LATAR BELAKANG
Tanaman salam termasuk tumbuhan menahun atau tumbuhan keras yang dapat tumbuh
bertahun-tahun dan biasanya salam ditanam di kebun-kebun, pekarangan, maupun tumbuh liar
di hutan. Tanaman salam jenis tanaman yang mudah untuk dikembangbiakkan, yaitu dengan
cara pencangkokan (Mardiana, 2013). Beberapa nama yang dimiliki oleh tanaman salam yaitu
Sumatera (meselangan), Melayu (ubar serai), Sunda (gowok), Madura (salam) dan kangean
(kastolam). Nama asing daun salam yaitu salam leaf (Dalimartha, 2000).
Tanaman salam ini terdiri dari daun, batang, bunga, akar dan buah. Bagian tanaman salam
yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daunnya. Masyarakat umumnya
memanfaatkan daun salam sebagai rempah dalam masakan dengan tujuan memberikan aroma
yang khas dalam masakan namun tidak memberikan aroma yang keras. Selama ini masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat daun salam. Khasiat daun salam dalam
mengobati penyakit telah diperkuat oleh beberapa riset ilmiah. Riset yang dilakukan oleh Beni
Warman dari FMIPA Universitas Andalas dan Retno dari Universitas Gadjah Mada
memperkuat bukti kehebatan daun salam. Keduanya menyimpulkan bahwa ekstrak daun
salam berkhasiat meghambat pertumbuhan bakteri–bakteri penyebab penyakit, seperti bakteri
Eschericia coli, Vibrio cholera dan Salmonella sp ( Mardiana, 2013). Hasil penelitian di
FMIPA Universitas Indonesia dan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada diketahui
bahwa daun salam berkhasiat menurunkan tekanan darah dan kolesterol darah.
Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri (salamol dan eugenol), flavonoid (quercetin,
quercitrin, myrcetindan myrcitrin), seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton,
saponin dan karbohidrat. Oleh Badan POM telah menetapkan daun salam sebagai salah satu
dari sembilan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis untuk
menanggulangi masalah kesehatan tertentu (Purwati, 2004). Daun salam banyak digunakan
dalam bidang kesehatan dan medis. Seperti dalam pembuatan obat 2 obatan,baik dalam
bentuk pil maupun serbuk. Sedangkan untuk dikonsumsi dalam bentuk minuman daun salam
diolah menjadi teh herbal yang masih tradisional. Dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi yang semakin canggih saat sekarang ini, maka dilakukan proses
pengolahan daun salam yang lebih praktis dan efisien. Pengolahan untuk memperpanjang
umur simpan dan nilai kegunaan daun salam adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan
baku dalam pembuatan minuman serbuk instan. Pengolahan daun salam menjadi minuman
serbuk instan diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi dan
memanfaatkan khasiat-khasiat dari daun salam serta dapat menambah nilai ekonomis pada
produk yang dihasilkan (Sugito, 2003).
B. PEMBAHASAN
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum
(Tjitrosoepomo, 2005)
b. Habitat
Pohon salam tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Pohon salam tumbuh liar di
hutan, pegunungan, dan pekarangan sekitar rumah. Pohon ini dapat ditemukan di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m di atas permukaan air laut (Dalimartha, 2000).
c. Deskripsi Tanaman
Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat dan permukaannya licin, bertajuk rimbun,
dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm.
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung
meruncing, pangkal runcing, tepi rata pertulangan menyirip. Permukaan atas licin
berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5- 15 cm, lebar 3-8
cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari
ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Biji bulat dengan diameter sekitar 1 cm
dan berwarna cokelat. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 8-9 mm. Buah yang
telah masak berwarna merah gelap (Dalimartha, 2000).
d. Kandungan Kimia
Daun salam (Syzygium polyanthum) mengandung saponin, triterpenoid, alkaloid, dan
0.05% minyak esensial yang terdiri dari sitral, tanin, flavonoid, lakton, dan fenol
(Soedarsono, 2002). Selain itu, daun salam juga mengandung eugenol dan methyl
chavicol (Hanindra, 2012).
Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder dan merupakan kelompok glikosida
triterpenoid atau steroid aglikon, terdiri dari satu atau lebih gugus gula yang berikatan
dengan aglikon atau sapogenin, dapat membentuk kristal berwarna kuning dan amorf,
serta berbau menyengat. Saponin merupakan senyawa ampifilik. Gugus gula (heksosa)
pada saponin dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol absolut, kloroform,
eter, dan pelarut organik non polar lainnya (Prasetyo et al., 2011). Menurut Gunawan dan
Sri (2004) saponin ditemukan di tanaman yang biasanya dikonsumsi oleh serangga.
