PAKET PEKERJAAN
SUMBER ANGGARAN
A. Lingkup pekerjaan
B. Daftar Spesifikasi Peralatan
C. Daftar Personil Inti
D. Spesifikasi Pekerjaan dan Bahan yang digunakan
E. Penutup
A. Spesifikasi Umum
1. Umum
1.1 Lingkup pekerjaan meliputi :
Ruang lingkup pekerjaan berupa Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo
3. Perijinan
Setelah pemborong ditunjuk, pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi yang berwenang, maka pemborong yang bersangkutan harus menyelesalkan perijinan
tersebut. Direksi dalam batas-batas kewenangannya akan membantu untuk menyiapkan surat-surat resminya tetapi segala biaya yang dikeluarkannya untuk
perijinan tersebut merupakan tanggung jawab pemborong. Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai jika ijin-ijin yang diperlukan belum diperoleh.
Apabila pada saat pelaksanaan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material
tersebut maka memerlukan perijinan dan biaya tambahan untuk hal tersebut dahulu yang harus dibicarakan dengan Direksi untuk mencari jalan keluarnya.
4. Pengujian
Penyedia jasa harus menyelenggarakan pengujian bahan untuk pengendalian mutu sesuai dengan spesifikasi dan menurut perintah Direksi.
Hasil semua pengujian termasuk pemeriksaan kualitas bahan di lapangan dan di desain campuran harus direkam dengan baik dan dilaporkan pada direksi, hal
tersebut untuk menjamin kualitas konstruksi. Semua biaya pengujian ditanggung oleh penyedia jasa.
5. Persyaratan Lain
a. Uraian menjamin kwalitas pekerjaan, ukuran - ukuran dan penampilan yang benar, penyedia jasa harus menyediakan staf teknik ahli yang cocok sebagaimana
yang ditentukan dan memuaskan direksi.
b. Penyedia jasa harus mempelajari gambar kontrak dan pengukuran serta mencocokan bersama-sama di lapangan dengan direksi.
c. Patok peil ( BM ) dari bowplank ditentukan di lapangan bersama - sama direksi dan patok duga tersebut tidak boleh berubah selama pekerjaan berlangsung
dan jika terjadi revisi perubahan / koreksi atau penggantian ukuran dicatat dan disetujui oleh direksi.
d. Gambar rencana proyek merupakan bagian tak terpisah dari dokumen kontrak dan gambar-gambar tersebut adalah gambar yang paling akhir setelah diadakan
perubahan-perubahan dan merupakan patokan pelaksanaan pekerjaan.
e. Tidak dibenarkan penyedia jasa menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan tertentu antara gambar
rencana dan isi spesifikasi teknis ini.
f. Apabila ternyata terdapat kekurangan dalam hal yang meragukan, penyedia jasa diharuskan mengajukan secara tertulis, dan direksi akan mengoreksi dan
menjelaskan gambar tersebut untuk kelengkapan apa yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar
rencana akan ditentukan oleh direksi dan akan disampaikan pada penyedia jasa secara tertulis.
g. Penyedia jasa menyiapkan gambar kerja dan disimpan yang baik, dapat dibaca dan sudah mengalami revisi akhir yang menunjukan perbedaan antara gambar
rencana dan gambar kerja.
h. Ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran sebenarnya, jika tidak ada kesamaan ukuran dan gambar maka segera minta pertimbangan para ahli atau
direksi untuk menetapkan yang benar.
6. Pengendalian Lingkungan
a. Penyedia jasa harus menjamin penuh terhadap pengendalian pengaruh lingkungan yang berhubungan dengan polusi lingkungan dan perlindungan lahan serta
lintasan air disekitarnya.
b. Penyedia jasa tidak boleh menggunakan kendaraan yang memancarkan suara keras, berisik ( gaduh ) khususnya untuk daerah rawan, seperti dekat rumah sakit.
c. Untuk mencegah debu selama musim kering penyedia jasa harus melakukan penyiraman secara teratur. dan untuk kendaraan angkut yang mengeluarkan debu
harus menutupi dengan terpal.
d. Pengedropan material untuk pelaksanaan proyek, penyedia jasa harus mengatur sedemikian rupa sehingga, tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas dan pada
pelaksanaan kerja dipasang tanda papan rambu-rambu kerja yang dapat dipindah-pindahkan.
