Fig. E34 List of design verifications to be performed, and verification options available (table D.1 of Annex D of IEC61439-1)
Fig. H28 Tripping-current ranges of overload and short-circuit protective devices for LV circuit breakers
Tabel PP – III D
No. In - Busbar C.S.A Breaker C.S.A
IFL -
Breaker breaker ke Sebelum ke Sesudah Nama Mesin
(A)
(A) breaker (mm2) mesin (mm2)
1 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4x4 3 Stop Kontak 3 fasa 3 x 16
2 16 NYA Lalu NYY 4x4 Stop Kontak 1 & 3 fasa 16
3 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4
4 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4x4
5 16 NYA Lalu NYY 4x4
6 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4
7 6 NYA 1 x 1,5* NYM 3 x 1,5 - -
8 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4 x 2,5 Mesin 4
9 40 NYA Lalu NYY 4 x 2,5 Mesin 4
10 32 1P NYA 5 (1 x 4) NYA 1 x 6 rm
11 40 1P NYA NYA 1x4
12 16 NYA 3 (1 x 6) - - - -
13 16 NYA Lalu - - - -
14 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4 x 6 re Hydracut (3.01)
Kabel Utama Kontaktor Utama Fuse Utama (SIBA)
NYY 4 x 16 mm2 (Telemecanique) NH gL 100A 120kA
Busbar LC1 D80 11 Ith 125A
AC3 (440) 37kW
Tabel PP – III E
In - Busbar C.S.A Breaker C.S.A
No.
breaker ke Sebelum ke Sesudah Nama Mesin IFL (A)
Breaker
(A) breaker (mm2) mesin (mm2)
1 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4x4 Mesin Bubut 1 3,26
2 16 NYA Lalu NYY 4x4 Mesin Bor
3 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4 Mesin Bubut 2 3,26
4 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4x4 Mesin Bubut 4 3,26
5 16 NYA Lalu NYY 4x4 Mesin Bubut 3 3,26
6 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4 Mesin Bubut 5 3,26
7 16 NYA 3 (1 x 6) NYM 3 (3 x 1,5) Lampu 1,71
8 16 NYA Lalu NYM 3 x 1,5 - -
9 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4 x 2,5 - -
10 16 NYA 3 (1 x 6) NYY 4 x 2,5 - -
11 16 NYA Lalu NYY 4x4 Milling Machine Press 3,22
12 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4 - -
Kabel Utama Kontaktor Utama (EWIG) Fuse Utama (SIBA)
NYY 4 x 16 mm2 S-K25 Ith 50A NH gL 63A 120kA
Busbar AC3 (440) 18,5kW 40A
Tabel PP – III F
In - Busbar C.S.A Breaker C.S.A
No.
breaker ke Sebelum ke Sesudah Nama Mesin IFL (A)
Breaker
(A) breaker (mm2) mesin (mm2)
1 16 NYA 3 (1 x 6) - - - -
2 16 NYA Lalu - - - -
3 16 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4 Stop Kontak 1 & 3 fasa 16 +
+ 2 Mesin
4 16 NYA 3 (1 x 6) - - - -
5 16 NYA Lalu - - - -
6 16 NYA 6 (1 x 4) - - - -
7 16 NYA 3 (1 x 6) - - - -
8 16 NYA Lalu NYY 4x4 Promecam RG-80-25
6 (1 x 4) (3.10)
9 16 NYA - - - -
10 16 NYA 3 (1 x 6) - - - -
11 16 NYA Lalu - - - -
12 63 NYA 6 (1 x 4) NYY 4x4 SMT-Pullmax (3.01)
Kabel Utama Kontaktor Utama (BBC) Fuse Utama (SIBA)
NYY 4 x 16 mm2 SLA 40 Ith 50A NH gL 63A 120kA
Busbar AC3 (380) 22kW
Tabel KHA Kabel Trifase 3 dan 4-inti Berinsulasi dan Berselubung PVC dengan
Voltase Pengenal 0,6/1KV (1,2KV) Pada Suhu 30°C
C.S.A SNI 0225:2011 Kabelmetal Kabelindo
(mm2) (A) (A) (A)
Tanah Udara Tanah Udara Tanah Udara
1,5 26 18,5 27 22 24 18
2,5 34 25 35 29 32 25
4 44 34 46 39 41 34
6 56 43 57 50 52 44
10 75 60 77 68 69 60
16 98 80 99 90 89 80
Instalasi bukan rumah
Untuk instalasi bukan rumah perhitungan kebutuhan maksimum setiap fase dari
instalasi harus ditentukan dari Tabel 2.3-2 dengan mengambil jumlah dari nilai-nilai
yang diperoleh dengan menerapkan petunjuk yang tepat dalam kolom 2 dan 3 sesuai
dengan jenis instalasinya pada kelompok beban A, B dan seterusnya dalam kolom 1.
