PENDAHULUAN
Di era Globalisasi dan Reformasi saat ini, Pembangunan berwawasan lingkungan telah
menjadi keharusan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan, termaksud kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan
yang berhubungan langsung dengan lingkungan dengan prinsip kerja yang mengeksploitasi
sumber daya mineral secara langsung sehinggah menyebabkan terjadinya perubahan bentang
alam.
Dewasa ini Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya mineral yang terdiri dari
berbagai jenis, mulai dari mineral batuan seperti batugamping dan batubara, mineral non
logam seperti, dan mineral logam seperti nikel, tembaga, perak, besi dan emas. Hal ini
menyebabkan banyak penambangan yang beroperasi dalam Negeri ini. Salah satu yang masih
eksis dan terus beropeasi sampai sekarang ialah penambangan emas.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Penambangan emas dilakukan dengan beberapa metode
tergantung keterdapatannya. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa metode penambangan
emas, mulai secara tradisional (skala kecil) maupun modern (skala besar).
Kegiatan pertambangan ini tentunya akan memberikan berbagai dampak social maupun
linkungan yang dapat terjadi. contoh dampak social ialah dapat memberikan kesempatan
kerja pada masyarakat, namun pada dampak lingkungan dapat menyebabkan kualitas
lingkungan yang menurun akibat pengelolaan limbah dari kegiatan pertambangan. Untuk itu
dalam mengantisipasi dampak tersebut diperlukan perencanaan dalam mengantisipasi
dampak yang akan terjadi dari tiap tahapan dalam aktifitas penambangan, sehinggah dampak
dampak yang terjadi dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari tulisan
ini yaitu :
a. Mengetahui karakteristik pembentukan / genesa emas
b. Mengetahui metode peambangan & pengolahan emas ( penambangan rakyat & perusahaan )
c. Memperkirakan dampak dari tiap tahapan dalam kegiatan penambangan emas
d. Menetapkan pengolahan dampak ari kegiatan penambangan emas.
Ruang lingkup dari laporan ini hanya berfokus pada kegiatan penambangan emas
dengan mengambil beberapa case study seperti penambangan rakyat dan penambangan
perusahaan di Indonesia sebagai acauan dalam memperkirakan dampak lingkungan ataupun
social yang dapat terjadi, sehinggah dapat di tetapkan metode penanggulangan yang tepat
dalam meminimalisir / megendalikan dapak – dampak tersebut .
1.4 Batasan
TINJAUAN PUSTAKA
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), massa jenisnya 19,3 gr/cm3. Warnanya kuning emas,
kekerasaanya rendah sehingga dapat dipotong dengan pisau dan mudah diubah bentuknya.
Bentuknya di alam tidak teratur, ukuran butirnya bervariasi tetapi sering kali mikroskopis
dan bahkan sukar dilihat (Munir, 1996). Mineral pembawa emas biasanya berpadu dengan
mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat,
turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral nonlogam. Mineral pembawa emas juga
berpadu dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari
emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur
belerang
Emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti bumi dimana air magmatik yang
mengandung ion sulfida, ion klorida, ion natrium, dan ion kalium mengangkut logam emas
ke permukaan bumi. Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau
disebut zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana
air yang berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi.
Celah dari hasil aktivitas Gunungapi menyebabkan air magmatik yang bertekanan tinggi naik
ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang yang berwujud uap mencapai permukaan bumi
terjadi kontak dengan air meteorik yang menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang
membawa emas terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-retakan
batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air magmatik. Seiring
dengan makin bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin lama retakan-
retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-logam yang mengandung ion-
ion kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat
diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun
atas batuan intrusif misalnya granit atau diorite.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengendapan di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme yaitu kontak yang terjadi antara bebatuan
dengan air panas (hydrothermal) atau fluida lainnya.
Genesis emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser
(Alamsyah, 2006).
1. Endapan primer / Cebakan Primer
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam
retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses
magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena
proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.
Tambang rakyat
1. Metode Panning
Gold panning atau pendulangan emas, merupakan metode penambangan emas yang sebagian
besar dilakukan oleh para penambang emas, dimana tempat penambangan ini biasanya bekas
dari penambangan besar. Dengan menggunakan sebuah alat pendulang emas ( wajan ), di
guncangkan kedalam air sungai, dan emas tersebut bercampur dengan pasir serta kerikil.