7. Standart Rujukan
a. Peraturan-peraturan dan standart yang dijadikan acuan dalam dokumen kontrak akan membentuk persyaratan kwalitas untuk berbagai jenis pekerjaan yang
harus dilaksanakan beserta cara-cara yang dipergunakan untuk pengujian yang memenuhi persyaratan ini.
b. Jaminan kualitas selama pengadaan bahan material, Penyedia jasa harus bertanggungjawab untuk semua pengujian bahan yang diperlukan dalam pekerjaan
bahwa bahan tersebut memenuhi persyaratan khusus.
c. Direksi teknik mempunyai wewenang untuk menolak semua bahan-bahan pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan tanpa konpensasi
penyedia jasa.
d. Standart-standart yang dipakai yang menjadi acuan namun tidak terbatas pada standart tersebut di bawah ini :
- S.S.I., ASTM, PUBI 1982, PBI 1971, PPBBI 1984, AASHTO, BS, MPBJ, AV 1941 dan PKKI 1961
9. Pekerjaan Harian
Operasi pekerjaan harian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari bab-bab yang terkait pada spesifikasi ini yang menentukan penempatan
bahan, finishing pekerjaan-pekerjaan serta pengujian / test mutu pekerjaan, pemeliharaan pekerjaan.
Dalam hal ini pekerjaan yang diperlukan harus dilaksanakan atas dasar pekerjaan harian yang tidak ditentukan dimanapun pada spesifikasi ini, maka pekerjaan
harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan dan harus disetujui oleh direksi tehnis, semua pekerjaan harian tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya
penyedia jasa.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Concrete Mixer 1 Unit 0,3 m3 Mahkota Jaya 2016 Baik 100% Pati Kwitansi
2 Dump Truck 3 Unit 14 Ton Isuzu Elf 125 2017 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
3 Motor Grader 1 Unit 100 HP Komatsu 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
4 Water Tank Truck 1 Unit 4000 L Isuzu 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
5 Excavator 1 Unit 132 Hp Caterpillar 1997 Baik 100% Pati Surat Perjanjian Sewa
6 Asphalt Sprayer 1 Unit 1000 ltr Banta 2010 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
7 Compressor 1 Unit 4000-6500 Ltr/Menit Air Man 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
8 Wheel Loader 1 Unit 1-1,6 m3 Luqing 2017 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
9 Tandem Roller 1 Unit 10 Ton Jin Ling 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
10 AMP 1 Unit 60 T/Jam AZP 1000 2014 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
11 Asphalt Finisher 1 Unit 60 T/Jam Sumitomo 1995 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
12 Pneumatic Tyre Roller 1 Unit 10 Ton Sakai TS 150 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
13 Genset 1 Unit 135 Kva Nissan RE 2011 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur
Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo
C V. N A R E N D R A K A R Y A
Pengalaman
Jabatan dalam Profesi Sertifikat
No Nama Tgl/bln/thn lahir Pendidikan kerja
Proyek Keahlian /Ijazah
(tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8
SKT Pelaksana
No. Reg: 2.2.028.2.158.31.4088974
1 Suhartono 26/08/1996 SMK Pelaksana Jalan 3 Tahun Lapangan Pekerjaan
No Ijazah: DN-03 Mk 0001303
Jalan
SKT Tukang Pasang
Pelaksana Tukang Batu/ Stone (Rubble) No. Reg: 2.1.005.1.158.31.4083849
2 Nur Nadzif 20/06/1994 SMK 3 Tahun
Batu Mason (Tukang No. Ijazah: DN-03 Mk 0000817
Bangunan Umum)
YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur
A. UMUM
a. Pengukuran
Pekerjaan pengukuran terbagi dalam tiga tahap, yaitu :
Pengukuran awal
Pengukuran sebelum pelaksanaan
Pengukuran akhir
b. Mobilisasi
Mobilisasi meliputi pekerjaan persiapan yang diperlukan untuk persiapan
pengelolaan pekerjaan / penyelesaian pekerjaan.
Penyedia jasa harus mengerahkan pekerja yang cukup dan terlatih.
Penyedia jasa harus menggunakan kendaraan yang kapasitas angkut sesuai kelas
jalan, untuk menghindari kerusakan jalan dan bertanggung jawab atas kerusakan
pada jalan / jembatan yang digunakan angkutan proyek tersebut serta mendapat
persetujuan direksi.
Mobilisasi alat berat dari dan menuju lokasi pekerjaan harus menghindari
kerusakan jalan.