e) lihat 2.3.4.1 2.3.4.2 dan 2.3.5.3 untuk kebutuhan maksimum sirkit utama, sirkit
cabang dan sirkit akhir yang dapat ditentukan dengan pembatasan.
Kelompok Beban Perumahan, hotel, asrama, Pabrik, toko, kompleks,
rumah sakit, rumah perkantoran, komplek
penginapan, motel e) perdagangan e)
Tabel 2.4-4 Pembebanan dan jumlah titik sambung tiap sirkit akhir beban campuran
dalam instalasi bukan rumah
Tabel 2.4-4 Jumlah titik sambung untuk satu buah sirkit akhir untuk penggunaan
tunggal dalam instalasi bukan rumah
g) sambungan yang dibatasi
pada sirkit dengan penampang kurang dari 2,5 mm2, tidak boleh disambungkan KKB
atau KK fase satu 15A atau 20A.
No Nama No Nama C.S.A IB (A) In IZ (A) Keterangan
Panel Breaker Sirkuit (mm2) (A)
1 1 W6 4x4 2,6 G16 34 Sudah Sesuai
2 2 W7 4x4 16 C32 34 Sudah Sesuai
3 3 W8 4x4 16 G16 34 Sudah Sesuai
4 4 W9 4x4 16 G16 34 Sudah Sesuai
PP – III C
5 5 W10 4x4 16 G16 34 Sudah Sesuai
6 13 W11 4 x 2,5 3,2 G16 25 Sudah Sesuai
7 14 W12 4 x 2,5 3,2 G16 25 Sudah Sesuai
8 15 W13 4 x 2,5 3,2 G16 25 Sudah Sesuai
9 Fuse utama 4 x 16 80,2 80 72,72 Tidak Sesuai
10 1 W14 4x4 3 x 16 G16 34 Tidak Sesuai
11 2 W15 4x4 16 G16 34 Sudah Sesuai
12 PP – III D 8 W16 4 x 2,5 4 G16 25 Sudah Sesuai
13 9 W17 4 x 2,5 4 G40 25 Tidak Sesuai
14 14 W18 4x6 3,2 G16 44 Sudah Sesuai
15 Fuse utama 4 x 16 79,2 100 72,72 Tidak Sesuai
16 1 W19 4x4 3,26 G16 34 Sudah Sesuai
17 2 W20 4x4 3,2 G16 34 Sudah Sesuai
18 3 W21 4x4 3,26 G16 34 Sudah Sesuai
19 4 W22 4x4 3,26 G16 34 Sudah Sesuai
PP – III E
20 5 W23 4x4 3,26 G16 34 Sudah Sesuai
21 6 W24 4x4 3,26 G16 34 Sudah Sesuai
22 7 W25 4 x 1,5 1,71 G16 18 Sudah Sesuai
23 11 W26 4x4 3,22 G16 34 Sudah Sesuai
24 Fuse utama 4 x 16 25,25 63 72,72 Sudah Sesuai
25 PP – III F 3 W27 4x4 16 G16 34 Sudah Sesuai
26 8 W28 4x4 3,2 G16 34 Sudah Sesuai
27 12 W29 4x4 3,2 B63 34 Tidak Sesuai
28 Fuse utama 4 x 16 26,4 63 72,72 Sudah Sesuai
29 3 W2 4 x 16 80,2 100 80 Tidak Sesuai
30 5 W3 4 x 16 79,2 100 80 Tidak Sesuai
P - III
31 7 W4 4 x 16 25,25 63 80 Sudah Sesuai
32 8 W5 4 x 16 26,4 63 80 Sudah Sesuai
33 W1
less than that indicated as its nominal power rating, a fairly common occurrence
that justifies the application of an utilization factor (ku) in the estimation of realistic
values.