Emas yang memiliki berat jenis lebih besar daripada batu dan krikil, secara otomatis jatuh
kebagian dasar wajan.
Emas yang terdapat pada sungai, biasanya tersembunyi pada dasar aliran, dimana padatan
emas memungkinkan untuk berkonsentrasi. Jenis emas yang ditemukan di dasar sungai
disebut sebagai endapan plaser.
2. Tambang semprot ( hydraulicking )
Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk memberaikan
batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau dipompa ke instalasi
konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan pada pertambangan skala kecil
termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber air yang cukup, umumnya berlokasi di atau
dekat sungai.
Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat ditambang menggunakan
metode tambang semprot antara lain :
o Kondisi/jenis material memungkinkan terberaikan oleh semprotan air
o Ketersediaan air yang cukup
o Ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih
Secara tradisional
Proses sianida terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses
pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses sianidasi adalah
NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sederhana digunakan
adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Pada tahap
kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya, yang dilakukan dengan pengendapan
dengan menggunakan serbuk Zn (zinc precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan
salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk
Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak
(Greenwood,1989:245).
Prinsip pengendapan ini berdasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan
perbedaan urutan aktivitas elektrokimia dari logam-logam dalam larutan sianida yaitu Mg,
Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, dan Pt. Setiap logam yang berada di sebelah kiri dari ikatan
kompleks sianida dapat mengendapkan logam. Jadi tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au
dan Ag, tetapi juga Cu dan Al dapat dipakai. Karena harga logam Cu dan Al lebih mahal
sehingga untuk mengekstraksi Au digunakan logam Zn. Proses pengambilan emas-perak dari
larutan dengan menggunakan serbuk Zn disebut “Proses Merill Crowe” (Bertrand,1985:290).
Sedangkan amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan
membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang
paling sederhana dan murah. Amalgamasi merupakan proses yang paling efektif untuk
mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi dan berukuran > 74 mikron dalam
mendapatkan emas murni yang bebas (free native gold). Proses amalgamasi merupakan
proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan maka akan terurai menjadi air raksa dan
bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksa
akan menguap dan Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort (Kurnia,2011:26).
Skala perusahaan
2.1 KOMINUSI
Kominusi adalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan untuk
membebaskan logam berharga dari bijihnya dan atau memperluas permukaan bijih agar
dalam proses pelindian dapat berlangsung dengan cepat. Faktor-faktor yang mengendalikan
kominusi diantaranya sifat fisik dari bijih, seperti tingkat homogenitas, kekerasan, kandungan
air. Bijih yang heterogen, porous, dan brittle mudah dikecilkan. Sedangkan bijih yang
homogen, kompak dan liat sulit untuk dikecilkan. Agar partikel bijih dapat remuk harus ada
tekanan yang cukup besar dan melebihi kuat remuk bijih.
Usaha untuk meremukan bijih tergantung pada sifat material dan gaya yang dilakukan
terhadap partikel bijih. Terdapat 3 (tiga) cara/mekanisme meremuk partikel, yaitu :
l. Compression (Tekanan) yaitu peremukan yang dilakukan di antara dua permukaan di
mana kerja dilakukan pada salah satu atau kedua permukaan tersebut. Alat yang
menerapkan cara ini adalah jaw crusher, gryratory crusher, roll crusher. Partikel yang
dihasilkan berukuran besar.
2. Impact (Benturan) yaitu benturan suatu bijih dengan bijih lainnya atau dengan alat. Alat
yang menerapkan cara ini adalah hammer mill, impactor. Parikel remuk yang dihasilkan
bervariasi mulai dari berukuran besar sampai berukuran kecil.
3. Abrasion yaitu gesekan pada permukaan bijih. Partikel remuk yang dihasilkan ada dua
ukuran yaitu berukuran besar dan halus. Alat yang menerapkan cara ini adalah Ballmill,
Rod Mill.
Gambar 2.2 Mekanisme peremukan dan distribusi ukuran produk hasil peremukan.
