Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PERCOBAAN FISLAB MATERIAL (EDEN LAZUARDI/01111640000016) 1

Uji Konduktivitas Termal dengan Metode


Hantaran Non Vakum
Eden Lazuardi, Puan Arisa Hutahaean, Faridawati
Departmen Fisika, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: edenlazuardi@gmail.com

Abstrak―Percobaan uji konduktivitas termal dengan metode yang menyebabkan perpindahan energi dari satu permukaan
hantaran non vakum ini bertujuan untuk menentukan nilai benda panas ke permukaan benda lain dengan temperatur yang
konduktivitas termal material dan mengetahui faktor-faktor lebih rendah dari benda sebelumnya. Koefisien konduktivitas
yang memengaruhi nilai konduktivitas termal material. Prinsip termal didefinisikan sebagai laju panas pada suatu benda
dari percobaan ini adalah peristiwa hantaran panas secara dengan suatu gradien temperatur . Maka dari itu, konduktivitas
konduksi dimana perpindahan panas dari satu material ke termal dapat dinyatakan sebagai kemampuan suatu bahan
material lain tanpa diikuti perpindahan massa benda tersebut. dalam menghantarkan kalor. Nilai konduktivitas termal
Pada percobaan ini bahan uji yang digunakan diletakkan menjadi hal yang penting untuk mengklasifikasikan jenis dari
diantara 2 silinder alumunium yang kemudian dipanaskan penghantar yaitu konduksi panas yang baik (good conductor)
menggunakan kompor listrik selama ± 10 menit. Setelah melalui untuk nilai koefisien konduktivitas termal yang tinggi dan
proses pemanasan kemudian diukur suhu untuk nilai T1 penghantar panas yang tidak baik (good insulator) untuk nilai
koefisien panas yang rendah.[1]
adalah perbatasan antara permukaan kompor dengan
Konduktivitas termal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
bagian bawah permukaan silinder alumunium, T2 adalah yaitu suhu, kepadatan material penyusun, porositas, serta
bagian permukaan alumunium dengan bagian bawah kandungan uap air di dalam bahan. Pengaruh suhu terhadap
permukaan bahan uji, T3 adalah bagian atas permukaan konduktivitas termal merupakan salah satu faktor eksternal
bahan uji dengan silinder alumunium bagian bawah, dan dimana secara umum dapat dikatakan bahwa nilai
T4 adalah bagian atas permukaan dari bahan uji . Dari konduktivitas termal akan meningkat apabila suhu yang
diberikan juga meningkat. Keadaan pori-pori atau rongga pada
percobaan ini dapat diketahui bahwa nilai konduktivitas
bahan akan mempengaruhi konduktivitas termal. Semakin
untuk bahan uji yang digunakan berupa arang sebesar besar rongga di dalam bahan membuat proses penghantaran
10190.74 W/m℃ dan untuk kayu sebesar 1456.33 W/m℃. kalor semakin lama sehingga nilai konduktivitasnya menajdi
Faktor-faktor yang memengaruhi konduktivitas termal rendah. Kandungan uap air juga mempengaruhi konduktivitas
dari suatu bahan antara lain karateristik dan struktur termal karena faktor ini akan membuat panas yang diberikan
dari bahan tersebut berupa densitas dan porositas bahan terserap terlebih dahulu oleh uap air.
serta kandungan air dari setiap bahan uji yang digunakan, Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki
oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor
dimana kayu lebih banyak mengandung air daripada
suatu benda dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika
arang. suhunya tinggi maka kalor pada benda tersebut juga tinggi,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
Kata Kunci—Konduktivitas, Konduksi, Termal di dalam benda tersebut juga bernilai rendah. Salah satu
fenomena perpindahan kalor adalah konduksi .Konduksi
I. PENDAHULUAN adalah proses perpindahan panas yang tidak diikuti dengan
Setiap bahan suatu benda pasti memiliki karateristik yang perpindahan massa dari benda. Konduksi disebabkan oleh

