Dwi Ratmono
Winarti Monika Sagala
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro
Kata kunci: pengungkapan CSR, agresivitas pajak, effective tax rates, legitimasi
Abstract: According to legitimacy theory, there is a possibility that companies use corporate social
responsibility (CSR) disclosure as a mean to maintain their image. The objective of this study is to
examine the effect CSR disclosure on corporate tax aggressiveness. The independent variable is used
in this study is corporate social responsibility disclosure. While the dependent variable in this
study is tax aggressiveness that measured using proxy effective tax rates (ETR).The objective of this
study to test the generalization of Lanis and Richardson’s finding (2012). Samples were selected by
probability sampling method and finally obtained 125 non-financial companies that fulfill
the criteria. Data were analyzed using ordinary least square regression analysis model. The result
shows that the lower the level of CSR disclosure of a corporation, the higher is the level of tax
aggressiveness. This result provides an empirical support for legitimacy theory.
Keywords: corporate social responsibility, tax aggressiveness, effective tax rates, legitimacy
tentang pajak antara pemerintah dengan sebagai wajib pajak bertentangan dengan
sebagai wajib pajak badan, pajak meminimalkan beban pajak secara agresif
16
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
seluruh negara. Agresivitas pajak dapat rangka memperoleh citra (image) yang
didefinisikan sebagai semua upaya yang baik di mata masyarakat. Lanis dan
dilakukan oleh manajemen untuk Richardson (2012) berargumen bahwa
menurunkan jumlah beban pajak dari CSR dianggap sebagai faktor kunci
yang seharusnya dibayar oleh dalam keberhasilan dan kelangsungan
perusahaan (Lanis dan Richardson, 2012). hidup perusahaan karena pada hakekatnya
Sementara, Frank, Lynch dan Rego (2009) aktivitas perusahaan tidak terlepas dari
mendefinisikan agresivitas pajak sebagai kontrak sosial dengan masyarakat.
sebuah tindakan merekayasa pendapatan Dalam rangka memperoleh citra
kena pajak yang dirancang melalui yang baik tersebut, perusahaan
tindakan perencanaan pajak baik menunjukkan kepada publik, termasuk
menggunakan cara yang tergolong legal dengan mengungkapkannya dalam laporan
(tax avoidance) maupun ilegal (tax tahunan, bahwa mereka telah melakukan
evasion). banyak aktivitas CSR. Perusahaan yang
Perusahaan yang melakukan mengungkapkan banyak informasi tentang
berbagai upaya yang termasuk dalam aktivitas CSR-nya berharap memperoleh
kategori agresivitas pajak dapat legitimasi dari publik bahwa aktivitasnya
menyebabkan citra negatif di mata telah sesuai ekspektasi masyarakat.
masyarakat. Agresivitas pajak dalam Dengan mengungkapkan aktivitas CSR,
pandangan masyarakat merupakan suatu perusahaan berusaha menunjukkan bahwa
kegiatan yang tidak bertanggung jawab mereka memberikan kontribusi penting
secara sosial dan tidak sah (Lanis dan bagi masyarakat. Untuk menjaga
Ricahrdson). Tindakan perusahaan dalam legitimasi yang diperoleh dari aktivitas
hal meminimalkan pembayaran pajak CSR tersebut, perusahaan berusaha tidak
tidak sesuai dengan pandangan dan akan melakukan kegiatan, termasuk
harapan masyarakat karena pajak yang agresivitas pajak, yang dapat merusak
dibayar perusahaan memiliki impikasi citranya yang telah baik di mata
penting bagi masyarakat dalam hal masyarakat. Menurut argumen teori
pendanaan barang publik seperti legitimasi tersebut maka terdapat
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hubungan negatif antara pengungkapan
pertahanan nasional, dan sebagainya. CSR dan agresivitas pajak. Semakin
Pada sisi lain, corporate social banyak pengungkapan CSR perusahaan,
responsibility (CSR) dipandang sebagai semakin kecil tingkat agresivitas pajak.
suatu tindakan strategik perusahaan dalam Lanis dan Richardson (2012)
17
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
telah menguji secara empiris argumen dkk., 2003; Djankov, 2008): (a) tingkat
teori legitimasi tersebut dengan meneliti perlindungan investor yang lemah, (b)
pengaruh pengungkapan CSR terhadap kepemilikian terkonsentrasi, (c) sumber
agresivitas pajak. Hasilnya mendukung pendanaan utama perusahaan dari bank,
teori legitimasi bahwa perusahaan yang dan (d) tingkat manajemen laba yang
mempunyai tingkat pengungkapan CSR tinggi. Hal ini mungkin membatasi
yang tinggi cenderung rendah tingkat generalisasi temuan penelitian CSR dan
agresivitas pajaknya. Namun masih agresivitas pajak terdahulu seperti Lanis
menjadi pertanyaan penelitian apakah dan Richardson (2012) ke dalam konteks
temuan Lanis dan Richardson (2012) Indonesia.