Dalam proses kominusi, variable yang biasa di ukur adalah Derajat Liberasi (DL):
2.1.1 Crushing
Crushing merupakan suatu proses peremukan ore (bijih) dari hasil penambangan melalui
perlakuan mekanis. Batuan dari tambang yang memiliki ukuran besar dijadikan lebih kecil
melalui mekanisme peremukan. Biasanya ada
2 tahap dalam proses peremukan yaitu primary crushing dan secondary crushing, namun hal itu
disesuaikan dengan kebutuhan parameter yang diinginkan.
Jenis primary crusher yang lain adalah Gyratory Crusher. Pada alat ini terdapat sebuah
sumbu tegak yang merupakan tempat dipasangnya alat peremuk yang disebut mantle atau head.
Sumbu tegak dipasang pada suatu bagian alat yang disebut spider. Sumbu tegak diputar secara
eksentrik dari bagian bawah yang menghasilkan suatu gerak gyratory. Mantle berada dalam shell
berbentuk kerucut yang membesar ke atas sehingga terbentuk rongga remuk antara shell dan
mantle. Mantle yang bergerak bersama sumbu tegak memberikan kompresi ke arah shell. Aksi
kompresi ini menyebabkan material yang berada dalam rongga remuk akan remuk. Pada ukuran
gape dan setting yang sama, gyratory crusher mampu meremuk material 2-3 kali dibandingkan
jaw crusher. Tipetipe gyratory crusher dapat dilihat pada lampiran 2 sedangkan sketsa gambar
dapat dilihat pada gambar 2.3.
Seperti halnya jaw crusher, gyratory crusher juga merupakan arrested crusher, material
turun setelah mendapat kompresi. Gyratory Crusher meremuk material selama siklus putarannya
atau secara terus menerus, sedangkan pada jaw crusher hanya pada saat jaw bergerak maju.
Gyratory Crusher digunakan bila diperlukan alat yang berkapasitas besar. Gyratory Crusher jauh
lebih efisien dibandingkan dengan jaw crusher karena ia full time, sedangkan jaw crusher half
time dalam operasinya. Tetapi bila yang dipentingkan hanya gape maka lebih baik digunakan
jaw crusher.
Jenis lain dari primary crusher yaitu Impact Crusher. Material yang masuk ke dalam alat ini
akan mengalami impact yaitu pukulan berkecepatan tinggi terhadap material yang masuk
alat.untuk meremuk material yang masuk, digunakan suatu alat pemukul yang disebut hammer.
Hammer dipasang pada rotor yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Bagian yang bergerak ini
memindahkan energi kinetic ke material yang diremuk, sehingga material itu akan terlempar dan
membentur plat bentur. Contoh impact cruher adalah hammer mill. Pada gambar 2.5
diperlihatkan bagaimana hammer bekerja. Di bagian bawah terdapat grate di mana partikel
masih dihancurkan dengan cara abrasion. Hammer mill umumnya digunakan untuk menghancur
material yang brittle, agak lunak dan tidak mengandung material sangat halus karena akan
menyebabkan lengket. Tipe- tipe impact cruher dapat dilihat pada lampiran 2 sedangkan sketsa
gambar dapat dilihat pada gambar 2.4.
2.1.2 Grinding
Grinding atau penggerusan merupakan lanjutan dari crushing dan merupakan tahapan
akhir dari kominusi, yaitu untuk mendapatkan ukuran butiran yang sesuai sehingga pada tahap
selanjutnya bisa dilakukan pelindian.
Pada End Peripeheral Discharge Mill, umpan masuk melalui salah satu ujung mill dan
produk keluar pada ujung lainnya melalui shell. Alat ini umumnya digunakan untuk penggerusan
cara kering.
Gambar 2.9 End Peripeheral Discharge Mill
Jenis yang paling banyak dipakai untuk penggerusan cara basah adalah Overflow Mill.
Pada alat ini umpan dimasukan melalui salah satu ujung mill dan produk keluar melalui ujung
lainnya.
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi adalah proses pemisahan antara ukuran partikel yang diinginkan dan yang
tidak diinginkan. Pemisahan ini biasanya dilakukan di dalam fluida (gas dan air). Tapi di industri
pengolahan bahan galian biasanya digunakan air. Alat untuk melakukan klasifikasi disebut
classifier. Secara lebih khusus fungsi classifier yaitu :
l. Mengeluarkan material yang ukurannya sudah memenuhi syarat sebagai overflow.