This factor must be applied to each individual load, with particular attention
for motors.
For socket-outlet circuits, the factors depend entirely on the type of appliances
takes a long time to load completely the batteries (several hours) and a dedicated
circuit feeding the charging station or wall box will be required by standards.
Tabel Faktor Diversitas (Diversity factor) untuk Apartemen dijelaskan pada standar
prancis NFC14-100 dan dapat diterapkan untuk apartemen tanpa pemanas listrik
Jumlah Diversity
Pelanggan Factor
Downstream (ks)
2-4 1
5 - 10 0,78
10 - 14 0,63
15 - 19 0,53
20 - 24 0,49
25 - 29 0,46
30 - 34 0,44
35 - 39 0,42
40 - 49 0,41
50 dan lebih. 0,38
Proteksi hubung pendek sirkit cabang
Suatu sirkit cabang yang menyuplai beberapa motor dan terdiri atas konduktor dengan
ukuran berdasarkan 510.5.3.2 harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih yang tidak
melebihi nilai pengenal atau setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi
berdasarkan 510.5.5.2.3, ditambah dengan jumlah arus beban penuh semua motor lain
yang disuplai oleh sirkit tersebut. (510.5.6.1) [13]
electric ada tiga metoda untuk menghitung Isc yaitu
a. Arus Hubung Pendek (Isc) Pada Terminal Sekunder dari Trafo Distribusi MV/LV
Jika instalasi hanya disuplai oleh satu trafo, maka untuk menghitung Isc pada sisi
sekunder trafo menggunakan rumus:
𝐼𝑛 𝑥 100 𝑆 𝑥 103
Isc = dimana In =
𝑈𝑠𝑐 𝑈20 √3
Keterangan:
S = Pengenal KVA Trafo (KVA)
U20 = Tegangan sekunder line-to-line tanpa beban (V)
In = Arus pengenal trafo (A)
Usc = Tegangan impedansi hubung pendek trafo (%)
U20 = 400 x 1,05 = 420V
𝑆 𝑥 103 250 𝑥 103
In = = = 343,66 A
𝑈20 √3 420 √3
𝐼𝑛 𝑥 100 343,66 𝑥 100
Isc = = = 8,591 kA
𝑈𝑠𝑐 4
Jadi arus hubung singkat yang akan terjadi pada instalasi tenaga listrik di sisi sekunder
trafo adalah 8,591 kA.
b. Arus Hubung Pendek (Isc) pada Setiap Titik di Instalasi LV dengan Menghitung
ZT
Tabel Perhitungan Hubung Pendek Maksimum Pada Setiap Panel
Isc =
RT XT
Instalasi LV R (mΩ) X (mΩ) 𝑼𝟐𝟎
(mΩ) (mΩ)
√𝟑 √𝑹𝑻𝟐 + 𝑿𝑻𝟐
Trafo Xtr = 0,95 Ztr 8,74 26,79 Isc = 8,604 kA
250 kVA 4202 4% = 0,95 x 28,2
Ztr = 𝑥 100
Usc = 4 % 250 = 26,79 mΩ
Un = 400V = 28,2 mΩ
Rtr = 0,31 Ztr
= 0,31 x 28,2
= 8,742 mΩ
Kabel tunggal 10 18,51 10 Xc = 0,08 x 10 8,93 27,59 Isc = 8,361 kA
Rc = 𝑥
m tembaga 4 240 = 0,8
= 0,192 mΩ
4 x 240 mm2/fasa
Kabel Inti 4 30 Xc = 0,08 x 30 43,62 29,99 Isc = 4,58 kA
Rc = 18,5 𝑥
30 m 16 = 2,4
16 mm2 tembaga = 34,68 mΩ
PP – III C
Kabel Inti 4 15 Xc = 0,08 x 15 26,27 28,79 Isc = 6,22 kA
Rc = 18,5 𝑥
15 m 16 = 1,2
16 mm2 tembaga = 17,34 mΩ
PP – III D
Kabel Inti 4 45 Xc = 0,08 x 45 60,96 31,19 Isc = 3,54 kA
Rc = 18,5 𝑥
