Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Guillain Bare Syndrome”

Dosen pembimbing:

N.s Roshinta S.A., M.kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Raditya Ayu (14.401.18.045)

Utari Maulida (14.401.18.061)

Vica Meidika B.P (14.401.18.063)

Yuke Yunita Novianti (14.401.18.068)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


D3 KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2019

2
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Guillain Bare Syndrome ” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Krikilan, 11 Mei 2019

Kelompok 2

DAFTAR ISI

i
BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

ii
Kesehatan merupakan hal yang perlu dijaga. Terlepas dari berbagai macam
penyakit yang ada didunia , Indonesia juga memiliki potensi yang tidak kalah besar dapat
terserang. Di Indonesia saat ini banyak penyakit-penyakit baru yang menyerang yang
mungkin asing dipendengaran kita, salah satunya Guillain Barre Syndrome (GBS)
Syndrome ini terjadi karena adanya kerusakan myelin disaraf tepi. Guillain Barre
Syndrome ditandai dengan paralisik motorik yang biasanya menyerang ekskremitas bawah
kemudian berkembang ke bagian atas. Perbandingan penyebaran penyakit ini antara pria
dan wanita adalh 1,5 : 1. Kejadian tersering pada usia > 70 tahun pada kasus terparah
(prevotz & sutter, 1997 ; McKhann. Etal..1993; jiang, et al..)
Dalam satu setengah sampai dua pertiga kasus ini, didahului dengan infeksi saluran
pernapasan atas atau saluran pencernaan 1-4 minggu. Dari fenomena ini, penulis ingin
mendalami pemahaman kesehatan tentang Guillain Barre Syndrome bagi pembaca maupun
penulis sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Guillain Barre Syndrome?
2. Bagaimana Etiologi dari Guillain Barre Syndrome?
3. Apa saja gejala dari penyakit Guillain Barre Syndrome?
4. Bagaimana Patofisiologi dan phatway dari Guillain Barre Syndrome?
5. Apa saja komplikasi dari Guillain Barre Syndrome?
6. Apa saja klasifikasi dari Guillain Barre Syndrome?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Guillain Barre Syndrome?
C Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami dan menambah pengetahuan atau wawasan tentang
penyakit Guillain Barre Syndrome

2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami apa definisi Guillain Barre Syndrome
2. Untuk memahami Etiologi dari Guillain Barre Syndrome
3. Untuk memahami gejala Guillain Barre Syndrome

iii
4. Untuk memahami Patofisiologi dan phatway dari Guillain Barre Syndrome
5. Untuk memahami komplikasi dari Guillain Barre Syndrome
6. Untuk memahami klasifikasi dari Guillain Barre Syndrome
7. Untuk memahami penatalaksanaan dari Guillain Barre Syndrom

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Guillain Barre Syndrome (SGB/GBS) adalah syndrome klinis yang ditujukkan oleh awitan
akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit ini mencakup
demielinasi dan degenasi selaput myelin dari saraf perifer dan kranial yang etiologinya belum
diketahui (Hudak & Gallo:287)

Guillain Barre Syndrome adalah gangguan degenatif terkomplikasi yang sifatnya dapat
akut ataupun kronis. Etiologi belum jelas, sekalipun gangguan ini mempunyai kaitan dengan
mekanisme autoimun sel dan humoral beberapa hari sampai 3 minggu setelah infeksi saluran
pernapasan atas ringan (Lynda Juall C:298)

Guillain Barre Syndrome adalah gangguan kelemahan neuromuskular akut yang


memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tetapi biasanya
paralisis sementara. (Doenges : 369)

B.Etiologi

Penyebab dari guillain Barre Syndrome belum diketahui secara pasti, sehingga penyakit
ini sering disebut idiopathic. Nama lain dari syndrome ini adalah polyneuropathy/idiopathic
polyneurophaty. Namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menjadi faktor penyebab
perkembangan Guillain Barre syndrome (Ignatavicius & Workman, 2010).

1) Bakteri atau virus: misalnya campylobacter jejuni


2) Penyakit autoimun : misalnya HIV/AIDS, SLE
3) Penyakit akut : misalnya ISPA dan Gastrointestinal illness.
4) Virus : Cytomegalovirus dan Epstein Barr Virus
Dalam kebanyakan kasus GBS , penyebab diketahui adalah invasi bakteri Campylobacter
jejuni. Bakteri ini biasanya ditemukan pada ayam atau sapi sehat. Bakteri ini dapat masuk
kedalam tubuh manusia melalui daging sapi atau daging ayam yang mentah atau tanpa
melalui proses pemasakan yang matang sempurna. Bakteri ini terdapat dalam feses ayam
atau sapi yang berpotensi mencemari daging. Hal ini sama halnya dengan bakteri

1
salmonella. Selain itu, air yang tidk berklorin juga merupakan salah satu tempat
berkembangnya penyakit ini. (EVANS, et al.,1998 dalam rosyidi, et al., 2012)

C.Menifestasi Klinis

Beberapa menifestasi awal dari GBS adalah baal, nyeri, paresthesia, serta
kelemahan pda ekstremitas (McCance & Huether, 2010). Parestesi merupakan gejala khas
yang terjadi pada pasien dengan GBS. Parestesi terjadi dari ekstremitas bawah lalu
menyebar keatas sampai ke leher.

