Anda di halaman 1dari 47

BAB I

MENGENAL MAKHLUK CIPTAAN ALLAH SWT

1. MALAIKAT
- Para Malaikat di ciptakan dari Nur (Cahaya),
- Malikat Roqib, Atid, 8 Hamlatul Arsy, Muharobin di ciptakan dari Jasad Malaikat Israfil
- Malaikat Karobiyyun di ciptakan dari Air mata Malikat Mikail
- Malaikat Ruhaniyyun di ciptakan dari Air yang menetes dari Sayap Malikat Jibril

2. BIDADARI

- Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “ALLAH SWT menciptakan wajah bidadari dari empat
warna, yaitu putih, hijau, kuning, dan merah. ALLAH menciptakan tubuhnya dari minyak
Za’faran, misik, anbar, dan kafur. Rambutnya dari sutra yang halus. Mulai dari jari-jari kakinya
sampai ke lututnya dari Za’faran dan wewangian. Dari lutut sampai payudara dari misik. Dari
payudara sampai lehernya dari Anbar, Dan dari leher sampai kepalanya terbuat dari Kafur.
Seandainya bidadari itu meludah sekali di dunia, maka jadilah semua air di dunia Kasturi. Di
dadanya tertulis nama suaminya dan nama-nama ALLAH SWT. Pada setiap tangan dari kedua
tangannya terdapat sepuluh gelang dari emas, sedangkan pada jari-jarinya terdapat sepuluh
cincin, dan pada kedua kakinya terdapat sepuluh binggal(gelang kaki) dari Jauhar dan permata.
- riwayat lain menjelaskan bahwa Bidadari diciptakan dari tetesan hujan dari awan di bawah
Arsy dan Bidadari diciptakan langsung jadi gadis perawan dan terus gadis perawan.

3. IBLIS
Iblis diciptakan dari api seperti semua jenis jin. Dikatakan ia diciptakan dari “nyala api yang
berkobar” yaitu dari sisi nyala api yang paling bersih dan paling baik.

4. JIN
- Jin diCiptakan dari Lidah Nyala Api yaitu nyala api yang warnanya Kuning dan keHijauan yang
membumbung ke atas ketika Api dinyalakan (HR. Abu Abdullah Al-Faryan)
- Jin itu diciptakan dari Api Matahari (HR. Ibnu Abu Hatim)

” Sesungguhnya jin dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka.” (Al Quran, surat Al A’raf : 27)
Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara
yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti
istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus,
sedangkan setan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Iblis adalah
gembongnya setan.

Apakah Jin itu?

Jin dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia. Firman
Allah, “Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka.”(QS. Al A’raf 27).

Kalau pun ada manusia yang dapat melihat jin, jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang
menjelma dalam wujud makhkuk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Dalam sebuah hadis,
Nabi SAW bersabda, “Setan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas
pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku.
Kalau bukan karena adanya doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia.”(HR Al Bukhari).

Asal kejadian Jin

Kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas.
Allah berfirman,“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(QS. Al Hijr: 27). “Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman : 15)

Rasulullah bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kamu [yaitu dari air sperma dan
ovum].” (HR Muslim dari Aisyah di dalam kitab Az- Zuhd dan Ahmad di dalam Al Musnad).

Bagaimana wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara
rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail. Ibnu Abbas,
Ikrimah, Mujahid dan Adhdhak berpendapat bahwa yang dimaksud “api yang sangat panas”
(nar al-samum) atau “nyala api” (nar) dalam firman Allah di atas ialah “api murni”. Ibnu Abbas
pernah pula mengartikannya “bara api”, seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Mengubah bentuk

Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu kekhususan jin
ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya jin kafir (setan) pernah menampakkan diri dalam
wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama, ketika kaum Quraisy
berkonspirasi untuk membunuh Nabi SAW di Makkah. Kedua, dalam Perang Badr pada tahun
kedua Hijriah, seperti diungkapkan Allah di dalam surat Al Anfal: 48.
Apakah jin juga mati?

Jin beranakpinakdan berkembang biak. Allah memperingatkan manusia agar tidak terkecoh
menjadikan iblis (yang berasal dari golongan jin) dan keturunan-keturunannya sebagai
pemimpin sebab mereka telah mendurhakai perintah Allah (QS. Al Kahfi: 50).

Banyak orang menganggap bahwa jin bisa hidup terus dan tidak pernah mati, namun
sebenarnya ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi SAW berdoa: “Anta
al-hayyu alladzi la yamutu, wa al-jinnu wa al-insu yamutuna – Ya Allah, Engkau hidup tidak mati,
sedangkan jin dan manusia mati.” (Bukhari: 7383, Muslim : 717)

Tempat-tempat Jin

Banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamaannya juga ada, di antaranya
sama-sama menghuni bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan
kemudian jin juga bisa tinggal bersama manusia di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan
bersama manusia. Tempat yang paling disenangi jin adalah WC, tempat manusia membuka
aurat. Agar aurat kita terhalang dari pandangan jin ketika kita masuk ke dalam WC, hendaknya
kita berdoa yang artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki
dan setan perempuan.” (HR At-Turmudzi).

Setan suka berdiam di kubur dan di tempat sampah. Apa sebabnya, Quran sengaja tak
menjelaskan secara rinci. Mungkin karena kuburan sering dijadikan sebagai tempat bermeditasi
oleh tukang sihir (paranormal). Nabi SAW melarang kita tidur menyerupai setan. Setan tidur di
atas perutnya (tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang
menarik perhatian setan untuk mempermainkan auratnya.

Setan selalu mendampingi manusia

Sudah menjadi komitmen setan akan senantiasa menggoda manusia agar durhaka kepada
Allah. Oleh karena itu setan terus menerus mengincar manusia, setiap saat menyertai manusia
sehingga setan itu disebut pula sebagai qarin bagi manusia, artinya “yang menyertai” manusia.
Setiap manusia disertai setan yang selalu memperdayakannya, bahkan manusia dan qarin-nya
akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Allah berfirman, artinya: “Yang menyertai dia
(qarin-nya) berkata (pula): “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang
berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Qaf: 27).

Ada 5 Jenis Jin Yang Ada Di Dunia


Berapa Jenis Jin Yang Ada Di Dunia Jin sama seperti dengan manusia yang merupakan mahluk
ciptan tuhan Allah SWT namun jin tidak seperti manusia Jin merupakan mahluk gaib yang tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang manusia. Dalam sebuah kitab dijelaskan ada beberapa
macam jenis Jin yang ada di dunia ini, Nah Mesammesem mania mau tahu jenis Jin apa aja yang
ada di dunia ini? Kita simak aja 5 Jenis Jin yang Ada di Dunia berikut ini :

Al-Jan Jenis yang pertama ini adalah pengertian jin secara umum, yaitu jenis jin yang
berpotensi seperti layaknya manusia. Jin ada yang berkelamin jantan adapula yang betina, ada
jin yang muslim adapula yang non muslim, jinjuga membutuhkan makan,minum, tidur, dan
sebagainya. Walhasil jin pada kategori JAN tidak bedanya dengan manusia pada kategori al-
insan.

Al-A’Mir Acapkali disuatu tempat, dikamar mandi, dirumah atau dimanapun ada suara atau
bunyian yang menirukan perbuatan manusia. Seperti halnya ada suara orang wudhu atau orang
mandi, padahal dikamar mandi tersebut tidak ada siapa-siapa.
Hal ini boleh jadi adalah perbuatan jin pada kategori AL-A’MIR. Maka tidak jarang orang
menyebutnya sebagai setan tek-tek. Karena memang jenis jin ini suka meniru-nirukan
perbuatan atau kebiasaan manusia, dengan maksud menakut-nakuti.
Al-A’mir juga terkadang mengikuti orang yang sedang membaca , bernyanyi dan sebagainya
atau mengikuti orang yang sedang shalat dibelakangnya. Meskipun demikian kita tidaklah usah
takut, karena boleh jadi dia tidaklah jahat, hanya karena ingin menjadi mak’mum atau ingin
belajar membaca atau menyanyi.

Al-Ifrit Ifrit adalah jenis jin yang berpotensi sebagai pembantu ataupun khodam bagi manusia.
Dalam hal ini ada ifrit yang muslim dan baik, yang tentunya bisa menjadi khodam pada
manusia-manusia yang muslim dan baik pula.
Adapula ifrit yang berprilaku jahat dan kafir yang dimanfaatkan oleh para tukang sihir dan
dukun, seperti ifrit-ifrit yang bekerjasama dengan ‘pesihir’ atau pesulap terkemuka luar negeri
pada segitiga Bermuda “ David Caverfil”.

Al-Arwah Jenis jin yang keempat inilah yang sering dan biasa menggoda manusia, terkadang al-
arwah menjelma dirinya sebagai orang tua kita yang telah meninggal atau sebagai dedemit dan
sebagainya.
Sehingga dapat mengelabuhi sebagaian masyarakat kita dan menakut-nakuti mereka yang
memang mempercayainya. Sebenarnya jenis jin al-arwah ini termasuk golongan jin yang sangat
kuat dan sangat nakal.
Disebutkan paling kuat karena mereka dapat menjelma dirinya menjadi apa saja dengan
mengerahkan kekuatan ilmu yang dimilikinya dan disebut nakal karena sering menggoda dan
menakut-nakuti manusia.
Jika diibaratkan manusia, maka jenis jin dari golongan Al-arwah semacam preman yang sukausil
terhadap masyarakat setempat dan terutama kepada perempuan-perempuan yang lewat
dijalanan yang sepi.

As-Syaiton Berbeda dengan al-arwah, as-syaiton adalah jenis jin yang selalu menggoda manusia
dari segi keimanan, kerohanian dan kejiwaan. As-syaiton sangat berbahaya dibanding jenis jin
lainya, karena as-syaiton dalam merasuk kedalam hati manusia untuk membisikan kekafiran,
keingkaran dan kejahatan.
Dalam surat an-naas dijelaskan bahwasanya bukan hanya jin jahat dan ingkar yang termasuk
dalam golongan as-syaiton, manusia yang yang berprilaku dzolim dan lacutpu termasuk dalam
kategori ini.
Mengenai hal ini ada sebagaian ulama yang berpendapat bahwa setan adalah sebuah sifat jahat
daripada manusia dan jin. Jadi kesimpulanya adalah setan bukanlah merupakan wujud atau
benda, melainkan sebuah sifat atau perbuatan.
Baik itu terdapat pada jin ataupun manusia. Tapi kebanyakan orang lebih takut terhadap Al-
Arwah daripada As-Syaiton, padahal As-Syaiton adalah jenis yang paling berbahaya bagi
kehidupan manusia.

5. MANUSIA (Adam)
diciptakannya Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang
dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke
dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna.