2. Mencegah terjadinya overgrinding (penggerusan yang berlebihan).
3. Mengembalikan material yang masih kasar untuk digerus kembali.
Classifier dapat dibedakan menjadi dua yaitu classifier yang memanfaatkan gaya gravitasi
dan classifier yang memanfaatkan gaya sentrifugal.
l. Classifier yang memanfaatkan gaya gravitasi disebut juga mechanical classifier. Bagian-bagian
penting dari mechanical classifier yaitu :
a. Kolam pengendapan yang berupa tanki berbentuk mangkok atau saluran.
b. Alat yang berfungsi untuk mengeluarkan produk underflow. Alat ini berbentuk rake (sikat) atau
spiral.
c. Rake atau spiral menarik produk endapan dari kolam pengendapan, sedangkan overflow akan
keluar melalui bibir overflow yang dapat diatur tingginya. Contohnya adalah thickener dan
spiral classifier.
4. Agitation Leaching
Cocok untuk bijih dengan kadar medium hingga tinggi. Dilakukan dalam tangki khusus
pelindian yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk).
5. Autoclaving
a. pelindian pada temperatur dan tekanan tinggi
b. bijih kadar tinggi yang bersifat refraktori yaitu sulit dilarutkan pada kondisi normal
Dilakukan dalam suatu alat yang disebut autoclave
Proses autoclave pada umumnya dilakukan dalam dua kondisi :
a. tanpa udara
b. dengan udara
Ada beberapa reagen yang bisa digunakan untuk pelindian emas:
1. Thiosulfat (S2O3)2-
2. Thiourea (NH2.CS.NH2)
3. Sianida (NaCN), dan lain-lain
2.5 ELUTION
Elution adalah proses desorbsi, yaitu pelepasan kembali [Au(CN)2]- dari karbon aktif
dengan cara pemutusan ikatan antara keduanya.
2.8 ELECTROWINING
Elektrowinning adalah proses penangkapan logam-logam yang ada dalam air kaya dengan
prinsip elektrolisa (reaksi reduksi-oksidasi).
Dalam mempelajari elektrowining maka yang perlu diketahui adalah prinsip elektrokimia
(reduksi dan oksidasi/Redoks). Reduksi adalah menurunkan bilangan oksida (Biloks) dari logam
dengan menambahkan elektron. Sedangkan oksidasi adalah proses sebaliknya yaitu
meningkatkan bilangan oksidasi dari logam atau unsur lain akibat kehilangan elektron.
Dalam proses elektrowining, kedua reaksi tersebut akan terjadi bersamaan. Reaksi reduksi
akan terjadi di katoda dan reaksi oksidasi akan terjadi di Anoda. Jika pH rendah maka H+ bisa
bereaksi dengan CN- membentuk gas HCN, gas ini sangat berbahaya serta bersifat korosif
sehingga harus dihindari proses dengan pH rendah. Jika proses pada pH tinggi, maka sebagian
akan dioksidasi menjadi CNO- namun kemungkinan besar NaCN stabil dalam larutan sehingga
yang dioksidasi adalah air.
2.9 SMELTING
Peleburan bertujuan untuk mengambil logam Au-Ag dari cake dengan cara memisahkan
logam berharga dengan slagnya pada suhu tinggi (titik leburnya) dengan bantuan penambahan
flux. Fungsi flux adalah untuk mengikat slag agar terpisah dengan baik dari logam berharganya,
di samping itu juga bisa menurunkan titik lebur.
2.10.2.2 Metode INCO atau proses Sulfur dioksida dan udara proses
Proses INCO banyak digunakan untuk merusak limbah cyanide sebelum dibuang ke lingkungan
(perusakan langsung). Bahan kimia yng dipakai adalah sodium metabisulphide (Na2S2O5), udara
bertekanan dan ion copper (Cu2+) dipakai sebagai sumber katalis untuk mempercepat reaksi.
