Oleh:
Fahrul Muhamad Sayuti
NIM: 161321040
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
Fahrul Muhamad Sayuti
NIM: 161321040
Menyetujui
Tim Pembimbing
NIP. NIP.
ii
ABSTRACT
The enhancement in electricity usage in Indonesia can be seen from the growth of
electricity consumption in 2017, increasing by 5,9% from the previous year, and
also the electrification ratio which according to RUPTL 2018-2027 in 2024 will be
100%. This enhancement in electricity users needs to be balanced with awareness
of the electricity safety. According to UU No 30 of 2009, every electric power
installation is required to have a SLO (certificate of feasible operation). Electric
power installations which have been declared operationally feasible, have passed
the stages of inspection and testing on their electrical installations and also the
electrical installations have suitable with standards such as SNI, PUIL 2011, and
other standards applicable in Indonesia. However, the inspection and testing of
electrical installations is sometimes not done yet. At POLBAN, according to UPT
PP staff there are still several buildings that do not have drawing of electrical
installations, even though the drawing is one of the requirements to obtain a SLO
and also an electrical installation inspection when changes such as adding or
reducing installed loads must also be made to the conductor and breaker
calculation of electrical installations and on the electrical installation drawings.
One of the buildings is Machine Department Fabrication Lab, which has only a
drawing of the building plan. Therefore it is necessary to hold an evaluation of the
electric power installation system in the Mechanical Engineering Department’s
Fabrication Lab in order to find put recommendations that will be made based on
the applicable standards in Indonesia in order to apply for SLO.
Keywords: Electrification Ration, Inspection and Testing, SLO, Evaluation,
Electricity Installations.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1. Konsumsi Listrik Indonesia Per Kapita dari 2014 s/d 2017
(Kementrian ESDM) ............................................................................................... 1
Gambar I. 2 Rasio Elektrifikasi di Indonesia (Kementrian ESDM dan Rencana
Usaha Pengadaan Tenaga Listrik 2018 s/d 2027 PLN) .......................................... 1
Gambar II. 1 Diagram alir pembuatan SLO TR ...................................................... 8
Gambar II. 2 Clamp meter ..................................................................................... 9
Gambar II. 3 Infrared Thermometer (Alat Uji) ....................................................... 9
Gambar II. 4 Thermal imager................................................................................ 10
Gambar II. 5 Insulation tester Kyoritsu 3132A 400M .......................................... 11
Gambar II. 6 Earth tester ...................................................................................... 11
Gambar II. 7 Earth Ground Clamp........................................................................ 12
Gambar III. 1 Diagram alir metodologi pelaksanaan ............................................ 13
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR ISTILAH
vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1100 1012
KWH/KAPITA
956.36
1000 918
878
900
800
2014 2015 2016 2017
Konsumsi Listrik/Kapita
Gambar I. 1. Konsumsi Listrik Indonesia Per Kapita dari 2014 s/d 2017
(Kementrian ESDM) [1]
Selain itu jika ditinjau dari rasio elektrifikasi di Indonesia, pemakaian listrik
terus meningkat. Bahkan menurut RUPTL (rencana usaha pengadaan tenaga
listrik) 2018-2027 PLN pada tahun 2024, seluruh wilayah di Indonesia akan
teraliri listrik. Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah rumah
tangga yang sudah terlistriki dengan total rumah tangga.
94
92
90
88
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Rasio Elektrifikasi
1
Dari data-data tersebut menandakan bahwa pemakaian listrik di Indonesia
semakin meningkat. Namun pertumbuhan konsumsi listrik dan elektrifikasi ini
perlu diikuti dengan kesadaran tentang bahaya listrik itu sendiri. Karena listrik
bagaikan pedang bermata dua, yaitu mempunyai manfaat dan bahaya disaat
yang bersamaan. Bahaya akan terjadi jika listrik tidak ditangani dengan benar.
Seperti kejadian kebakaran di ruangan teleconference lantai dua Gedung
Direktorat POLBAN pada senin (7/1/2019). Menurut Kepala Humas POLBAN
kebakaran diduga akibat dari hubungan arus pendek listrik AC (Air
Conditioner) yang ada pada ruangan tersebut [3]. Bahaya seperti kebakaran
akibat arus pendek seharusnya tidak terjadi jika pengaman instalasi listriknya
bekerja dengan baik [4].
Untuk menghindari bahaya tersebut, menurut Undang-undang nomor 30 tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan pada pasal 44 dinyatakan bahwa setiap instalasi
tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SLO (sertifikat laik operasi) [4].