untuk sampel perusahaan di Australia Kontribusi penelitian ini adalah
tersebut dapat digeneralisasikan ke sebagai berikut. Pertama, penelitian ini
konteks lain. Hal ini karena setiap negara berkontribusi menjelaskan secara empiris
menerapkan peraturan perpajakan yang berbagai pelanggaran etika bisnis dengan
berbeda. Selain karena perbedaan regulasi menggunakan aktivitas CSR sebagai
perpajakan, validitas eksternal hasil kedok penutup (Chih et al., 2008; Hong
penelitian Lanis dan Richardson (2012) dan Andersen, 2011). Sebagai contoh,
perlu diuji lebih lanjut ke konteks negara perusahaan Enron yang melakukan
dengan lingkungan institusional yang skandal manipulasi laba terbesar dalam
berbeda. sejarah Amerika Serikat pada tahun 2000
Tujuan dari penelitian ini adalah ternyata melakukan aktivitas CSR secara
menguji generalisasi temuan Lanis dan intensif (Kim et al., 2012). Bukti ini
Richardson (2012) tentang pengaruh mengindikasikan penggunaan CSR
pengungkapan CSR terhadap tingkat sebagai sarana untuk menipu atau
agresivitas pajak perusahaan. menyesatkan pemangku kepentingan dari
Kebanyakan penelitian CSR dan aktivitas pelanggaran etika bisnis
agresivitas pajak terdahulu dilakukan perusahaan. Kedua, dalam kasus
dalam konteks bisnis Barat (common law) Indonesia, masih terbatas penelitian yang
sehingga generalisasinya dalam konteks menguji apakah aktivitas CSR digunakan
Indonesia masih menjadi pertanyaan untuk menutupi pelanggaran etika bisnis
penelitian yang penting. Perbedaan seperti agresivitas pajak. Penelitian ini
konteks institusional yaitu Indonesia berkontribusi untuk memberikan bukti
termasuk kluster negara-negara code law empiris tersebut sehingga dapat menjadi
dengan karakteristik antara lain (Leuz sumber informasi bagi stakeholders dalam
18
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
19
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
20
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
21
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
Pengungkapan CSR
22
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
23
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
24
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
25
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
pajak yang cukup tinggi. Sementara asumsi regresi OLS (asumsi klasik)
26
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
terhadap dependen.
Unstandardized Standardized
Variabel Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Konstanta 0,422 0,077 5,480 0,000
CSR 0,171 0,044 0,182 2,617 0,018
CINT 0,055 0,022 0,135 2,524 0,012
INVNT 0,075 0,029 0,138 2,569 0,011
SIZE -0,008 0,003 -0,147 -2,859 0,004
Nilai F (signifikansi) 5,220 (0,000)
Adjusted R-squared 0,094
27
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
pajak lebih rendah daripada seharusnya. yang besar cenderung mempunyai aset
Hasil ini menjelaskan bahwa semakin yang besar. Semakin besar perusahaan
tinggi perusahaan melakukan aktivitas cenderung mempunyai manajemen
CSR, maka semakin tinggi sikap dan sumber dana yang baik dalam
tanggung jawab yang dimiliki menjalankan perusahaan. Perusahaan
perusahaan dicerminkan dalam sikap menggunakan sumber dana yang dimiliki
patuhnya dalam membayar jumlah untuk melakukan tax planning yang baik,
beban pajak yang telah ditetapkan atau namun perusahaan tidak selalu dapat
dapat disimpulkan perusahaan semakin menggunakan sumber daya yang
tidak agresif terhadap pajak. Hasil dimilikinya untuk melakukan tax
penelitian ini mendukung teori legitimasi planning dikarenakan ada kemungkinan
yang menjelaskan bahwa pengungkapan menjadi sasaran dari keputusan dan
tanggung jawab sosial dilakukan kebijakan pemerintah.
perusahaan untuk mendapatkan Hasil pada tabel 3 menunjukkan variabel
legitimasi dari masyarakat dimana INVNT berpengaruh positif signifikan
perusahaan berada. Legitimasi ini terhadap ETR. Hal ini menunjukkan
menyebabkan perusahaan terhindar dari bahwa semakin tinggi nilai intensitas
hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat persediaan yang dimiliki perusahaan
meningkatkan nilai perusahaan tersebut. maka semakin rendah keiginan
Teori legitimasi menyatakan organisasi perusahaan untuk meminimalkan pajak
bukan hanya memperhatikan hak-hak yang dibayarkan. Hal ini disebabkan
investor tetapi juga memperhatikan hak persediaan akan habis dalam jangka
publik (Deegan dan Brown, 1998). waktu yang singkat (satu tahun).
Dalam hasil pengujian regresi yang Semakin tinggi nilai persediaan,
ditunjukkan pada tabel 3., variabel mencerminkan semakin rendah nilai
CINT berpengaruh positif signifikan harga pokok persediaan sebagai
terhadap ETR. Hal ini menunjukkan pengurang dalam laba sebelum pajak
bahwa semakin tinggi nilai CINT maka yang membuat total beban pajak
semakin rendah sikap agresivitas pajak menjadi lebih tinggi. Hal tersebut karena
yang dilakukan oleh perusahaan. Hai ini nilai intensitas persediaan diukur dari
berhubungan dengan aset yang dimiliki total akhir persediaan. Nilai harga pokok
suatu perusahaan yang berhubungan persediaan sendiri dihitunng dari jumlah
dengan besar kecilnya perusahaan, persediaan awal ditambah dengan total
perusahaan pembelian persediaan selama satu tahun
28
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
29
JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015
30