Reaksi yang terjadi :
CN- + SO2 + O2 + H2O = CNO- + H2SO4
Proses INCO relatif lebih efektif untuk mengolah cyanide bebas dan cyanide wad pada
konsentrasi yang cukup tinggi.
2.10.2.3 Metode Carro-Acid
Metode ini merupakan penyempurnaan dari metode degussa, dimana pada metode ini digunakan
hydrogen peroxide (H2O2) dan asam sulfat (H2SO4) sebagai pengganti CuSO4.5H2O. Reaksi
dapat mengubah
senyawa cyanide bebas CNf membentuk cyanate (SCN-). Reaksi yang
terjadi yaitu :
CN- + H2O2 = CNO- + H2O
SCN- dan ion logam akan membentuk senyawa cyanate dan metalhydroxide yang relatif stabil.
Reaksi yang terjadi relatif cepat, sehingga penambahan bahan kimia dapat diinjeksikan ke dalam
sump sebelum dipompa ke tailing dam.
BAB III
1. Eksplorasi/Pra Konstruksi
a. Kegiatan Maping
b. Kegiatan Pemboran
2. Konstruksi
a. Pembuatan jalan
b. Pembukaan lahan/land clearing
c. Pembangunan, kantor, workshop, pabrik, dan lain-lain
3. Penambangan/Produksi
a. Pengalian dan pemuatan
b. Pengangkutan
c. Pemboran lubang ledak dan peledakan
4. Pengolahan
3.2 Dampak Lingkungan
3.2.1 Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDAL karena merupakan
rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum berbagai
kajian kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan ini adalah pengamatan
melalui udara, survey geofisika, studi sedimen di aliran sungai dan studi geokimia yang
lain, pembangunan jalan akses, pembukaan lahan untuk lokasi test pengeboran,
pembuatan landasan pengeboran dan pembangunan anjungan pengeboran.
3.2.1.1 Air
Dampak lingkungan pada air yaitu berasal dari hasil pemakaian air yang digunakan untuk
pemboran eksplorasi yang airnya disedot dari penampungan air sementara berupa sumur
yang dibawa masuk kedalam lubang bor untuk memudahkan dalam kegiatan pemboran
dan air tersebut untuk batuan yang dibawa naik keatas menuju permukaan lewat
transportasi air tersebut yang mana membawa material tanah (cutting) yang bisa
mengandung mineral-mineral tertentu pada batuan tersebut tapi tidak terlalu berpengaruh
secara signifikan pada badan air.
3.2.1.2 Udara
Pada kegiatan eksplorasi terjadinya asap pembakaran dari aktivitas eksplorasi seperti di
mesin bor eksplorasi secara umum tidak terlalu signifikan terhadap lingkungan dan
kepada para pekerja karena secara kuantitas dan kualitas asap tidak lebih berbahaya dari
pada asap dari pabrik pengolahan.
3.2.1.3 Kebisingan
Pada mesin bor eksplorasi menghasilkan suara yang keras/nyaring yang mana sedikit
menganggu pendengaran bagi para pekerja dan binatang yang disekitar.
Pada kegiatan eksplorasi terjadi pembukaan lahan untuk kegiatan pemboran yang mana
secara umum luas dari bukaan lahan untuk eksplorasi yang mana > 1 ha pada setiap 1
lubang bor eksplorasi. Di sekitar lubang pemboran ekplorasi harus melakukan
penebangan pohon-pohon sekitarnya agak tidak terjadi pohon tumbang yang mana akan
menimpa para pekerjanya dan memudahkan aktivitas ruang gerak dalam bekerja.
Terjadi bekas-bekas lubang dari lubang pemboran eksplorasi dan sumur sementara buatan
kegiataan eksplorasi yang mana sumur tersebut untuk membantu untuk memudahkan
pemboran eksplorasi yang mana air tersebut dimasukkan kedalam lubang dan
menghasilkan cutting pemboran. Dan pemboran eksplorasi pada tambang emas biasa nya
terdapat hasil cutting bisa terindentifikasi banyak mineral yang terkandung pada cutting
tersebut.
Kegiatan eksplorasi bisa juga menghasilkan limbah B3 dan Limbah non B3, yang mana
B3 yaitu oli/pelumas mesin bor. Secara jumlah limbah B3 tidak terlalu di kegiatan
eksplorasi tidak lebih besar dari limbah B3 saat konstruksi, penambangan, dan
pengolahan.