45 m 16 = 3,6
16 mm2 tembaga = 52,03 mΩ
PP – III E
Kabel Inti 4 68 Xc = 0,08 x 68 87,55 33,03 Isc = 2,59 kA
Rc = 18,5 𝑥
68 m 16 = 5,44
16 mm2 tembaga = 78,62 mΩ
PP – III F
Dari ketiga metoda diatas, setelah dihitung akan mendapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Perhitungan Isc Menggunakan 3 Metode Berbeda
Nama Panel Isc Metode 1 Isc Metode 2 Isc Metode 3
(kA) (kA) (kA)
P – III 8,591 8,361 8,3
PP – III C 8,591 4,580 4,2
PP – III D 8,591 6,220 5,9
PP – III E 8,591 3,540 3,4
PP – III F 8,591 2,591 2,7
Keterangan:
Isc Metode 1 = Menghitung Arus Hubung Pendek (Isc) Pada Terminal Sekunder dari
Trafo Distribusi MV/LV.
Isc Metode 2 = Menghitung Arus Hubung Pendek (Isc) pada Setiap Titik di Instalasi LV
dengan Menghitung Z¬T
Isc Metode 3 = Menghitung Isc Ujung Penerima Menggunakan Method of Composition
Tabel Pemeriksaan Zona c
No Nama No C.S.A In Iscb Isc Keterangan
Panel Breaker (mm2) (A) (kA) (kA)
1 1 4x4 16 - -
2 2 4x4 32
3 3 4x4 16 - -
4 4 4x4 16 - -
PP – III C 4,2
5 5 4x4 16 - -
6 13 4 x 2,5 16 - -
7 14 4 x 2,5 16 - -
8 15 4 x 2,5 16 - -
9 Fuse utama 4 x 16 80 120 Sudah Sesuai
10 1 4x4 16 - -
11 2 4x4 16 - -
12 PP – III D 8 4 x 2,5 16 - 5,9 -
13 9 4 x 2,5 40 - -
14 14 4x6 16 - -
15 Fuse utama 4 x 16 100 120 Sudah Sesuai
16 1 4x4 16 - -
17 2 4x4 16 - 3,4 -
PP – III E
18 3 4x4 16 - -
19 4 4x4 16 - -
20 5 4x4 16 - -
21 6 4x4 16 - -
22 7 4 x 1,5 16 - -
23 11 4x4 16 - -
24 Fuse utama 4 x 16 63 120 Sudah Sesuai
25 PP – III F 3 4x4 16 - -
26 8 4x4 16 - -
2,7
27 12 4x4 63 10 Sudah Sesuai
28 Fuse utama 4 x 16 63 120 Sudah Sesuai
29 P - III 3 4 x 16 100 10 Sudah Sesuai
30 5 4 x 16 100 10 8,3 Sudah Sesuai
31 7 4 x 16 63 10 Sudah Sesuai
32 8 4 x 16 63 - -
Menghitung Panjang Maksimum (Lmax) Dari Sistem Pembumian TN
Menggunakan Metode Konventional
Metoda ini umumnya dianggap cukup akurat untuk memperbaiki batas atas panjang kabel.
Prinsipnya perhitungan arus hubung pendek didasarkan pada asumsi bahwa tegangan pada
asal-usul sirkuit yang bersangkutan (yaitu pada titik dimana peralatan proteksi berada)
tetap pada 80% atau lebih dari fase nominal ke tegangan netral. Nilai 80% digunakan,
bersama dengan impedansi loop sirkuit, untuk menghitung nilai arus hubung singkat.
Koefisien ini mengambil semua penurunan tegangan di bagian hulu dari titik yang
dipertimbangkan. Dalam kabel tegangan rendah, ketika semua konduktor sirkuit 4-kawat
3 fasa berada dalam jarak dekat (kasus normal), reaktansi induktif internal ke dan antara
konduktor adalah sangat kecil dibandingkan dengan resistansi kabel. Perkiraan ini
dianggap valid untuk ukuran kabel hingga 120 mm2. Diata ukuran tersebut, nilai resistansi
meningkat.
