Anda di halaman 1dari 11

Pemerintah Kabupaten Bangka Barat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

3.1 Orientasi Wilayah Perencanaan

Secara administrasi kawasan perencanaan Pelabuhan Muntok terdapat di Desa air Putih yang
memiliki luas ± 578,74 hektar (hasil perhitungan konsultan). Lokasi perencanaan secara faktual
berada di Desa Air Putih dan sekitarnya dan batas-batas perencanaan secara geografis sebagai
berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Natuna

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Air Belo, Air Limau, Desa Mayang, Desa Rambat
dan Desa Belo Laut

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sungai Daeng dan Desa S. Baru

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kel. Tanjung

Secara geografis kawasan perencanaan ini berada di bagiaan timur kawasan pariwisata tanjung
Ular, Kawasan perencanaan bersebelahan dengan kawasan pariwisata Tanjung Ular. Untuk
mendapat gambaran lebih jelas mengenai orientasi kawasan perencanaan dapat dilihat pada
Gambar 3.1

3.2 Kondisi Fisik

3.2.1 Topografi

Bab III - 1
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pada umumnya kawasan perencanaan mempunyai 2 katagori kelerengan yaitu 0 – 2 % dan 2 – 15


%. Kemiringan 0 – 2 % terdapat disepanjang bibir pantai, sedangkan kemiringan 2 – 15 % terdapat
di dalam kawasan (mengarah keluar pantai ).

Gambar 3.1

Orientasi Wilayah Perencanaan

Bab III - 2
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Ditinjau dari dua klasifihkasi tersebut terlihat jelas bahwa keadaan topografi di kawasan
perencanaan yang memiliki kemiringan berkisar antara 0 – 2 %, merupakan lahan yang
diklasifikasikan kedalam wilayah dataran rendah (datar). Permukaanm lahan yang datar ini
merupakan suatu lahan yang potensial untuk pengembangan lingkungan permukiman dan kegiatan
fisik perkotaan. Hanya lahan-lahan di sepanjang sungai saja yang sebaiknya dijadikan lahan
konservasi atau kawasan penyangga. Tingkat kemiringan yang dimilikinya relatif tidak menyulitkan
dalam proses pembangunan fisik kota tersebut, seperti dalam pematangan lahan.

Kemiringan lahan merupakan faktor utama kemampuan lahan untuk dapat diusahakan , dimana
semakin besar angka kemiringan lahan semakin sukar lahan tersebut untuk diusahakan, disamping
besar pula biaya yang diperlukan untuk mengusahakannya. Syarat kemringan lahan untuk
berbagai jenis kegiatan yang dapat diterapkan di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1
Syarat Kemiringan Lereng Untuk Berbagai Jenis Kegiatan

No Penggunaan Maksimum Minimum Optimum


Lahan
1 Perumahan 20-25% 0% 2%
2 Lapangan Bermain 2-3% 0,05% 1%
3 50% - 25%
Fasilitas Umum

4 Langan Rumput 25% - 2-3%


5 Permukaan dengan
perkerasan
- Temp 3% 0,00% 1%
at Parkir 10% 0% 1%
- Kaki 15-17% 0% 1%
Lima
- Jalan
Raya
6 Daerah Industri
- Pabrik 3-4% 0% 2%
- Gudang 3% 0,05% 1%
Sumber : William M. Marsh, 1991

Berdasarkan klasifikasi Maberry (Sampoerno, 1979), kemiringan lereng sampai 3 % adalah sangat
ideal untuk semua jenis pemanfaatan kegiatan atau aktifitas manusia. Untuk memberi gambaran
kriteria pemanfaatan lahan berdasarkan kemiringan lahan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Namun di satu sisii kemiringan 0 – 3 % ini juga akan menyulitkan dalam pengaturan sistem drainase
dan distribusi air minum, tetapi biasanya diatasi dengan pengaturan kemiringan untuk saluran
drainase dan sistem pemompaan untuk air minum.

Bab III - 3
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Tabel 3.2
Penggunaan Lahan Dan Sudut Lereng yang Optimum
Kelas Sudut Lereng (%)
0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 20-70 .
70
Penggunaan Lahan

Rekreasi Umum
Bangunan terhitung
Perumahan
Fasilitas kota
Jalan kota
Sistem septik
Pusat perdaganagan
Jalan Raya
Lapangan terbang
Jalan kereta api
Jalan lain
Hingga 45 %
Sumber : Sampoerno, Materi Kuliah “Geologi dan Tata Lingkungan’ ITB,1979

3.2.2 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah diartikan sebagai wilayah kedalaman solum tanah, solum merupakan
media pertumbuhan tanaman yang sangat baik, sehingga peruntukan informasi ini lebih penting
kearah pengembangan pertaniaan.

