Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam sebuah operasi pemboran, kita tidak dapat terlepas dari
suatu masalah, sekalipun sumur sudah terencanakan sebaik mungkin. Hole
problem dapat terjadi sekalipun belum ada peristiwa yang sama
sebelumnya, dikarenakan formasi dan ketidakhomogenan yang ada, karena
walaupun sumur tersebut letaknya berdekatan, bisa saja kondisi geologi
yang dimiliki sangat berbeda. Namun biasanya, hazard yang akan
dihadapi pada masing-masing trayek sudah tertulis dalam Drilling
Program suatu rig.
Salah satu masalah yang dapat kita temukan dalam kegiatan
pemboran adalah stuck pipe. Dikatakan stuck pipe apabila pipa tersebut
tidak dapat terbebaskan dari lubang tanpa merusak pipa dan tanpa
melebihi hook load maximum pada rig. Stuck pipe dapat terjadi kapan saja
dan di tahap pemboran apa saja. Dikarenakan penyebabnya dapat berbeda-
beda, maka penanganan yang diperlukan pun berbeda. Untuk itu, kita
dapat melihat worksheet untuk mengidentifikasi penyebab dan cara
mengatasi stuck pipe yang akan kami bahas pada laporan ini.
Stuck pipe sendiri sangat tidak diharapkan terjadi, karena akan ada
waktu yang terbuang dan penambahan cost.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui cara mengidentifikasi mekanisme stuck pipe
2. Mengetahui proses penanganan stuck pipe yang baik dan benar.

1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui cara mengidentifikasi mekanisme stuck pipe
2. Dapat mengetahui proses penanganan stuck pipe yang baik dan benar

1
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek ini berlangsung mulai tanggal 1
April 2019 – 30 April 2019
3. Tempat
Tempat pelaksanaan Kerja Praktek dilaksanakan di :
a. Kantor PT. Pertamina Drilling Service Indonesia – Project Area
Jawa
b. Rig PDSI #38.2/D1000-E Lokasi ABG-B2 Sumur ABG-006

1.5. Metodologi Pengambilan Data


Dalam penyusunan laporan ini menggunakan beberapa metode
praktek yang meliputi :
1. Metode Langsung (Analysis and Discussion), metode ini dilakukan
secara langsung oleh mahasiswa untuk berdiskusi mengenai kondisi di
lapangan dengan pembimbingnya.
2. Metode Tidak Langsung (Library Research), yaitu dengan study
literature, baik dari buku - buku di perpustakaan maupun dari buku
manual serta media pendukung lainnya.
3. Metode Observasi, metode ini digunakan untuk memperoleh data secara
langsung dari lapangan dengan cara mengamati secara langsung Rig
PDSI #38.2/D1000-E Lokasi ABG-B2 Sumur ABG-006.

2
1.6. Sistematika Laporan
Dalam sistematika laporan untuk lebih memudahkan dalam
penulisan dan pembacaan Laporan Kerja Praktek ini, maka penyusun
membagi dalam beberapa bab, sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3. BAB III TEORI DASAR
4. BAB IV PEMBAHASAN
5. BAB V PENUTUP

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Berdirinya PT. Pertamina Drilling Service Indonesia


