Disusun Oleh :
Aniki Puspita G99152030
Putri Nur Kumalasari G99152031
Katherine Gowary Sugiarto G99152032
Pembimbing
Kurnia Rosyida, dr., Sp.M
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sragen
Tanggal periksa : 26 Mei 2016
No. RM : 01-24-1x-xx
Cara Pembayaran : BPJS
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : penglihatan kedua mata kabur terutama pada
mata kiri
B. Pemeriksaan subyektif OD OS
Visus 6/60 3/60
Pinhole Tidak maju Tidak maju
Konfrontasi test Lapang pandang Lapang pandang
menyempit menyempit
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
16. Lensa
Ada/tidak ada ada
Kejernihan keruh keruh
Letak sentral sentral
VII. GAMBAR
IX. DIAGNOSIS
ODS primary open angle glaucoma (POAG)
ODS katarak senilis imatur
X. TERAPI
Evaluasi pengobatan POAG
1. Pemeriksaan TIO
Kontrol setiap bulan. Hasil pemeriksaan TIO dengan NCT saat
kontrol OD 17.0 dan OS 22.0. rentang TIO untuk pasien yang dalam
pengobatan glaucoma? Hasil ini masih tergolong tinggi untuk pasien
dalam pengobatan glaukoma, sehingga harus di periksa ulang atau
diperiksa dengan tonometer jenis lain misalnya tonometer schiotz.
Karena terdapat kemungkinan kesalahan pembacaan alat.
Jika hasil pemeriksaan TIO masih tergolong tinggi, maka perlu
dievaluasi mengenai kepatuhan pemakaian obat dan cara pemakaian
obat apakah sudah tepat. Jika kepatuhan pemakaian obat dan cara
pemakaian obat ternyata sudah tepat maka perlu dipertimbangkan
obat lain atau penambahan obat. Obatnya apa??
2. Pemeriksaan funduskopi
Kontrol setiap bulan. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan untuk
mengevaluasi progresifitas perluasan ekskavasio glaukomatosa. Hasil
pemeriksaan: refleks fundus (+) kurang cemerlang, lainnya sulit
dievaluasi karena tertutup kekeruhan lensa.
3. Pemeriksaan perimetri setiap 6 bulan.
Pemeriksaan perimetri baru dilakukan satu kali tanggal 12 Mei 2016.
XI. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam dubia ad sanam dubia ad sanam
Ad kosmetikum bonam bonam
Ad fungsionam dubia ad malam dubia ad malam
SARAN
1. Pada saat pemeriksaan seharusnya dilakukan beberapa pemeriksaan secara
komprehensif menurut AAO agar bisa ditegakkan :
- Tonometri dengan nilai normal 10-21 dan ditegakkan glaukoma >21
- Gonioskopi untuk membedakan sudut tertutup atau terbuka pada glaukoma
- Opthalmoskopi, pasien sebelumnya ditetesi midriatil terlebih dahulu,
didapatkan peningkatan cup / cekungan
- Visus perifer dengan perimetri yang dilakukan 6-12 bulan sekali
- Pachymetri untuk mengetahui ketebalan kornea, semakin tebal kornea akan
meningkatkan risiko glaukoma
2. Pada pasien ini merupakan kunjungan kedua dengan kunjungan pertama TIO
OD 22,5 dan TIO OS 25 TIO normal (10-21). Pasien sudah dilakukan
perimetri untuk mengetahui visus perifer namun statusnya tidak dapat
ditemukan, pasien sudah dilakukan konfrontasi test terdapat penyempitan
lapang pandang. Penyempitan lapaang pandang belum bisa ditegakkan dari
pemeriksaan konfrontasi karena pasien tidak kooperatif. Gonioskopi,
pachymetri belum dilakukan pada pasien.
3. Pada saat pasien berkunjung pertama pasien mendapatkan medikasi timolol dan glaukoma.
Menurut AAO pasien dengan peningkatan TIO diberikan
Apraclonidine
Iopidine (apraclonidine hydrochloride)
Alpha2-adrenergic solution. Alcon
Brimonidine
agonists Alphagan P (brimonidine tartrate)
solution. Allergan
Caution is urged in patients who are
Brimonidine tartrate solution. Akorn,
taking monoamine oxidase inhibitors
Alcon, Bausch & Lomb
or tricyclic antidepressants.
Apraclonidine may cause Combigan (brimonidine tartrate and
tachyphylaxis and topical sensitivity. timolol maleate) solution. Allergan
Use in children under 2 years of age
is contraindicated.