Saponin mempunyai mekanisme sebagai racun pencernaan karena dapat menurunkan
aktivitas enzim pencernaan serangga. Saponin juga dapat menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus
menjadi korosif (Aminah et al., 2001). Menurut Wierenga yang dikutip Lumowa dan
Trani (2015), saponin mempunyai kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim
protease. Selain itu, saponin juga mempunyai sifat sitotoksik dan hemolitik (Takechi,
2003).
Tanin merupakan polifenol tanaman yang larut dalam air dan dapat menggumpalkan
protein (Westendarp, 2006). Tanin secara umum bekerja sebagai racun pencernaan pada
serangga. Tanin menghambat aktivitas enzim pencernaan serangga dengan cara
membentuk ikatan protein-enzim yang menyebabkan substrat/makanan tidak dapat
dicerna oleh serangga (Farida, 2000).
Flavonoid berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis zat terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Flavonoid bekerja menghambat aktivitas pernafasan larva.
Flavonoid memasuki tubuh larva melalui saluran pernafasan. Kemudian flavonoid ini
menyerang saraf dan sistem pernafasan yang menyebabkan larva tidak dapat bernafas
dan akhirnya mati (Cania, 2013).
Alkaloid merupakan metabolit basa yang mengandung nitrogen yang diisolasi dari
tanaman. Alkaloid dibentuk sebagian besar dari banyak asam amino seperti lisin, ornitin,
phenilalanin, tryrosin, triptofan, serta kerangka asam-asam amino. Mevalonat dan asetat
merupakan prekursor dalam proses biosintesis senyawa-senyawa alkaloid-steroida
(Harahap, 2011). Alkaloid dalam bentuk garam dapat mendegradasi membran sel dan
merusaknya. Alkaloid juga menyerang sistem saraf dengan cara menghambat aktivitas
enzim acetylcholinesterase (Cania, 2013).
Gangguan saluran pencernaan (seperti sulit buang air besar (BAB) pada orang
normal)
Radang akut pada saluran pencernaan
Reaksi alergi
Infeksi kulit
Asma
Sesak napas
Tidak semua orang mengalami efek samping tersebut. Mungkin ada beberapa efek
samping yang tidak disebutkan di atas. Apabila ada keluhan mengenai efek samping,
hubungi herbalis atau dokter.
g. Keamanan
Agar manfaat bisa optimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
mengonsumsi tanaman herbal ini:
Regulasi yang mengatur penggunaan tanaman herbal tidak terlalu ketat dibandingkan
dengan peraturan penggunaan obat. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan
keamanannya. Sebelum menggunakan tanaman herbal, pastikan manfaatnya lebih
banyak dibandingkan dengan risikonya. Konsultasilah dengan ahli herbal dan dokter
Anda untuk informasi lebih lanjut.
Ibu hamil dan menyusui tidak disarankan mengonsumsi suplemen daun salam sampai
ada penelitian lebih lanjut. Jauhkan dari jangkauan anak‐anak. Bagi yang memiliki
alergi, disarankan tidak mengonsumsi daun salam.
Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa daun salam mengandung berbagai
senyawa – senyawa kimia bermanfaat salah satunya yang terbukti positif
adalah flavonoid . Senyawa metabolit sekunder yang dikandung daun salam ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesehatan.
Daun salam bisa dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi,
melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan
lain-lain. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin,
flavonoida dan alkaloid. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun,
kulit batang, akar, dan buah. Sebenarnya senyawa metabolit sekunder (senyawa
bioaktif) yang terdapat pada daun salam adalah flavonoid dan steroid.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan :
Agar daun salam digunakan lebih optimal sebagai tanaman berkhasiat karena
mengandung senyawa bioaktif yang dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai
masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Merdeka.com. 2018. Manfaat Daun Salam untuk Kesehatan, Diet, Serta Penyakit Akut
https://www.liputan
Candra Swari,Risky. 2018. Apa Itu Daun Salam.
https://hellosehat.com/herbal/manfaat-daun-salam-adalah/
Anonim. Tanpa tahun. 3 Tips Menyimpan Daun Salam Lebih Tahan Lama.
https://resepkoki.id/3-tips-menyimpan-daun-salam/