Dengan berubahnya status PERTAMINA sebagai suatu perseroan BUMN,
maka kini selain mengemban peran PSO (Public Service Obligation),
PERTAMINA dituntut untuk meraih laba dan menciptakan nilai bagi negara
dan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, PERTAMINA kini harus mampu
mengelola keseluruhan spektrum usahanya dengan efektif dan efisien. Salah
satu kebijakan yang ditempuh adalah dengan melakukan pemilahan segmen
usaha pengelolaannya agar dapat fokus dan tanggap terhadap persaingan usaha.
Pada awalnya, Drilling Services merupakan fungsi bor di dalam organisasi
PERTAMINA Direktorat Eksplorasi & Produksi. Upaya menjadikan Drilling
Services sebagai anak perusahaan sudah lama dilakukan, tetapi belum berhasil
karena munculnya beberapa kendala pada saat pelaksanaannya.
Menyikapi kondisi tersebut, pada tahun 1993 ada upaya untuk mengubah
fungsi bor menjadi bor mandiri. Upaya ini gagal karena ditolak oleh DKPP.
Pada tahun 1996 pernah dicoba untuk dialih kelola oleh YKPP
(SK.160/C00000/96-SO, tanggal 16 September 1996), tetapi upaya ini pun
gagal karena tidak tercapainya kesepakatan pembebanan.
Lalu, pada tahun 1999 mulai lagi dirintis pengelolaan fungsi bor menjadi
Unit Usaha Bor EP (Ref. SK Direktur Utama No. Kpts-104/C0000/1999-S0
tanggal 29 Mei 1999). Ternyata langkah ini membawa hasil yang positif.
Selanjutnya pada tahun 2001, dibentuk organisasi sementara dengan nama
PERTAMINA Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) (SK-Kpts.
91/D00000/2001-S0, tanggal 18 Juli 2001). Lalu pada tahun 2002 berganti
nama Drilling Services Dit. Hulu (Ref. SK Dirut No. Kpts- 13/C00000/2001-
S0, tanggal 23 Oktober 2001 dan SK Direktur Hulu No. Kpts- lagi menjadi
011/D00000/2002-S0, tanggal 26 Februari 2002).

4
Dalam perkembangannya, Drilling Services menjadi unit usaha Direktorat
Hulu sampai dengan bulan September 2005 dan kemudian beralih menjadi
bagian dari Direktorat Pengembangan Usaha PT. PERTAMINA EP. Akhirnya
pada tanggal 17 Juli 2006, berdasarkan SK Dirut No. Kpts-081/C00000/2006
S0, struktur organisasi Drilling Services Dit Hulu dikembalikan menjadi unit
usaha di bawah Direktorat Hulu sebagai persiapan membentuk Anak
Perusahaan di tahun 2007.
PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) didirikan
berdasarkan Akta Notaris Marianne Vincentia Hamdani No. 13, tanggal 13
Juni 2008, Pemegang Saham adalah PT Pertamina (Persero) sebesar 99% dan
PT. Pertamina Hulu Energi (PT PHE) sebesar 0.13%.

2.2. Visi & Misi PT. Pertamina Drilling Service Indonesia


1. Visi
Untuk menjadi pemimpin regional dalam pemboran dan Well Services
dengan standar kelas dunia.

2. Misi
Menyediakan jasa solusi terpadu yang berkualitas tinggi di bidang
pemboran, kerja ulang dan reparasi sumur kepada pelanggan, untuk
memberi nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham dan pekerja,
serta berkontribusi secara proporsional kepada pemangku kepentingan
lainnya

3. Logo

Gambar 2.1. Logo PT. Pertamina Drilling Services Indonesia

5
a. Elemen logo berbentuk huruf "P" yang secara keseluruhan merupakan
representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif.
b. Warna-warna yang berani menunjukan langkah besar yang diambil
PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang positif
dan dinamis, dimana :
i. Warna biru mencerminkan handal dapat dipercaya dan
bertanggungjawab
ii. Warna hijau mencerminkan :sumber daya energi yang
berwawasan lingkungan
iii. Warna merah mencerminkan keuletan dan ketegasan serta
keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.

2.3. Tata Nilai PT. Pertamina Drilling Service Indonesia


Dalam mencapai visi dan misinya, PDSI berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut:
1. Care & Safety Focus
Menciptakan kondisi kerja yang aman, sehingga terhindar dari kecelakaan,
bahaya kebakaran, gangguan kesehatan dan lingkungan.
2. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
3. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
4. Confidence (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

6
5. Customer Focus (Fokus Pada Pelanggan)
Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
6. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
7. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun talenta
kemampuan riset dan pengembangan.

