Anda di halaman 1dari 17

Struktur dan Mekanisme Organ Pencernaan (Hati, Pankreas, Lien, Vesica Fellea)

serta Kerja Enzim Pencernaan


Wayan Sadhira Gita Krisnayanti
102014099/ F7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
sadhiragita@ymail.com

Abstract :

The liver is the largest gland in the human body . Liver helps kidney function by breaking several
compounds that are toxic and produce ammonia , urea , and uric acid . Hepatic arterial
vascularization comes from hepatica propria . If the pancreas glands and the pancreas gland is
a double gland , which consists of parts of exocrine and endrokrin . Then lien function is to clean
the blood , blood reservoir , and reticulo endothelial tool in which there are different lymphoid
tissue with other lymphoid tissues as lien related to blood flow .
Keywords: Hepar, pancreas, lien.

Abstrak :

Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar membantu
fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat. Vaskularisasi hepar berasal dari arteri hepatica
propria. Jika pankreas memiliki kelenjar dan kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda, yang
terdiri atas bagian eksokrin dan endrokrin. Lalu fungsi lien adalah membersihkan darah,
reservoir darah, dan alat reticulo endothelial yang di dalamnya terdapat jaringan limfoid yang
berbeda dengan jaringan limfoid lain karena lien berhubungan dengan aliran darah.

Kata kunci : Hepar, pancreas, lien.

Pendahuluan

Hepar sangat penting dalam membantu sistem pencernaan pada manusia. Jika hepar, pankreas
dan lien terdapat suatu gangguan maka sistem pencernaan juga tidak berjalan dengan baik. Telah
kita ketahui hepar membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang
bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut
proses detoksifikasi. Maka dari itu fungsi dari setiap organ harus berjalan dengan baik agar
sistem penceraan atau gangguan lainnya tidak terjadi.

Makroskopis Hepar

Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada vertebra rendah
gambaran strukturnya memang benar-benar sebagai kelenjar. Pada manusia dan juga pada
vertebra tinggi sudah berubah strukturnya sebagai susunan sel-sel dalam lempeng-lempeng.
Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua
sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Batas atas hati berada sejajar
dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga
VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5
cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung
arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus.1
Berat organ ini pada orang dewasa sekitar 1,5 kg. Permukaan hepar sebagian ditutupi
peritoneum yang merupakan Capsula Glissoni. Jika hepar segar diiris maka tampak warna merah
tua dengan gambaran bulat-bulat yang tersebar rata dan di sekelilingnya terdapat pembuluh darah
besar. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang
cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus
kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada
dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati
menjadi 2 lobus fungsional, dan
dengan adanya daerah dengan
vaskularisasi relatif sedikit, kadang-
kadang dijadikan batas reseksi.1