Penyedia jasa harus menyiapkan lapangan / lahan untuk kegiatan pelaksanaan
proyek harus memenuhi sbb :
- Memahami persyaratan peraturan pemerintah / direksi.
- Mengadakan konsultasi dengan direksi untuk pembuatan lokasi kantor
Direksi.
- Mencegah suatu polusi terhadap lingkungan, sebagai akibat dari operasi
pelaksanaan.
Mobilisasi mencakup setelah selesai pekerjaan, yang meliputi pembongkaran
semua instalasi plant, serta bahan yang ada.
Mobilisasi dilakukan sesegera mungkin setelah penandatanganan kontrak, agar
pekerjaan dilapangan dapat segera dilakukan mengingat bahwa waktu pelaksanaan
yang amat terbatas dan ketergantungan pelaksanaan pekerjaan pada peralatan.
Pekerjaan mobilisasi meliputi :
a. Sewa lahan yang diperlukan untuk base camp kontraktor (kantor lapangan,
gudang, mess pekerja, dan lain-lain).
b. Mobilisasi staff dan tenaga kerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak.
c. Mobilisasi peralatan yang digunakan di lapangan. Adapun daftar peralatan
sebagai berikut:
c. Pembersihan lokasi
1. Bangunan yang tidak terkait dengan pembangunan yang berada di lokasi harus
dibongkar terlebih dahulu.
2. Lahan lokasi yang direncanakan harus dibersihkan/dibereskan dari segala hal
yang akan mengganggu kelancaran pekerjaan dan atau mempengaruhi kualitas
pekerjaan, sesuai arahan pihak Direksi.
3. Sebelum pekerjaan galian tanah dilaksanakan maka permukaan tanah harus
diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian/ kedalaman galian/timbunan tanah
yang direncanakan.
4. Benda-benda / barang yang berada di atas lahan yang akan dibangun adalah
milik pemberi tugas. Segala yang mengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai
akibat pelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab penuh pihak
pelaksana.
Yaitu Laporan rutin secara berkala Serta diketahui oleh Koordinator Pengawas
Lapangan sesuai form yang telah ditentukan oleh Direksi. Pelaporan tersebut diatas
dapat diketahui sebagai penilaian prestasi yang didapat Atas dasar pekerjaan yang
telah diselesaikan. Adapun Administrasi meliputi :
Laporan Harian, diketahui oleh Pengawas Lapangan
Laporan Mingguan, diperiksa Koordinator Pengawas
Laporan Bulanan, diketahui dan diperiksa Koordinator Pengawas
Laporan tersebut berisi tentang jumlah tenaga kerja, material, peralatan yang
dipakai, data cuaca dilokasi proyek, foto dokumentasi proyek dan progres
pekerjaan.
Selain laporan rutin diatas, laporan pengujian terhadap material dan pekerjaan
juga harus terdokumentasi dengan baik.
2. Shop Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid dan dibukukan serta berisi :
Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada
Dimensi dari masing-masing bangunan
Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan
Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan
g. Manajemen Mutu
SDM
Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalamansejenisPengarahan,
pembinaan Monitor dan pelaporan
Material
Pengujian sample bahan ,Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang
memadai ,Pemilihan supplier Jadwal kebutuhan material ,Cara penyimpanan ,Cara
handling ,Monitor dan pelaporan.
Peralatan
Pemilihan jenis alat yang sesuai, Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran,
timbangan), Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai ,
Pemilihan supplier alat yang baik, Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman,
Jadwal kebutuhan alat, Penyediaan bahan bakar, Penyediaan suku cadang, Control
service, Monitor dan pelaporan.
Proses
Trial mix, trial embankment, job mix, Peralatan yang sesuai, Kompososi yang sesuai,
Standar proses, Metode Pelaksanaan, Cek hasil, Monitor dan pelaporan
Subkontraktor
Seleksi, Pengawasan dan pengarahan
h. Time Schedule
Pembuatan Schedule kerja berdasarkan asumsi, logika yang benar dan berdasarkan
data-data yang ada pada saat ini.
Ada pun metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan mutu suatu proyek bisa
disesuaikan dengan jenis proyek dan kualitas yang diinginkan. Secara umum, ada 3
metode yang sering dipakai dalam pengendalian mutu suatu proyek.