2.4. Struktur Jabatan Pada PT. PDSI DAJ


2.4.1. Struktur Organisasi Supporting (Office)

Adm Supervisor

IT

Kontrak

Asst Man Support

Anggaran
Warehouse &
Distributions Asst
Project
Verifikator

Project Manager Koordianator HSE


Laporan dan
Operasi
Sr. Svp.
Maintanance

Rig
Superitendent

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Supporting (Office)

7
2.4.2. Struktur Organisasi Rig

Rig
Superitendent

HSE Officer

Maintenance Maintenance
Crew 1 Crew II Crew III Administrasi Driver
Elektrik Mekanik

Toolpusher Toolpusher Toolpusher Chief Elektrik I Chief Mekanik I Field Adm I Driver I

Chief Mekanik
Driller Driller Driller Chief Elektrik II Field Adm II Driver II
II

Pemuka Pemuka
Asst. Driller Asst. Driller Asst. Driller Storekeeper I Driver III
Elektrik I Mekanik I

Pemuka Pemuka
Derickman I Derickman I Derickman I Storekeeper II Driver IV
Elektrik II Mekanik Ii

Pemuka
Derickman II Derickman II Derickman II Mekanik I Storekeeper III Driver V
Elektrik III

Floorman I Floorman I Floorman I Elektrik I Mekanik II Driver VI

Floorman II Floorman II Floorman II Elektrik II Mekanik III

Floorman III Floorman III Floorman III Elektrik III Motoris I

Floorman IV Floorman IV Floorman IV Motoris II

Roustabout I Roustabout I Roustabout I Motoris III

Roustabout II Roustabout II Roustabout II

Welder Welder Welder

Mud Boy I Mud Boy I Mud Boy I

Mud Boy II Mud Boy II Mud Boy II

Cutting Boy Cutting Boy Cutting Boy

Paritan I Paritan I Paritan I

Paritan II Paritan II Paritan II

Paritan III Paritan III Paritan III

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Rig

8
2.5. Data Rig PDSI #38.2/D1000-E (D1000-56)
A. RIG SPECIFICATION
Years of buying : 2012
Rig Type : AC Drilling Rig
Power Rating : 1000 HP
Static Hook Load Capacity : 500.000 lbs (10 lines strung)
Hook Block : 250 Tons Hook Block Combo
5x36” sheaves for 1 ¼ wire rope API 8C
Drilling Depth-Up to : 10000 ft
Rig Floor Height : 7.62 m (6.40 m under rotary beams)
Racking Platform Cap : 132 stands 5” drill pipe
2 stands 6½” drill collar
2 stands 8” drill collar

B. MAIN COMPONENT
Drawwork Type : NOV DSGD-250 Drawworks 250 Ton 1150 HP,
AC
Mast Type : 14221-700B GNC Cantilever Mast
250 Tons Static Hook Load
(162.5 Tons Pipe Setback Load; 58.9 km/h
maximum wind load)
Substructure Type : Dreco Slingshot Substructure
Overall Substructure Floor Length (14,542 m)
Overall Substructure Floor Width (12,637 m)
AC Generator Set : 3 (three) units CAT-3512 - C powering
3 (three) units NOV Baylor AC Synchronous
Generator units with 3 phase, 60 Hz, 1200 RPM,
600 volts.
Swivel : NOV P-300 with 6 5/8” API Regular LH Pin
Down