Gambar 1. Hepar tampak anterior1


Gambar 2. Hepar tampak posterior1

Di dalam lobulus terdapat vena sentralis yang biasanya teletak di tengah lobulus. Di luar
vena sentralis ini terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun seperti jari-jari mengarah ke jaringan
interlobularis. Diantara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermuara kedalam
vena sentralis tadi, muara ini tidak selalu terlihat jelas karena terpotong. Dinding sinusoid berupa
selapis sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel-sel hati. Sel endotel ini berbentuk
gepeng dengan inti yang gepeng pula dan mempunyai kromatin padat pada beberpa sajian di
lihat adanya suatu sel dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat, bila terlihat, tampak
sitoplasmanya bercabang-cabang dan menempel pada dinding sinusoid yang bersebrangan. Di
dalam sitoplasmanya dapat dilihat benda benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis). Sel ini
disebut sel kuppfer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan adanya sel kuppfer.2
Sel hati berbentuk polygonal dengan inti bulat atau sedikit lojong dengan kromatin agak
padat, kadang dapat dilihat sel hati dengan inti ganda. Dengan pembesaran kuat (45x) kadang
dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua dinding sel hati yang berhimpitan, yang terlihat
sebagai bintik atau lubang kecil saja.3
Saluran herring merupakan duktus biliaris intralobular. Letaknya ditepi lobulus. Dindingnya
sebagian lagi oleh epitel selapis kubis. Saluran ini pendek sehingga agak sulit dicari. Di dalam
jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi epitel selapis atau
berlapis kubis tergantung dari besarnya saluran, pada salah satu sudut jaringan interlobularis
biasanya dapat ditemukan duktus biliaris, arteriol cabang a.hepatika, vena cabang v.porta, daerah
ini disebut segitiga Kiernan. Disini kadang-kadang dapat pula ditemukan pembuluh limfe kecil.
Pada beberapa sajian dapat ditemukan vena yang lebih besar disebut v.sublobularis.3
Fungsi hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga diantara lain dapat memproduksi dan
sekresi empedu, berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, serta berperan dalam
filtrasi darah, mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk peredaran darah dari saluran
pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya organ yang bisa meregenerasi sendiri, jika salah satu
bagian diangkat maka sisanya dapat tumbuh kembali ke besar dan bentuk semula. Hepar
mempunyai dua facies (permukaan) yaitu facies diaphragmatica dan facies visceralis yang
dipisahkan oleh margo inferior pada bagian anteriornya.2
Pada bagian facies diaphragmatica berbentuk konveks, menghadap diaphragma. Pada
bagian ini memiliki pars superior berupa area nuda hepatis dan impression cardiac. Pada pars
anterior terdapat lig. falciformis yang membagi hepar menjadi lobus dextra dan lobus sinistra
tampak anterior. Pada bagian facies visceralis lebih berbentuk datar dan menghadap ke
caudodextra sedikit ke arah ventral. Pada bagian ini, facies visceralis menghadap organ-organ
visceral lain sehingga menimbulkan jejak organ lain pada hepar. Jejak ini dibentuk antara lain
oleh oesophagus pars abdominalis, gaster, duodenum, flexura colli dextra, ren dextra, vesica
felea dan glandula suprarenalis dextra.1,2
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk sekresi
empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :2
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Vaskularisasi Hepar
Vaskularisasi hepar berasal dari arteri hepatica propria. Berasal dari aorta abdominalis
kemudian menuju ke arteri hepatica comunis yang bercabang menjadi arteri hepatica propria dan
arteri gastroduodenalis. Kemudian dari arteri hepatica propria bercabang menjadi ramus dextra
dan sinistra untuk memvaskularisasi hepar dari masing-masing lobus. Untuk vena, hepar
mempunyai fungsi sebagai organ yang memetabolisme zat-zat yang diserap oleh saluran
pencernaan pertama kali yang disebut dengan first pass metabolism lewat vena mesenterica
superior et inferior dan vena-vena gastric.1,2
Selain itu hepar juga berfungsi menerima darah dari vena cystica (yang memvaskularisasi
vesica felea) dan vena lienalis yang memvaskularisasi lien. Semua vena yang tersebut di atas
masuk ke hepar melalui vena porta hepatica. Vena porta hepatica akan membawa darah ke hepar
masuk lewat ramus dextra dan ramus sinistra kemudian masuk ke sinusoid hepar untuk
mengalami metabolisme oleh sel-sel hepatosit. Kemudian darah yang sudah mengalami proses di
sel hepatosit akan masuk ke vena-vena centralis kemudian bermuara di vena hepatica dextra,
intermediet, dan sinistra untuk kemudian masuk ke vena cavainferior yang akan menuju jantung
dan beredar ke seluruh tubuh.2

Persarafan Hepar
Inervasi hepar oleh nervus splangnicus (simpatis) dan nervus vagus (parasimpatis).
Dalam sistem hepatobilier, hepar menghasilkan garam empedu dari sel hepstosit kemudian
masuk ke kanalikuli biliaris, keluar dari hepar lewat ductus hepatica (sinistra et dextra) dan
bergabung di ductus hepatica comunis. Selanjutanya ductus hepatica comunis terhubung dengan
ductus cysticus yang menghubungkan ke vesica felea. Ductus hepatica comunis dan ductus
cysticus selanjutnya bergabung membentuk ductus coleduchus.1,2

Vesica Fellea
Vesica fellea merupakan kantung berbentuk labu yang melekat pada bagian bawah
lobulus kanan hati; ujung buntunya atau fundus menonjol di bawah pinggir inferior hati. Vesica
fellea berukuran 10x4 cm. Dengan bagian-bagiannya yaitu: corpus, fundus, dan collum yang
meneruskan sebagai duktus cysticus. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hepar berasal dari
ducti biliferi akan berkumpul dalam ductus hepaticus communis yang melanjutkan menjadi
ductus cysticus yang bermuara dalam vesica fellea. Cairan empedu yang dibutuhkan untuk
pencernaan akan disalurkan melalui ductus choledochus dan bermuara dalam duodenum.7
Vesica felea terdiri dari: lapis mukosa dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel
piala. Epitel bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina
propia terdapat bagunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama denga epitel
mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus rokintasnsy ashoff. Tidak
terdapat lapis otot mukosa.2, 4
Lapis otot terdiri dari berkas berkas otot polos yang tidak teratur seperti dinding usus.
Lapis serosa terdiri atas jaringan penyambung jarang. Pada daerah yang berhadapan dengan
jaringan hati kadang-kadang dapat dijumpai sisa-sisa saluran keluar empedu yang rudimeter dan
disebut dtktus aberans luschka.4