S berbeda-beda sesuai klasifikasinya. Perbedaan itu bisa


dalam sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimiawi. Sifat
fisis sendiri merupakan sifat yang dapat diamati oleh mata
tumbukan antar molekul penyusun material. Permukaan
benda yang dipanaskan molekul yang terkandung didalamnya
bergetar lebih cepat. Molekul yang bergetar tadi akan
manusia secara langsung, sedangkan untuk sifat mekanis dan menumbuk molekul lain di sekitarnya, sehingga terjadi
kimiawinya sendiri terkadang perlu adanya suatu percobaan perpindahan energi dari molekul satu ke molekul lain yang
untuk mengetahui karateristik tersebut. Setiap bahan pasti getaran molekul yang semula tidak bergetar menjadi ikut
memiliki kemampuan dalam menghantarkan panas baik itu bergetar. Hal ini akan terus berhubungan pada seluruh molekul
secara konduksi, konveksi, atau radiasi. Dalam menentukan penyusun bahan hingga perpindahan energi mencapai
seberapa efektif suatu bahan dalam menghantarkan suatu permukaan lain dari benda yang dipanaskan. Untuk
energi panas terhadapa benda lain maka perlu diketahui perpindahan panas konduksi ini digunakan Hukum Fourier,
kemampuan konduktivitas termal dari bahan tersebut. yang dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
Konduktivitas termal merupakan suatu fenomena
perpindahan energi panas. Perbedaan temperature atau suhu
LAPORAN PERCOBAAN FISLAB MATERIAL (EDEN LAZUARDI/01111640000016) 2