9
Rotary Table Type : NOV C-275, 27 ½” Table Opening, 53 ¼”
Centerline Spacing
Mud Pump Type : 3 (three) Units 9-P-100 Mud Pumps each driven
by one (1) 1150HP AC motor
Solid Control : 3 units Shale Shaker Derrick-HyperPool
Min.caps: 1000 GPM, Electrical 480V, 60Hz.
1 unit National Oilwell Varco Brandt Desander,
Each 12”- a cone-size can produce ± 500 GPM
1 unit National Oilwell Varco Brandt Desilter,
Each 4”-a cone-size can produce min 50 GPM
1 unit National Oilwell Varco Brandt MUD
CLEANER, One Linear Motion Low Profile 2
Panel.
Mud Cleaner complete with: Sixteen (16) 4”
desilter cones
System includes: 1 x Linear Motion Shaker Min
“G” Force : Nominal 7.3 G’s
1 Unit Brandt DG-12 Vacuum Degasser, With flow
rates up to 1200 GPM.
BOP Equipment : 21 ¼” – 2000 psi Annular “Shaffer”
13 5/8” – 5000 psi Annular “Shaffer”
13 5/8” – 5000 psi Double Ram “WOM”
7 1/16” – 5000 psi Annular “Shaffer”
7 1/16” – 5000 psi Double Ram “WOM”
Accumulator : Accumulator Module Model X392-15ST 3000 psi
WP, Bottle numbers:28 @15 gals (approx. 420
gals)
Choke : 4 1/16” – 5000 psi
Mud Tank Volume : 1240 bbls (exclude 30 bbls trip tank)
Water tanks : 580 bbls (2 tanks)

10
Fuel Tank : 1 Unit Cap 251 bbls
1 Unit Cap …..
Water Pump : Belt driven NOV MSW water pump (250 gpm
max capacity)
String : 300 jts 5” OD DP 19.5 ppf Grade “G-105” R-2;
250 jts 3 ½” OD DP 13.3 ppf Grade “G-105” R-2
24 jts 5” OD Heavy Weight DP, 3” ID, 52.34 ppf
9 jts 8” OD Spiral DC, 3” ID 147 ppf
Top Drive : TDS-10SH Cap 250 Ton. NOV
HTE : 1 unit Forklift
1 Unit Man Lift

Gambar 2.4. RIG PDSI RIG PDSI #38.2/D1000-E

11
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Definisi Stuck Pipe


Stuck pipe menurut Rudi Rubiandini, adalah terjepitnya pipa
pemboran dikarenakan tumpukan cutting yang mengendap. Stuck pipe
sendiri dapat disebabkan oleh banyak faktor. Selama proses pemboran,
sebuah pipa dikatakan stuck apabila pipa tersebut tidak dapat terbebaskan
dari lubang tanpa merusak pipa dan tanpa melebihi hook load maximum
pada rig. Pipe sticking sendiri dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu
differential pressure pipe sticking dan mechanical pipe sticking. Stuck pipe
sendiri berkaitan dengan well control.
Stuck pipe dapat terjadi ketika sedang melakukan pemboran,
making a connection, logging, testing, atau pada berbagai tahap operasi
lainnya.

3.2. Penyebab Terjadinya Stuck Pipe


a. Penyebab Mekanis (Mechanical Causes)
Biasanya terjadi ketika ada pergerakan pada drill string atau
gangguan bersifat fisik
i) Cutting pemboran
Adanya akumulasi cutting pemboran yang berlebihan,
dikarenakan cutting tidak dapat ditahan, kemudian
mengendap di bawah. Untuk itu, diperlukan sirkulasi ke atas
selama beberapa kali agar dapat membersihkan lapisan
cutting yang dapat hadir sebelum melakukan kegiatan
making a trip.

12
Gambar 3.1 Mechanical Pipe Sticking yang Disebabkan Oleh Cutting
Pemboran

13
ii) Key seating
Terjepitnya sebagian drill string karena goresan antara drill
string dengan dinding lubang bor seperti terlihat pada
gambar di bawah.

