas VIII SMP 2 Panaikang

Kabupaten Sinjai

Kaidah pengujian yaitu:

Jika: t hitung ≥ t tabel, maka H1 diterima artinya signifikan, dan t hitung ≤ t tabel maka H1

ditolak artinya tidak signifikan, dengan taraf signifikansi: 0,05, dan derajat

kebebasan (dk) = n – 2
30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 4 (empat) kali pertemuan pada pokok

bahasan struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Penelitian dilaksanakan pada dua

kelas menggunakan penerapan yang berbeda. Siswa kelas VIII2 (33 orang) belajar

tanpa menggunakan penerapan model pembelajaran generatif (kelas kontrol) dan

siswa kelas VIII3 (34 orang) belajar menggunakan penerapan model Pembelajaran

generatif (kelas eksperimen).

Data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian yaitu berupa data hasil

belajar biologi siswa yang diperoleh dengan menggunakan instrument tes hasil

belajar yang diberikan sebagai tes kemampuan untuk mengetahui hasil belajar

siswa.

1. Deskriptif Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP 2 Panaikang Kabupaten

Sinjai pada siswa kelas VIII2, penulis mengumpulkan data dari instrumen tes

melalui skor hasil belajar post-test siswa. Data-data yang dikumpulkan penulis

dari instrument tes dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


31

Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Statistik Hasil
Ukuran sampel 33
Skor tertinggi 90
Skor terendah 60
Range 30
Rata-rata skor 71,8
Standar deviasi 8,27
Varians 68
Sumber: Analisi statistik deskriptif

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis statistik yang diperoleh dari post-

test, yaitu nilai tertinggi sebesar 90, nilai terendah 60, rentang nilai (Range)

sebesar 30, rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 71,8, standar deviasi 8,37 dan

nilai varians (S2) sebesar 68. Data keseluruhan hasil dapat di lihat pada tabel

distribusi frekuensi penguasaan materi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kategori Peningkatan Penguasaan Materi Siswa Kelas Kontrol

Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)


85 – 100 Sangat tinggi 3 9,09
65 – 84 Tinggi 26 78,79
55 – 64 Sedang 4 12,12
35– 54 Rendah 0 0
0 – 34 Sangat rendah 0 0
Jumlah 33 100
Sumber Data : Hasil post-test.

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 orang yang berada pada kategori

“sangat tinggi” dengan persentase sebesar 9,09%, 26 orang berada pada kategori

“tinggi” dengan persentase sebesar 78,79%, 4 orang berada pada kategori


32

“sedang” dengan persentase sebesar 12,12%. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa tingkat penguasaan materi siswa saat test akhir (post-test) pada kelompok

kontrol tergolong tinggi.

2. Deskriptif Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP 2 Panaikang

Kabupaten Sinjai pada siswa kelas VIII3, penulis mengumpulkan data dari

instrumen tes melalui skor hasil belajar post-test siswa.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen
Statistik Hasil
Ukuran sampel 34
Skor tertinggi 95
Skor terendah 75
Range 20
Rata-rata skor 83,97
Standar deviasi 7,05
Varians 49,66
Sumber: Analisi statistik deskriptif

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis statistik yang diperoleh dari nilai

post-test, yaitu nilai tertinggi 95, nilai terendah 5, rentang nilai (Range) sebesar

20, rata-rata nilai (X) yang diperoleh sebesar 83,97, standard deviasi 7,05 dan

nilai varians sebesar 49,66. Data keseluruhan hasil dapat dilihat pada tabel

distribusi frekuensi penguasaan materi sebagai berikut:


33

Tabel 4.4 Kategori Peningkatan Penguasaan Materi Siswa Kelas Eksperimen

Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)


85 – 100 Sangat tinggi 15 44,12
65 – 84 Tinggi 19 55,88
55 – 64 Sedang 0 0
35– 54 Rendah 0 0
0 – 34 Sangat rendah 0 0
Jumlah 34 100
Sumber Data : Hasil post-test

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 15 siswa yang berada pada kategori

“sangat tinggi” dengan persentase sebesar 44,12%, dan 19 siswa berada pada

kategori “tinggi” dengan persentase sebesar 55,88%. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tingkat penguasaan materi siswa saat test akhir (post-test)

pada kelompok eksperimen tergolong tinggi.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada

kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dengan hasil belajar siswa pada

kelompok kontrol. Untuk keperluan analisis, digunakan analisis kovarian dengan

bantuan SPSS (Lihat pada Lampiran IV). Dengan demikian maka dirumuskan

hipotesis statistik sebagai berikut:

Hipotesis Nihil (H0) = tidak ada perbedaan, jika t.hitung < t.tabel

Hipotesis Alternatif (H1) = ada perbedaan, jika t.hitung > t.tabel

Dengan kriteria pengujian adalah jika nilai sig. hitung > α (0,05) maka H1

diterima dan H0 ditolak, berarti ada perbedaan hasil belajar biologi siswa antara

kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


34

Berdasarkan hasil pengujian yang terlampir pada lampiran IV maka

diperoleh nilai t.hitung sebesar 5,706 dengan t.tabel (0,05) sebesar 2,036. Dengan

demikian jelas terlihat bahwa nilai t.hitung (5,706) > t.tabel (2,036), berarti H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penerapan model

pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA terpadu.

B. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas

VIII2 (kelas kontrol) adalah 71.8. Tingkat penguasaan materi siswa setelah

pemberian post-test, terdapat 3 orang yang berada pada kategori “sangat tinggi”

dengan persentase sebesar 9.09%, 26 orang berada pada kategori “tinggi” dengan

persentase sebesar 78.79%, 4 orang berada pada kategori “sedang” dengan

persentase sebesar 12.12%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat

penguasaan materi siswa saat test akhir (post-test) pada kelompok kontrol

tergolong tinggi. Hasil belajar kelas kontrol mengalami peningkatan cukup rendah

disebabkan karena metode yang digunakan yaitu metode ceramah biasa yang

kurang memotivasi siswa bagaimana belajar dan berpikir dengan baik. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Trianto (2007) bahwa berdasarkan

hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut

ternyata disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran

tradisional, misalnya dengan metode ceramah. Pada pembelajaran ini suasana

kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal ini

siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar,
35

berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian yang diungkapkan oleh Anggraeni pada tahun 2010 dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa Kelas VII SMPN 44 Bandung” sebelum penerapan

model pembelajaran generatif rata-rata hasil belajar siswa adalah 75.45.

Hasil analisis data untuk kelas eksperimen menunjukkan nilai rata-rata

hasil belajar siswa kelas VIII3 adalah 87,69. Tingkat penguasaan materi siswa

kelas eksperimen pada pemberian pre-test, terdapat 15 siswa yang berada pada

kategori “sangat tinggi” dengan persentase sebesar 44.12%, dan 19 siswa berada

pada kategori “tinggi” dengan persentase sebesar 55.88%. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tingkat penguasaan materi siswa saat test akhir (post-test)

pada kelompok eksperimen tergolong tinggi. Hal disebabkan karena model

pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran generatif yang dapat

meningkatkan aktivitas siswa diantaranya membangun pengetahuan sendiri,

bertukar pikiran dengan siswa lainnya, menjawab pertanyaan guru serta berani

tampil mempersentasikan pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilaksanakan oleh Obsore dan Wittrock (Maria, 1999)

berdasarkan teori belajar generatif dan kontruksi bahwa pengetahuan dibangun

oleh siswa seperti membangun ide tentang susatu fenomena atau membangun arti

suatu istilah, kemudian siswa diarahkan untuk menginstruksi fakta-fakta yang

dimilikinya sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang tepat juga

mendorong siswa yang kurang mampu ikut perpartisipasi secara aktif dalam

proses pembelajaran. Selain itu, menurut Tri Mulyani (2006) bahwa diskusi
36

terbimbing merupakan proses komunikasi dua arah dengan cara memberikan

kesempatan pada kedua belah pihak untuk dapat mencurahkan perasaan secara

lebih terbuka sehingga memberikan peluang untuk berkembangnya ide-ide dari

seluruh siswa yang terlibat dan berpartisipasi didalamnya secara lebih bebas, dan

interaksi antara siswa dengan siswa menjadi lebih erat. Selain itu pada

pembelajaran ini, suasana kelas cenderung student-centered, sehingga siswa akan

lebih aktif dalam pembelajaran, yang nantinya akan berimbas pada peningkatan

hasil belajar sekaligus penguasaan materi siswa. Hasil penelitian yang relevan

dengan penelitian yang diungkapkan oleh Anggraeni pada tahun 2010 yaitu

setelah penerapan model pembelajaran generatif rata-rata hasil belajar siswa

adalah 94.37.