Gambar Karakteristik I2t dari sebuah insulasi konduktor pada dua suhu ambient yang
berbeda
Untuk itu diperlukan proteksi pada instalasi tenaga listrik yang dapat bertindak
memutuskan arus dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan karakteristik I2t dan
juga tetap mengizinkan arus beban penuh untuk tetap beroperasi maka perlu digunakan
gawai proteksi beban lebih.
Proteksi beban lebih dimaksudkan untuk melindungi beban, dan perlengkapan kendali
beban, terhadap pemanasan berlebih misal sebagai akibat beban lebih seperti akibat
motor tak dapat diasut. Bila terjadi beban lebih atau arus lebih bertahan cukup lama
selama beban beroperasi dapat mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang
berbahaya pada beban tersebut. Untuk setiap beban trifase atau motor yang berdaya
pengenal satu daya kuda atau lebih, yang dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi
terhadap beban lebih.
Gawai proteksi beban lebih terdiri atas:
a. GPAL
GPAL merupakan gawai pengaman arus lebih yang berfungsi untuk mengamankan
motor jika terjadi arus lebih pada beban tersebut. Arus pengenal GPAL motor
sekurang-kurangnya 110% - 115% arus pengenal motor.
b. GPHP
GPHP merupakan gawai pengaman hubung pendek yang berfungsi untuk
mengamankan motor jika terjadi hubung pendek. Arus pengenal GPHP harus
dikoordinasikan dengan KHA kabel.
Gambar Level arus untuk menentukan karakteristik circuit breaker atau fuse
KHA kabel (Iz) sesuai PUIL 2011 : 510.5.3.1 adalah 125 % arus pengenal beban penuh
motor (IB). Menurut persamaan pada Ayat 433.1 maka arus pengenal GPHP harus ≤
IZ,biasanya nilainya di antara IB dan IZ. Hal 161 (PUIL 2011 : 510.5.4.1 – 510.5.4.2)
Koordinasi antara GPAL dan konduktor, harus memenuhi dua kondisi yaitu:
IB ≤ IN ≤ IZ
I2 ≤ 1,45 × IZ
Dengan:
IB adalah arus desain untuk sirkit tersebut;
Iz adalah KHA kabel (lihat Ayat 523);
IN adalah arus pengenal gawai proteksi;
I2 adalah arus yang memastikan operasi efektif gawai proteksi dalam waktu
konvensional. Arus I2 yang memastikan operasi efektif gawai proteksi harus disediakan
oleh pabrikan atau diberikan dalam standar produk.
IB merupakan arus desain yang melalui lin dan IB ini dapat dianggap sebagai arus aktual
Ia sesudah menerapkan faktor koreksi. I2 bisa disebut juga It , ini juga merupakan
kelipatan In dan sebaliknya diperhatikan untuk mengoreksi representasi nilai dan
indeks.
Tabel Characteristics of the opening operation of inverse time-delay over-current
opening releases at the reference temperature
(60947-2 : Table 6) [16]
All poles loaded
Conventional
Conventional non-tripping Conventional tripping
time (h)
current current
1,05 times current setting 1,30 times current setting 2*
* 1 hour when In < 63A
I2 adalah hasil perkalian antara nilai arus nominal pengaman dan nilai yang ada pada
tabel diatas. Misalkan untuk pengaman beban lebih jenis MCB menggunakan
conventional tripping current dengan nilai 1,30 x In. Berarti I2 = 1,30 x In. Lalu ada
kriteria yang tidak kalah penting dalam penentuan karakteristik dan spesifikasi dari
peralatan proteksi (circuit breaker atau fuse) yaitu:
ISCB ≥ ISC
Dimana: ISCB = Arus breaking capacity pada circuit breaker (A)
ISC = Arus hubung singkat (A)
Menurut Electrical installation guide 2018, kriteria untuk pemilihan fuses yaitu:
IB ≤ IN ≤ IZ/K3
ISCF ≥ ISC
Dimana: ISCF = arus breaking capacity pada fuses
Kondisi I2 ≤ 1,45 × IZ, dimana I2 merupakan arus fuse pada saat meleleh, sama dengan
K2 x In (K2 jaraknya dari 1,6 sampai 1,9) tergantung dari fuse bersangkutan. Faktor yang
lebih jauh telah diperkenalkan (K3 = K2/1,45) seperti I2 ≤ 1,45 × IZ akan valid jika In ≤
IZ / K3.