Gambar 3.2 Key Seating (1)

Gambar 3.3 Key Seating (2)

14
iii) Borehole instability
Pada umumnya terjadi ketika kita sedang melakukan
pemboran pada formasi dengan lapisan shale. Indikasi
terjadinya stuck pipe dikarenakan borehole instability antara
lain:
 Adanya kenakan tekanan drill pipe ketika
sirkulasi
 Adanya kenaikan torsi
 Tidak ada fluida yang kembali ke permukaan

Gambar 3.4 Pipe Sticking dikarenakan Wellbore Instability

15
2. Differential Pipe Sticking
Adalah keadaan ketika beberapa bagian dari drill string tertancap pada
mud cake yang terbentuk pada dinding formasi yang permeable ketika
drilling.

Gambar 3.5 Dasar differential pipe sticking (1)

16
Gambar 3.6 Differential Pipe Sticking (2)

3.3. Indikasi Awal Terjadinya Stuck Pipe

Stuck pipe dapat dimonitor lebih awal dengan tanda-tanda misalnya:


a. Peningkatan torsi dan drag
c. Excessive cuttings loading
d. Tight spots ketika sedang melakukan tripping
e. Loss circulation ketika sedang drilling

3.4. Penanggulangan Stuck Pipe


1. Karena Pack-Off/Bridge
a. Terjepit saat rangkaian bergerak ke atas/diam
i. Langkah untuk mengupayakan sirkulasi
1) Gunakan tekanan pompa rendah (200-400) psi. Pertahankan
tekanan bila sirkulasi terhambat/tidak lancar
2) Jangan lakukan jar-up. Berikan torsi dan dudukkan string
pada beban maksimal. Berikan waktu yang cukup agar jar
hidrolis melakukan trip (4-6 menit untuk siklus panjang)

17
3) Bila rangkaian masih belum bebas, jangan lakukan jar-up.
Lakukan jar-down sampai rangkaian terbebas atau
keputusan alternatif dibuat. Jar-down hingga lebih dari 10
jam mungkin diperlukan.

ii. Bila sirkulasi sudah bisa diupayakan


4) Naikkan kecepatan pompa perlahan-lahan hingga laju
pompa maksimum. Bila memungkinkan, gerakkan
rangkaian dan sirkulasi bersihkan lubang mulai dari
kedalaman bit pada saat terjepit
5) Reaming interval jepitan pipa hingga lubang bersih
6) Bila pencabutan rangkaian untuk keperluan logging dan
atau pemasangan casing, maka masukkan kembali
rangkaian sampai dasar dan sirkulasi bersih lubang

b. Terjepit saat rangkaian bergerak ke bawah


i. Langkah untuk mengupayakan sirkulasi
1) Gunakan tekanan pompa rendah (200-400) psi. Pertahankan
tekanan bila sirkulasi terhambat/tidak lancar
2) Jangan lakukan jar down. Berikan torsi dan tarik rangkaian
hingga maksimum overpull. Berikan waktu yang cukup
agar jar hidrolis melakukan trip (4-6 menit untuk siklus
panjang)
3) Bila rangkaian masih belum bebas jangan lakukan jar
down. Lakukan jar up sampai rangkaian terbebas atau
keputusan alternatif dibuat. Jar-up hingga lebih dari 10 jam
mungkin diperlukan.

ii. Bila sirkulasi sudah bisa diupayakan


4) Naikkan kecepatan pompa perlahan-lahan hingga laju
pompa maksimum. Bila memungkinkan, gerakkan

18
rangkaian dan sirkulasi bersihkan lubang mulai dari
kedalaman bit pada saat terjepit
5) Reaming interval jepitan pipa hingga lubang bersih
6) Lanjutkan turunkan rangkaian sampai beban duduk
berebihan terlihat, sirkulasi lubang hingga bersih.