Gambar 3 : Vesica fellea3


Pankreas

Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda, yang terdiri atas bagian eksokrin dan
endrokrin. Bagian eksokrin mirip dengan kelejar parotis, pars terminalis kelenjar berupa asinus.
Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel sentroasiner yang membatasi lumen asinus, sel ini
tidak ada pada kelenjar parotis. Sel ini sebenarnya merupakan awal duktus interkalaris, yaitu
saluran keluar kelenjar yang terkecil yang dilapisi oleh epitel selapis kubis atau kubis rendah.
Duktus sekretorius (interlobularis) jarang atau sedikit jumlahnya.5
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.6

Pankreas secara anatomis terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Pada bagian bawah caput,
terdapat bagian yang menonjol yang disebut processus uncinatus. Inervasi pancreas berasal dari
ganglion celiacus (simpatis) dan nervus vagus(parasimpatis). Vaskularisasi pancreas berasal dari
arteri pankreatik mayor, caudal arteri pankreatico duodenalis superior dan dorsal arteri
pankreatico duodenalis inferior. Sedangkan aliran balik vena melewati vena mesenterica superior
dan venalienalis. Pankreas mempunyai 2 ductus, yaitu : 1,2
1. Ductus pancreaticus mayor yaitu ductus yang mengarah dari cauda menuju ke caput dimana
menerima banyak cabang dalam perjalanannya dan bermuara di pars descendens duodenum
(papilla duodenum mayor).
2. Ductus pancreaticus minor yaitu ductus yang mengalirkan banyak getah dari caput pancreas
dan bermuara duodenum sedikit di atas papilla duodenum mayor. Muara ini disebut papilla
duodenum minor.
Gambar 4 : Struktur Anatomi Pancreas2
Lien

Letaknya intra peritoneal, pada regio hypocondrica sinistra, setinggi iga 9-11 sumbu
panjang sesuai iga 10. Konsistensinya kenyal, lebih lembek dari hepar, dan dapat berkontraksi,
warnanya merah keabua-abuan. Mempunyai dua permukaan yaitu facies diaphragmatica yang
menghadap dinding perut serta berbatasan dengan diafragma, tepi bawah paru kiri, dan sinus
phrenico costalis, dan facies visceralis yang menghadap rongga perut. Margo anteriornya :
mempunyai 2-3 incisura lienalis (ciri khas lien).1,2
Fungsi lien adalah membersihkan darah, reservoir darah, dan alat reticulo endothelial
yang di dalamnya terdapat jaringan limfoid yang berbeda dengan jaringan limfoid lain karena
lien berhubungan dengan aliran darah. Pendarahan : A. lienale dan V. Lienale.2

Gambar 4. Struktur Anatomi Lien


Enzim Pencernaan pada Manusia

Dalam sistem pencernaan manusia, memiliki organ-organ tubuh yang bertanggung jawab
terhadap fungsi pencernaan berbagai jenis zat makanan ke dalam tubuh. Enzim-enzim tersebut
berfungsi dalam melakukan serangkaian kerja sistem pencernaan yang bekerja secara terus
menerus. Enzim enzim pencernaan manusia terletak pada organ tubuh yang termasuk dalam
sistem pencernaan manusia. Di mulai dari bagian mulut dan kemudian berakhir pada usus,
masing-masing wilayah pencernaan tersebut menghasilkan enzim dengan fungsi berbeda.
Berikut ini penjelasannya : 6

1. Mulut, kelenjar ludah atau saliva


Mulut merupakan pintu awal masuknya makanan, sehingga pada mulut terdapat enzim bernama
amilase atau disebut juga dengan enzim ptialin, yang berfungsi untuk memecah zat pati dan
mengubahnya menjadi maltosa. 6

2. Lambung (kelenjar lambung)


Makanan yang masuk pada lambung, akan dicerna oleh enzim renin yang berperan dalam
menguraikan kaseinogen menjadi kasein. Selain enzim renin ada juga enzim pepsin yang
berfungsi terhadap pengolahan makanan untuk mengubah fungsi protein menjadi senyawa
protesa, pepton dan juga polipeptida. 6

3. Saluran pankreas
Pankreas pada sistem pencernaan menghasilkan enzim karbohidrase pancreas, untuk mencerna
amilum kemudian membuatnya menjadi maltosa atau jenis senyawa sejenis disakarida lainnya.
Enzim lain yang terdapat di pankreas adalah enzim lipase pankreas, yang akan mengubah fungsi
lemak dengan memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan juga gliserol.