6. MANUSIA WANITA (Hawa)


“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk,
dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah
para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)

7. MANUSIA (Keturunan Adam & Hawa)


Di ciptakan dari pembuahan Ovarium dari Ibu yang bercampur Sperma Ayah, sehingga
membentuk nutfah, segumpal daging dan membentuk tulang dan jadilah janin cikal bakal Bayi
manusia.

8. BINATANG
Di ciptakan dari tanah, maka jadilah Hewan darat, Hewan penghuni Air, Hewan Penjelajah
Udara dan Hewan dalam Tanah

9. TUMBUHAN

Di ciptakan dari tanah, maka jadilah pohon buah, bunga-bunga, Pohon berkayu, Karang dan
rumput laut.

10. BINATANG GHAIB (Binatang Jin)


- Dzu’ath-Thifyatayn = golongan Jin yang Berbentuk Ular yang herwarna Hitam dan memiliki dua
Garis Putih di Punggungnya
- Al-Abtaral = golongan Jin yang Berbentuk Ular buntung tidak berekor atau ekornya pendek
- An-Nazhir = golongan Jin yang berbentuk Kalajengking dan serangga tanah

- Al-Hinu =golongan Jin yang berbentuk Anjing hitam yang memiliki dua tanda putih di dahinya

11. TUMBUHAN GHAIB


- Tumbuhan yang di ciptakan Allah di dunia Jin dan Iblis, baik berupa Bunga-bunga, sayuran,
pohon buah, pohon berkayu Dll...

12. BINATANG SURGA


- Ruhnya Anak Orang Muslim berada pada Tembolok Burung-burung sejoli di dalam Surga

- Buraq adalah sesosok makhluk tunggangan ajaib, yang membawa Nabi Muhamad SAW dari
Masjid al-Aqsa menuju Mi'raj ketika peristiwa Isra Mi'raj. Makhluk ini diciptakan Allah tebuat
dari cahaya.

13. BINATANG NERAKA


- Harisy diIahirkan oleh Kalajengking, Kepalanya berada diLangit ke7, Ekornya berada diBumi
yang paling bawah , ia dapat mengumpulkan Orang-Orang ahli Neraka kedalam Perut dan
Mulutnya kemudian diLemparkan keNeraka
- Ular sebesar leher unta yang memiliki 70.000 kepala
- Kalajengking sebesar keledai yang memiliki 70.000 ekor, dan setiap ekor memiliki 70.000 bisa.
- Serigala neraka yang memakan daging ahli neraka sampai tulang-tulangnya
14. BINATANG LANGIT

- Kuda Maimun Diciptakan setelah Nabi Adam as diciptakan, yang diperuntukan baginya Tubuh
terbuat dari Misik Putih yang berbau Harum menyengat , Ke dua Sayapnya terbuat dari Intan &
Marjan
- Allah swt, menciptakan seekor Ayam Jantan di Langit kesatu, Sayap yg Pertama menjangkau
ujung Langit paling barat, Sayap yg kedua menjangkau ujung Langit paling Barat, Bulu bagian
luar berwarna Putih bersih, Bulu bagian tengahnya berwarna Hijau ,Bulu sebagian paling dalam
lebih Hijau lagi, Setiap Malam ia mengepak-epakkan kedua Sayapnya seraya menyerukan
kalimat Tasbih

15. BINATANG ALAM BARZAH

- 70 Ekor Ular Naga di dalam kubur, mereka Menyiksa ahli neraka dengan mencabik-cabik
Daging dan meremukkan Tulang-Tulang Orang-Orang yang di azab di kuburnya tersebut, Jika
seandainya salah satu dari mereka di keluarkan dari Alam Barzah serta mengenduskan nafasnya
kearah Bumi maka semua Pohon dan Tumbuhan akan hancur
- Ular Syaja, yaitu ular yang Menyiksa ahli neraka di kubur. Ular itu akan terus menggigit
jemarinya Orang yang diAzab diKuburnya tersebut meskipun dosanya akan di Ampuni.
- Ular tinnin, Yaitu sembilan puluh sembilan ular. Sedangkan setiap ular itu memiliki tujuh
kepala yang setiap kepala itu mencakar, menggigit, menyembur hingga tubuh si mayit menjadi
bengkak. Azab itu berlangsung sampai hari kiamat.

16. TUMBUHAN SURGA


Pohon Thuba, Pohon Kurma yang Berbuah Mutiara, Pohon Khuldi, Pohon Delima yang Buahnya
seperti Ember, Pohon Pisang yang Buahnya bersusun-susun, Pohon Bidara DLL

17. TUMBUHAN NERAKA


Pohon Zaqqum Buahnya seperti kepala-kepala Setan, Ranting-rantingnya seperti Ular , Batang
pohonnya penuh dengan Duri yang membara seperti Api , Dari pohonnya mengeluarkan aroma
bau yang sangat busuk, Pohonnya tumbuh dari dasar Neraka JAHIM , Batang pohon & buahnya
digunakan sebagai salah satu makanan penghuni Neraka yang apabila mereka memakannya
maka mendidihlah Perut & Otaknya

18. TUMBUHAN LANGIT


- Pohon Sidratul muntaha yang terdapat di langit ke tujuh yang menjulang tinggi sampai ke Arsy
Allah SWT
- Pohon Al-Maut yang terdapat di langit ke tujuh yang memiliki daun-daun sebanyak jumblah
mahkluk, masing-masing daun di jaga malaikat yang membawa buku catatan Ajal,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bumi yang kita pijak ini hanya sekelumit kisah perjalanan manusia dalam menghadapi cobaan
dan berlomba-lomba mencari tujuan untuk memperoleh ridho Allah SWT. Begitupun alam
semesta atau jagad raya ini semua telah tertuang di dalam Al-Qur’an yang notabene adalah
sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Didalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang kejadian
alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, termasuk penciptaan manusia sebagai
makhluk sempurna yang didorong hasrat ingin tahu nya serta dipacu akal nya untuk mencari
tahu dan menyelidiki segala sesuatu yang ada disekitarnya termasuk keingintahuannya akan
alam semesta ini.

Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk manusiaagar mempercayai bukti
kebesaran-Nya bahwa alam semesta ini memang ada yang menciptakan dan manusia wajib
memanfaatkannya sebaik mungkin tanpa merusaknya. Keingintahuan manusia tentang
penciptaan alam semesta tidak hanya membaca ayat-ayat Al-Qur’an saja, akan tetapi juga
melakukan perintah Allah sehingga dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan
dalam pemahaman serta penafsiran Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperkaya wawasan dan pemahaman pembaca tentang Penciptaan Alam Semesta
dalam Perspektif Islam, maka dapat disimpulkan beberapa pokok bahasan antara lain :

1. Pengertian Alam Semesta.

2. Teori Penciptaan Alam.

3. Karakteristik, Mekanisme dan Tujuan Penciptaan Alam.

4. Pandangan Penciptaan Alam dalam Perspektif Islam dan Sains Modern.


5. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta.

C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui apa itu Alam Semesta.

2. Untuk dapat mengetahui apa saja karakteristik dan tujuan dari Penciptaan Alam.

3. Untuk dapat mengetahui Ayat-ayat apa saja yang mencakup tentang Penciptaan Alam.

4. Untuk dapat mengetahui Hubungan Manusia dengan Alam Semesta itu seperti apa.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Alam Semesta

Alam Semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang
merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam semesta juga dapat
didefinisikan segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia didunia ini
selain Allah SWT beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dibedakan menjadi beberapa jenis
diantaranya alam syahadah dan alam ghoib. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut
Universe yang artinya seluruhnya, dan dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.
Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika,
kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Alam syahadah atau alam materi sering juga
disebut dengan alam fisik karena alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh
indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang
tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya
(makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos).Dan dapat pula dibedakan menjadi alam
nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang
disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan
penulisnya.
Teori-teori Penciptaan Alam Semesta

Menurut Teori Big Bang

Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu.Tidak seorangpun tahu kenapa,
mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk.Akan tetapi, dari beberapa penelitian
yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam
semesta.Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini
telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis
yang tidak percaya tentang penciptaan.

Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori
Big Bang.Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan.Pada teori ini,
dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big
Bang.Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang
menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini
mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.Banyak orang yang menganut
paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.

Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan
membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan
tersebut.Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun
proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar
tahun.Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin.Kemudian teori Big
Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

Menurut Al-Quran

Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat
30.

‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقنَا ُه َما‬


َ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫ي أَفَال يُؤْ ِمنُون‬ ِ ‫َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم‬
َ ‫اء ُك َّل‬
ٍٍّ ‫ش ْيءٍ َح‬

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya.dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan
yang padu.

َ ‫ط ْوعًا أ َ ْو ك َْرهًا قَالَتَا أَتَ ْينَا‬


َ‫طا ِئعِين‬ َ ‫ض اِئْتِيَا‬ ْ ‫َان فَقَا َل لَ َها َو ِل‬
ِ ‫ألر‬ ٌ ‫ِي دُخ‬
َ ‫اء َوه‬ َّ ‫ث ُ َّم ا ْست ََوى ِإلَى ال‬
ِ ‫س َم‬

‫يز ْالعَ ِل ِيم‬


ِ ‫ِير ْالعَ ِز‬ ً ‫صابِي َح َو ِح ْف‬
ُ ‫ظا ذَلِكَ تَ ْقد‬ َّ ‫س َماءٍ أ َ ْم َرهَا َوزَ يَّ َّنا ال‬
َ ‫س َما َء الدُّ ْنيَا بِ َم‬ َ ‫ت فِي يَ ْو َمي ِْن َوأَ ْو َحى فِي ُك ٍِّل‬
ٍ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫فَق‬
َ ‫ضاه َُّن‬
َ ‫س ْب َع‬

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi, “ Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati”

“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)

Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-
bintang dalam enam masa.Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.

‫س َو ْال َق َم َر‬ َّ ‫طلُبُهُ َحثِيثًا َوال‬


َ ‫ش ْم‬ ْ َ‫ار ي‬
َ ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي ٍَّام ث ُ َّم ا ْست ََوى َعلَى ْالعَ ْر ِش يُ ْغشِي اللَّ ْي َل النَّ َه‬
َ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫َّللاُ الَّذِي َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫إِ َّن َربَّ ُك ُم‬
َ‫َّللاُ َربُّ ْالعَالَ ِمين‬
َّ َ‫ارك‬ ْ ‫ت بِأ َ ْم ِر ِه أَال لَهُ ْالخ َْل ُق َو‬
َ َ‫األم ُر تَب‬ ٍ ‫س َّخ َرا‬ َ ‫َوالنُّ ُج‬
َ ‫وم ُم‬

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan
air dari langit.
َ‫اختَلَفُوا فِي ِه َو ُهدًى َو َرحْ َمةً ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُون‬ َ ‫َو َما أ َ ْنزَ ْلنَا َعلَيْكَ ْال ِكت‬
ْ ‫َاب إِال ِلتُبَيٍِّنَ لَ ُه ُم الَّذِي‬

“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.”. (QS`An Nahl ; 65).

Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa
menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.Maka satu-satunya
kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.

َ‫ب بِ ِه لَقَاد ُِرون‬


ٍ ‫ض َوإِنَّا َعلَى ذَهَا‬ ْ ‫اء َما ًء ِبقَدَ ٍر فَأ َ ْس َكنَّاهُ فِي‬
ِ ‫األر‬ َّ ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬

“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS Al- Mu’minun ; 18 )

Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air
bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang (alien).

َ‫ي أَفَال يُؤْ ِمنُون‬ ِ ‫َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم‬


َ ‫اء ُك َّل‬
ٍٍّ ‫ش ْيءٍ َح‬

“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).

‫شتَّى‬ ٍ ‫اء َما ًء فَأ َ ْخ َرجْ نَا ِب ِه أ َ ْز َوا ًجا ِم ْن نَبَا‬


َ ‫ت‬ َّ ‫َوأ َ ْنزَ َل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬

“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ (
QS Tha Ha ; 53)

ٍ‫َّللاُ َخلَقَ ُك َّل دَابَّ ٍة ِم ْن َماء‬


َّ ‫َو‬
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air...(Q.S. An-Nur ; 45)".

Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke
bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan
adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada
juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator.Semua jenis hewan, baik
burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari
hewan air. Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya
adalah suatu yang padu.Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.

‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقنَا ُه َما‬


َ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).

Karakteristik, Tujuan, dan Mekanisme (Sunnatulloh) Penciptaan Alam

Karakteristik

Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.

Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.

Ditentukan.

Bergantung.

Relative.

Tujuan Penciptaan Alam

Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak,
semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya.
Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada
hukum dan ketetapan Allah.

Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas
sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan
melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia
sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di
dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat
nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.

Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya nalar,
akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu
pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan
menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu, akan
wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.

Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan.Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan.
Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan.Pada
akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan
lebih mendekatkan diri pada Allah.

Mekanisme alam (Sunnatullah)

Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi
keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia
yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-
hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-
hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum
yang berkaitan dengan manusia.Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia
dengan alam disebut dengan takdir.

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu :
Exact (pasti) dalam surah Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,

Surah Al-Furqan ayat 2 :


َّ َ ْ َّ ‫شء ُك َّل خ َلق و ْالم ْلك ف َشيك َله ي ُك أن و َل أم و َلدا ي َّتخ أذ و َل أم أاْل أرض و‬
‫السماوات ملك له ٱلذي‬ ‫ت أقديرا فق َّدره َ أ‬
ِ ِ

Artinya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Immutable (abadi), dalam surah Al Israa : 77, Al An’am : 115,

Surah Al-Israa ayat 77 :


َّ ‫َ َ ْ أ‬ َّ ً
‫ت أحويل لسنتنا تجد ول ۖ ُّرسلنا من ق أبلك أ أرسلنا قد من سنة‬

Artinya : (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami
yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.

Objective, dalam surah Al Anbiya ayat 105 :


‫َ أ‬ َ ِّ َّ َ ‫أ أ‬
َّ ‫الذ ْكر ب أعد م أن‬
‫الزبور ِف كت أبنا ولقد‬ َّ
‫الصالحون عبادي يرثها اْلرض أن‬

Artinya : Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu yang ada
di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk menetapkan
semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai berikut :

Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah).

Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan.

Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda.

Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses.


Alam diciptakn dengan keteraturan.

Alam diciptakan dalam keadaan seimbang.

Alam diciptakan terus berkembang.

Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan
atau memperbaiki kerusakan tersebut.

Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum
(sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah
hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta,
Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

Hubungan Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Sains Modern

Diantara segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah adanya beberapa petunjuk yang detail mengenai
ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam Al-Qur’an sebelum
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Penciptaan alam berdasarkan konsep Islam dan
Sains modern ternyata memiliki hubungan, dan dari beberapa hasil observasi kosmolog
ternyata banyak yang sesuai dengan beberapa firman Allah SWT, antara lain sebagai berikut:

Surat Az-Zariyat ayat 47:


َّ ‫َلموسعون وإ َّنا ب َأ أيد بن أيناها و‬
‫السماء‬

(Artinya) “Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-
benar meluaskannya.”

Menurut Baiquni yang dimaksud Banayna bi’abidin oleh ayat ini adalah ketika ledakan besar
terjadi dan inflasi melandanya sehingga beberapa dimensinya menjadi terbentang. Sedangkan
yang dimaksud dengan inna lamusi’un, adalah Tuhan yang membuat kosmos berekspansi.
Pernyataaan ini diperkuat oleh maksud lafal yang terpakai, yakni isim al-fa’il, active
participle yang menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang dikemukakan
sebelumnya. Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan besar sampai seterusnya.

Kata musi’un dalam bahasa arab sangatlah tepat diterjemahkan sebagai “meluaskan” atau
“mengembangkan” yang sesuai dengan penjelasan sains masa kini bahwa alam semesta
memang meluas atau mengembang. Stephen Hawking, dalam A Brief History of Time(1980),
mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangkannya alam semesta merupakan salah satu
revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing Bang yang telah
diterima, alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang sejak
saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat model grafik alam semesta di masa akan
datang, yaituaccelerating expansion (pengembangan yang bertambah cepat), open
universe (alam semesta terbuka), flat unirvese (alam semesta datar), dan closed universe (alam
semesta tertutup). Model closed universemenjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan
mengerut.

Hubungan Manusia Dengan Alam Semesta

Hubungan Historis

Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya
persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke
19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata.Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-
Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern
seperti sekarang ini.Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan
historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.

Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal
usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang
sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku,
unsure, atom, dan elemen.Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam
semesta.

Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia
dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.Karena memiliki keunggulan
dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan
manusia.Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang
diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak
terbatas bagi manusia.Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa
hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.

Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori
anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua
yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29:
َّ َ َُ َ َّ ‫شء ب ُك ِّل وهو سماوات س أبع فس َّواه َّن‬
‫السماء إل أاستوى ث َّم جميعا اْل أرض ِف َّما لكم خلق الذي هو‬ ‫عليم َ أ‬
ِ

Artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.”

Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti disebutkan
dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 :

ْ َ َّ ً َ ْ
‫م ر أحمة إل أ أرسلناك وما‬
ِ ‫للعال‬

Artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi)rahmat bagi semesta
alam.”

Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang
manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya.Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang
dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui
tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.
Kesimpulan

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius
dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan
kehendak dan perhatian Allah.

Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan
besar.Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.

Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-
bintang dalam enam masa.Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.

Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.

Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi
adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan
juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk
dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan.Pada akhirnya alam diciptakan
hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada
Allah.

Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang


mengatur alam semesta ini beserta isinya.Allah menciptakan alm semesta beserta isinya
dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar,
maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha
Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
Hubungan historis manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses
permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan
segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga
kelestariannya.Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan
pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam,
dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.
Asal Usul Kehidupan Manusia Menurut ISLAM

Al-Quran memberikan jawaban yang amat jelas pada pertanyaan: Pada titik manakah
kehidupan bermula? Dalam bagian ini, saya akan mengajukan ayat-ayat Al-Quran yang di
dalamnya dinyatakan bahwa Asal Manusia adalah (bersifat) air. Ayat pertama di bawah ini juga
menunjuk kepada pembentukan alam semesta.

[Tulisan Arab]

"Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa lelangit dan bumi disatukan, kemudian mereka
Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka tak
beriman?" (QS 21:30)

Pengertian 'menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang lain' sama sekali tidak menimbulkan
keraguan. Ungkapan tersebut bisa juga berarti bahwa setiap sesuatu yang hidup dibuat dari air
(sebagai komponen pentingnya) atau bahwa semua benda hidup berasal dari air. Kedua makna
itu sepenuhnya sesuai dengan data saintifik. Pada kenyataannya, kehidupan berasal dari yang
bersifat air dan air adalah komponen yang paling penting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa air
hidup menjadi tidak mungkin. Jika kemungkinan kehidupan pada planet lain diperbincangkan,
maka pertanyaan yang pertama selalu: Adakah cukup air untuk mendukung kehidupan di
tempat tersebut? Data modern membawa kita untuk berpikir bahwa wujud hidup yang paling
tua barangkali termasuk dalam dunia tumbuh-tumbuhan: ganggang telah ditemukan sejak
periode pra-Cambria yaitu saat dikenalinya daratan yang paling tua. Organisme yang termasuk
dalam dunia hewan barangkali muncul sedikit lebih kemudian: mereka muncul dari laut. Kata
yang di sini diterjemahkan sebagai 'air' pada kenyataannya adalah ma'[2] yang berarti baik air di
langit maupun air di lautan atau segala jenis cairan. Dalam arti yang pertama air merupakan
unsur yang penting bagi seluruh kehidupan tumbuh-tumbuhan:

[Tulisan Arab]

"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka Kami[3] tumbuhkan (dari air itu)
berpasang-pasang tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda." (QS 20:53)

Inilah perujukan pertama kepada suatu 'pasangan' tumbuh-tumbuhan. Nanti kita akan kembali
kepada pengertian ini. Dalam arti keduanya yang merujuk pada segala jenis cairan, kata
tersebut dipergunakan dalam bentuk tak-tentunya untuk menunjukkan zat yang berada pada
dasar pembentukan seluruh kehidupan hewan:

[Tulisan Arab]

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air." (QS 24:45)

Sebagaimana akan kita lihat nanti, kata tersebut juga bisa diterapkan pada cairan
mani.[4] Jadi, pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran tentang asal-usul kehidupan, apakah itu
merujuk kepada kehidupan secara umum, unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan di dalam
tanah ataupun benih hewan-hewan, seluruhnya sepenuhnya sesuai dengan data saintifik
modern. Tak satu pun mitos tentang asal-usul kehidupan yang lazim dianggap benar oleh orang
pada saat Al-Quran diwahyukan kepada manusia disebutkan dalam teks tersebut.