Berdasarkan hasil uji SPSS untuk pengujian hipotesis antara nilai post-test

kelas kontrol dan eksperimen, dimana nilai thitung sebesar 5,706 > ttabel α(0,05)

sebesar 2,036, sehingga H1 yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran generatif terhadap hasil belajar diterima. Hasil perhitungan rata-rata

(mean) hasil belajar siswa antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa

hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

generatif (eksperimen) lebih baik daripada hasil belajar biologi siswa yang diajar

tanpa menggunakan model pembelajaran generatif yaitu nilai rata-rata hasil

belajar siswa (post-test) kelas eksperimen adalah 83.97 dan nilai rata-rata hasil

belajar siswa (pos- test) kelas kontrol adalah 71.81.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suryosubroto (1997), yang menyimpulkan bahwa diskusi melalui pembelajaran


37

generatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang tentunya dapat membantu

para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-

temannya (orang lain). Selain itu, Menurut Maria (1999) bahwa “Model

pembelajaran generatif dikembangkan oleh Obsore dan Wittrock dengan

berdasarkan teori belajar generatif dan kontruksi bahwa pengetahuan dibangun

oleh siswa seperti membangun ide tentang susatu fenomena atau membangun arti

suatu istilah, kemudian siswa diarahkan untuk menginstruksi fakta-fakta yang

dimilikinya sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang tepat juga

mendorong siswa yang kurang mampu ikut perpartisipasi secara aktif dalam

proses pembelajaran. Hal inilah yang juga terjadi pada kelas VIII3 yang

merupakan kelas eksperimen. Siswa dimotivasi agar mau mempersentasikan

pendapatnya sendiri selama pembelajaran. Hal inilah yang memunculkan interaksi

yang kuat antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sebagai pembimbing

dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman

dan penguasaan sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada

pokok sistem respirasi ini. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

diungkapkan oleh Anggraeni pada tahun 2010 yaitu setelah penerapan model

pembelajaran generatif yaitu nilai signifikansi yang diperoleh dari uji perbedaan

dua rata-rata adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka berdasarkan

kriteria pengujian hipotesis, H0 ditolak. Hal ini berarti peningkatan kemampuan

penalaran matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran generatif lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa yang pembelajarannya secara konvensional.


38

BAB V

SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat disimpulkan bahwa: Siswa yang diajarkan dengan tanpa menggunakan

model pembelajaran generatif (kelas kontrol) memperoleh skor rata-rata 71.81.

Sedangkan Siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran generatif

(kelas eksperimen) dapat memperoleh skor rata-rata 87.69. Berdasarkan uji

hipotesis menunjukkan bahwa t.hitung sebesar 5,706 dengan t.tabel (0,05) sebesar

2,036. Dengan demikian jelas terlihat bahwa nilai t.hitung (5,706) > t.tabel (2,036),

berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa

penerapan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA

terpadu siswa kelas VIII SMP 2 Panaikang Kabupaten Sinjai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru mata pelajaran biologi disarankan agar menerapkan metode

pembelajaran generatif karena dapat meningkatkan pemahaman dan hasil

belajar biologi.

2. Setiap tugas yang diberikan diharapkan, agar guru memberikan umpan balik

supaya siswa dapat mengetahui letak kesalahan dalam mengerjakan soal.


39

Dengan demikian siswa dapat termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas

berikutnya.

3. Diharapkan bagi calon peneliti berikutnya yang ingin menerapkan metode

pembelajaran generatif sebagai bahan penelitian, diharapkan melakukan

pendekatan kepada siswa terlebih dahulu agar hasilnya dapat lebih maksimal.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, diterapkan pembelajaran dengan bantuan metode

pembelajaran dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada materi struktur dan

fungsi jaringan tumbuhan, dimana keduanya memiliki beberapa kelemahan

sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat saja beruba apabila diterapkan pada

materi pembelajaran biologi lainnya. Keterbatasan penelitian yang lain yakni

rentang waktu penelitian yang terlaluh singkat sehingga penerapan metode

pemebalajaran tidak terlalu maksimal.


40

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka


cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. UUD No 20 Th. 2003. Cet 1.
Jakarta. Sinar Grafika.
Depdiknas. 2000. Pendidikan Nasional. Cet. II, Jakarta; Katalog Klode Putra
Timur,
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika
Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran Cet II. Makassar. Badan Penerbit
UNM
Herdian (2008). Proses Pembelajaran, http://herdy07.wordpress.com
/2010/05/17/ Prosesu Pembelajaran (3 Januari 2018).
Kholil,A. (2003). Pembelajaran Generatif (MPG). http://anwarholil. blogspot.com
/2008/04/ Pembelajaran-generatif-mpg.html (3 Januari 2018).
Safei. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Makassar. PT Padaidi.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.
Bandung. Kencana Prenada Media Group.
Sudijono. Anas. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. VIII; Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2006. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung.
Alfabeta.
________. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Cet III. Bandung. Alfabeta.
________. 2005. Metode Penelitian Administrasi. andung. Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT.
Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta.
Hasil Pustaka.

40
41

Wena, made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta. Bumi


Aksara.

Anda mungkin juga menyukai