dT
q  kA
dl
dimana q adalah laju perpindahan kalor konduksi (Watt), A
adalah luas penampang (m2), k adalah konduktivitas bahan
(W/moC). Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul
dari satu tempat ke tempat lain.
Pirometer adalah sebuah termometer yang sangat akurat
yang mengukur suhu benda dengan jalan mengukur besarnya
radiasi total atau radiasi pada salah satu panjang gelombang.
Pirometer dapat mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-kira
500oC – 3000oC). Secara teori, suatu benda yang panas akan
memancarkan radiasi dan cahaya disekelilingnya, semakin
tinggi suhu benda tersebut maka makin besar radiasi dan
intensitas cahaya yang dipancarkan. Besarnya radiasi dan
intensitas cahaya ini tergantung dari suhu benda dan dari
warna atau panjang gelombang sinar yang dipancarkan. Gambar 1. Skema Alat Uji
Dengan mengukur radiasi total atau radiasi pada salah satu Konduktivitas Termal
panjang gelombang maka temperature benda akan dapat B. Skema Alat
ditentukan tanpa menyentuh benda tersebut, bahkan jika Anda
Skema rangkaian pada pecobaan ini dapat dilihat pada
berdiri agak jauh dari benda tersebut.
Pirometer dibagi menjadi 2, yaitu: Pirometer Radiasi dan Gambar 1.
pirometer optik. Prinsip kerja pirometer radiasi yaitu dengan
mengukur radiasi total yang dipancarkan oleh benda yang C. Langkah Kerja
diukur. Pengukuran radiasinya dilakukan dengan Dalam melakukan percobaan ini per;u diakukan beberapa
menggunakan sensor panas seperti termokopel, radiasi yang langkah yaitu, yang pertama adalah alat dan bahan disiapkan
datang diubah menjadi panas dan akan menaikkan temperature dan dipastikan bekerja dengan baik. Kemudian kompor
sensor atau sebuah sel peka cahaya mengubah energy cahaya dinyalakan dan silinder alumunium beserta beserta bahan uji
menjadi besaran listrik. Sedangkan prinsip kerja disusun dengan bahan uji berada diantara dua silinder
pirometeroptik yaitu dengan mengukur radiasi pada salah satu alumunium tersebut. Kemudian ditunggu selama ±10 menit
warna (panjang gelombang). Pirometer optic bekerja untuk lama dari pemanasan bahan. Besar suhu pada setiap
berdasarkan pengukuran radiasi pada suatu panjang perbatasan antar permukaan bahan uji dengan silinder
gelombang tertentu. Radiasi ini dinyatakan oleh terang benda alumunium diukur menggunakan pirometer. Untuk nilai T1
tersebut pada warna yang sesuai dengan panjang gelombang. adalah perbatasan antara permukaan kompor dengan bagian
Pengukuran terang benda ini dilakukan dengan cara bawah permukaan silinder alumunium, T2 adalah bagian
membandingkan dengan suatu lampu standard yang terangnya permukaan alumunium dengan bagian bawah permukaan
dapat diatur. Dengan mengatur arus yang melalui lampu, bahan uji, T3 adalah bagian atas permukaan bahan uji dengan
filamen dari lampu dapat dibuat sama terang dengan benda silinder alumunium bagian bawah, dan T4 adalah bagian atas
yang akan diukur suhunya. Bila terang filament dan benda permukaan dari silinder alumunium. Setelah dipanaskan,
telah sama maka keduanya akan terlihat baur menjadi satu. Silinder alumunium didinginkan hingga mencapai suhu
Bila suhu salah satu lebih tinggi maka akan terlihat berbeda. ruangan dengan cara dicelupkan dalam air. Pengukuran
Besarnya arus yang melalui filamen lampu dapat langsung tersebut dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan dan
dikalibrasi menjadi temperature dari benda tersebut. Faktor dilanjutkan dengan sampel berbeda.
yang mempengaruhi ketelitian pengukuran adalah jarak dan
ukuran dari target area, penyerapan radiasi oleh media udara, D. Diagram Alir
lensa dan lain-lain, sensivitas dari mata dalam membedakan Untuk memudahkan dalam mengerti proses percobaan Uji
terang Konduktivitas Panas Material dengan Metode Hantaran Non
II. METODOLOGI PERCOBAAN
Vakum ini dapat dilihat pada Gambar 2.
A. Alat
Di dalam percobaan ini peralatan yang digunakan E. Persamaan
antara lain adalah satu set kompor listrik sebagai sumber Persamaan yang digunakan pada percobaan ini adalah
panas, penggaris untuk mengukur tinggi dan diameter bahan sebagai berikut.
uji, stopwatch untuk menghitung waktu pemanasan, penjepit 𝐴𝐴𝑙 𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑇1 − 𝑇2 )
𝑘𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑘𝐴𝑙
untuk mengambil bahan uji ketika selesai dipanaskan, dan 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐿𝐴𝑙 (𝑇2 − 𝑇3 )
terakhir pirometer untuk mengukur suhu pada setiap
permukaan bahan. Bahan uji yang digunakan dalam percobaan
ini adalah kayu dan arang.
LAPORAN PERCOBAAN FISLAB MATERIAL (EDEN LAZUARDI/01111640000016) 3

B. Analisa Perhitungan
Dari data percobaan yang telah didapatkan maka
dilakukan perhitungan untuk mencari nilai konduktivitas
termal suatu material. Dengan menggunakan data hasil
percobaan pertama material karet perhitungan seperti berikut:
Diketahui :
KAl = 202 W/m°C
DAl = 0,025 m
LAl = 0,017 m
Lsampel = 0,020 m
Dsampel = 0,015 m
T1 = 176 °C
T2 = 55 °C
T3 = 50 °C
Ditanya : 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =……?
𝑘𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =……?
Jawab :
𝜋 ∙ 𝑑𝐴𝑙 2
A𝐴𝑙 =
4
𝜋 ∙ 0,0252
=
4
= 0,00049 𝑚2
2
𝜋 ∙ 𝑑𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
A𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
4
𝜋 ∙ 0,015 2
=
4
= 0,000177 𝑚2

A𝐴𝑙 ∙ 𝐿𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ∙ 𝑇1 − 𝑇2
𝑘𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑘𝐴𝑙
A𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ∙ 𝐿𝐴𝑙 ∙ 𝑇2 − 𝑇3

