Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS INDONESIA

INTERNAL ENVIRONMENT ANALYSIS

Tugas Manajemen Strategik

YOSEP ERJUANDI SILABAN


1806249680

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I

1. Ringkasan
Menurut (Rotharmel, 2019), analisis internal di dalam perusahaan dibagi
menjadi 3 yaitu, resources, Capabilities, dan Core Competencies. Analisis internal
dilakukan untuk mendapatkan suatu kesimpulan apakah perusahaan mempunyai
kemampuan dalam mendapatkan gain dan sustainable competitive advantage.
Dalam buku Strategi Manajemen karya (Assauri, 2011) analisis internal dilakukan
untuk mendapatkan keunggulan bersaing jangka panjang dimana manajer
stratejiknya harus mempunyai global mind-set sehingga dapat mengetahui sumber-
sumber daya dan kapabilitasnya yang dapat menyesuaikan keunikan budaya social
yang terdapat di suatu negara.
Menurut (Rotharmel, 2019) Core Competition adalah suatu kekuatan yang
unik yang dimana membedakan produk dan servis tersebut dengan competitor
lainnya, dimana menciptakan suatu penambahan nilai untuk kostumer atau
menawarkan produk maupun jasa sesuai dengan harga yang tepat. Dimana Core
Competition merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjalankan
competitive advantage. Menurut (Asauri, 2011) Core Competition atau yang
disebut dengan kompetensi inti adalah sebagai kapabilitas dalam mengelola
sumber-sumber keunggulan bersaing dari suatu perusahaan yang mengungguli
kompetitornya. Oleh karena itu membangun kompetensi inti adalah menjadi unsur
kunci dalam mengembangkan keunggulan strategic jangka panjang suatu
perusahaan.
Menurut buku karya (Suyadi dan Dewi, 2016) mengatakan bahwa sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai 2 jenis yaitu tangible dan
intangible. Dan menurut (Rotharmel, 2019) mengatakan bahwa Resouces adalah
suatu asset yang dimiliki oleh perusahaan seperti dalam bentuk cash, bangunan,
mesin, atau pengetahuan mengenai property dimana hal tersebut menggambarkan
perusahaan dalam merancang dan membuat strategi. Dan menurut (Assauri, 2011)
resources atau sumber daya stratejik perusahaan mencakup asset-aset fisik,
keuangan, sumber daya manusia dan asset organisasi. Dalam mengkaji sumber
daya, sumber daya mempunyai 2 karakteristik yang itu tangible, dan intangible.
Sumber daya tangible lebih mudah di identifikasi dan dinilai, dan mungkin kurang
membuat competitive advantage bila dibandingkan dengan asset tidak berwujud
atau intangible asset. Hal ini terjadi Karena tangible kemungkinan besar lebih
mudah dapat ditiru atau di substitusi oleh para pesaing. Walaupun demikian,
intangible asset dapat digunakan untuk perusahaan dalam mencapai kompetitive
advantage sehingga memberikan manfaat bagi intangible asset.
Dalam kasus Nike yang terdapat didalam buku (rotharmel, 2019) dapat kita
analisis bahwa nike berusaha sebisa mungkin dalam meningkatkan intangible asset
perusahaannya. Hal ini ditunjukan bahwa Nike berfokus dalam memberikan
sponsor bagi para atlit-atlit yang berprestasi. Nike berharap bahwa atlit-atlit tersebut
menjadi sebuah patokan bagi kaum-kaum yang menyukai olah raga. Sehingga
menurut Assauri fondasi yang penting dari kapabilitas itu sendiri adalah terletak
pada keunikan dari keterampilan atau skill dan knowledge dari karyawan.
Menurut (Rotharmel. 2019) terdapat 2 asumsi kritikal mengenai Resouces
Based View, yaitu Resource Heterogeneity dan resource immobility. Resource
Heterogeneity menjelaskan suatu perusahaan apakah sebuah perusahaan
mempunnyai kapabilitas yang sama dengan competitor lainnya, jikalau sama maka
sumber daya tersebut tidak dinggap menjadi competitive advantage. Sedangkan
resouces immobility adalah menjelaskan bahwa competitor kesulitan dalam
mencaoai sumber daya yang diharapakannya. Dalam kasus nike, competitor nike
yaitu Adidas mempunyai suatu kelemahan yang tidak dimiliki nya yaitu bahwa nike
mempunyai intangible asset yang banyak, hal ini dilihat dari banyaknya atlit sport
atau jurawan dalam olahraga menggunakan sepatu nike. Hal ini membuat nilai dari
intangible asset yang dimiliki perusahaan semakin bertambah.
Menurut (Assauri, 2019) dalam menganilisis kompetisi inti suatu perusahaan
dibutuhkan 5 ciri atau karakteristik yang disingkat VRINE. VRINE sendiri
merupakan singkatan dari Valuable, Rarity, Immatibilty, Non Substitutability, dan
exploitability.berbeda dengan (Rotharmel, 2019) mengatakan bahwa dalam
mengevaluai core competition dibutuhkan 4 faktor yaitu, Valuable, Rare, Imitate,
Organized. Sehingga disebut dengan VRIO. Analisas secara garis besar tidak ada
yang berbeda.
Dalam kasus Nike yang terdapat dalam buku (Rotharmel, 2019) dapat kita
analisis bahwa nike memounyai value sehingga naiki dikatakan valuable. Dan rare,
dalam kasus tersebut juga Nike dapat kita analisis bahwa rarity yang dimiliki oleh
suatu perusahaan dan tidak mudah untuk ditiru oleh kompetitornya yaitu adidas
yaitu, nike memberikan sponsor bagi para artis-artis yang tenar. Dalam hal
substitusi terjadi jika komeptitor tidak mendapatkan keuntungan yang sama. Dan
dalam imitasi nike sebenarnya sangat mudah di duplikasi hal ini terjadi karena nike
berfokus hanya pada intangible asset, yaitu dinilai dari artis-artis atau pahlawan-
pahlawan olahraga yang menggunakan produk nike sebagai sponsor.

Menurut Journal “Creating a strategy that works” yang dibuat (Leinwand &
Mainardi , 2016) menjelaskan bahwa strategi pada saat ini selalu berubah-ubah.
Dalam membuat sebuah strategi tersebut bekerja terdapat 5 hal yang harus kita
laksanakan seperti komitmen dalam mengindentifikasi, menjelaskan sebuah
strategi dalam setiap hari, simpan budaya yang dimiliki ketika bekerja, potong
pengeluaran untuk mendapatkan pertumbuhan yang kuat, dan bentuk masa depan.

Anda mungkin juga menyukai