Gambar kerja
Gambar kerja adalah gambar acuan yang dipakai untuk mewujudkan ide
rancangan ke dalam bentuk fisik. Oleh karena itulah, setiap pihak yang terlibat
dalam proyek harus bisa memahami gambar kerja yang telah dibuat. Gambar
kerja yang benar-benar akurat dan detail akan sangat membantu mewujudkan
sebuah proyek dengan tepat.
Gambar kerja yang dibuat oleh seorang arsitek dilengkapi pula dengan
spesifikasi dan syarat teknik pengerjaan proyek yang lengkap, jelas dan teratur
serta perkiraan biaya proyek dan perhitungan kuantitas proyek. Jika gambar
kerja sudah diperiksa dan disetujui, barulah gambar kerja ini bisa digunakan
dalam pengerjaan sebuah proyek.
Dokumen administrasi
Memang ada begitu banyak dokumen administrasi yang menyertai sebuah
proyek. Khususnya untuk pengendalian mutu proyek, dokumen yang dibutuhkan
antara lain hasil uji lapangan, request work dan catatan-catatan.
Instruksi teknis
Dokumen ini disusun untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengerjaan
suatu proyek. Dokumen ini berisi petunjuk suatu proses kerja yang harus
dikerjakan oleh tim-tim kerja atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam
proyek.
j. Pengendalian Langsung
Pengendalian mutu proyek bukanlah pekerjaan yang hanya dilakukan di belakang
meja. Tim pengendalian mutu juga turun langsung ke lapangan. Metode pengendalian
secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengerjaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Pengendalian langsung terhadap pelaksanaan sebuah
proyek dapat diatur dengan tata cara berikut ini.
l. Supervisi
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan satu tahapan pada
proyek telah berjalan sesuai dengan mekanisme atau pedoman yang telah
ditetapkan.
1. Stock Pile
Suatu penanganan agregat di Stock Pile yang kurang baik akan sangat
mempengaruhi perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan
pelaksanaan. Pada saat proses penumpukan, pemindahan agregat di Stock Pile
maka sering terjadi segregasi , dan terkontaminasinya agregat dengan
tanah/lumpur hal ini akan menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator
AMP mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas,
Untuk itu agar hal ini dapat di perlukan operato Loeder yang mempunyai
pengetahuan dan keahlian yang cukup, check list yang di perlukan untuk
pengendalian di Stock Pile meliputi :
- Kebersihan agregat proses di Stock Pile, terutama kebersihan pasir
- Agregat tidak mengalami segregasi.
- Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi
dengan tanah / lempung atau bahan lainnya.
2. AMP
AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch ( penakaran ),komponen-
komponen yang terdapat dalam AMP adalah :
a. Cold Bin.
Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus
dan pasir. Kontinuitas aliran material dari Cold Bin ini sangat
berpengaruhterhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu
pengendalian mutuyang ketat pada Cold Bin, check list yang diperlukan
meliputi :
- Gradasi agregat, perubahan gradasi biasa terjadi bilamana
perbedaan Quari atau supplier untuk itu setiap terjadi perubahan
quari atau supplier, dilakukan pembuatan JMF kembali.
- Kondisi dari tiap Cold Bin, pencampuran agregat antara bin
yang berdekatan dapat di cegah dengan membuat pemisah yang cukup
dan pengisian tidak berlebih.
- Kalibrasi bukaan Cold Bin.
- Bukaan Cold Bin, bukaan Cold Bin kadang-kadang tersumbat jika
agregat halus basah, agregat terkontaminasi tanah lempung atau
penghalang lainyang tidak umum seperti batu dan kayu.
- Kecepatan Conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang
material yang tidak perlu.
b. Dryer
Dari Cold Bin agregat di bawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :
- Menghilangkan kandungan air pada agregat, dan
- Memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan, check listyang
diperlukan meliputi :
Alat pengukur suhu
Pemeriksaan suhu pemanasan
Pemeriksaan kadar air secara tepat, yaitu dengan
menggunakancermin dan spatula, (ambil contoh secukupmya dan
lewatkan cermintersebut lalu amati kadar air yang menggembur
pada permukaan cerminatau spatula).
c. Hot Scren
Setelah agregat kering dan dipanaskan agregat diangkut dengan hot
elevator untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Saringan
pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang
oversize.
Umumnya pada proses penyaringan terjadi pelimpahan agregat, misalnya
yang semestinya masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II,
pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5% dan cenderung
konstan sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas produksi, akan
tetapi Prosentase tersebut dapat bertambah bila :
- Lubang saringan tertutup agregat, Kecepatan produksi di
tambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara
efisiensi opersai penyaringan tetap.
- Agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan
agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang
tidak semestinya.
- Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang
rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke hot bin yang tidak
semestinya.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan
gradasi dan kadar aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada
bagian ini adalah : Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan
kondisi saringan.
d. Hot Bins
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer
kurang baik ) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu )
akan menempel dan menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh
setelah cukup berat. Hal tersbut dapat menyebabkan perubahan kecil
pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No.
200 ( 0,075 mm ).
e. Weight Hopper
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu
pencapaian berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang
agregat tersebut dan melakukan pengecekan aliran material mulai dari
cold bin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan
terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi
akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai.
f. Pugmill
Dalam pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering
dan pencampuran basah ( setelah ditambah aspal ). Lamanya pencampuran
kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi
agregat, umumnya 1 atau 2 detik.
A
A
Inadequate Bunker Separation
A
A
A
Aggregate Feed Gates not Properly Set
A
A
A
A
Over-Rated Dryer Capacity
A
A
A
A
Dryer set Too Sleep
A
A
A
A
A
A
A
A
Improper Dyer Operation
A
A
A
A
A
A
A
Temp. Indicator Out of Adjustment
A
A
A
A
Aggregate Temperatur Too High
B
Worn Out Screens
B
B
B
B
Faulty Screen Operation
B
B
B
Bin Over lows Not Functioning
B
B
A
B
Leaky Bins
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Improper Weighing
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
Insufficient Asphalt
A
A
A
A
Faulty Sampling
Mix
Large
Truck
Truck
Truck
Check
Asphalt
Mixture
or Gray
Uniform
Weights
in Truck
Formula
Uncoated
Aggregate
on One side
Not Uniform
Mix Formula
Dull in Truck
Temperaturs
Job
Min. in Truck
Mixture Burned
Paving Mixtures
Difficult to Maintain
Appears
Mix
Mixture in Truck
Does Not Check Job
Encessive Fines in
Mixture Steams in
Mixture Fiallens in
Mixture Smokes in
Free Asphalt on
Aggregate
Free Dust on Min.
Not Check Batch
Truck Weights Do
Gradation Does Not
Producing Plant Mix
Types of Deficiencies
C V. N A R E N D R A K A R Y A
C V. N A R E N D R A K A R Y A
7-
18
C V. N A R E N D R A K A R Y A
B. PEKERJAAN DRAINASE
Pekerjaan Galian.
Kontraktor wajib memberi rambu-rambu dan batas bouwplank daerah yang akan
digali.
Galian manual dikerjakan oleh tenaga orang yang lengkapi dengan peralatan
penggalian tanah yang memadai. Kontraktor wajib menyediakan peralatan dan
fasilitas penggalian.
Lokasi buangan hasil galian supaya dikonsultasikan dengan pengawas dan direksi
pekerjaan.
Pasangan Batu dengan Mortar
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu belah untuk pondasi
bangunan, pondasi batu kosong serta seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Tim Teknis / Pengawas
Lapangan.
b. Persyaratan Bahan
a. Batu kali yang digunakan adalah batu gunung, berwarna kehitaman
dan harus batu belah/tidak bulat dan tidak porous serta tidak rapuh.
b. Semen, pasir dan air persyaratan lihat pekerjaan beton
c. Lapisan batu gunung yang digunakan : Jenis batu belah//batu gunung
d. Bahan Perekat : Adukan 1 Pc : 5 Pasir pasang.
c. Syarat Pelaksanaan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dan harus seijin Tim
Teknis / Pengawas Lapangan.
b. Pasangan batu belah disusun dengan bersilang, semua permukaan bagian
dalam harus terisi adukan perekat dan semua nat yang tebal diisi dengan
7-
19
C V. N A R E N D R A K A R Y A
kricak. Tinggi pemasangan tidak boleh lebih dari 0.5 m dalam satu hari.
Sisi samping pondasi harus diplester kasar sesuai adukan perekat
pondasinya.
c. Pemasangan batu harus sebaik–baiknya sehingga tidak terdapat rongga
tanpa terisi mortel, demikian pula tidak boleh saling berimpitan.
d. Pemasangan tegak bidang belakangnya yang akan tertimbun tanah
diberaben lebih dahulu.
e. Semuan pasangan batu yang tampak dari luar bidangnya harus rata
tampak rapi dan diplester dengan campuran 1 Pc : 5 Ps, kecuali ditentukan
lain.
f. Bila pekerjaan dihentikan karena hujan, maka pasangan baru harus
dilindungi/ditutup dengan baik.
g. Penyambungan pasangan yang terhenti, permukaan bidangnya harus
dibersihkan dulu dan disiram dengan air semen secukupnya.
h. Campuran spesi ditetapkan 1 Pc : 5 Ps kecuali pada bagian tertentu, yang
ditetapkan sesuai petunjuk direksi.