Keberlangsungan Kehidupan

Al-Quran merujuk pada banyak aspek kehidupan di dalam dunia hewan dan tetumbuhan. Saya
telah menguraikan kesemuanya itu dalam karya saya sebelum ini yang diterbitkan pada tahun
1976 (edisi bahasa Inggris, 1978). Dalam studi ini saya ingin memusatkan perhatian pada ruang
yang diberikan dalam Al-Quran kepada tema keberlangsungan kehidupan. Berbicara secara
umum, komentar-komentar yang diberikan atas pembiakan (reproduksi) dalam dunia tumbuh-
tumbuhan bersifat lebih panjang daripada yang merujuk kepada pembiakan dalam dunia
hewan. Meskipun demikian, ada banyak pernyataan yang menggarap tema reproduksi manusia,
sebagaimana akan kita lihat di bawah ini. Sudah merupakan suatu pengetahuan yang diakui
bahwa ada dua metode reproduksi di dalam dunia tumbuh-tumbuhan: yaitu yang bersifat
seksual dan aseksual (contohnya, pelipatgandaan spora-spora atau proses menyetek yang
merupakan kasus-khusus pertumbuhan). Perlu kita perhatikan, bahwa Al-Quran merujuk
kepada bagian-bagian jantan dan betina tetumbuhan tersebut:

[Tulisan Arab]

"(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka Kami tumbuhkan (dari air itu)
berpasang-pasang tumbuh-tumbuhan yang saling terpisah." (QS 20:53) "Satu dari sepasang"
merupakan penerjemahan dari kata zauj (jamaknya azwaj) yang arti aslinya adalah " yang
bersama-sama dengan yang lainnya membentuk satu pasangan."
Kata tersebut bisa juga langsung diterapkan pada pasangan kawin (artinya, manusia),
sebagaimana juga pasangan sepatu.

[Tulisan Arab]

"Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang- pasangan." (QS 13:3)

Pernyataan ini berarti kemaujudan organ-organ jantan dan betina dalam seluruh beragam
spesies buah-buahan. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan data yang ditemukan pada kurun
waktu yang jauh lebih kemudian berkenaan dengan pembentukan buah, karena seluruh tipe
berasal dari tetumbuhan yang memiliki organ-organ seksual (sekalipun beberapa varietas,
seperti pisang, berasal dari bunga-bungaan yang tidak dibuahi). Pada umumnya, reproduksi
seksual di dunia hewan hanya digarap secara ringkas dalam Al-Quran. Pengecualian dalam hal
ini adalah berkenaan dengan manusia. Karena, seperti yang akan kita lihat kemudian dalam bab
berikut ini, pernyataan-pernyataan mengenai topik ini berjumlah banyak dan sangat terinci. ---
---------- Catatan kaki:

Seluruh kandungan Al-Quran merupakan ketentuan-ketentuan tertentu mengenai kebiasaan-


kebiasaan yang sehat seperti: kebersihan diri, larangan minum alkohol; suatu ketentuan seperti
berpuasa di bulan Ramadhan juga merupakan bagian yang jelas dari aturan-aturan ini.
Penyebutan madu di dalam Al-Quran tidak mencakup indikasi apa pun mengenai kasus-kasus
khusus yang di situ madu ternyata bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut transliterasi bahasa Arab ke Latin, hendaknya
melihat bagan dalam Bibel, Quran, dan Sains Modern (Edisi Prancis).

Perubahan dalam struktur gramatikal suatu ungkapan ini bersifat umum atau lazim dalam Al-
Quran. Tuhan adalah yang mula pertama dirujuk secara tak langsung, kemudian teks tersebut
mengaitkan Firman-Firman Langsung-Nya, sebab 'Kami' dengan jelas berarti Tuhan.

Disimpan oleh kelenjar reproduksi, cairan mani mengandung spermatozoa.

ASAL-USUL MANUSIA DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK MANUSIA SEPANJANG


ZAMAN.

Beberapa ayat di dalam Al-Quran berikut ini tidak mengandung sesuatu pun kecuali makna
spiritual mendalam. Yang lainnya, dalam pandangan saya, merujuk kepada transformasi-
transformasi yang tampaknya menunjukkan perubahan-perubahan di dalam morfologi
manusia. Yang terkemudian ini menguraikan fenomena yang sepenuhnya bersifat material,
yang terjadi di dalam berbagai fase tapi selalu dalam susunan yang tepat. Campur tangan
kehendak Tuhan, yang mengatasi segalanya, disebutkan beberapa kali dalam ayat-ayat ini. Hal
tersebut tampak dimaksudkan untuk mengarahkan transformasi-transformasi yang terjadi
selama suatu proses yang hanya bisa diuraikan sebagai suatu 'evolusi.' Di sini, kata tersebut
dipergunakan dengan maksud untuk menunjukkan satu rangkaian modifikasi-modifikasi yang
tujuannya adalah untuk sampai kepada satu bentuk definitif (tetap). Tambahan pula,
penekanan diberikan kepada gagasan bahwa ke-Mahakuasaan Tuhan tampil pada kenyataan
bahwa Ia memusnahkan populasi manusia untuk memberi jalan bagi populasi baru lainnya: hal
ini tampak bagi saya sebagai tema-tema utama yang muncul dari himpunan ayat Al-Quran yang
disatukan di dalam bab ini. Tak syak lagi, para pengulas terdahulu tidak mampu melihat
adanya gagasan bahwa bentuk manusia bisa jadi telah mengalami transformasi. Meskipun
demikian, mereka berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin saja
benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui kemaujudan tahapan-tahapan di sepanjang
perkembangan embrionik -suatu gejala yang biasa teramati pada seluruh kurun waktu dalam
sejarah. Meskipun demikian, hanya pada masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk
sepenuhnya memahami arti ayat-ayat Al-Quran yang menunjuk kepada tahapan-tahapan
berturutan dari perkembangan embrionik di dalam rahim. Pada saat ini kita memang bisa
bertanya-tanya apakah perujukan-perujukan di dalam Al-Quran kepada tahap-tahap yang
berurutan dari perkembangan manusia, paling tidak pada beberapa ayat, tidak melampaui
sekadar pertumbuhan embrionik sedemikian sehingga mencakup transformasi-transformasi
morfologi manusia yang terjadi selama berabad-abad. Kemaujudan perubahan-perubahan
seperti itu telah secara resmi dibuktikan oleh paleontologi dan buktinya sangat banyak sehingga
tak perlu lagi untuk mempertanyakannya. Para penafsir Al-Quran terdahulu barangkali tak
punya firasat bakal adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad kemudian. Mereka hanya
bisa memandang ayat-ayat khusus ini dalam konteks perkembangan embrio, tak ada alternatif
lain pada masa itu. Kemudian tibalah bom Darwin yang -melalui pemuntiran terang-terangan
teori Darwin oleh para pengikut awalnya- mengekstrapolasikan pengertian tentang suatu
evolusi yang bisa diterapkan atas manusia, meskipun tingkat evolusinya belum lagi dibuktikan di
dalam dunia hewan. Dalam hal Darwin, teori tersebut didorong sampai ke tingkat ekstrem
sedemikian sehingga para peneliti mengklaim sebagai telah memiliki bukti bahwa manusia
berasal dari kera -suatu gagasan yang, bahkan pada masa sekarang, tak seorang ahli
paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya. Meski demikian jelas terdapat satu
jurang yang sangat senjang di antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera (suatu
teori yang sepenuhnya tak bisa dipertahankan) dengan gagasan transformasi-transformasi
bentuk manusia di sepanjang waktu (yang telah sepenuhnya dibuktikan). Kerancuan antara
keduanya telah mencapai puncaknya ketika mereka digabungkan menjadi satu -dengan hujjah-
hujjah yang sangat dicari-cari- di bawah panji kata EVOLUSI. Kerancuan yang tidak
menguntungkan ini telah menyebabkan beberapa orang secara salah mengkhayalkan bahwa
karena kata tersebut dipergunakan untuk menunjuk manusia, maka ia mesti berarti bahwa,
menurut kenyataan itu sendiri, Asal Manusia bisa dilacak hingga kera. Adalah amat penting
untuk memahami dengan gamblang perbedaan di antara keduanya; kalau tidak, ada risiko
timbulnya kesalahpahaman tentang makna yang dikaitkan kepada beberapa ayat Al-Quran
tertentu yang akan saya kutip. Di dalam ayat-ayat ini tak ada satu isyarat yang paling samar-
samar pun berkenaan dengan bukti untuk mendukung teori materialistis tentang asal-usul
manusia yang amat mengguncangkan kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani tersebut.

Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah

Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua ayat berikut ini, manusia ditampilkan di dalam Al-Quran
sebagai suatu wujud yang amat erat berkaitan dengan tanah (perujukan pertama):

[Tulisan Arab]

"Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia akan
mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran
baru." (QS 71 :17-18)

Ayat berikut ini menyebutkan tentang tanah (perujukan nomor 2):

[Tulisan Arab]

"Dari (tanah) itulah Kami,[5] membentuk kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan
kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. " (QS 20:55)

Aspek spiritual asal manusia dari tanah ini ditekankan oleh kenyataan bahwa kita mesti
kembali ke tanah setelah kematian dan juga oleh gagasan bahwa Tuhan akan mengeluarkan
kita lagi pada Hari Pengadilan, suatu makna spiritual yang, sebagaimana telah kita lihat, juga
ditegaskan oleh Bibel. Sehubungan dengan penerjemahan di atas, berkenaan dengan
perujukan nomor 2, saya ingin menunjukkan kepada baik para pembaca berbahasa Arab
maupun yang menguasai bahasa Arab di Barat, kata bahasa Arab khalaqa biasa diterjemahkan
dengan kata kerja 'menciptakan'. Tetapi, penting untuk diketahui, bahwa sebagaimana
ditunjukkan oleh kamus yang amat baik yang disusun oleh Kasimirski, arti asli kata tersebut
adalah 'memberikan suatu proporsi kepada sesuatu atau membuatnya memiliki proporsi atau
jumlah tertentu.' Bagi Tuhan (saja), penerjemahan tersebut telah dimudahkan dengan
penggunaan kata 'menciptakan,' yakni mewujudkan sesuatu yang sebelumnya tidak maujud.
Dengan berbuat demikian, orang-orang yang secara eksklusif menggunakan istilah
'menciptakan' sebagai merujuk kepada tindakan itu, telah gagal menerjemahkan gagasan
tentang 'proporsi' yang menyertainya. Penerjemahan yang lebih tepat, barangkali, adalah
dengan menggunakan kata 'membentuk' atau 'membentuk dalam proporsi tertentu.' Hal ini
akan membawa kita lebih dekat kepada makna asli kata bahasa Arabnya. Inilah sebabnya,
kenapa saya telah memilih menggunakan kata 'membentuk' di dalam sebagian besar
terjemahan-terjemahan saya, dengan makna yang disiratkan oleh kata bahasa Arab
primitifnya.

Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia.