Brinzolamide
Azopt (brinzolamide)
Carbonic suspension.Alcon
Dorzolamide
anhydrase Cosopt (dorzolamide hydrochloride
and timolol maleate) solution. Merck
inhibitors Dorzolamide hydrochloride
solution.Apotex, Hi Tech Pharmacal,
Side effects include bitter taste, Teva Pharm
blurred vision and punctate
keratopathy. Dorzolamide hydrochloride and timolol
maleate solution. Apotex, Hi Tech
Pharmacal
Trusopt (dorzolamide hydrochloride)
solution. Merck
Bimatoprost
Lumigan (bimatoprost)
Hypotensive solution.Allergan
Betaxolol
Betaxolol hydrochloride
Beta-adrenergic solution.Falcon
Betoptic (betaxolol hydrochloride)
antagonists (beta solution. Alcon
Betoptic S (betaxolol hydrochloride)
blockers) suspension. Alcon
4. Hipertensi okuli menurut AAO adalah tekanan didalam bola mata yang lebih
dari normal. Tekanan normal pada bola maata adalah kurang dari 21.
Hipertensi okuli terjadi bila tekanan bola mata lebih dari normal tanpa ada
gejala glaukma dan kerusakan pada nervus optikus.
5.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
Glukoma merupakan penyakit yang menyerang saraf mata hingga menyebabkan kerusakan saraf yang
bersesuaian. Kerusakan tersebut dapat terjadi secara mendadak atau perlahan tergantung tekanan bola
mata penderitannya. Kerusakan yang terjadi akan menyebabkan gangguan pengelihatan hingga
akhirnya menyebabkan kebutaan permanen.
Glukoma memegang penyakit mata nomer dua terbanyak di dunia setelah katarak. Berbeda dengan
katarak, kebutaan yang diakibatkan glukoma bersifat permanen. Prevalensi glukoma tahun 2008
menurut hasil Jakarta Urban Eye Health Study menunjukkan angka 2,53% dan menurut Riset
Kesehatan Dasar 2007, responden yang pernah didiagnosis glukoma oleh tenaga kesehatan sebesar
0,46%. Melihat prevalensi ini meskipun tidak dapat dibandingkan secara langsung, diduga bahwa
penderita glukoma sebagian besar belum terdeteksi/ terdiagnosis dan belum tertangani.
Deteksi dini adalah cara utama untuk mencegah peningkatan jumlah prevalensi penyakit glukoma
sedangkan medikasi yang dilakukan bertujuan mencegah terjadinya perburukan kerusakan saraf yang
lebih lanjut sehingga kualitas hidup pasien tidak semakin menurun.
A. Anatomi
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi
bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris
melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli anterior.
Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork.
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang
membentuk aqueous humor. Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium, yaitu
lapisan berpigmen dan tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen
diduga berfungsi sebagai tempat produksi aqueous humor. Sudut kamera okuli
anterior, yang dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris,
merupakan komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor. Struktur ini
terdiri dari Schwalbe’s line, trabecular meshwork dan scleral spur.
Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman yang tersusun atas lembar-
lembar
berlubang
jaringan
kolagen dan
elastic.
Trabecular
meshwork
disusun atas
tiga bagian,
yaitu uvea
meshwork
(bagian
paling
dalam),
corneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan juxtacanalicular/endothelial
meshwork (lapisan paling atas). Juxtacanalicular meshwork adalah struktur yang
berhubungan dengan bagian dalam kanalis Schlemm.
Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan tipis
jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola berukuran
besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradien tekanan
intraokuli. Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera
untuk selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.
Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke
vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus
superior atau vena fasialis. Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus.
B. DEFINISI GLAUKOMA
Glukoma adalah penyakit mata yang terutama disebabkan tekanan
bola mata yang tidak normal. Hal ini menyebabkan rusaknnya struktur dan
fungsi saraf optik (optic nerve) manusia ditandai dengan ekskavasasi
glukomatosa dan berakibat penyempitan lapang pandang (Ilyas, 2010).
Tekanan bola mata. Tekana bola mata/ tekanan intraocular (TIO) berkisar 15-
20 mmHg. Batas tertinggi adalah 24,4 mmHg sehingga 22 mmHg dianggap
sebagai batas normal tinggi yang harus diwaspadai (Ilyas dkk, 2002).
C. EPIDEMIOLOGI
Penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak diseluruh dunia adalah
glukoma. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996, sebesar
1,5% penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat glukoma sebesar
0,20%. Prevalensi glukoma hasil Jakarta Urban Eye Helath Study tahun
2008 adalah glukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glukoma sudut
terbuka 0,48% dan glukoma sekunder 0,16% atau seluruhnya 2,53%. Riset
Kesehatan Dasar 2007, responden yang pernah didiagnosis glukoma oleh
tenaga kesehatan sebesar 0,46%. Sedangkan dari data statistic Persatuan
Dokter Spesialis Mata Indonesia, tiga buah rumah sakit dengan penderita
glukoma terbanyak pada Juli 2013-Juni 2014 adalah di RS. Dr Yap
Yogyakarta, RSCM Jakarta dan RS Cicendo Bandung (Depkes, 2015)
D. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko glukoma adalah sebagai berikut :
a. Usia >40 tahun
b. Ras tertentu yaitu Afrika dan Asia
c. Mempunyai riwayat keluarga dengan glukoma
d. Memiliki tekanan bola mata yang tinggi
e. Mengalami riwayat cedera mata
f. Memiliki riwayat konsumsi steroid jangka panjang
g. Memiliki riwayat diabetes, migraine, tekanan darah tinggi, gangguan
sirkulasi darah
(American Academy of Oprhamology, 2015 dan Shaarawy, dkk, 2009)
F. KLASIFIKASI
Glukoma dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :
a. Glukoma primer
Merupakan glukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak
diketahui penyebabnya dan tidak disertai dengan penyakit mata lain.