0,00049 ∙ 0,020 ∙ 176 − 55


= 202
0,000177 ∙ 0,017 ∙ 55 − 50
Gambar 2. Diagram Alir Percobaan
𝑊
= 15954,81
𝑚℃
III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data Adapun hasil data pada percobaan uji konduktivitas
didapatkan hasil pada table 1 berupa data suhu pada tiap
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
variasi bahan uji dengan dua kali pengulagan.
data berupa diameter (d) dan panjang (L) pada masing-masing
material, serta temperatur silinder alumunium bawah (T 1),
temperatur sampel (T2), dan temperatur silinder alumunium Tabel4.
Data hasilperhitungan uji porositasbahan
atas (T3). Diketahui juga bahwa diameter (d) silinder
alumuium adalah 2,5 cm dan panjangnya (L) adalah 1,7 cm. L D k rata-
Bahan Ulangan A sampel k sampel
Data yang diperoleh lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. (m) (m) rata
0.0 0.01 0.00017 15954.8
1
Tabel 1. Aran 2 5 7 1 10190.7
Data suhu bahan uji konduktivitas g 0.0 0.01 0.00017 4
2 4426.66
KAYU ARANG 2 5 7
SUHU 0.0 0.01 0.00028 1438.20
1 2 1 2 1
1 9 3 1
T1 176 221 195 204 Kayu 1456.33
0.0 0.01 0.00028 1474.45
T2 55 80 76 82 2
1 9 3 9
T3 50 59 59 65
T4 40 44 42 54
LAPORAN PERCOBAAN FISLAB MATERIAL (EDEN LAZUARDI/01111640000016) 4