4. Usus (kelenjar usus)


Usus merupakan tempat terakhir dalam proses pencernaan makanan. Setidaknya ada 5 jenis
enzim pada usus, yang diawali oleh enzim enteroksinase yang berperan dalam mengubah
tripsinogen menjadi senyawa tripsin, yang berguna pada saluran pankreas. Selanjutnya
enzim maltase berfungsi dalam mengubah laktosa menjadi senyawa glukosa dan juga galaktosa.
Kemudian, akan ditemui enzim sukrase yang berperan mengubah sukrosa menjadi senyawa
glukosa dan juga fruktosa. Selanjutnya, oleh enzim pencernaan peptidase yang berperan
mengubah polipeptida menjadi senyawa asam amino dan terakhir enzim lipase, yang digunakan
dalam mengubah lemak menjadi senyawa asam lemak dan juga gliserol. 6

Pencernaan Kimiawi

Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim
pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang
kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana
ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang
membutuhkan. 6,7

Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu tertentu
dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja pada substrat lain. Molekul
enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim
yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. Macam-
macam enzim pencernaan yaitu : 6

1. Enzim ptialin

Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi
enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.

2. Enzim amilase

Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas. Kerja
enzim amilase yaitu :

Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat
atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini
menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
3. Enzim maltase

Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi
molekul glukosa. Glukosa merupakan sakarida sederhana (monosakarida). Molekul glukosa
berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa
untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.

4. Enzim pepsin

Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen. Selanjutnya pepsinogen
bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara kerja enzim pepsin yaitu :

Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.

5. Enzim tripsin

Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu :

Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton.
Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk
berbagai kebutuhan sel.

6. Enzim renin

Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk
mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah
kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.

7. Asam khlorida (HCl)

Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar
didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu
yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung
berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit mag.

8. Cairan empedu

Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu
mengandung zat warnabilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan
berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau
telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu
yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk
suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana lagi.2

9. Enzim lipase

Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Cara kerja enzim lipase yaitu Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan
molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah
bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil.
Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul
lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka
pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe). 6

Sistem Pencernaan

Pancreas
Sel–sel endokrin (pulau – pulau langerhans) pancreas mensekresi hormone insulin dan glucagon.
Sel– sel eksokrin (asinus) mensekresi enzim – enzim pencernaan dan larutan berair yang
mengandung ion brikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel–sel asinus mengalir
melalui duktus pancreas, yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk ke
duodenum di titik ampula hepatopankreas. Sfingter Oddi secara normal mempertahankan
keadaan mulut duktus agar tetap tertutup.7
Kendali pada sekresi pancreas
Sekresi eksokrin pancreas dipengaruhi oleh aktivitas reflex saraf selama tahap sefalik dan
lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian, kendali utama terletak pada hormon
duodenum yang diabsorbsi ke dalam aliran darah untuk mencapai pancreas. Sekretin diproduksi
oleh sel – sel mukosa duodenum dan diabsorpsi ke dalam darah untuk mencapai pancreas.
Sekretin akan dilepas jika kimus asam memasuki usus dan mengeluarkan sejumlah besar cairan
berair yang mengandung natrium bikarbonat. Biakrbonat menetralisir asam dan membentuk
lingkungan basa untuk kerja enzim pancreas dan usus. CCK diproduksi oleh sel – sel mukosa
duodenum sebagai respons terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari
lambung. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim pancreas. 6

Komposisi cairan pancreas


Cairan pancreas mengandung enzim – enzim untuk menerima protein, karbohidrat, dan lemak.
Enzim-enzim ini terdiri dari : enzim proteolitik pancreas (protease), tripsinogen yang disekresi
pancreas diaktivitasi menjadi tripsin dan enterokinase yang diproduksi oleh usus halus.Tripsin
mencerna protein dan polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptide yang lebih
kecil. Kimotripsin teraktivitasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin memiliki fungsi
yang sama seperti tripsin terhadap protein. Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase
adalah enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam–asam
amino bebas.7
Lipase pancreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak diemulsi
oleh garam – garam empedu. Amylase pancreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna
oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, danlaktosa). Ribonuklease dan
deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok – blok pembentukan
nukleotidanya.7