Tabel Faktor K3 untuk Fuse Tipe gG
Arus Nominal Fuse Faktor K3
In < 16 A 1,31
In ≥ 16 A 1,10
Macam-macam GPAL dan GPHP diantaranya:
1. Fuse
Huruf pertama mengindikasikan jangkauan pemutusan (breaking):
a. “g” fuse-links (full-range breaking-capacity fuse-link)
b. “a” fuse-links (partial-range breaking-capacity fuse-link)
Huruf kedua mengindikasikan kategori utilisasi, huruf ini menjelaskan dengan
akurasi the time-current characteristics, conventional time dan arus.
a. “gG” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan penuh breaking capacity
untuk penggunaan umum.
b. “gM” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan penuh breaking capacity
untuk proteksi sirkuit motor.
c. “aM” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan sebagian breaking capacity
untuk proteksi sirkuit motor.
Standar yang menjelaskan 2 kelas fuse:
a. Instalasi domestik, diproduksi dalam bentuk katrid untuk arus pengenal hingga
100A dan tipe gG dijelaskan dalam IEC 60269-1 dan 3.
b. Penggunaan industri, dengan tipe katrid gG (penggunaan umum), gM dan aM
(untuk sirkuit motor) dijelaskan dalam IEC 60269-1 dan 2.
Fusing Zones – Conventional Currents
Kondisi fusing (melting) dari fuse dijelaskan oleh standar, berdasarkan kelas mereka.
Misalkan fuses kelas gG. Fuse ini digunakan untuk memproteksi dari beban lebih
dan hubung pendek. Conventional non-fusing dan fusing current pada gambar
berikut.
Keterangan:
S = Pengenal KVA Trafo (KVA)
U20 = Tegangan sekunder line-to-line tanpa beban (V)
misal 400 x 1,05 = 420V
In = Arus pengenal trafo (A)
Usc = Tegangan impedansi hubung pendek trafo (%)
b. Arus Hubung Pendek (Isc) pada Setiap Titik di Instalasi LV dengan Menghitung ZT
Menghitung ZT dari sumber listrik menuju ke titik yang diinginkan misalnya PHB,
sesudah itu baru dapat diketahui Isc yang dapat terjadi pada titik tersebut dengan
rumus yang ada pada tabel rumus menghitung arus hubung singkat.
Tabel Rumus Menghitung Arus Hubung Singkat
𝑅𝑎 𝑈202
Sumber Jaringan = 0,1 Xa = 0,995 Za; Za =
𝑋𝑎 𝑃𝑠𝑐
𝑃𝑐𝑢 𝑥 103
Rtr =
3𝐼𝑛2
𝑆𝑛 𝑥 103 Xtr = √𝑍𝑡𝑟 2 − 𝑅𝑡𝑟 2
dimana In =
𝑈20 √3 Dengan
Trafo Rtr sering diabaikan 𝑈202 𝑈𝑠𝑐
jika dibandingkan ke Ztr = 𝑥
𝑆𝑛 100
Xtr untuk trafo lebih
dari 100 KVA
CB
Diabaikan untuk
S > 200 mm2,
Busbar Menggunakan formula Xb = 0,15 mΩ/m
𝐿
R=ρ
𝑆
𝐿
Konduktor R=ρ Kabel Xc = 0,08 mΩ/m
𝑆
3 fasa maximum
𝑈20
short circuit Isc =
√3 √𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
current in kA
Keterangan:
U20 : Phase-to-phase no-load secondary voltage of MV/LV transformer (V)
Psc : 3-phase short-circuit power at MV terminals of the MV/LV transformers
(kVA)
Pcu : 3-phase total losses of the MV/LV transformer (W)
Sn : Rating of the MV/LV transformer (kVA)
Usc : Short-circuit impedance voltage of the MV/LV transfomer (%)
Rt : Total resistansi
Xt : Total reaktansi
c. Menghitung Isc Ujung Penerima Menggunakan Method of Composition
Untuk mengetahui Isc pada suatu titik jaringan, jika menggunakan method of
composition harus diketahui:
c. Nilai Isc pada titik sebelumnya dari titik yang akan dicari Isc-nya (Isc Upstream).