C. Pembahasan sedikitnya rongga atau pori yang terkandung pada setiap


Percobaan Pengujian Konduktivitas Panas Material dengan bahan. Menurut teori yang ada, bahan yang lebih rapat dalam
Metode Hantaran Non Vakum ini bertujuan untuk menentukan kata lain berporositas rendah memiliki nilai konduktivitas
nilai konduktivitas termal material dan untuk mengetahui termal yang besar, begitupun sebaliknya untuk benda yang
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal porositasnya tinggi maka konduktivitas termalnya rendah. Hal
pada material. Percobaan ini dilakukan dengan cara menyusun ini disebabkan oleh peristiwa bergetarnya partikel benda
bahan uji diantara dua silinder alumunium yang kemudian akibat adanya energi panas, semakin besar jarak partikel atau
dipanaskan setelah itu diukur suhu pada setiap perbatas antar semakin besar rongga yang ada pada bahan tersebut maka
permukaan bahan dan akan dihitung nilai konduktivitasnya. kemampuan bahan dalam menghantarkan panas juga rendah.
Panas dapat dihantarkan melalui tiga cara, yaitu secara Faktor lain yang memengaruhi konduktivitas termal suatu
konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah peristiwa bahan adalah kandungan air. Jika suatu bahan memiliki
dimana panas atau kalor mengalir pada suatu benda tanpa kandungan air yang tinggi maka konduktivitas termalnya akan
diikuti perpindahan massa benda tersebut. Konveksi adalah semakin rendah. Terlihat dari hasil dat percobaan dimana nilai
proses perpindahan panas yang diikuti dengan perpindahan konduktivitas kayu lebih rendah daripada arang, hal ini
massa bendanya. Radiasi adalah pancaran panas dari suatu disebabkan oleh kandungan air pada arang lebih sedikit karena
benda yang memiliki energi, seperti panas matahari yang telah melewati proses pembakaran, dibandingkan dengan kayu
sampai ke permukaan bumi. Pada percobaan ini pada dasarnya yang masih memiliki kandungan air didalamnya. Pengaruh
menggunakan prinsip perpindahan panas secara konduksi. Hal lain berupa suhu atau temperatur yang berbanding lurus
ini terlihat saat proses pemanasan pada silinder alumunium terhadap konduktivitas termalnya, secara umum jika suhu
terjadi proses perpindahan panas dari kompor listrik menuju meningkat maka konduktivitas termal suatu material akan
silinder. Panas dari kompor membuat partikel penyusun meningkat karena energi panas yang diberika juga semakin
silinder mengalami getaran atau vibrasi sehingga karena banyak.
getaran yang dihasilkan itu membuat adanya perpindahan IV. KESIMPULAN
energi dari satu partikel ke partikel lain sampai pada ujung Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa nilai
permukaan alumunium dan bahan uji. Semakin jauh sumber konduktivitas untuk bahan uji yang digunakan berupa arang
panas atau jarak alumunium terhadap kompor maka proses sebesar 10190.74 W/m℃ dan untuk kayu sebesar 1456.33
perpindahan energi kalor juga berkurang.
W/m℃. Kemudian faktor-faktor yang memengaruhi
Untuk melihat adanya proses perpindahan panas dan juga
kemampuan bahan dalam menghanarkan panas, maka diukur konduktivitas termal dari suatu bahan itu sendiri antara lain
suhu T1, T2, T3, dan T4. Untuk nilai T1 adalah perbatasan adalah karateristik dan struktur dari bahan tersebut berupa
antara permukaan kompor dengan bagian bawah permukaan densitas dan porositas bahan kemudian faktor lainnya adalah
silinder alumunium, T2 adalah bagian permukaan alumunium kandungan air dari setiap bahan uji yang digunakan, dimana
dengan bagian bawah permukaan bahan uji, T3 adalah bagian kayu lebih banyak mengandung air daripada arang.
atas permukaan bahan uji dengan silinder alumunium bagian
bawah, dan T4 adalah bagian atas permukaan dari silinder
UCAPAN TERIMA KASIH
alumunium. Berdasarkan pada Tabel 1, temperatur T1 bernilai
paling besar diantara semua bagian dan nilai T4 memiliki nilai Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih yang
yang paling rendah dari bagian yang lain. Adanya perbedaan sebesar besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
suhu pada setiap bagian diakibatkan prinsip perpindahan kalor melancarkan pembuatan laporan ini. Tak lupa juga ucapan
dari benda bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur terima kasih kepada Puan Arisa Hutahaean selaku asisten
lebih rendah. Alumunium yang bersentuhan langsung dengan Laboratorium Material yang membimbing pada percobaan ini
kompor mendapatkan panas lebih banyak ketika dipanaskan
serta teman-teman kelas Fisika Laboratorium A yang telah
selama 10 menit. Panas atau kalor tersebut menyebabkan
partikel penyusun bahan bergetar lebih cepat. Partikel yang membantu dalam penyelesaian laporan ini.
bergetar lebih cepat itu akan membuat partikel lain yang ada
disekitarnya juga bergetar, hal inilah yang menyebabkan panas DAFTAR PUSTAKA
atau kalor dapat berpindah dari alumunium menuju bahan uji. [1] T. Smallman and bishop ,R.J. 1994. Metalurgi Fisik
Peristiwa bergetarnya partikel ini akan terus terjadi selama modern Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga.
proses pemanasan sampai pada bagian permukaan silinder [2] Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P. 2002. Fundamental of
alumunium bagian atas.
Heat and Mass Transfer. New York: John Wiley & Sons.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa nilai dari
T1> T2> T3> T4. Hasil perhitungan konduktivitas termal rata- [3] Zhao, Dongliang, dkk. Measurement Techniques Thermal
rata menunjukkan nilai untuk bahan uji berupa arang sebesar Conductivity and Interfacial ThermalConductance of Bulk
10190.74 W/m℃ dan untuk kayu sebesar 1456.33 W/m℃. and Thin Film Materials. University of Colorado.
Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai konduktivitas
termal pada setiap bahan tersebut adalah karakteristik dan
struktur pada setiap bahan. Setiap bahan uji merupakan zat
padat yang tentunya memliki densitas yang berbeda.
Perbedaan densitas tersebut juga dipengaruhi oleh banyak

Anda mungkin juga menyukai