Glukoma primer dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
1) Glukoma sudut tertutup (closed-angle glaucoma, angle-
closure glaucoma)
Glukoma ini disebabkan hambatan pada iris perifer yang
mengakibatkan penutupan sudut bilik mata depan secara
mendadak
2) Glukoma sudut terbuka (Open-angle glaucoma/ glukoma
simpleks kronik)
Glukoma ini terjadi perlahan-lahan yang biasanya
disebabkan oleh hambatan di jaringan trabecular.
b. Glukoma sekunder
Merupakan glukoma yang disebabkan oleh penyakit lain antara lain :
1) Kelainan lensa berupa luksasi lensa, pembengkakan,
fakolitik.
2) Kelainan uvea berupa uveitis dan tumor
3) Trauma berupa hifema, perforasi kornea, prolapse iris
4) Pembedahan seperti pada post operasi katarak dengan bilik
mata depan yang tidak segera terbentuk
5) Lain-lain : rubeosis iridis dan penggunaan kortikosteroid
topikal berlebihan
c. Glukoma kongenital
Glukoma kongenital atau glukoma yang terjadi sejak lahir memiliki
ciri khusus berupa buftalmos maupaun hidroftalmos.
d. Glukoma absolut
Merupakan hasil dari semua glukoma yang tidak terkontrol dengan
ciri mata keras, tidak dapat melihat dan nyeri.
(American Academy of Oprhamology, 2015; Ilyas dkk, 2002)
G. GEJALA
Gejala yang dialami tergantung pada jenis glukoma yang dialami yaitu akut
atau kronik. Pada glukoma akut penderita akan merasakan gejala yang jelas
berupa sakit kepala, mual, muntah, pengelihatan buram, serasa melihat
pelangi di sekitar lampu. Sedangkan glukoma kronik biasanya tidak
menimbulkan gejala namun perlahan-lahan terjadi kerusakan saraf yang
berlanjut menjadi penurunan pengelihatan (Depkes, 2015).
H. PEMERIKSAAN GLAUKOMA
Jenis pemeriksaan pada glaukoma antara lain :
1. Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.
2. Tonometri
Dilakukan untuk mengukur tekanan bola mata. Terdapat 4 cara untuk
melakukan tonometri, yaitu:
a. Palpasi/Digital
Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa.
b. Indentasi dengan tonometer Schiotz.
Pengukuran tekanan bola mata dengan menekan permukaan kornea
dengan beban yang bergerak bebas pada sumbunya.
c. Aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldmann.
Pemeriksaan dengan mendatarkan permukaan kornea dengan
tonometer aplanasi Goldmann.
d. Non-Contact Pneumotonometry.
3. Gonioskopi
Merupakan pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa
kontak khusus. Dilakukan untuk menilai lebar sempitnya sudut mata depan.
4. Ophtalmoskopi
I. DIAGNOSIS
1. Peemriksaan tonometri
2. Pemeriksaan Gonioskopi
Pada pemeriksaa ini dapat dilihat struktur sudut bilik mata depan. Apabila
keseluruhan trabecular meshwoek, scleral spur dan prosesus siliaris dapat
terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanaya sebagian yang terlihat
maka sudut dinyatakan tertututp.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Oprhamology (2015). Who is at risk for glaucoma?
http://www.aao.org/eye-health/diseases/glaucoma-risk (diakses 25 Mei 2016)
2. Depkes (2015). Situasi dan Analisis Glukoma. Kementrian Kesehatan RI.
3. Ilyas, S., H.H.B. Mailangkay, Hilman T., Raman R.S., Monang S., Purbo S.W. 2002.
Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV Sagung Seto.
4. Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Shaarawy TM, Sherwood MB, Hitchings RA, Crowston JG (2009). Glaucoma Medical
Diagnosis and Therapy. China : Elsevier, p : 423.
6. Ilyas, S. 2009. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
7. Salmon, J.R, 2007. Glaucoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Vaughan & Asbury’s
General Ophthalmology USA: McGraw-Hill, 212-228
REVISI
Untuk penegakan diagnosis pasien baru glaukoma, dua dari tiga:
1. TIO
2. Funduskopi
3. Perimetri
Cari referensi penegakan diagnosis
Untuk membedakan jenis glaukoma sudut terbuka atau tertutup melalui pemeriksaan
gonioskopi. Cari cara pemeriksaan gonioskopi.