d. Panjang serta C.S.A (luas penampang kabel) antara titik dimana Isc upstream dan
titik dimana Isc-nya akan dicari.
Setelah itu dapat dilihat pada Lampiran 3, nilai Isc downstream atau nilai Isc yang
dicari pada PHB. Caranya dengan mengambil garis lurus antara luas penampang
(C.S.A) konduktor yang digunakan, lalu panjang dari konduktor tersebut dan tarik
garis kebawah. Lalu disebelah kiri tabel method of composition (Lampiran 3)
terdapat Isc upstream lalu pilih, dan tarik garis lurus ke sebelah kanan. Pertemuan
antara garis lurus dari panjang kabel dan Isc upstream merupakan Isc yang dapat
terjadi pada PHB tersebut.
Perhitungan Tingkat Minimum dari Arus Hubung Pendek
Jika peralatan proteksi pada sirkuit hanya untuk melindungi terhadap gangguan arus
hubung pendek, penting juga beroperasi pada tingkat arus hubung singkat terendah
yang mungkin terjadi pada rangkaian.
Secara umum, pada sirkuit tegangan rendah, peralatan proteksi tunggal melindungi
terhadap semua level arus, dari ambang batas beban berlebih melalui kapasitas pemutus
arus hubung singkat maksimum terukur dari peralatan. Perangkat pelindung harus dapat
beroperasi dalam waktu maksimum untuk memastikan keselamatan orang dan sirkuit,
untuk semua arus sirkuit atau arus gangguan yang mungkin terjadi. Untuk memeriksa
perlaku tersebut, perhitungan arus hubung pendek minimal atau arus gangguan
diperlukan.
Peralatan proteksi harus dapat memenuhi dua syarat berikut:
a. Nilai breaking capacity pada peralatan proteksi harus lebih besar dari Isc (nilai arus
hubung pendek 3 fasa pada titik instalasi tersebut).
b. Mengeliminasi minimum short-circuit current yang mungkin terjadi pada sirkuit,
dalam waktu tc sesuai dengan kendala termal dari konduktor sirkuit, di mana:
𝐾2𝑆 2
Tc ≤ (benar jika tc < 5 detik)
𝐼𝑠𝑐𝑚𝑖𝑛 2
Metode verifikasi terdiri dalam memeriksa bahwa energi termal I2t per ohm dari bahan
konduktor, diizinkan untuk melewati proteksi CB (dari katalog produsen) kurang dari
yang diizinkan untuk konduktor tertentu.
Tabel Maximum Allowable Thermal Stress For Cables I2t (A2.S.106)
S (mm2) PVC XLPR
Copper Alumunium Copper Alumunium
1,5 0,0297 0,0130 0,0460 0,0199
2,5 0,0826 0,0361 0,1278 0,0552
4 0,2116 0,0924 0,3272 0,1414
6 0,4761 0,2079 0,7362 0,3181
10 1,3225 0,5776 2,0450 0,8836
16 3,3856 1,4786 5,2350 2,2620
25 8,2656 3,6100 12,7806 5,5225
34 16,2006 7,0756 25,0500 10,824
50 29,839 13,032 46,133 19,936
0,8 𝑉𝐿−𝑁
Isc min = √3 1 1
2𝐿ρ ( + )
𝑆𝑝ℎ 𝑆𝑝𝑒
I2t = K2 S2
II.2.2. Kabel
Kabel merupakan suatu perlengkapan listrik yang bersifat dapat mengalirkan arus listrik
dari satu titik ke titik yang lain.