Guillain Barre Syndrome merupakan penyakit yang hampir menyerang hampir


seluruh system tubuh. GBS terjadi secara progresif dan disebut sebagai ascending paralysis.
Berdasarkan tahap perkembangan GBS, tanda tanda dan gejala awal masuk kedalam fase
akut. Lalu, diikuti dengan kelumpuhan yang terjadi secara pogresif. Kelumpuhan yang
terjadi meliputi seluruh kelemahan pada otot pernafasan, saraf otonom dan sensorik. Pada
motorik, terjadi penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot ekstremitas. Saraf kranial
pun terserang sehingga akan ditemukan gejala seperti disfagia dan juga kesulitan dalam
berbicara. Dysarthria juga terjadi dalam fase ini.

Pada fase plateau, kelemahan meningkat secara drastic pada minggu keempat.
Pada tahap ini terjadi dengan tingkat 90%. Fase ini membuat kerusakan pada system saraf
otonom, sehingga mengakibatkan takikardi/bradikardi, hipotensi/hipertensi, disritmia, dan
kesulitan bernafas. Pada sensorik terjadinya nyeri, baal, kesulitan mengunyah, kelemahan
untuk batuk. Oleh karena itu, pasien sering mendapat terapi ventilator. Setelah itu, dalam
waktu berbulan-bulan, peningkatan kekuatan otot mulai terjadi. Disinilah fase pemulihan
dimulai.

Berdasarkan klasifikasi GBS, tanda dan gejala yaitu:

1. AIDP : terjadinya ascending paralysis, dengan gejala sensori terjadi lebih dulu.
2. AMAN : kelemahan terjadi secara progresif tanpa adanya gangguan sensori
3. AMSAN : ascending paralysis dengan gejala sensori terjadi lebih dulu
4. FS : adanya opthalmoparesis, areflexia, ataxia, dan tanda infeksi

D. Patofisiologi

2
E. PHATWAY

3
F. Komplikasi
Komplikasi dari GBS pada dasarnya tidak ada, tapi komplikasi yan terjadi karena
tindakan medis seperti plasmaperesis.
1. Trauma/infeksi pada pembuluh darah di area tindakan
2. Hipovolimea diikuti dengan hipotensi, takikardi, pusing, dan diaphoresis

4
3. Hypokalemia dan hipokalsemia
4. Parestesi pada ekstremitas bagian distal, kedutan pada otot, mual dan muntah berkaitan
dengan administrasi plasma
G. Klasifikasi

Menurut McCance & huether,2010, GBS memiliki beberapa tipe, yaitu:

1. Acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP, kasus yang paling sering


terjadi)
2. Acute motor axonal neuropathy (AMAN)
3. Acute motor and sensory axonal neuropathy (AMSAN)
4. Fisher syndrome (FS) (5% of cases of GBS)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus GBS dilaksanakan pemeriksaan untuk menguatkan diagnose

1. Darah lengkap : pada darah tepi didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan
pergeseran kebentuk yang imatur, limfosit cenderung lebih rendah selama fase awal
dan fase aktif penyakit . pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis, eosinophilia jarang
ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara anemia
bukanlah salah satu gejala.
2. Koleksi specimen: meneliti jenis virus/bakteri yang menginfeksi untuk menentukan
medikasi antibiotic yang tepat
3. Pemeriksaan fungsi paru
4. Fotothorax : melihat tanda-tanda gangguan pernapasan seperti atelectasis dan
pneumonia.
5. Elektromiografi (EMG)
6. Lumbal pungsi: jumlah WBC normal, tekanan normal, peningkatan protein (4-6
minggu)

H. Penatalaksanaan

5
Bagi sebagian besar kasus, pasien dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Secara
umum hal ini bersifat simptomatik. Pengobatan diberikan pada pasien dengan GBS untuk
mencegah adanya kecacatan lanjutan. (Nanda, 2015)

1. Plasmaperesis merupakan prosedur untuk mengeluarkan antibody yang bertanggung


jawab dalam menyebabkan GBS. Plasmaperesis membuat pemulihan terjadi lebih
cepat dan perawatan tidak memakan waktu yang lama. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan pada gejala awal.
2. Immunoglobulin IV
Pengobatan gamma globulin melalui intravena. Pengobatan ini memiliki komplikasi
yang lebih ringan dibandingkan dengan plasmaperesis. Dosis yang biasa diberikan 0,4
gr/KgBB/ hari.
3. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitotoksik yang dianjurkan adalah :
- 6 merkaptopurin (6-MP)
- Azathioprine
- Cyclophosphamide

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Guillain Barre adalah suatu respon autoimun yang terjadi pada sel system saraf
tepi yang mengakibatkan rusaknya selubung myelin pada sel. Sindrom ini disebabkan oleh

6
bakteri Campylobacter jejuni, penyakit autoimun yang lain seperti HIV dan SLE serta
virus. Gejala awal GBS adalah parestesi, kelemahan otot, nyeri, dan baal.
B. Saran
1. Untuk menghindari GBS sebaiknya masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat agar dapat terhindar dari bakteri penyebab GBS
2. Apabila terjadi gejala-gejala GBS sebaiknya secepatnya memeriksakan diri pada
dokter atau anggota kesehatan yang lain
3. Kita sebagai tenaga kesehatan sebaiknya bisa mengedukasi masyarakat setempat
hal-hal mengenai GBS begitupula cara mencegah penyakit tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L.S., & Smeltzer ,S.O. (2010). Brunner & Suddart’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing. (12th ed.). China: Lippincott

McCance, K. L., & Huether, S. E (2010). Pathophysiologi: The Biologic Basis for Disiase in
Adults and Children (6th ed.). USA: Mosby elsevier

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Media dan NANDA NIC-NOC (Vol. 2). Jogjakarta :Mediaction

Anda mungkin juga menyukai