Makna spiritual utama asal-usul manusia dari tanah tidak menyingkirkan pengertian, yang ada
di dalam Al-Quran, tentang apa yang pada masa kini disebut sebagai 'komponen-komponen'
kimiawi tubuh manusia yang bisa ditemukan di tanah[6] agar bisa membawakan pengertian ini
yang pada masa kini diakui sebagai tepat secara saintifik kepada orang-orang yang hidup ketika
Al-Quran diwahyukan, maka terminologi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pada masa
itu harus digunakan. Manusia dibentuk dari komponen-komponen yang dikandung di dalam
tanah. Gagasan ini muncul dengan sangat jelas dari berbagai ayat yang di dalamnya elemen-
elemen pembentuk tersebut ditunjukkan dengan berbagai nama (perujukan nomor 3):

[Tulisan Arab]

"Dia telah menyebabkan kamu tumbuh dari bumi (tanat)." (QS 11.61)
Gagasan tentang tanah (ardh di dalam bahasa Arab) diulangi pada surah 53 ayat 32. Tuhan
berbicara kepada manusia (perujukan nomor 4):

[Tulisan Arab]

"Maka sesungguhnya Kami telah membentukmu dari tanah gemuk (soil)." (QS 22 :5)

Asal manusia dari tanah gemuk (thurab di dalam bahasa Arab) diulangi dalam surah 18 ayat
37, surah 30 ayat 20, surah 35 ayat 11 dan surah 40 ayat 67. Selanjutnya (perujukan nomor 5):

[Tulisan Arab]

"Dialah yang membentuk kamu dari lempung." (QS 6 :2)

Lempung (thin dalam bahasa Arab) dipergunakan dalam beberapa ayat untuk mendefinisikan
komponen-komponen pembentuk manusia. Selanjutnya (perujukan nomor 6):

[Tulisan Arab]

"(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari lempung." (QS 32:7)

Penting untuk dicatat dalam hal ini bahwa Al-Quran menunjuk kepada 'awal' suatu penciptaan
dari lempung. Hal ini jelas bermakna bahwa tahap yang lain akan segera mengikuti. Meskipun
tampak tidak memberikan data baru bagi studi masa kini, kutipan berikut ini diberikan demi
kelengkapan. Ayat ini merujuk kepada manusia (perujukan nomor 7):
[Tulisan Arab]

"Sesungguhnya Kami telah membentuk mereka dari lempung yang pekat." (QS 37:11)

Selanjutnya (perujukan nomor 8):

[Tulisan Arab]

"Dia membentuk manusia dari lempung, seperti tembikar." (QS 55:14)

Citra di atas menunjukkan bahwa manusia 'dimodelkan', sebagaimana ditunjukkan dalam ayat
berikut ini. Kita juga bisa menemukan gagasan tentang 'pencetakan' manusia, yang merupakan
subyek sub-bagian berikut (perujukan nomor 9):

[Tulisan Arab]

"Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari lempung, dari lumpur yang dicetak."
(QS 15:26)

Gagasan yang sama diulangi (perujukan nomor 10):

[Tulisan Arab] "Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari suatu saripati
lempung." (QS 23 :12)

Saya menggunakan kata 'saripati' untuk menerjemahkan istilah bahasa Arab sulalat yang
berarti 'sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain' sebagaimana akan kita lihat nanti. Kata
tersebut muncul di bagian lain Al-Quran, yang di dalamnya dinyatakan bahwa Asal Manusia
adalah sesuatu yang disarikan dari cairan mani; (pada masa kini diketahui bahwa komponen
aktif cairan mani adalah organisme sel tunggal yang disebut 'spermatozoon' ). Saya
membayangkan bahwa 'saripati lempung' pasti merujuk pada berbagai komponen kimiawi yang
menyusun lempung yang disarikan dari air yang dalam hal bobotnya merupakan unsur
utama. Air yang di dalam Al-Quran dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan, disebutkan
sebagai unsur penting dalam ayat berikut (perujukan nomor 11):

[Tulisan Arab] "Dan Dia (pula) yang membentuk manusia dan air, maka Dia jadikan pertalian
keturunan (oleh laki-laki) dan kekeluargaan oleh wanita." (QS 25:54)

Sebagaimana di tempat lain dalam Al-Quran, 'manusia' yang dirujuk di sini adalah
Adam. Beberapa ayat menyinggung penciptaan wanita (perujukan nomor 12):

[Tulisan Arab] "Tuhanmu sajalah) yang telah membentuk kamu dari setunggal diri dan darinya
menciptakan istrinya." (QS 4:1)

Ayat ini diulangi pada surah 7 ayat 189 dan surah 39 ayat 6. Topik yang sama dirujuk dalam
peristilahan yang kurang lebih sama dalam surah 30 ayat 21 dan surah 42 ayat 11. Tak akan
timbul keraguan bahwa di dalam kedua belas perujukan di atas banyak ruang diberikan kepada
perenungan simbolis tentang Asal Manusia, termasuk suatu isyarat yang jelas tentang apa yang
akan terjadi atasnya setelah kematiannya, dan mengandung penunjukan-penunjukan kepada
fakta bahwa manusia akan kembali ke bumi demi dimunculkan kembali pada Hari Pengadilan.
Meskipun demikian, di sana juga tampak adanya perujukan kepada komposisi kimiawi tubuh
manusia. ------------- Catatan kaki: 5 Kami menunjukkan Tuhan. 6 Yang dimaksud komponen,
atau 'unsur' (istilah-istilah yang digunakan untuk lebih mempermudah membaca teks), ialah
materi yang dapat diekstraksi dari bumi dan yang tidak merusak bentuk, yakni berbagai
komponen atom yang membentuk molekul; seluruh unsur yang membentuk bagian tubuh
manusia ada dalam jumlah yang lebih sedikit atau lebih banyak di bumi.

Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad .


Bertentangan dengan di atas, komentar yang diberikan terhadap beberapa ayat Al-Quran,
yang akan saya kutip di bawah ini, terutama mengandung pengertian-pengertian material. Kita
di sini berada di dalam lingkungan transformasi-transformasi morfologis tulen yang terjadi
dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu organisasi yang amat terencana,
mengingat fenomena-fenomena tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berturutan. Dengan
demikian, kehendak Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib masyarakat manusia,
ditampakkan dalam keseluruhan kekuatan dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa
ini. Al-Quran, pertama kali, berbicara tentang suatu 'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan
menguraikan suatu tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada
manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis manusia dilihat sebagai peristiwa-
peristiwa yang berturutan. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13):

[Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami memberimu
bentuk, kemudian Kami katakan kepada para Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS
7:11)

Karenanya, adalah mungkin untuk membedakan tiga peristiwa berturutan yang dua di
antaranya penting bagi studi kita: Tuhan menciptakan manusia dan kemudian memberinya
suatu bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab). Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk
manusia akan bersifat selaras (perujukan nomor 14):

[Tulisan Arab] "Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat: Aku hendak
membentuk seorang manusia dari lempung, dari lumpur yang diacu; bila Aku telah
membentuknya secara selaras dan meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya."
(QS 16 :28-29)

Ungkapan 'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam surah 38 ayat 72. Ayat lain
menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia didapat melalui adanya keseimbangan dan
kompleksitas struktur. Kata kerja rakkaba dalam bahasa Arab berarti 'membuat sesuatu dari
komponen-komponen' (perujukan nomor 16):
[Tulisan Arab] "(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu membentukmu secara selaras
dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia membuatmu
dari komponen-komponen." (QS 82 :73)

Manusia diciptakan dalam bentuk apa pun yang Tuhan kehendaki. Ini adalah suatu hal yang
amat penting. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16):

[Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia menurut rencana


organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4)

Kata bahasa Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu dengan cara terencana' yang,
oleh karena itu, berarti suatu susunan kemajuan yang telah lebih dahulu didefinisikan secara
cermat. Kebetulan sekali para spesialis evolusi, ketika menguraikan transformasi-transformasi
yang terjadi sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula: perencanaan organisasional itu
sudah benar-benar terbukti dari studi-studi saintifik mengenai masalah ini. Konteks surah 95,
yang darinya ayat di atas diambil, adalah penciptaan manusia secara umum dengan merujuk
kepada kenyataan bahwa begitu manusia telah diberi bentuk yang sedemikian terorganisasikan
oleh kehendak Tuhan, ia terbenam ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti jompo
dalam usia tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut perkembangan embrionik
melainkan hanya menguraikan penciptaan makhluk manusia secara umum. Dalam kerangka
struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas merujuk kepada spesies manusia sebagai
suatu keseluruhan. Penafsiran yang telah saya berikan atas ayat ini mencerminkan pentingnya
konteks sebagai sarana untuk menyampaikan apa yang dirujuk oleh suatu kata tertentu
(perujukan nomor 17):

[Tulisan Arab] "Dia sesungguhnya telah membentukmu dalam tahap-tahap (tingkat-tingkat)."


(QS 71:14)

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai 'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat',
adalah athwar (kata tunggalnya thaur). Inilah satu-satunya ayat di dalam Al-Quran yang di
dalamnya kata tersebut muncul dalam bentuk majemuknya. Tidak mungkinlah untuk mencari-
cari di tempat lain di dalam teks tersebut kepastian mengenai apakah 'tahap-tahap' atau
'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk kepada manusia- berkenaan dengan perkembangan
manusia di dalam rahim (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas terdahulu dan yang juga
merupakan anggapan saya sendiri di dalam buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu
menunjuk kepada transformasi-transformasi yang dialami oleh spesies manusia di sepanjang
waktu. Ini adalah satu masalah yang patut direnungkan. Untuk memperoleh jawabannya,
sudah pasti pertama sekali kita mesti membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di
dalam Al-Quran. Demikianlah kita melihat bahwa surah 7l, yang darinya ayat di atas kita ambil,
terutama berhubungan dengan tanda-tanda ke-Mahakuasaan dan Kekuasaan Tuhan sebagai
Pencipta secara umum. Bagian di dalam Al-Quran yang mencakup ayat 14 (satu bagian yang
merujuk pada khutbah Nuh kepada kaumnya) secara esensial tertanam di dalam rahmat Tuhan,
kerahiman-Nya di dalam memberi manusia karunia-karunia-Nya dan ke-Mahakuasaan-Nya di
dalam menciptakan manusia, langit, matahari, bulan, dan bumi. Berkenaan dengan masalah
penciptaan, Al-Quran menyebut aspek spiritual penciptaan manusia dari tanah (perujukan
nomor 1 di dalam ayat-ayat yang dikutip di atas). Sama sekali tak ada penunjukan, di dalam
surah 71, kepada perkembangan bayi yang belum lahir, suatu persoalan yang oleh para
pengulas terdahulu diduga sebagai ditunjukkan oleh kata 'tahap-tahap.' Meskipun kata tersebut
tidak dipergunakan di tempat lain dalam teks tersebut, namun Al-Quran tak syak lagi menunjuk
secara terinci pada banyak surat lain berkenaan dengan 'tahap-tahap' perkembangan embrionik
ini (lihat bab selanjutnya). Meskipun demikian, tak ada perujukan di dalam surah ini. Meskipun
demikian, kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa bagian dari Al-Quran yang kita
perbincangkan di sini boleh jadi benar-benar menambahkan perkembangan ber-'tahap' embrio
di dalam rahim kepada topik-topik lain yang disebutkan di atas: tak ada satu isyarat pun yang
menunjukkan bahwa hal tersebut boleh diabaikan. Kenyataannya, perkembangan individu dan
spesies-spesies yang memilikinya, berkesesuaian dengan faktor-faktor penentu itu juga
sepanjang waktu; faktor-faktor tersebut merupakan gen-gen yang memainkan peran yang amat
menentukan di dalam pengelompokan warisan keayahan atau keibuan di dalam tingkatan mula
reproduksi. Apakah kita memilih menghubungkan fase-fase ini dengan perkembangan
individual atau spesies-spesies itu, konsep yang diungkapkan tetap sepenuhnya selaras dengan
data saintifik modern mengenai masalah ini. Kemudian ayat-ayat yang mendahului perujukan
nomor 17 secara memadai menyatakan dengan jelas bahwa bentuk manusia mengalami
transformasi-transformasi sedemikian sehingga sekalipun jika kita menghilangkan perujukan
nomor 17 makna umumnya tidak akan terpengaruh. Dua ayat berikut ini menunjuk pada
penggantian suatu masyarakat manusia oleh masyarakat manusia lainnya (perujukan nomor
18)
[Tulisan Arab] "Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan mereka, dan apabila Kami
kehendaki, maka Kami mengganti mereka sepenuhnya dengan orang-orang yang serupa
dengan mereka." (QS 76:28)