Untuk pengembangan perumahan kedalaman solum ini kurang begitu penting. Pembagiaan
kedalaman efektif tanah ini adalah:

 Kelas A memiliki kedalaman > 90 cm

 Kelas B memiliki kedalaman antara 60 – 90 cm

 Kelas C memiliki kedalaman antara 30 – 60 cm

Wilayah Kecamatan Muntok pada umumnya termasuk dalam katagoi kelas A yaitu dengan
kedalaman efektif lebuh dari 90 cm.

Bab III - 4
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

3.2.3 Tekstur Tanah

Tekstur tanah dibagi dalam katagori halus, sedang dan agak kasar. Kawasan perencanaan
umumnya memiliki tekstur tanahnya termasuk katagori kasar.

3.2.4 Kelas Drainase

Kelas drainase ini terbagi dalam 3 katagori, yaitu:

a. Notasi a : tak pernah tergenang

b. Notasi b : tergenang, pada waktu hujan

c. Notasi w : Katagori waduk/rawa

Kawasan perencanaan pada umumnya tidak pernah mengalami genangan.

3.2.5 Erosi

Secara umum di kawasan perencanaan atau dalam hal ini wilayah Kecamatan Muntok berdasarkan
atas kemampuan lahan yang ada dinyatakan tidak pernah terjadi erosi (dinotasikan simbol T),
maupun abrasi pantai.

3.2.6 Faktor pembatas

Hal ini merupakan kendala fisik untuk pengembangan pemanfaatan kemampuaan lahan. Kendala
fisik adalah suatu kondisi fisik alam yang dalam pengembangannya/pemanfaatannya memerlukan
syarat tertentu. Yang menjadi kendala fisik di kawasan perencanaan adalah kesulitan
memanfaatkan air tanah dan adanya gugusan batu besar yang akan berpengaruh terhadap
perencanaan pelabuhan, oleh karena itu perlu adanya analisis terinci tentang bathymetri.

Limitasi adalah suatu kondisi fisik yang sama sekali tidak dapat dilakukan pengembangan
berdasarkan ketentuan-ketentuaan dan pertimbangan ekologis, atau dengan kata lain tidak dapat
menambah/membangun fisik didalamnya. Berdasarkan pengamatan di kawasan perencanaan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah lahan yang berada di dalam batas jalur sempadan pantai 100
meter dari titik pasang tertinggi.

Berdasarkan hasil super impose dari faktor-faktor tersebut diatas maka dapat dikelompokan menjadi
2 (dua) potensi lahan dikawasan perencanaan yaitu:

Bab III - 5
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

1. Lahan potensi yang dapat dikembangkan relatif tampa syara-syarat tertentu, yaitu lahan-
lahan yang berada pada kemiringan lereng-lereng antara 2 sampai 15%. Kemiringan lahan di
kawasan perencanaan pada umumnya kurang dari 2-15%

2. Lahan potensial yang dapat dikembangkan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu pengaturan
sistem drainase dan pemompaan jaringan air bersih karena morfologinya relatif datar/
kemiringan kurang dari 15, pembuatan kontruksi bangunan sesuai dengan jenis tanah dan
batuan yang ada.

3. Lahan tidak potensial, yaitu lahan yang terdapat di dalam jalur garis sempadan pantai.

3.3 Pemanfaatan Lahan Dan Status Tanah

Pemanfaatan lahan di kawasan perencanaan di dominasi oleh kebun campuran antar alang-alang
liar dan tanaman kelapa khususnya dipinggiran pantai. Penggunaan lahan untuk perumahan masih
sangat jarang dan jarak antara perumahan berjauhan serta dihubungkan dengan jalan-jalan
setapak.

Ditinjau dari segi pemanfaatan lahan yang sebagiaan besar masih berupa lahan kosong (un-built up
areas) ini memberikan indikasi bahwa adanya kelayakan, kemudahan/keleluasaan untuk
merencanakan tapak kawasan.

Sedangkan ditinjau dari segi status tanah di kawasan perencanaan ini terdiri dari tanah negara dan
milik perseorangan. Untuk pelaksanaan pembangunan kawasan pelabuhan ini dalam hal
pembebasan lahan akan diberikan ganti rugi sesuai dengan peraturan yang ada.

3.4 Kependudukan

Aspek kependudukan memiliki peranan yang sangat penting dalam perencanaan, karena
penduduk sebagai subyek sekaligus objek perencanaan suatu wilayah.