Untuk limbah non B3 juga terjadi yaitu sampah plastik, kertas, dll yang mana umum
terdapat di kegiataan eksplorasi. Para pekerja membuang sampah-sampah tersebut tempat
pembuangan sementara yang mana belum bisa dimanfaatkan dan diolah.
Dengan pembukaan lahan dengan skala besar-besaran besar terjadi terdedahnya batuan
yang berbahaya dan mengalami kontak dengan air sehingga terjadi pencemaran pada air
dan mengalir ke badan sungai yang mana bisa terjadi air asam tambang atau hal
berbahaya lainnya.
Dampak yang terjadi pada kegiatan kontruksi secara umum yaitu kegiatan land clearing
untuk pembangungan kantor, pabrik, workshop, mess karyawan, jalan tambang persiapan
pertambangan dan lain-lain yang mana mengakibatkan pembukaan lahan besar-besar
yang mana sesuai kebutuhan. Dari pembukaan lahan maka terjadi penebangan pohon-
pohon dan menghilangnya/berpindah binatang dari sekitar konstruksi.
Pada kegiatan land clearing bisa terjadi terdedahkannya batuan yang mengandung
mineral sulfida sehingga terjadi oksidasi langsung dan berinteraksi dengan air hujan yang
mana bisa terjadi akan air asam tambang (AAT). Dengan kegiatan land clearing bisa
terjadi juga erosi lahan yang mana akibat tanaman yang di atasnya tidak ada yang sebagai
penguat tanah. Dengan erosi lahan berakibat rawan akan longsong dan terbawanya
material yang berbahaya oleh yang di bawa air.
Dengan kegiatan land clearing yang mana hilangnya pohon-pohon/tanaman, tanaman itu
juga berfungsi sebagai penyerap air hujan dan memperlambat pergerakan air
dipermukaan. Jika tidak ada pohon-pohon/tanaman tersebut dan ada curah hujan yang
tinggi bisa mengakibatkan banjir dan longsor.
3.2.2.1.3 Kebisingan
Pada kegiatan tahap kontruksi banyaknya aktivitas lebih banyak dari pada kegiatan
eksplorasi sebelumnya yaitu adanya alat berat sejenis dozer, excavator, truk, dll. Dengan
adanya hal tersebut maka akan menimbulkan kebisingan suara yang dihasilkan oleh alat
berat tersebut yang mana menganggu pekerja.
Dengan adanya alat berat untuk kegiatan kontruksi penambangan maka pada knalpot alat
berat itu menghasilkan gas berbahaya yaitu gas carbon. Dan akibat akibat aktivitas alat-
alat tersebut bisa menghasilkan debu-debu yang berbahaya jika terisap/terhirup oleh
pekerja.
Limbah B3 dan non B3 pada kegiatan kontruksi lebih banyak dari yang dihasilkan dari
pada kegiatan eksplorasi yang mana kebutuhan manusia dan kebutuhan alat lebih banyak
dan lebih besar dari pada kegiataan eksplorasi. Pada kegiataan konstruksi banyaknya alat
berat seperti dozer, excavator, dump truck dan lain-lain dibandingkan pada kegiatan
eksplorasi hanya adanya alat bor-bor atau alat dozer untuk membantu kegiataan
eksplorasi dalam membuka jalan. Sehingga limbah B3 dan non B3 pasti ada karena
adanya aktivitas yang lebih banyak akibat intensitas kerjaannya lebih banyak juga.
Limbah B3 yaitu secara umum seperti pelumas dan oli dari alat-alat berat tersebut dan
untuk non B3 seperti sampah kertas, plastik, dan lain-lain.
Pada kegiatan konstruksi pada area metode penambangan bawah tanah hampir sama juga
dengan penambangan di tambang terbuka yang mana harus melakukan pembangunan
dipermukaan seperti buat jalan, kantor, pabrik dan lain-lain. Tapi membedakan setelah
aktivitas penambangan yang dilakukan di bawah permukaan tanah/tambang bawah tanah.