Amatlah mungkin bahwa 'penguatan' yang disebutkan di dalam ayat di atas menunjuk kepada
susunan fisik manusia. (perujukan nomor 19):

[Tulisan Arab] "Jika (Dia) menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan menggantimu
dengan yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan
kamu dari keturunan orang-orang lain." (QS 6:133)

Kedua ayat di atas menekankan kesirnaan masyarakat-masyarakat manusia tertentu dan


penggantiannya oleh masyarakat-masyarakat lainnya, sesuai dengan kehendak Tuhan,
sepanjang waktu tertentu. Para pengulas terdahulu, terlebih-lebih, memandang ayat-ayat ini
sebagai hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan atas masyarakat-masyarakat yang penuh dosa.
Secara umum, aspek religiuslah yang terutama ditekankan. Meskipun demikian, di sana pun ada
fakta material dan hal ini jelas diungkapkan dalam bentuk sirnanya berbagai masyarakat (yang
ukurannya tidak disebutkan) dan penggantian pada kurun waktu tertentu dari suatu
masyarakat-masyarakat tertentu oleh keturunan-keturunan bangsa-bangsa launnya. Oleh
karena itu, kesimpulannya ialah bahwa kelompok-kelompok manusia yang telah maujud
sepanjang waktu kiranya mempunyai morfologi yang beragam, tetapi modifikasi-modifikasi ini
telah berlangsung sesuai dengan rencana organisasional yang ditetapkan oleh Tuhan;
masyarakat musnah dan digantikan oleh kelompok-kelompok lainnya: inilah yang dengan
berbagai ungkapan harus disampaikan oleh Al-Quran kepada kita. Adalah sia-sia untuk mencari
kesenjangan-kesenjangan di antara Al-Quran dan data palentologi atau dengan informasi yang
memungkinkan kita untuk membayangkan adanya suatu evolusi kreatif, karena tidak ada hal
demikian.

REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASI- TRANSFORMASI SPESIES .

Setelah mencapai bab penelitian kita ini berkenaan dengan jawaban-jawaban yang diberikan
oleh Al-Quran kepada pertanyaan 'dari manakah asal-usul manusia?' kiranya kita barangkali
cenderung untuk berpikir bahwa tema ini telah sepenuhnya tergarap. Halnya memang tampak
demikian setelah kita pelajari ayat-ayat yang dikutip dalam dua bab sebelumnya. Tetapi kita
mesti ingat bahwa mengenai salah satu ayat ini kita melihat betapa bermanfaatnya untuk terus
melanjutkan analisis kita dengan bertumpu pada data yang terdapat di dalam Al-Quran
berkenaan dengan reproduksi manusia. Sesungguhnya pernyataan-pernyataan Al-Quran yang
berhubungan dengan tema ini mengandung jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mengenai transformasi-transformasi yang terjadi dalam morfologi manusia selama berabad-
abad yang memang diatur oleh kode genetik yang terbentuk karena bersatunya kromosom-
kromosom yang diterima dari sel-sel reproduksi keayahan dan keibuan. Dengan demikian,
warisan genetik yang disatukan menentukan pertama embrio[7] dan kemudian foitus,[8] suatu
kemungkinan munculnya perubahan-perubahan morfologis sebagaimana dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh ayah atau ibu. Modifikasi-modifikasi ini menjadi bersifat pasti atau definitif
setelah anak dilahirkan dan selama pertumbuhannya di masa kanak-kanaknya. Paling tidak
modifikasi-modifikasi ini memberi kepada sang anak kepribadian struktural yang bersifat khas.
Lepas dari kembar identik yang terbentuk dari satu ovule tak satu manusia pun benar-benar
sama satu sama lain. Sedangkan paling jauh hal ini adalah persoalan perbedaan-perbedaan
susunan yang mempengaruhi spesies itu sendiri. Karena itu, keseluruh-terpaduan perubahan
yang terjadi dari generasi ke generasi, yang akhirnya menentukan transformasi-transformasi
morfologis yang telah dicatat oleh para ahli paleontologi pada berbagai kelompok manusia
sejak zaman dulu. Konsekuensinya, kita harus meninjau kembali pokok-pokok utama
mengenai reproduksi yang terdapat di dalam Al-Quran. Oleh karena itu, secara ringkas saya
akan meringkaskan studi terinci atas masalah ini yang muncul dalam Bibel, Al-Quran dan Sains
Modern. Bagi kita, menangkap makna (khususnya berkenaan dengan perbandingan antara
pernyataan-pernyataan yang terkandung didalam Kitab-kitab Suci dan data saintifik), kita mesti
ingat bahwa teks tersebut diturunkan kepada manusia pada abad ketujuh AD (Anno Domini)*.
Karya manusia apa pun pada masa itu mengemukakan pernyataan-pernyataan yang tak tepat.
Ilmu belum berkembang, maka mau tak mau pemaparan apa pun mengenai reproduksi
manusia penuh dengan gagasan-gagasan yang berasal dari mitos dan tahyul. Harus bagaimana
lagi, sebab untuk memahami mekanisme kompleks dalam proses ini, manusia harus
mengetahui anatomi dan menggunakan mikroskop, dan ilmu-ilmu dasar mesti dimaujudkan
sehingga hal ini akan melicinkan jalan bagi fisiologi, embriologi dan ilmu kebidanan.

Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu Mengenai Reproduksi Manusia

Yang saya niatkan di sini bukanlah mengajukan teori-teori tetapi menyajikan gagasan-gagasan
yang didasarkan pada fakta-fakta. Teori-teori pada hakikatnya terbuka bagi perubahan. Jika
didekati dari suatu sudut teoritis, sains yang berada dalam keadaan yang sahih sekarang bisa
saja disalahkan besok. Oleh karena itu, suatu dasar yang memadai untuk perbandingan adalah
dasar yang bertumpu pada daya saintifik dan tidak terbuka bagi perubahan, yang telah benar-
benar dikukuhkan dan diuji melalui eksperimentasi dan malah mungkin telah secara efektif
dipraktekkan. Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia berlangsung
dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia,*
suatu sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan melalui
siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut adalah suatu sel yang berasal dari pria,
yaitu spermatozoa, yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu sentimeter
kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan
adalah satu spermatozoa saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan sperma.
Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di
dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu
berpindah dari tempat penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan
tersebut diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang, meskipun demikian, tidak
mengandung unsur-unsur pembuah. Keluaran-keluaran getah ini, meskipun demikian, akan
memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk
sampai ke tempat sel telur wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan
suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran getah tambahan. Begitu
sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia
telah mulai terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan
atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Segera setelah embrio
tampak oleh mata telanjang, ia terlihat sebagai suatu kelemit daging yang tidak memiliki
bagian-bagian yang bisa dibedakan. Di sana ia berkembang secara bertahap hingga mencapai
satu bentuk manusia, selama tahap-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti kepala agak lebih
besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh selebihnya. Hal-hal ini akhirnya menyusut,
sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi otot-otot, sistem
syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan sebagainya.

Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran .

Ringkasan singkat di atas menggambarkan tahap-tahap dasar perkembangan yang pada


halaman-halaman berikut akan kita perbandingkan dengan pernyataan-pernyataan dalam Al-
Quran. Untuk lebih mempermudah pemahaman atas butir-butir yang diajukan di dalam Al-
Quran, kiranya bisa didaftar sebagai berikut: 1. sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk
pembuahan; 2. campuran cairan pembuahan; 3. penanaman telur yang telah dibuahi; 4. evolusi
embrio Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan .
[Tulisan Arab] "(Tuhan) telah membentuk manusia dari sejumlah kecil mani." (QS 16:4)

Ungkapan ini terdapat sebelas kali dalam Al-Quran. Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di
sini sebagai sejumlah kecil (sperma) adalah nuthfah. Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan
yang paling ideal, tetapi tampaknya tak ada satu kata dalam bahasa Inggris pun yang bisa
sepenuhnya menangkap makna penuhnya. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa Arab
yang berarti 'jatuh bertitik atau menetes.' Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan yang
tertinggal di dasar sesuatu ember setelah ember dikosongkan. Dengan kata lain sejumlah
sangat kecil cairan yang merupakan arti kedua kata tersebut yaitu setetes air. Dalam contoh
khusus ini ia berarti sejumlah kecil sperma, karena kata tersebut dikaitkan dengan kata 'sperma'
(mani di dalam bahasa Arab) dalam ayat berikut:

[Tulisan Arab] "Bukankah (manusia) dahulu merupakan setetes mani yang ditumpahkan." (QS
75:37)