Dan menurut Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik paragraf 4 pasal 46 yaitu instalasi tenaga listrik
yang beroperasi wajib memiliki SLO [5]. Untuk mendapatkan SLO, diatur
dalam Permen ESDM no 5 tahun 2014 tentang tata cara akreditasi dan
sertifikasi ketenagalistrikan berisi salah satunya yaitu mata uji sertifikasi
instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah [6]. Dalam mata uji
tersebut ada beberapa hal yang harus dipenuhi diantaranya mempunyai
dokumen riksa uji seperti gambar diagram satu garis, gambar tata letak panel
hubung bagi dan gambar instalasi. Serta mengadakan pemeriksaan dan
pengujian pada instalasi tersebut secara berkala. Karena menurut Permenaker
no 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja Bab 4 pasal 11 dinyatakan
bahwa pemeriksaan dilakukan secara berkala paling sedikit satu tahun sekali
dan pengujian dilakukan secara berkala paling sedikit lima tahun sekali [7].
Di POLBAN sendiri, menurut keterangan dari staff di UPT PP terdapat
beberapa gedung yang dokumen gambar instalasi listriknya tidak ada. Salah
satunya yaitu Lab Fabrikasi Jurusan Teknik Mesin. Ketiadaan gambar ini
menunjukan bahwa Lab tersebut belum diadakan lagi pemeriksaan dan
pengujian instalasi listriknya.
2
Untuk mencegah kejadian seperti kebakaran di ruang teleconference Gedung
Direktorat ataupun bahaya lain yang dapat ditimbulkan dari listrik, maka
diperlukan evaluasi sistem instalasi tenaga listrik untuk mengetahui kelayakan
dari sistem jaringan instalasi tenaga listrik yang ada pada Lab Fabrikasi Jurusan
Teknik Mesin. Diharapkan Tugas Akhir “EVALUASI SISTEM JARINGAN
INSTALASI TENAGA LISTRIK DI LAB FABRIKASI JURUSAN TEKNIK
MESIN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG” ini mampu memberikan solusi
serta rekomendasi yang valid terkait dengan pemenuhan syarat SLO. Agar
ketika mempunyai SLO, menandakan sistem instalasi tenaga listrik di lab
tersebut laik operasi karena sudah memenuhi standar PUIL 2011 beserta
amandemen, SNI dan IEC serta memenuhi peraturan perundangan seperti UU
no 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pasal 44, Peraturan Pemerintah no
14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik paragraf 4
pasal 46, Permen ESDM no 05 tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan
Sertifikasi Ketenagalistrikan, Permenaker no 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik
di Tempat Kerja Bab 4 pasal 11.
3
I.3 Tujuan
Tujuan diadakannya evaluasi sistem jaringan instalasi listrik tenaga di Lab
Fabrikasi Jurusan Teknik Mesin adalah
I.3.1 Mendapatkan rekomendasi mengenai dokumen riksa uji yang dibutuhkan
untuk mendapatkan SLO instalasi tenaga listrik sesuai UU no 30 tahun
2009, Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2012, dan Permen ESDM no 05
tahun 2014.
I.3.2 Mengetahui kondisi sistem instalasi tenaga listrik yang terpasang dan
terpakai dan mendapatkan rekomendasi dengan melakukan pemeriksaan
dan pengujian sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku di
Indonesia.
I.3.3 Mendapatkan rekomendasi riksa uji untuk sistem instalasi tenaga listrik
yang sesuai dengan standar-standar seperti SNI, PUIL 2011, IEC dan
standar lain yang berlaku serta memenuhi persyaratan SLO agar dapat
dinyatakan laik operasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
II.2 Landasan Teori
II.2.1. Peraturan dan persyaratan
Peraturan yang berkaitan dengan evaluasi sistem instalasi tenaga listrik
diantaranya:
a. Undang-undang No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pada pasal
44. [4] Lampiran 1.
Instalasi tenaga listrik harus memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan yaitu andal dan aman bagi instalasi, aman bagi manusia
dan mahluk hidup dan ramah lingkungan (prinsip dasar instalasi listrik).
Dengan cara pemenuhan standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik, dan pengaman instalasi tenaga listrik. Setiap instalasi tenaga
listrik wajib memiliki SLO dan memenuhi SNI.
b. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik pada paragraf 4 pasal 45 dan 46. [5] Lampiran
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik terdiri atas instalasi pemanfaatan
tenaga listrik tegangan tinggi, tengangan menengah dan tegangan rendah.
Instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SLO.
c. Permen ESDM No 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan
Sertifikasi Ketenagalistrikan pada lampiran VII. [6] Lampiran 1.
d. Permenaker No 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja pada
BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian pasal 4, pasal 9 dan pasal 11. [7]
Pemeriksaan instalasi listrik dilakukan secara berkala paling sedikit satu
tahun sekali.
Pengujian instalasi listrik dilakukan secara berkala paling sedikit lima
tahun sekali.
Persyaratan yang berkaitan dengan evaluasi sistem instalasi tenaga listrik
diantaranya:
1. PUIL 2011 Bagian 9 Pengusahaan Instalasi Listrik pada ayat 9.4.3 dan
9.5.6. [11] Lampiran 1.
Instalasi listrik yang selesai dipasang atau mengalami perubahan harus
diperiksa dan diuji dahulu sebelum dialiri listrik. Pemeriksaan dan
pengujian dilakukan mengikuti peraturan (Permen ESDM No 05 tahun
6
2014) dan PUIL 2011 ayat 9.4.3.2. semua perlengkapan yang dipasang
pada instalasi listrik harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk
memudahkan pelayanannya, instalasi listrik harus disertai gambar
instalasi. Instalasi listrik harus diperiksa dan diuji secara periodik sesuai
standar yang berlaku.
II.2.1. SLO
SLO kepanjangan dari sertifikat laik operasi, merupakan suatu sertifikat
yang menyatakan bahwa instalasi listrik laik operasi karena sudah dilakukan
pemeriksaan serta pengujian dan memiliki dokumen riksa uji yang lengkap.
SLO wajib dimiliki oleh instalasi pembangkit, transmisi, dan pemanfaatan
tegangan rendah melalui pemeriksaan dan pengujian pada saat instalasi
selesai dibangun, direkondisi, relokasi atau SLO telah habis masa
berlakunya.
Prosedur Penerbitan SLO Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik
Tegangan Rendah oleh LIT TR yang ditetapkan oleh menteri [12]
Pemilik instalasi adalah pemilik instalasi pemanfaat tenaga listrik tegangan
rendah, dan pemegang izin operasi.
a. Pemilik instalasi mengajukan permohonan kepada LIT TR yang
ditetapkan oleh menteri dengan dilengkapi data sekurang-kurangnya
sebagai berikut: Identitas pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan rendah; lokasi instalasi; jenis dan kapasitas instalasi; gambar
instalasi yang terpasang; dan peralatan yang dipasang.
b. LIT melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen permohonan SLO
yaitu jika dokumen permohonan SLO telah lengkap maka LIT
melakukan pengujian terhadap instalasi tenaga listrik. Jika dokumen
permohonan SLO belum lengkap maka LIT meminta pemilik instalasi
untuk melengkapi dokumen permohonannya.
c. LIT melakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan mata uji yang
ditetapkan oleh pemerintah dan DJK, dengan hasil: jika uji laik operasi
instalasi tenaga listrik telah memenuhi persyaratan mata uji maka LIT
membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujian (LHPP) instalasi
tenaga listrik. Jika hasil uji laik operasi terhadap instalasi tenaga listrik
7
belum memenuhi persyaratan mata uji maka LIT memberikan
rekomendasi perbaikan instalasi kepada pemilik instalasi. Setelah
diperbaiki, LIT melakukan pemeriksaan dan pengujian ulang.
d. LIT TR menerbitkan SLO setelah mengajukan permohonan registrasi
kepada DJK.
e. LIT TR memberikan SLO kepada pemilik instalasi.
f. DJK akan melakukan validasi dokumen registrasi SLO, dengan hasil:
Jika permohonan registrasi SLO telah sesuai dengan persyaratan,
diberikan nomor register. Jika permohonan registrasi SLO dinyatakan
belum valid, LIT TR memperbaiki LHPP, dan mengajukan kembali
permohonan registrasi SLO serta memperbaiki SLO yang telah
diterbitkan.
Alur penerbitan SLO oleh LIT TR
8
II.2.2. Alat Ukur
Alat ukur yang akan digunakan pada evaluasi sistem instalasi tenaga listrik
ini diantaranya:
a. Multimeter Digital (Digital Clamp Multimeter )
9
Kadang juga disebut dengan themometer laser adalah sebuah alat ukur
suhu yang dapat mengukur temperatur atau suhu tanpa bersentuhan
dengan objek yang akan diukur suhunya. Memiliki keuntungan yaitu
mudah dibawa, pengukuran secara real-time, pengukuran akurat
(biasanya akurasi kurang dari 1%), serta menjadi lebih aman saat
melakukan pengukuran karena tidak bersentuhan langsung dengan panas
yang akan diukur.