Beton K250 (fc 20)
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar,
baik untuk pekerjaan Struktur Bawah/Pondasi maupun Struktur Atas.
B. Peraturan-peraturan
- Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai Tata cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI-03-1726-
2002)
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1987.
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
- Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
- Peraturan Bangunan Nasional 1978.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04).
C. Keahlian dan Pertukangan
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab terhadap seluruh
pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan,
termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah,
harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran 1 PC :
7-
20
C V. N A R E N D R A K A R Y A
9. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran
dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai
untuk besi tersebut.
10. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak
sesuai dengan spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dengan site
setelah menerima instruksi tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
dalam waktu 2x24 jam atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
11. Untuk menjamin mutu besi beton, Tim Teknis / Konsultan Pengawas
mempunyai wewenang untuk juga meminta Penyedia Jasa Konstruksi
melakukan pengujian tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton dengan jumlah
3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing diameter atas biaya Penyedia
Jasa Konstruksi atau setiap saat apabila Tim Teknis / Konsultan Pengawas
mempunyai keraguan terhadap mutu besi beton yang dikirim.
e. Kualitas Beton
1. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah :
a. Beton mutu K-250 untuk beton Drainase
b. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
2. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman
pelaksanaan dilain tempat dan dengan mengadakan trial-mix dilaboraturium.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton
atau kubus beton, menurut ketentuan – ketentuan yang disebut dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
4. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji
per 5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan
tekanan beton karakteristiknya.
6. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
7. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus dilakukan
pengujian slump (slump test), dengan syarat minimum 8 cm dan maksimum 12
cm. Cara pengujian sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang
rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk- tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
8. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.
9. Slump Test dilakukan dibawah pengawasan Tim Teknis / Konsultan Pengawas
dan dicatat secara tertulis.
7-
23
C V. N A R E N D R A K A R Y A
E. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada dasarnya pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang harus dilakukan dengan
peraturan- peraturan yang disebutkan pada butir 2 pasal ini.
b. Syarat Khusus untuk Beton Ready Mix.
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat
dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan
Material Semen, Aggregat, air ataupun Admixture, Testing Beton, Slump
dan sebagainya.
2. Disyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier Beton
Ready Mix yang sudah terkenal mengenai stabilitas mutunya, kontinuitas
penyediaannya dan mempunyai/mengambil material-material dari tempat
tertentu yang tetap dan bermutu baik.
3. Selain mutu beton maka harus diperhatikan betul-betul tentang kontinuitas
pengadaan agar tidak terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.
4. Tim Teknis / Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton Ready Mix yang
sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran.
Usaha-usaha yang menghaluskan / menghancurkan Beton Ready Mix yang
sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.
5. Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready Mix yang sudah
berbentuk adukan sama sekali tidak diperkenankan, karena akan merusak
komposisi yang ada dan bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.
6. Untuk mencegah terjadi pengerasan/ penggumpalan beton sebelum dicorkan,
maka Penyedia Jasa Konstruksi harus merencanakan secermat mungkin
mengenai kapan Beton Ready Mix harus tiba di Lapangan dan berapa jumlah
volume yang dibutuhkan, termasuk didalamnya dengan memperhitungkan
kemungkinan macetnya transportasi dari/ke Lapangan.
7. Penyedia Jasa Konstruksi harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier
Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu dan
kontinuitas pengadaan dan jumlah / volume beton yang digunakan.
8. Walaupun demikian, untuk mengecek mutu beton yang dipakai maka baik
Penyedia Jasa Konstruksi maupun Supplier Beton Ready Mix masing-masing
harus membuat silinder atau kubus beton percobaan untuk di Test di
Laboratorium yang ditunjuk/disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis /
Konsultan Pengawas dan jumlah silinder atau kubus beton dibuat sesuai
dengan Peraturan Beton Indonesia.
9. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun
disupply oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab
sepenuhnya dari Penyedia Jasa Konstruksi.
10. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung
sejak dituangkannya air kecampuran beton kedalam truk ready mix di
plant/pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor,
tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala
akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko Penyedia Jasa
Konstruksi.
c. Adukan BetonYang Dibuat di tempat (Site Mixing)
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Semen diukur menurut berat.
7-
24
C V. N A R E N D R A K A R Y A
7-
26
C V. N A R E N D R A K A R Y A
7-
27
C V. N A R E N D R A K A R Y A
Baja Tulangan
UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh DireksiDetil
2) Penerbitan Pekerjaan.
Pelaksanaan
4) Standar Rujukan
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay
Dingin untuk Tulangan Beton.
SNI 03-6812-2002 : SpesifikasiAnyaman Kawat Baja Polos yang
Dilas Untuk Tulangan Beton.
SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.
AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for
Concrete Rein-forcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and
Railway Bridges.
5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam
SNI 03-6816- 2002.
7-
30
C V. N A R E N D R A K A R Y A
7-
31
C V. N A R E N D R A K A R Y A
7-
32
C V. N A R E N D R A K A R Y A
BAHAN
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang
sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
C. PEKERJAAN TANAH
a. Galian Biasa
Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir, dan
galian perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian biasa yang tidak
terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
7-
33
C V. N A R E N D R A K A R Y A
b. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di
atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement)
yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan pennanen.
c. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik
Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1 8) a) ii) dan iii), juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari
pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e. Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian hingga
membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur yang telah
selesai.
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pembersihan area yang akan pasang7 -lapis pondasi agregat. Apabila ada genangan
34
air, maka dikeringkan terlebih dahulu.
2. Agregat dihamparkan dan diratakan pada lokasi sesuai gambar dan kondisi
dilapangan.
3. Penghamparan dan perataan material tidak boleh dilakukan sewaktu turun hujan.
C V. N A R E N D R A K A R Y A
4. Penghamparan material memperhatikan ketentuan yaitu tebal padat maksimum
tidak boleh melebihi 20 cm. Apabila ketebalan pondasi agregat rencana melebihi
20 cm, maka penghamparan dilakukan per lapis (layer).
5. Pemadatan menggunakan alat Tandem Roller.
6. Pemadatan memperhatikan kadar air agregat yaitu 3% dibawah kadar air
maksimum dan 1% diatas kadar air optimum. Apabila terlalu kering, maka
dilakukan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup.
7-
35
C V. N A R E N D R A K A R Y A
b.
F. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pasangan Batu
Bahan :
Semen Portland Nusantara (Tiga Roda,Gresik,Holcim,dll)
Agregat halus ( Pasir Cepu) bersih, bebas dari bahan organis/lumpur
Air bersih, bebas dari bahan organis/lumpur
Batu belah hitam ex.Karesidenan Pati
Teknis Pelaksanaan :
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan
dengan batu yang akan dipasang.
Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasangterisi penuh.
Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukanyang baru.
Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
fondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan
batu yang berukuran sama.
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar denganmuka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang
batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pembersihan area yang akan pasang lapis pondasi agregat. Apabila ada genangan
air, maka dikeringkan terlebih dahulu.
2. Agregat dihamparkan dan diratakan pada lokasi sesuai gambar dan kondisi
7-
dilapangan. 36
3. Penghamparan dan perataan material tidak boleh dilakukan sewaktu turun hujan.
4. Penghamparan material memperhatikan ketentuan yaitu tebal padat maksimum
tidak boleh melebihi 20 cm. Apabila ketebalan pondasi agregat rencana melebihi
20 cm, maka penghamparan dilakukan per lapis (layer).
5. Pemadatan menggunakan alat Tandem Roller.
C V. N A R E N D R A K A R Y A
6. Pemadatan memperhatikan kadar air agregat yaitu 3% dibawah kadar air
maksimum dan 1% diatas kadar air optimum. Apabila terlalu kering, maka
dilakukan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup.
E. Penutup
Demikian Modul Penawaran Spesifikasi TeknisPeningkatan Jalan
Pekerjaan
Banjarsari - Tambahmulyo Kec. Gabus/Jakenan (DID) ini kami susun sebagai
acuan teknis selain gambar kerja dan RAB guna untuk menyelesaikan pekerjaan ini
dengan memperhatikan Kualitas dan Kuantitas Mutu yang sesuai dan hasil yang maksimal.
YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur
7-
37