Penting untuk disadari bahwa Al-Quran menyatakan secara jelas bahwa kemampuan sperma
untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang di-'semburkan.' Gagasan bahwa
sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya bersifat efektif tidak segera tampak nyata.
Orang-orang yang tak tahu fakta sebenarnya berkenaan dengan gejala ini pasti akan cenderung
berpikir sebaliknya. Namun lebih dari seribu tahun sebelum kemaujudan spermatozoa
ditemukan di awal abad 17 Al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar
berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur dalam satuan-satuan perseribu
milimeter. Adalah benar-benar spermatozoalah yang terdapat di dalam cairan benih yang
mengandung pita DNA. Hal ini pada gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang
ayah yang bersatu dengan gen-gen dari ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon
manusia. Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria -yang bergabung dengan gen-
gen sel reproduksi wanita- membentuk faktor-faktor yang akan menentukan berbagai kekhasan
calon manusia itu. Sebagaimana telah kita lihat sebelumnya dalam buku ini, begitu penyusutan
kromatik berlangsung, maka spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-
faktor yang menentukan apakah calon manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki
(hemicromosom Y) atau wanita (hemicromosom X). Jika, di antara tak terhitung banyaknya
spermatozoa yang berkumpul di sekitar tepi sel telur sebagai sel-sel pembuah yang mungkin,
satu spermatozoa yang benar-benar berhasil membuahinya mengandung hemicromosom Y,
maka calon anak tersebut akan menjadi anak laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel
telur mengandung hemicromosom X, maka anak tersebut akan menjadi seorang anak
perempuan. Oleh karena itu, jenis kelamin seseorang, secara genetik, ditentukan pada saat
terjadi pembuahan oleh unsur pembuah, dalam sejumlah sangat kecil, dan setelahnya
kekhasan-kekhasan seksual anak tersebut terus terbentuk. Al-Quran mengandung pernyataan
di bawah ini mengenai masalah di atas (ketika merujuk kepada manusia): [Tulisan Arab] "Dari
sejumlah kecil cairan, (Tuhan) membentuknya (dalam proporsi yang tepat) lalu
menentukannya." (QS 80:19) (Saya telah menerjemahkan kata khalaqa sesuai dengan arti
aslinya -yang disebutkan dalam bab sebelumnya- yaitu 'membentuk dengan proporsi yang
sesuai' atau 'membentuk' dan bukannya dengan kata kerja 'menciptakan.' Kita tentu mesti
mengakui bahwa dalam hal ini ada kesesuaian yang mencengangkan antara pernyataan-
pernyataan dalam Al-Quran berkenaan dengan suatu ketentuan yang ditetapkan pada tahap ini
dan pengetahuan kita tentang fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang
menentukan jenis kelamin seseorang suatu hal yang ditekankan di atas. ------------- Catatan
kaki: 7 Sebelum bulan kedua masa kehamilan. 8 Setelah bulan kedua masa kehamilan. * Anno
Domini: penanggalan yang dibuat dengan bertolak dari kelahiran Yesus penyunting. * Tabung
Falopia: pembuluh lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur dalam
sistem reproduksi wanita (manusia) dan betina (hewan-hewan bertulang belakang yang lebih
tinggi) - penyunting. 9 Jika memang demikian, tentu hukum-hukum ketata-bahasaan satu segi
dari teks Al-Quran yang tak pernah salah akan menentukan bahwa kata itu muncul dalam
bentuk ganda, dan bukan dalam bentuk jamak sebagaimana muncul di sini. * Prostat: sebuah
kelenjar pada hewan menyusui yang terdiri atas jaringan otot dan kelenjar yang mengelilingi
saluran kencing (sperma) pada kandung kemih -penyunting.

Kompleksitas Cairan Pembuah

Ini merupakan suatu konsep yang sangat tepat dan dengan gamblang diungkapkan dalam
ayat-ayat Al-Quran berikut ini.

[Tulisan Arab] "Sungguh Kami telah membentuk manusia dari sejumlah kecil cairan yang
bercampur." (QS 76 :2)

Istilah 'cairan-cairan yang bercampur' berkaitan dengan kata Arab amsyaj. Para pengulas
terdahulu mengartikan kata ini sebagai suatu cairan laki-laki dan wanita[9] sedemikian sehingga
seakan-akan wanita juga menghasilkan cairan-cairan yang berperan dalam reproduksi.
Penafsiran seperti ini tak bisa dipertahankan lagi. Hal ini tak lain adalah cerminan dari gagasan-
gagasan yang populer pada saat Al-Quran diwahyukan kepada manusia, suatu periode yang di
dalamnya secara amat alami orang tak tahu apa-apa tentang fisiologi atau embriologi wanita.
Hal ini menjelaskan kenapa para pengulas terdahulu percaya pada kemaujudan suatu cairan
yang bersumber dari wanita yang berperan dalam proses pembuahan. Celakanya, pendapat-
pendapat seperti ini, yang diungkapkan oleh para pengulas yang tak syak lagi sangat terkemuka
dan memenuhi syarat untuk berbicara tentang masalah-masalah keagamaan, terus
mempengaruhi penafsiran-penafsiran yang diberikan oleh para ahli masa kini berkenaan
dengan berbagai macam masalah, yaitu gejala-gejala alam. Oleh karena itu, kita mesti
menegaskan fakta bahwa sel telur wanita tidak terkandung di dalam suatu cairan seperti
sperma, dan bahwa berbagai keluaran getah yang benar-benar terjadi di dalam vagina dan
lendir rahim sepenuhnya tak ada hubungannya dengan pembentukan suatu manusia baru
sejauh menyangkut zat aktual mereka. 'Cairan-cairan yang bercampur' yang dirujuk oleh Al-
Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleksitasnya dengan demikian
terpaparkan. Seperti kita ketahui, cairan ini terdiri atas keluaran-keluaran getah dari kelenjar-
kelenjar berikut ini: buah pelir-buah pelir benih (mani), prostat* dan kelenjar-kelenjar yang
melekat pada saluran kencing. Al-Quran masih menyebut hal-hal lain. Ia juga menjelaskan
kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma. "(Tuhan) menjadikan
keturunannya dari saripati cairan yang hina." (QS 32:8) Kata sifat 'yang hina' (mahin di dalam
bahasa Arab) mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri melainkan juga pada fakta
bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing. Mengenai kata 'saripati', kita sekali lagi
bertemu dengan kata Arab sulalat, yang kepadanya kita tadi merujuk dalam
memperbincangkan pembentukan manusia, selama Penciptaan, dari 'sari pati' lempung. Hal itu
menunjuk pada 'sesuatu yang diambil dari sesuatu yang lain', sebagaimana kita lihat di atas,
dan juga kepada bagian terbaik dari sesuatu '. Konsep yang diungkapkan di sini tidak bisa tidak,
membuat kita berpikir tentang spermatozoa.

Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita .

Penanaman sel telur yang telah terbuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat Al-
Quran. Kata Arab yang digunakan dalam konteks ini adalah 'alaq, yang arti tepatnya adalah
'sesuatu yang bergantung' sebagaimana dalam ayat berikut ini.
[Tulisan Arab] "Bukankah (manusia) dahulu adalah sejumlah kecil sperma yang ditumpahkan?
Kemudian ia menjadi sesuatu yang bergantung; lalu Allah membentuknya dalam ukuran yang
tepat dan selaras." (QS 75:37-38)

Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim
kira-kira pada hari keenam setelah pembuahan mengikutinya dan secara anatomis sungguh
telur tersebut merupakan sesuatu yang bergantung. Gagasan tentang 'kebergantungan'
mengungkapkan arti asli kata dalam bahasa Arab 'alaq. Salah satu turunan dari kata tersebut
adalah 'segumpal darah,' suatu penafsiran yang masih kita temukan sekarang dalam
terjemahan-terjemahan Al-Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan yang tidak tepat
dari pengulas-pengulas zaman dahulu yang melakukan penafsiran menurut arti turunan kata
tersebut. Karena kurangnya pengetahuan pada waktu itu, maka mereka tak pernah menyadari
bahwa arti asli kata tersebut sudah sepenuhnya memadai. Di samping itu, dalam hal ayat-ayat
yang mengandung pengetahuan modern, ada satu kaidah umum yang terbukti tak pernah
salah, yaitu bahwa makna paling tua dari suatu kata selalu merupakan arti yang dengan jelas
menunjukkan kesetaraannya dengan penemuan-penemuan ilmiah, sedang arti-arti turunannya
secara berubah-ubah membawa kepada pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau malah
sama sekali tak punya arti.

Evolusi Embrio di Dalam Rahim .

Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam Al-Quran oleh kata
sederhana 'sesuatu yang bergantung,' embrio, menurut Al-Quran, melewati satu tahap yang di
dalamnya ia secara harfiah tampak seperti daging (daging yang digulung-gulung). Sebagaimana
kita ketahui ia terus tampak demikian sampai kira-kira hari kedua puluh ketika ia mulai secara
bertahap mengambil bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang dan tulang belulang mulai
tampak dalam embrio itu yang secara berturutan diliputi oleh otot-otot. Gagasan ini
diungkapkan dalam Al-Quran sebagai berikut:

[Tulisan Arab] "Kami bentuk hal yang menjadi segumpal daging yang digulung-gulung, dan
segumpal daging itu Kami bentuk menjadi tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami
bungkus dengan daging yang utuh." (QS 23 14)
Dua tipe daging yang diberi dua nama berbeda di dalam Al-Quran, yang pertama 'daging yang
digulung-digulung' disebut sebagai mudhraj, sedang yang kedua 'daging yang masih utuh'
ditunjukkan oleh kata lahm yang memang menguraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot
itu. Al-Quran juga menyebutkan munculnya indera-indera dan bagian-bagian dalam tubuh.

[Tulisan Arab] "(Tuhan) menganugerahkan bagimu pendengaran, penglihatan dan bagian-


bagian dalam tubuh." (QS 32:9)

Penunjukan dalam Al-Quran kepada organ-organ seksual mesti juga kita perhatikan, karena
perujukan olehnya sungguh sangat tepat sebagaimana ditunjukkan oleh ayat ini.

[Tulisan Arab] "(Tuhan) membentuk berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari


sejumlah kecil (sperma) ketika sejumlah kecil (sperma) itu dipancarkan." (QS 53 :45-46)

Sebagaimana telah kita lihat di atas, Al-Quran menekankan fakta bahwa hanya sejumlah amat
kecil cairan sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan. Unsur pembuah pria, yaitu
spermatozoa, mengandung hemicromosom yang akan menentukan jenis kelamin calon
manusia itu. Saat-saat yang menentukan terjadi ketika spermatozoa menembus sel telur dan
kemudian jenis kelamin tersebut tidak berubah. Ayat-ayat yang dikutip di atas menunjukkan
bahwa jenis kelamin manusia ditentukan oleh sejumlah kecil cairan pembuah. Cairan inilah
yang membawa spermatozoa yang mengandung hemicromosom yang menentukan bentuk
seksual manusia baru. Dalam konteks ini teks Al-Quran dan data embriologi modern secara
sangat mencengangkan ternyata sama. Semua pernyataan ini sesuai dengan fakta-fakta kuat
masa kini. Tetapi bagaimana orang-orang yang hidup pada masa Muhammad dapat mengetahui
berbagai rinci embriologi? Karena data ini belum ditemukan sampai seribu tahun setelah wahyu
Al-Quran diturunkan. Sejarah sains membuat kita menyimpulkan bahwa tak ada satu
penjelasan manusia mengenai kemaujudan ayat-ayat ini di dalam Al-Quran.

Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad dan Perkembangan Embrionik .