2. Penanggulangan Karena Differential Sticking


a. Langkah awal
1) Sirkulasi dengan laju pemompaan maksimum yang
diijinkan
2) Dudukan rangkaian dan beri torsi maksimum tahan torsi
3) Stop atau turunkan laju pompa sampai laju pompa
minimum untuk meningkatkan kinerja jar
4) Dudukan hingga maksimum batas duduk rangkaian
5) Berikan cukup waktu trip untuk jar hidrolis (4-6 menit
untuk siklus panjang)
6) Bila rangkaian belum terbebas. Tahan torsi pada rangkaian
dan lanjutkan jar down dengan beban trip maksimum

b. Langkah kedua
Apabila rangkaian belum terbebas, setelah 5-10 hentakan jar,
lanjutkan pekerjaan sambil menyiapkan fluida (pill) pembebas
pipa

c. Ketika rangkaian sudah terbebas


7) Putar dan gerakkan rangkaian
8) Sirkulasi dengan laju maksimum untuk membersihkan
lubang
9) Periksa dan pastikan spesifikasi lumpur yang sesuai

19
3. Penanggulangan Karena Wellbore Geometry
a. Langkah Awal
i) Bila pipa terjepit terjadi pada saat rangkaian bergerak ke
atas, berikan torsi dan jar-down dengan maksimum beban
trip.
Bila pipa terjepit terjadi pada saat rangkaian bergerak ke
bawah, berikan torsi dan jar-up dengan maksimum beban
trip.
ii) Hentikan atau kurangi sirkulasi ketika cocking jar dan saat
jarring down. Catatan: Tekanan pompa akan meningkatkan
hydraulic jar up-blow dan akan mengurangi down-blow
iii) Lanjutkan jarring hingga rangkaian terbebas, atau alternative
penanggulangan yang lain dibuat

b. Langkah Kedua
Rendam rangkaian dengan acid bila jepitan terjadi pada formasi
limestone atau batu kapur. Rendam rangkaian dengan air tawar bila
jepitan terjadi pada mobile salt.

c. Bila rangkaian sudah terbebas


i) Naikkan sirkulasi hingga laju pemompaan maksimum,
putar dan naik-turunkan rangkaian
ii) Ream/Backream lubang secara menyeluruh
iii) Sirkulasi lubang hingga bersih
iv) Underream interval lubang jepitan atau usahakan dengan
cara yang lain.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Rencana profil lintasan sumur

21
Gambar 4.2 Well profile

22
Pada saat pemboran trayek lubang 12 ¼ in, ketika melakukan pull out drill
string, telah terjadi pack-off. Trayek 12 ¼ sendiri berada pada Formasi Cisubuh,
yang terdiri dari Batulempung dengan sisipan gravel, batupasir, dan batulanau.
Kemudian Formasi Parigi yang terdiri dari batugamping, baik klastik maupun
batugamping terumbu. Formasi Cibulakan Atas terdiri dari perselingan antara
serpih dengan batupasir dan batugamping baik yang berupa batugamping klastik.
Formasi Cibulakan Atas terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir
dan batugamping baik yang berupa batugamping klastik, dengan kedalaman akhir
trayek ± 2175.65 mMD, interval bor 975.65 m (1200 m – 2175.65 mMD), WOB
5000-20.000 lbs, 500-100 RPM, 800 - 900 GPM, dan memakai lumpur KCl
Polymer PHPA dengan SG 1.20 – 1.28.
Setelah pemboran melewati casing point, dilakukan pull out drill string.
Setelah mencabut beberapa stand drill pipe, terjadi penambahan beban di hook
load, namun drill string-nya tidak bisa terangkat. Kemudian dicoba lagi sampai
maximum overpull tetapi drill stringnya tidak bisa terangkat (terjadi pack off).
Kemudian dilakukan reaming dan washdown sampai pipanya bisa terangkat.
Reaming adalah suatu kegiatan untuk memperbesar wellbore. Reaming sendiri
diperlukan jika terjadi pengurangan diameter pahat/lubang bor. Pengurangan
tersebut dapat kita lihat dari lubang yang di bor tidak sesuai atau tidak sebesar
outside-nya. Kegiatan ini dilakukan beberapa meter sebelum mencapai dasar
lubang, pada waktu masuk pahat baru.
Lalu dilakukan analisa oleh mud engineer dan ditemukan bahwa ternyata
mud cake pada Formasi Cibulakan Atas tidak bagus, sehingga menyebabkan
runtuhnya dinding bor. Kemudian lumpurnya ditambahkan chemical berupa PAC
L, untuk memperbaiki karakteristik lumpur, agar bisa menghasilkan mud cake
yang bagus. Setelah itu, dilakukan sirkulasi kembali untuk memperbaiki mud cake
pada Formasi Cibulakan Atas. Setelah diperbaiki, kemudian dilakukan sirkulasi
Hi-Vis dan Low-Vis untuk membersihkan lubang bor agar tidak ada cutting yang
menumpuk di lubang bor. Sirkulasi Hi-Vis sendiri untuk mengangkat cutting ke
atas dan Low-Vis membuat aliran menjadi turbulen.