Pembahasan penduduk pada Kajian studi kelayakan pelabuhan ini secara kuantitatif berdasarkan
batas administrasi. Berdasarkan pada Laporan Hasil Pengolahan Dokumen P4B Kabupaten
Bangka Barat tahun 2004 diketahui jumlah penduduk di wilayah perencanaan yaitu Desa Air Putih
sebanyak 1.945 jiwa sedangkan pada tahun 2000 hanya mencapai 1.616 dengan demikian selama
kurun waktu 5 tahun (tahun 2000-2004) terdapat peningkatan sebanyak 329 jiwa.

Adapun laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 5 tahun yaitu sebesar 4,23%, laju
pertumbuhan Desa Air Putih cukup tinggi jika dibandingankan dengan laju pertumbuhan penduduk
Kecamatan Muntok yang hanya mencapai 1,94%.

Bab III - 6
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kepadatan penduduk Desa Air Putih pada tahun 2004 dengan luas wilayah desa 4.843 ha yaitu
sebesar 1 jiwa/ha. Lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Air Putih tahun 2000-2004
dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Desa Air Putih
Tahun 2000-2004

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1 2000 1.616
2 2001 1.603
3 2002 1.611
4 2003 1.892
5 2004 1.945
LPP 4.23 %
Sumber RTRW Bangka Barat 2005-2015

Sedangkan berdasarkan proyeksi penduduk RTRW Bangka Barat Tahun 2005-2015 jumlah
penduduk wilayah perencanaan dalam hal ini Desa Air Putih pada tahun 2015 berjumlah 3067 jiwa.
Lebih jelasnya mengenai proyeksi penduduk wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4
Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan
Tahun 2005-2015

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)


1 2005 2027
2 2006 2113
3 2007 2202
4 2008 2295
5 2009 2393
6 2010 2494
7 2011 2599
8 2012 2709
9 2013 2824
10 2014 2943
11 2015 3067
Sumber RTRW Bangka Barat 2005-2015

3.5 Pola Intensitas Bangunan

1. Kondisi Umum Bangunan

Bab III - 7
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Proporsi lahan untuk penggunaan bangunan di kawasan perencanaan hanya terdiri dari
bangunan perumahan. Keadaan bangunan sebagiaan besar berupa bangunan semi permanen
dan dalam kondisi baik, sedangkan bangunan temporer dengan kondisi buruk tidak banyak
terdapat pada kawasan perencanaan ini, biasanya bangunan temporer ini terdapat didaerah
ladang pedalaman, inipun sebagian kecil saja.

2. Kepadatan Bangunan dan Ketinggian Bangunan

Kepadatan bangunan disini yang dimaksud adalah perbandingan antara luas bangunan dengan
luas kapling/persil atau biasanya disebut Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau Building
Coverage Ratio (BCR).

Dengan adanya pengeturan kepadatan penduduk/bangunan diharapkan dapat dijaga


keseimbangan permukaan air tanah. Semakin besar kepadatan bangunan disuatu lahan, maka
semakin kecil air hujan yang dapat meresap kedalam tanah dan semakin besar limpasan air
permukaan.

Pengaturan ketinggian bangunan yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah lantai yang
disyaratkan pada suatu bangunan, atau biasanya disebut Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau
Floor Average Ratio (FAR).

3.6 Prasarana Lingkungan dan Utlitas

A. Prasarana Lingkungan

1. Air bersih

Sebagian besar penduduk di wilayah Desa Air Putih belum mendapatkan pelayanan air
bersih. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih masih tergantung mata air permukaan
sungai dan tadah hujan.

Sumber air baku yaitu mata air permukaan yang dimanfaatkan untuk keperluaan sehari-hari
dari segi kualitasnya masih harus dilakukan pengolahan secara lengkap.

2. Air Limbah

Sitem pembuangan air limbah yang sebagian besar limbah rmah tangga di kawasan
perencanaan masih menggunakan Cubluk dengan resapan sebagai sistem pembuangan
limbahnya.

3. Drainase

Saluran drainase yang ada di wilayh perencanaan sebagian besar masih menampung air
hujan dan air limbah rumah tangga dengan kontruksi semi permanen

Bab III - 8
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

4. Persampahan

Sistem persampahan yang dilakukan oleh penduduk di wilayah perencanaan masih bersifat
tradisional, yaitu sistem pembakaran setempat, sehingga sistem persampahan yang
dilakukan belum menghasilkan sistem yang efisien dan efektif.

B. Utilitas

1. Listrik

Kebutuhan akan tenaga listrik terutama dalam rangka menunjang terselenggaranya


kawasan pelabuhan sangatlah penting, saat ini pelayanan listrik di kawasan perencanaan
belum merata, sebagian penduduk menggunakan sumber energi secara perorangan.