Hati dan sekresi empedu


Hati adalah organ visceral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Hati menerima darah
teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi tetap kaya nutrient
dari vena portal hepatica. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri.Lobus kanan hati lebih besar
dari lobus kirinya dan memilki tiga bagian utama: lobus kanan atas,lobus kaudatus,dan lobus
kuadratus.Ligament falsiforme memisahkan lobus kanan dan lobus kiri. Di antara kedua lobus
terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus.Dalam lobus
lempengan sel – sel hati bercabang dan beranastomosis untuk membentuk jaringan tiga dimensi.
Ruang – ruang darah sinusoid terletak di antar lempeng – lempeng sel. Saluran portal,masing –
masing berisi sebuah cabang vena portal, arteri hepatica, dan duktus empedu, membentuk sebuah
lobules portal. 6

Fungsi utama hati, hati berfungsi dalam proses sekresi, metabolisme dan penyimpanan. Sekresi
hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak. Dihati terjadi
metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat tercerna. Hati berperan penting dalam
mempertahankan homeostatic gula darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan
mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh. Hati mengurai protein dari sel –
sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih
dan sisi nitrogen. Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam
penyimpanan dan pemakaian makanan. Hati menyintesis lemak unsur–unsur pokok membrane
sel (lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid). Hati menyintesis protein plasma dan faktor – faktor
pembekuan darah. Organ ini juga mensintesis billirubin dari produk penguraian hemoglobin dan
mensekresinya ke dalam empedu. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta
vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida)
serta obat yang tidak dapat diuraikan dan disekresikan. Detoksifikasi hati melakukan inaktivasi
hormone dan dektosifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang
terdistintergrasi dalam darah. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai
sumber utama panas tubuh, terutama saat tidur. Hati merupakan reservoir untuk sekitar 30%
curah jantung dan bersama dengan limpa mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.7

Empedu
Empedu diproduksi oleh sel – sel hati akan memasuki kanalikuli empedu yang kemudian
menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk duktus
hepatic komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan
keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis, bersama dengan
duktus pancreas, bermuara di duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.
6

Kandung empedu adalah kantong muscular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm. organ
ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas total kandungan empedu kurang
lebih 30 ml sampai 60 ml.Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus –
menerus disekresi oleh sel – sel hati , sampai diperlukan dalam duodenum.Di antara waktu
makan,sfingter Oddi menutup dan cairan empedu mengalir kedalam kandung empedu yang
relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK. Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya
dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung
hasil 12 jam sekresi empedu hati. 6

Komposisi empedu
Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan
garam – garam empedu. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning).
Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah
terdisintegrasi. Pigmen utama empedu adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada
urine dan feses. Jaundice atau warna kekuningan pada jaringan, merupakan akibat peningkatan
kadar bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan fungsi hati dan dapat disebabkan oleh
kerusakan sel hati (hepatitis), peningkatan dekstruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus
empedu oleh batu empedu. Garam – garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berkaitan
dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus , garam tersebut direabsorpsi
dari ileum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai
sirkulasi enterohepatika garam empedu. Garam empedu memiliki fungsi yang penting dalam
usus halus dianatara lain untuk :7
1. Emulsifikasi lemak

Garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus yang kemudian
menghasilkan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja
enzim.
2. Absorpsi lemak

Garam empedu membantu absorbs zat terlarut dalam lemak dengan cara memfasilitasi
jalurnya menembus membrane sel.

3. Pengeluaran kolesterol dari tubuh

Garam empedu berikatan dengan kolesterol dan letisin untuk membentuk agregasi kecil
disebut micelle yang akan dibuang melalui fases.

4. Kendali pada sekresi dan aliran empedu

Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf (implus parasimpatis) dan hormone (sekretin dan
CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pancreas. Saat asam lemak dan asam
amino mencapai usus halus , CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan
merelaksasi sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum.

Kesimpulan

Pasien tidak sadarkan diri karena kecelakaan yang mengakibatkan rupture hepar, pancreas dan
lien. Karna hal tersebut terjadi robekan pada jaringan dari organ-organ tersebut sehingga mengganggu
sistem pencernaan dari organ. Selain itu, enzim-enzim dari organ-organ tersebut tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Hipotesis diterima.

Daftar pustaka

1. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta : Erlangga; 2004.h.35-7.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC;2004.h.281-295.

3. Eroschenko VP. Atlas histologi Di Fiore. Edisi ke-11. Jakarta : EGC;2012.h.179-192.

4. Bloom, Fawctt. Buku ajar histologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007.

5. Eroschenko VP. Atlas histologi dengan korelasi fungsional. Jakarta : EGC ; 2008.h. 215 - 22.

6. Guyton, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta : EGC;2010.h.65-79.

7. Sumardjo D. Pengantar kimia. Jakarta : EGC ; 2009. h. 20 - 4.

Anda mungkin juga menyukai