Sehingga untuk menuju area bijih yang yang diinginkan dan mempunyai nilai ekonomis
maka dilakukan pengalian buat jalan masuk menuju area/front untuk di tambang yaitu
berupa shaft/adit (jalan tambang masuk alat dan pekerja)
3.2.2.2.1 Air
Untuk udara lebih diprioritaskan pada kegiatan konstruksi tambang bawah tanah yang
melakukan pengalian shaft/adit menuju front penambangan/vein. Pada pengalian tersebut
maka akan menghasilkan debu-debu dari partikel kecil tanah dan adanya gas berbahaya
dan beracun yang keluar dari mesin-mesin atau batuan itu sendiri.
3.2.2.2.4 Kebisingan
Dengan adanya bertambahnya kebutuhan alat-alat berat untuk proses konstruksi terutama
pada area tambang bawah tanah (TBT) sehingga di dalam TBT merupakan area yang
tertutup sehingga suara yang akan dihasilkan akan mengalami gema/getaran sehingga
menghasilkan volume kebisingan tinggi apalagi yang dihasilkan oleh alat-alat berat untuk
membuat jalan tambang menuju vein.
Limbah B3 dan non B3 pada kegiatan kontruksi lebih banyak dari yang dihasilkan dari
pada kegiatan eksplorasi yang mana kebutuhan manusia dan kebutuhan alat lebih banyak
dan lebih besar dari pada kegiataan eksplorasi. Pada kegiataan konstruksi banyaknya alat
berat dibandingkan pada kegiatan eksplorasi Sehingga limbah B3 dan non B3 pasti ada
karena adanya aktivitas yang lebih banyak akibat intensitas kerjaannya lebih banyak juga.
Limbah B3 yaitu secara umum seperti pelumas dan oli dari alat-alat berat tersebut dan
untuk non B3 seperti sampah kertas, plastik, dan lain-lain.
Secara umum air yang termasuk pada area pertambangan yaitu air yang berada di aliran
groundwater yang merembes ke aliran terowongan. Dan juga air yang permukaan yang
merembes kedalam terowongan melalui proses infiltrasi. Secara umum jarang terjadi
akibat hal tersebut, jika itu terjadi maka dilakukan proses pemompaan adir di terowongan
menuju permukaan. Tapi secara umum air tersebut tidak bisa langsung dibuang ke
sumber air tapi ditaruh ke tempat penampungan air sementara. Hal itu dilakukan untuk
dilakukan identifikasi air sebelumnya agar mengetahui apakah air tersebut mengalami
kontaminasi akibat batuan sekitar terowongan atau tidak yang bisa jadi mengandung
logam berbahaya dan air asam tambang.
Dampak lingkungan untuk tanah dan lahan untuk kegiatan TBT jarang terjadi
dikarenakan secara umum tanah yang diambil dan dikejar merupakan vein yang
mempunyai nilai ekonomis dan untuk lahan secara umum dilakukan dibawah permukaan
sehingga dipermukaan tidak terganggu kecuali terjadi masalah pada penyanggan
sehingga berpengaruh di atas permukaan mengalami penurunan permukaan tanah atau
longsor.
3.2.3.1.3 Kebisingan
Adanya aktivitas pada kegiatan penambangan di TBT sehingga terjadi kebisingan suara
yang dhasilkan oleh alat berat dan aktivitas peledakan yang mengema di area
terowongan.
3.2.3.1.4 Getaran
Getaran secara umum terjadi akibat getaran pemboran dan yang lebih besar pada
peledakan di TBT sehingga menghasilkan dampak yang sangat berbahaya yang bisa
menyebabkan runtuhan batuan pada terowongan.
Pada penambangan TBT sangatlah penting akan udara segar dikarenakan terbatasnya
udara yang berada di area bawah tanah yang mana kurangnya oksigen dan temperatur
suhu yang tinggi ada terbatas ruang gerak. Dan aktivitas pemboran, pengalian dan
pengangkutan ditambang tanah menimbulkan gas berbahaya dan beracun akibat gas alat
berat dan gas pada batuan seperti gas metana. Adapun juga kegiatan penambangan TBT
juga menghasilkan debu akibat pengalian, pemboran dan peledakan menghasilkan debu-
debu tambang yang berukuran kecil yang berbahaya untuk pernapasan.