Bagi orang-orang yang tidak akrab dengan embriologi dan genetika, tidak segera tampak
bahwa setiap dan semua modifikasi yang berlangsung di dalam individu manusia berasal dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada gen-gen yang diberikan kepada individu baru oleh
kromosom-kromosom yang diturunkan dari ayah dan ibunya. Sebagaimana dinyatakan
sebelumnya, satu pembagian berlangsung dalam setiap warisan genetis yang diikuti satu
penyatuan unsur-unsur yang berasal dari paruh masing-masing. Hal ini dengan cepat
menimbulkan awal perubahan-perubahan morfologis selama kehamilan, dan dengan demikian
juga modifikasi-modifikasi fungsional yang muncul kemudian. Dengan demikian transformasi-
transformasi terus berlangsung setelah lahirnya sang bayi, melewati pertumbuhan masa kecil,
hingga individu tersebut mencapai kedewasaan dan transformasi-transformasi tersebut
sepenuhnya sempurna. Jika konsep-konsep ini tidak dipahami dengan benar, maka kesalahan-
kesalahan bisa terjadi berkenaan dengan gagasan-gagasan orang-orang yang biasa berpikir
bahwa ayat-ayat Al-Quran yang dikutip dalam bab ini berkenaan hanya dengan perkembangan
bayi di dalam rahim dan mengabaikan perkembangan morfologis berikutNya dari manusia itu.
Itulah sebabnya kenapa sangat penting untuk memasukkan semua ayat yang merujuk pada
reproduksi manusia dalam studi kita mengenai bagian -bagian teks Al-Quran yang- sejauh yang
dapat saya lihat berhubungan dengan transformasi-transformasi bentuk manusia selama
berabad-abad. Untuk menjernihkan persoalan ini, saya akan memberikan satu contoh
berkenaan dengan transformasi patologis yang terdiri atas suatu kerusakan bawaan yang
khususnya umum terjadi di antara kesalahan-kesalahan pembentukan manusia: yaitu
mongolisme.° Penemuan-penemuan telah menunjukkan bahwa hal itu disebabkan atau
diakibatkan oleh berlipat tiganya suatu kromosom yang telah diberi nomor 21, yang darinya
kerusakan tersebut mengambil nama Trisomi 21. Pada masa kini diketahui bahwa penyebabnya
terletak pada gen-gen yang terkandung dalam kromosom dan bahwa kerusakan tersebut terjadi
dengan frekuensi maksimum ketika ibu sang bayi berumur lebih dari 40 tahun. Penyakit
tersebut dicirikan oleh suatu perkembangan fisik dan intelegensia kanak-kanak dan bentuk-
bentuk morfologis khas tertentu yang barangkali tidak tampak jelas waktu kelahiran tapi
kemudian menjadi sangat nyata. Jadi, kondisi tersebut dikenali, cepat atau lambat, sesuai
dengan tingkat keseriusannya. Meskipun demikian, apa pun kasusnya, karakteristik dasarnya
diperoleh selama minggu-minggu pertama kehidupan. Modifikasi-modifikasi morfologis yang
bermacam-macam dalam diri manusia mengikuti pola yang sama. Proses tersebut bermula
selama kehamilan, dan secara bertahap menjadi lebih nyata hingga manusia tersebut mencapai
kedewasaan. Dengan demikian, selama generasi-generasi yang berturutan yang memisahkan
Australopitecus dari manusia modern (yang mencapai sepuluh ribu unit), masuk akallah untuk
beranggapan bahwa tak sedikit modifikasi yang terjadi dalam setiap generasi, yang secara
bertahap tertumpuk hingga menghasilkan transformasi-transformasi yang melahirkan manusia
sebagaimana kita kenali pada masa kini. Oleh karena itu, adalah mustahil, berkenaan dengan
hasil akhirnya, untuk memisahkan modifikasi-modifikasi kecil yang selaras yang terjadi atau
berlangsung dalam setiap generasi di dalam rahim dari transformasi-transformasi menyeluruh
yang terjadi atas sejumlah besar generasi. Penjelasan ini diperlukan untuk memahami cara Al-
Quran mengungkapkan konsep ini, sehubungan dengan evolusi embrio di dalam rahim,
menurut kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan dengan jelas di dalam Al-Quran. -------------
Catatan kaki: ° Mongolisme: kepandiran bawaan, yang dalam kepandiran bawaan itu seorang
anak dilahirkan dengan tengkorak kepala yang pendek dan rata (pesek), kedua mata yang sipit,
dan kelainan-kelainan lain -penyunting
MANUSIA DAN POTENSINYA

Manusia dengan kondisi apa pun sesungguhnya memiliki potensi luar biasa, tanpa terkecuali
apakah ia lahir dalam keadaan normal atau berkebutuhan khusus. Allah SWT menegaskan
dalam Al-Qur’an: dan sungguh benar-benar telah kami ciptakan manusia dengan sebaik-baik
bentuk. (QS. At-Tin: 4).

Buya Hamka menyampaikan bahwa sebaik-baik bentuk yang disampaikan dalam ayat ini
bukan hanya berkaitan dengan persoalan kondisi fisik, tapi meliputi seluruh potensi yang Allah
berikan baik potensi lahir maupun batin.

Melalui potensi inilah setiap manusia sesungguhnya dapat meraih keistimewaan dan kemuliaan
dirinya manakala potensi itu dapat dikelola dengan baik dan benar. Namun sebaliknya jika
potensi tersebut tidak diasah dan digunakan dengan sebaik-baiknya justru itulah yang membuat
manusia jatuh dalam kehinaan.

Potensi merupakan bekal yang dapat digunakan manusia untuk menghadapi dan
mengatasi setiap persoalan hidupnya. Dan tidak seorang pun manusia yang diciptakan Allah
tanpa potensi yang memadai. Itulah sebabnya dalam ayat lain kembali ditegaskan: Allah
tidaklah memberi beban kecuali sesuai kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 267).

Maka hadirnya anak berkebutuhan khusus bukanlah aib atau petaka yang harus ditutupi
apalagi disesali. Karena mereka pun punya potensi yang tidak kalah dibandingkan dengan yang
lain. Dan mereka bukanlah makhluk kelas dua, mereka juga sejajar dengan kita serta memiliki
hak yang sama. Kita hanya perlu membantu agar mereka mampu menggali serta
mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Prof. Dr. Ahmad Mustafa Al-Maraghi dalam tafsirnya menyampaikan bahwa setidaknya
manusia dianugerahi 5 potensi, antara lain:
Pertama, potensi insting. Dengan potensi ini manusia dapat memberi respon secara otomatis
terhadap apa yang dialaminya. Sehingga seorang anak dapat menangis ketika sedih, merintih
ketika sakit, menjerit ketika takut, mempertahankan diri ketika terancam atau tertawa saat
merasa ada yang lucu. Potensi ini tanpa harus dilatih, insya Allah sudah langsung dimiliki oleh
setiap anak yang terlahir.

Kedua, potensi indera. Bukan saja panca indera yang selama ini kita kenal tapi juga
meliputi indera keseimbangan dan kinestetik yang membuat manusia bisa berdiri, bergerak,
berjalan dan beraktivitas. Kemampuan indera ada yang dimiliki secara sempurna, tapi ada juga
yang kurang sempurna. Namun bukan berarti ketidaksempurnaan itu lantas menjadi suatu
kelemahan, lantaran tidak sedikit mereka yang tidak sempurna dalam satu sisi ternyata diberi
keistimewaan pada sisi yang lain. Untuk itu indera yang ada perlu dilatih agar bisa berfungsi
secara maksimal.

Berkenaan dengan ini tidak jarang kita temukan mereka yang tidak mampu melihat
dengan matanya tapi tetap bisa membaca bahkan di kala lampu sedang padam. Tidak memiliki
kaki untuk berjalan tapi bisa menjelajah ke seluruh dunia memperkenalkan produk dan jasanya
meski lewat dunia maya. Gagu dan sulit bicara tapi kata-katanya bisa menginspirasi seluruh
manusia melalui tulisannya. Inilah beberapa contoh yang nampak jelas di depan mata kita
bahwa keterbatasan indera bukanlah kelemahan bagi anak-anak kita.

Ketiga, potensi akal. Dengan ini manusia bisa mengetahui mana yang baik dan benar.
Mengekplorasi banyak pengetahuan yang semula tidak diketahui, sehingga dapat
mengembangkan wawasan sekaligus menemukan cara dan solusi untuk mengatasi persoalan
yang dihadapinya. Tapi potensi ini tidak muncul dengan sendirinya, perlu ada proses
pembelajaran serta pelatihan untuk menstimulasi perkembangan kemampuan akalnya secara
bertahap.

Proses pembelajaran tentu memerlukan waktu yang cukup panjang dan kesabaran,
karena jangankan yang punya keterbatasan, yang terlahir normal pun tetap memerlukan
pembinaan dan bimbingan yang intensif. Sikap mudah menyerah itulah yang sesungguhnya
menjadi faktor terbesar terjadinya kegagalan, bukan keterbatasan yang dimiliki oleh seorang
anak.
Keempat, potensi hati. Potensi ini menjadikan manusia bisa merasa dan berempati.
Sehingga dengannya manusia bisa menghormati, menghargai dan menunjukkan kepeduliannya
terhadap kondisi orang lain. Selain itu, hati juga bisa menjadi filter atas segala bentuk
kebohongan, karena hati tidak bisa berdusta.

Kemampuan dalam mengembangkan potensi hati dapat melahirkan kepercayaan, motivasi,


spirit dan penghargaan yang seringkali menjadi modal utama seseorang meraih kesuksesan
melebihi potensi intelegensi atau akal. Begitu banyak orang yang mempunyai intelegensi yang
begitu tinggi, akhirnya justru gagal karena minimnya kecerdasan emosional yang dimiliki.

Kelima, potensi agama. Potensi ini akan membimbing seluruh potensi yang ada sehingga
sesuai dengan kehendak Allah, memberikan batas yang boleh dan dilarang, sekaligus
membantu manusia bangkit dari berbagai masalah yang dihadapi dengan keyakinan bahwa di
balik segala kelemahan yang dimiliki masih ada Allah Yang Maha Kuasa yang mampu
menjadikannya mampu menghadapi segala macam ujian dan tantangan. Tanpa potensi ini,
seluruh potensi yang dimiliki seakan bisa menjadi tidak berarti sehingga banyak orang mudah
menyerah serta putus asa.

Inilah sejumlah potensi yang bisa kita bangkitkan dari anak-anak kita dalam kondisi
apapun mereka. Jawaban atas kondisi mereka ada pada upaya kita bukan pada kenyataan
keterbatasan yang mereka alami. Allah telah memberikan setiap anak itu potensi, tinggal kita
yang mau atau tidak untuk berusaha menumbuhkan dan mengembangkannya. (AK)

Anda mungkin juga menyukai