23
Jika disesuaikan dengan mekanisme yang ada, maka prosedurnya secara
umum sebagai berikut:
Terjepit saat rangkaian bergerak ke atas/diam :
i. Langkah untuk mengupayakan sirkulasi
1) Gunakan tekanan pompa rendah (200-400) psi. Pertahankan
tekanan bila sirkulasi terhambat/tidak lancar
2) Jangan lakukan jar-up. Berikan torsi dan dudukkan string
pada beban maksimal. Berikan waktu yang cukup agar jar
hidrolis melakukan trip (4-6 menit untuk siklus panjang)
3) Bila rangkaian masih belum bebas, jangan lakukan jar-up.
Lakukan jar-down sampai rangkaian terbebas atau
keputusan alternatif dibuat. Jar-down hingga lebih dari 10
jam mungkin diperlukan.

ii. Bila sirkulasi sudah bisa diupayakan


4) Naikkan kecepatan pompa perlahan-lahan hingga laju
pompa maksimum. Bila memungkinkan, gerakkan
rangkaian dan sirkulasi bersihkan lubang mulai dari
kedalaman bit pada saat terjepit
5) Reaming interval jepitan pipa hingga lubang bersih
6) Bila pencabutan rangkaian untuk keperluan logging dan
atau pemasangan casing, maka masukkan kembali
rangkaian sampai dasar dan sirkulasi bersih lubang

24
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan, Penulis dapat menyimpulkan:
1. Masalah stuck pipe pada sumur yang berlokasi di ABG-B2 sumur ABG-
006 akhirnya dapat diselesaikan dengan baik menggunakan metode yang
tertera di atas.
2. Untuk memperbaiki mud cake, ditambahkan chemical berupa PAC L
3. Kegiatan pemboran di lapangan berbeda dari apa yang diajarkan di
kampus, sehingga kita harus mempunyai basic dari kampus agar bisa
lebih mengerti proses yang sesungguhnya
4. Bekerja di lingkungan yang High Risk harus selalu waspada setiap saat
karena tidak diketahui kapan bahaya akan timbul oleh karena itu ketika
berada di lokasi (area rig) harus menggunakan APD yang lengkap.

5.2. Saran
Dalam laporan Kerja Praktek ini penyusun ingin memberikan saran
kepada Mahasiswa yang akan melakukan kerja praktek :
1. Mahasiswa dapat memanfaatkan waktu Kerja Praktek di lapangan dan
di kantor perusahaan dengan sebaik mungkin.
2. Menghindari pekerjaan yang berbahaya, yang harus dilakukan oleh orang
yang ahli dan kompeten dalam bidang pekerjaan tersebut.
3. Mahasiswa harus mentaati semua peraturan dari perusahaan baik
dilapangan atau pun di kantor perusahaan. ( Golden Rules )

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.glossary.oilfield.slb.com/en/Terms/r/ream.aspx

https://www.researchgate.net/publication/299995814_An_Investigation_of_Stuck
_Pipe_Occurrences_in_Iran

Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S. 2009. Teknik Pemboran Jilid 1. Bandung: Fakultas
Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB

26

Anda mungkin juga menyukai