Teknik menggunakan alat ini yaitu:
1. Nyalakan alat Infrared Thermometer ini.
2. Lalu arahkan Infrared (laser) ke titik dimana suhu akan diukur.
3. Lalu amati pada layar. Amati suhu yang terukur oleh alat tersebut.
4. Jika sudah selesai pengukuran suhunya, matikan alat dan rapihkan
seperti kondisi semula.
10
c. Penguji insulasi (Insulation Tester)
11
Earth tester jenis ini menggunakan pasak (auxilary earth stakes) untuk
melakukan pengukuran resistansi grounding. Pada earth tester
mempunyai tiga kabel yaitu kabel merah (C), kabel kuning (P) dan kabel
hijau (E). Pada pengukuran resistansi grounding memerlukan tanah yang
cukup luas. Lalu ada lagi earth tester dengan bentuk seperti di bawah ini:
12
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
13
Pada tugas akhir ini digunakan metoda evaluatif yang diperlihatkan pada gambar
III.1 diagram alir (flowchart) metodologi pelaksanaan ini dilakukan
pengambilan data melalui proses pemeriksaan data riksa uji, pemeriksaan visual,
pengukuran instalasi tenaga (arus dan tegangan) serta pengujian instalasi tenaga
listrik (pengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanan pentanahan, dan
pembebanan).
Tahapan selanjutnya melakukan perhitungan dari data yang didapatkan dari hasil
pemeriksaan, pengukuran serta pengujian. Perhitungan yang dilakukan
diantaranya meliputi beban instalasi tenaga listrik (motor, mesin dan yang
lainnya), KHA penghantar (kabel), pengaman (MCB, MCCB, dan TOLR),
kapasitas pemutusan (breaking capacity), dan tegangan jatuh (drop voltage)
pada penghantar. Lalu hasil perhitungan tersebut dianalisa dengan hasil
pemeriksaan di lab tersebut. Lalu hasil analisa tersebut dibuat dalam laporan
hasil pemeriksaan dan pengujian. Di dalam laporan tersebut terdapat temuan-
temuan hasil pemeriksaan instalasi tenaga listrik, perhitungan instalasi tenaga
listrik, serta standar yang digunakan di Indonesia. Sehingga jika tidak sesuai
dengan standar yang berlaku di Indonesia, dapat dimunculkan rekomendasi
untuk membuat instalasi tenaga listrik tersebut menjadi sesuai dengan standar.
Setelah itu, dilakukan rekonstruksi berdasarkan rekomendasi yang sudah dibuat.
Lalu jika rekontruksi tersebut sudah dilasanakan, maka diadakan lagi proses
awal dari diagram alir metodologi pelaksaan yaitu pemeriksaan, pengukuran dan
pengujian.
Siklus tersebut terus dilakukan sampai instalasi tenaga listrik tersebut sudah
sesuai dengan standar dan tidak ada lagi rekomendasi yang harus ditindak lanjuti
dengan rekontruksi. Sehingga instalasi tersebut dapat mengajukan SLO. Jika
SLO sudah didapatkan, instalasi tenaga listrik tersebut dinyatakan sudah laik
operasi.
14
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
IV.1. Jadwal Pelaksanaan
15
DAFTAR PUSTAKA
16
[12] BSN, PUIL 2011, Jakarta: BSN, 2011.
[14] Alat Uji, “Alat Uji - Product, Solution, Services,” 29 Desember 2018.
[Online]. Available: https://www.alatuji.com/article/detail/187/infrared-
thermometer-mengukur-suhu-tanpa-menyentuh-obyek.
[15] H. Prastama, Evaluasi Sistem Suplai Listrik Dan Instalasi Listrik Pada
Gedung PSDI UGM, Yogyakarta, 2013.
17
LAMPIRAN 1 Peraturan dan Persyaratan
18
2. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik pada paragraf 4 pasal 45 dan 46 [5]
19
3. Permen ESDM No 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
Ketenagalistrikan pada lampiran VII. [6]
Tabel Mata uji sertifikasi instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah
20
4. Permenaker No 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja pada BAB
IV Pemeriksaan dan Pengujian pasal 4, pasal 9 dan pasal 11. [7]
21
22
5. PUIL 2011 Bagian 9 Pengusahaan Instalasi Listrik pada ayat 9.4.3 dan 9.5.6.
[11]
23
24
25
LAMPIRAN 2 Perizinan Survey Data dan Balasannya
26
27