Pada kegiatan operasi produksi penambangan bawah tanah terdapat banyak pengunaan
alat-alat berat yang mana menghasil limbah B3. Dan dengan aktivitas tersebut dibutuhkan
pekerja yang lebih banyak menyebabkan juga limbah non B3 seperti sampah kertas,
plastik dan lain-lain. Pada limbah B3 harus ada penanganan khusus karena merupakan
salah satu hal berbahaya dan beracun bagi lingkungan sekitarnya.
3.2.4.3 Air
Pada kegiatan pengolahan emas secara umum penggunaan air yang dimaksud yaitu untuk
proses pendinginan mesin dan proses pemisahan konsetrat dengan tailing dengan
mengunakan air dengan metode flotasi. Dan pengunaan pada kegiatan crushing dan
grinding untuk memudahkan alat dalam menghancur dan memperkecilkan ukuran batuan
yang keras.
Air dari hasil proses pengolahan pabrik emas jangan langsung dibuang ke sumber air
karena bisa terindikasi akan material logam berbahaya dan air asam tambang.
3.2.4.4 Tailing
limbah tailing, berupa lumpur yang masih mengandung beberapa senyawa kimia
berbahaya diantaranya adalah Sianida, Merkury, Potasium dan beberapa jenis limbah
lainnya. Limbah ini ketika dibuang ke lingkungan maka akan berdampak besar terhadap
kelangsungan makhluk hidup dan kelestarain lingkungan.
Limbah cair, juga tidak menutup kemungkinan masalah terkandung didalamnya berbagai
jenis senyawa beracun dan berbahaya sebagaimana yang terdapat pada limbah
lumpurnya.
Pada tailing bisa mengalami kontaminasi jika berinteraksi dengan air yang mana akan
sangat berbahaya karena takutnya akan menghasilkan air asam tambang dan mineral
logam berbahaya.
Secara umum mesin-mesin pada pabrik pengolahan emas memerlukan oli, pelumas dan
bahan kimia dalam proses pengolahanan. Sehingga sangat berbahaya dan perlu
pengelolaan dan penanganan khusus agar tidak terjadi kontaminasi pada lingkungan
sekitar.
Tambang bawah tanah : dipasang ventilasi pada area kerja untuk dialirkan
udara agar masuknya udara segar. Dan diberikan penyiraman pada area
terowongan agar mengurangi debu. Jika debu dan ada gas berbahaya maka
lakukan ventilasi isap.
Tanah dan lahan : Tambang terbuka : untuk kegiatan pembukaan lahan secara
permanen seperti pembuatan kantor, workshop, pabrik, dan lain-lain. Yang
bersifat sementara atau tidak permanen maka lahan tersebut dilakukan
penanaman pohon atau pemanfaatan lahan sesuai fungsinya. sebelum
pengalian melakukan identifikasi dan karakterisasi sample agar mengetahui
material tersebut termasuk material NAF/PAF yang digunakan dalam
manajemen penimbunan di disposal. Untuk topsoil dilakukan penyimpan
tempat khusus agar tidak terkontamintasi dengan material PAF. Yang mana
material tersebut untuk di manfaatkan kembali kegiatan reklamasi dan
penanaman kembali. Lahan bekas penambangan digunakan sesuai fungsi dan
rencana AMDAL sebelumnya. Untuk mengurangi erosi dan longsor dengan
menentukan kemiringan dan melakukan pembebanan mengunakan compactor,
dan melakukan pemantauan geoteknik secara rutin.
Untuk adanya binatang jika ditemukan maka diamankan sementara untuk
dipindahkan ke area penangkaran binatang yang di kelola oleh pemerintah
atau yayasan pelindung binatang.
Getaran : Tambang terbuka dan tambang bawah tanah : pada getaran pada
secara umum dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Secara solusinya dengan
mengatur pola peledakan, spasi dan jumlah badan peledakan yang digunakan
sehingga bisa mengatur getaran yang dihasilkan.
Limbah B3 dan Non B3 : Pengelolaan limbah B3 diberikan kepada pihak k-3
yang mengelola akan limbah B3. Untuk limbah non B3 yang berupa sampah
kertas, plastik dan lain-lain dilakukan proses daur ulang yang dikelola oleh
masyarakat.