Dalam pemilihan jenis kabel yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas
penampang yang dipasang, ditentukan berdasarkan kurang lebih 5 pertimbangan
dibawah ini:
1. Kuat Hantar Arus
Menentukan KHA konduktor atau penghantar bergantung pada nilai arus beban yang
akan melewati penghantar tersebut. Arus beban yang akan melewati suatu
penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Untuk arus bolak-balik satu fasa: Dimana:
I = Arus beban (A)
P = Daya aktif (W)
V = Tegangan (V)
Cos φ = Faktor daya
Untuk arus bolak-balik tiga fasa:
3. Kondisi Suhu
Arus yang dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode berkesinambungan
selama operasi normal harus sedemikian sehingga batas suhu yang sesuai yang
ditentukan dalam tabel Suhu operasi maksimum untuk jenis insulasi tidak dilampaui.
Selain itu suhu ambien sangat berpengaruh dengan KHA dari sebuah kabel.
Sehingga perlu diperhitungkan suhu ambien tersebut.
4. Kondisi Lingkungan
Didalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus disesuaikan dengan
kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan atau dipasang. Seperti
jenis penghantar yang dapat ditanam didalam tanah akan berbeda dengan penghantar
yang hanya dapat dipasang di udara.
Pada tabel daftar kontruksi kabel instalasi akan menjelaskan tentang nama kabel,
nomenklatur, voltase nominal (antara konduktor), jumlah inti, luas penampang
nominal inti, serta daerah penggunaannya.
Pada tabel daftar konstruksi dan penggunaan kabel tanah berinsulasi dan
berselubung termoplastik ini akan menjelaskan tentang nama kabel tanah,
nomenkaltur, voltase nominal, jumlah inti, luas penampang nominal,
perlindungan/konduktor konsentris, penggunaan utama, dan penggunaan dengan
pembatasan. Lampiran 4
5. Kemungkinan Perluasan
Setiap instalasi listrik dirancang dan dipasang dengan perkiraan adanya penambahan
beban dimasa yang akan datang, oleh karena itu luas penampang penghantar dapat
dipilih lebih besar minimal satu tingkat diatas luas penampang sebenarnya,
tujuannya adalah jika dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih
mencukupi dan susut tegangan (drop voltase) yang terjadi akan kecil.
Kemungkinan perluasan ini akan dijelaskan kembali pada bagian faktor pemasangan
dan desain.
II.2.3. Faktor Pemasangan dan Desain
Pada faktor pemasangan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel Faktor Koreksi Untuk KHA Kabel Tanah Yang Dipasang Di Udara Dengan
Suhu Ambien Lain dari 30 C
(PUIL 2011 : Tabel 7.3-18) [13]
Suhu ambien 25°C 30°C 35°C 40°C
Kabel dengan
voltase pengenal 1,06 1,00 0,94 0,87
0,6/1kV (1,2kV)
Lalu pada Lampiran 5 Faktor Koreksi untuk KHA Terus-menerus dari beberapa Kabel
Tanah Inti Tunggal pada Sistem Arus Searah dan Kabel Tanah Multiinti pada Sistem
Arus Trifase.
Faktor Utilisasi Maksimum (ku)
Pada pengoperasian normal konsumsi daya pada beban terkadang lebih sedikit dari
yang dicantumkan pada pengenal daya nominal, kejadian yang cukup umum
membenarkan penerapan faktor utilisasi (ku) dalam estimasi nilai realistis.
Faktor ini harus diterapkan pada setiap beban, terutama pada motor listrik, yang mana
sangat jarang beroperasi pada keadaan beban penuh.
Tabel Faktor Utilisasi (ku)
No Jenis Beban ku
1 Motor 0,75
2 Incandescent-lighting 1
3 Socket-outlet Tergantung kepada jenis
beban yang disuplai
socket-outlet
4 Electric Vehicle 1
Faktor Pengembangan (d)
Untuk instalasi industri, selalu mempertimbangkan peningkatan beban mesin. Untuk
PHB, margin 20% direkomendasikan. In ≤ IB x ks x 1.2. [24]
Tabel Faktor Pengembangan
Jenis Sirkuit Faktor Pengembangan (d)
Bukan Sirkuit Akhir 1,2
Sirkuit Akhir 1