Fasilitas jaringan listrik pada masa mendatang perlu pengembangan dan menambahan
kapasitas seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

2. Jaringan Telepon

Ketersediaan fasilitas telepon merupakan hal yang sangat penting juga untuk menunjang
kelancaran komunikasi di kawasan perencanaan, oleh itu pemenuhan fasilitas telepon yang
dikelola oleh perumtel harus ditingkatkan pelayanannya dalam hal ini perlunya
pengembangan dan penambahan jaringan telepon sesuai dengan kebutuhan pada masa
mendatang.

3.6 Transportasi
Gambar 3.2 Kondisi Jaringan Jalan
1. Jaringan Jalan Yang Mengakses Ke Wilayah
Perencanaan

Ditinjau dari tingkat aksesibilitasnya jaringan jalan yang menghubungkan Kota Muntok dengan
kawasan perencanaan sebagian kondisinya cukup baik yaitu sudah menggunakan perkerasan
aspal dengan ROW ± 6 meter sedangkan sebagian lagii kondisinya masih buruk dalam hal ini
masih jalan tanah. Seiring dengan akan dibangunnya pelabuhan maka jaringan jalan yang akan
menjadi akses ke kawasan tersebut harus ditingkatkan dan juga perlu dibangun jalan-jalan baru
untuk mempermudah akses ke kawasan perencanaan.

2. Pola Pergerakan

Karakteristik pola pergerakan yang terjadi di kawasan perencanaan adalah pergerakan


penduduk dari rumah ketempat kegiatan sehari-hari yaitu ketempat bekerja (pantai, ladang) dan

Bab III - 9
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

ke tempat fasilitas umum .Pola pergerakan ini sebagian besar menggunakan alat angkut
kendaraan pribadi yaitu kendaraan bermotor roda dua, roda empat dan roda tiga.

3.7 Potensi dan Permasalahan

3.7.1 Potensi

Potensi yang dimiliki oleh Desa Air putih yang dapat mendukung terhadap rencana pembangunan
pelabuhan barang adalah sebagai berikut :

 Letak dan posisi geografis pulau bangka yang cukup strategis yaitu berada pada jalur
pelayaran internasional (samudera)

 Merupakan sentral sumber daya energi dan beberapa sumber daya mineral serta sentral
terhadap wilayah Asean terutama kawasan Si – Jori (Singapore-Johor-Riau).

 Tersedianya lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan pelabuhan tersebut.

 Seluruh kawasan perencanaan tidak termasuk kedal;am kelompok wilayah rawan bencana

 Adanya bekas dermaga di kawasan perencanaan memberikan indikasi bahwa kawasan


tersebut layak dijadikan pelabuhan

 Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka Barat tahun 2005-2015, Bantuan Teknis


Penyempurnaan RTRW Bangka Barat dan Rencana Tata Ruang Kawasan Industri Maritim
Muntok tahun 2000 di kawasan perencanaan ( Tanjung Ular Desa Air Putih) diarahkan
pengembangan pelabuhan.

 Pemerintah kota akan mendapat atau memperoleh keuntungan dari keberadaan pelabuhan
dapat meningkatkan perekonomiaan

 Adanya bekas dermaga di kawasan perencanaan memberikan indikasi bahwa kawasan


tersebut layak dijadikan pelabuhan

 Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka Barat tahun 2005-2015, Bantuan Teknis


Penyempurnaan RTRW Bangka Barat dan Rencana Tata Ruang Kawasan Industri Maritim
Muntok tahun 2000 di kawasan perencanaan (Tanjung Ular Desa Air Putih) diarahkan
pengembangan pelabuhan.

 Pemerintah kota akan mendapat atau memperoleh keuntungan dari keberadaan pelabuhan
dapat meningkatkan perekonomiaan

Bab III - 10
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

3.7.2 Permasalahan

Sedangkan permasalahan yang dimiliki oleh Desa Air Putih adalah sebagai berikut :

 Pembangunan pelabuhan membutuhkan modal investasi yang besar karena membutuhkan


lahan yang sangat luas

 Kondisi jaringan jalan yang menuju kawasan perencanaan memiliki sebagian memiliki
kondisi buruk (Kurang memenuhi persyaratan teknis)

 Memiliki akses yang cukup jauh dari pusat kota Muntok

 Minimnya sarana dan prasarana kota di kawasan perencanaan

 Terdapatnya kegiatan penambangan rakyat (TI), sehingga menimbulkan degradasi


lingkungan di kawasan perencanaan

 Terdapatnya perkebunana kelapa sawit yang merupakan salah satu limitasi dalam
pengembangan ruang di kawasan perencanaan

 Adanya batu karang yang terhampar berakibat pada cost construction pada pembangunan
pelabuhan.

 Belum terdapatnya alur pelayaran di kawasan perencanaan

Bab III - 11
S tudi Kelayakan Pelabuhan Barang Muntok

Anda mungkin juga menyukai