Anda di halaman 1dari 37

SPESIFIKASI TEKNIS

PAKET PEKERJAAN

Peningkatan Jalan Banjarsari - Tambahmulyo Kec. Gabus/Jakenan

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

90 (sembilan puluh) hari kalender sejak SPMK

SUMBER ANGGARAN

APBD Kabupaten Pati Tahun Anggaran 2019


C V. N A R E N D R A K A R Y A
DAFTAR ISI

A. Lingkup pekerjaan
B. Daftar Spesifikasi Peralatan
C. Daftar Personil Inti
D. Spesifikasi Pekerjaan dan Bahan yang digunakan
E. Penutup

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

A. Spesifikasi Umum

1. Umum
1.1 Lingkup pekerjaan meliputi :
Ruang lingkup pekerjaan berupa Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo

1.2 Pembangunan yang dilaksanakan ialah :


A. UMUM
a. Mobilisasi
B. PEKERJAAN DRAINASE
a. Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
b. Pasangan Batu dengan Mortar
c. Beton K250 (fc 20) untuk struktur drainase beton minor
d. Baja Tulangan untuk struktur drainase beton minor
C. PEKERJAAN TANAH
a. Galian Biasa
b. Timbunan Biasa dari hasil galian
D. PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
E. PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL
a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
b. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)
F. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pasangan Batu
G. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A utk Pekerjaan Minor

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A
2. Lokasi Proyek
Pekerjaan ini dilaksanakan di Kecamatan Gabus/Jakenan.

3. Perijinan
Setelah pemborong ditunjuk, pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi yang berwenang, maka pemborong yang bersangkutan harus menyelesalkan perijinan
tersebut. Direksi dalam batas-batas kewenangannya akan membantu untuk menyiapkan surat-surat resminya tetapi segala biaya yang dikeluarkannya untuk
perijinan tersebut merupakan tanggung jawab pemborong. Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai jika ijin-ijin yang diperlukan belum diperoleh.
Apabila pada saat pelaksanaan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material
tersebut maka memerlukan perijinan dan biaya tambahan untuk hal tersebut dahulu yang harus dibicarakan dengan Direksi untuk mencari jalan keluarnya.

4. Pengujian
Penyedia jasa harus menyelenggarakan pengujian bahan untuk pengendalian mutu sesuai dengan spesifikasi dan menurut perintah Direksi.
Hasil semua pengujian termasuk pemeriksaan kualitas bahan di lapangan dan di desain campuran harus direkam dengan baik dan dilaporkan pada direksi, hal
tersebut untuk menjamin kualitas konstruksi. Semua biaya pengujian ditanggung oleh penyedia jasa.

5. Persyaratan Lain
a. Uraian menjamin kwalitas pekerjaan, ukuran - ukuran dan penampilan yang benar, penyedia jasa harus menyediakan staf teknik ahli yang cocok sebagaimana
yang ditentukan dan memuaskan direksi.
b. Penyedia jasa harus mempelajari gambar kontrak dan pengukuran serta mencocokan bersama-sama di lapangan dengan direksi.
c. Patok  peil ( BM ) dari bowplank ditentukan di lapangan bersama - sama direksi dan patok duga tersebut tidak boleh berubah selama pekerjaan berlangsung
dan jika terjadi revisi perubahan / koreksi atau penggantian ukuran dicatat dan disetujui oleh direksi.
d. Gambar rencana proyek merupakan bagian tak terpisah dari dokumen kontrak dan gambar-gambar tersebut adalah gambar yang paling akhir setelah diadakan
perubahan-perubahan dan merupakan patokan pelaksanaan pekerjaan.
e. Tidak dibenarkan penyedia jasa menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan tertentu antara gambar
rencana dan isi spesifikasi teknis ini.
f. Apabila ternyata terdapat kekurangan dalam hal yang meragukan, penyedia jasa diharuskan mengajukan secara tertulis, dan direksi akan mengoreksi dan
menjelaskan gambar tersebut untuk kelengkapan apa yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar
rencana akan ditentukan oleh direksi dan akan disampaikan pada penyedia jasa secara tertulis.
g. Penyedia jasa menyiapkan gambar kerja dan disimpan yang baik, dapat dibaca dan sudah mengalami revisi akhir yang menunjukan perbedaan antara gambar
rencana dan gambar kerja.
h. Ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran sebenarnya, jika tidak ada kesamaan ukuran dan gambar maka segera minta pertimbangan para ahli atau
direksi untuk menetapkan yang benar.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A
i. Jika diperlukan untuk melindungi bahan bangunan dari cuaca dan kerusakan dapat membuat gudang material.
j. Patok bouwplank / profil harus dibuat dengan kayu yang kokoh tidak goyah dan tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.

6. Pengendalian Lingkungan
a. Penyedia jasa harus menjamin penuh terhadap pengendalian pengaruh lingkungan yang berhubungan dengan polusi lingkungan dan perlindungan lahan serta
lintasan air disekitarnya.
b. Penyedia jasa tidak boleh menggunakan kendaraan yang memancarkan suara keras, berisik ( gaduh ) khususnya untuk daerah rawan, seperti dekat rumah sakit.
c. Untuk mencegah debu selama musim kering penyedia jasa harus melakukan penyiraman secara teratur. dan untuk kendaraan angkut yang mengeluarkan debu
harus menutupi dengan terpal.
d. Pengedropan material untuk pelaksanaan proyek, penyedia jasa harus mengatur sedemikian rupa sehingga, tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas dan pada
pelaksanaan kerja dipasang tanda papan rambu-rambu kerja yang dapat dipindah-pindahkan.

7. Standart Rujukan
a. Peraturan-peraturan dan standart yang dijadikan acuan dalam dokumen kontrak akan membentuk persyaratan kwalitas untuk berbagai jenis pekerjaan yang
harus dilaksanakan beserta cara-cara yang dipergunakan untuk pengujian yang memenuhi persyaratan ini.
b. Jaminan kualitas selama pengadaan bahan material, Penyedia jasa harus bertanggungjawab untuk semua pengujian bahan yang diperlukan dalam pekerjaan
bahwa bahan tersebut memenuhi persyaratan khusus.
c. Direksi teknik mempunyai wewenang untuk menolak semua bahan-bahan pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan tanpa konpensasi
penyedia jasa.
d. Standart-standart yang dipakai yang menjadi acuan namun tidak terbatas pada standart tersebut di bawah ini :
- S.S.I., ASTM, PUBI 1982, PBI 1971, PPBBI 1984, AASHTO, BS, MPBJ, AV 1941 dan PKKI 1961

8. Bahan dan Penyimpanannya


 Bahan yang digunakan harus memenuhi sbb :
a. Memenuhi standart dan spesifikasi yang dapat dipakai .
b. Untuk kekuatan bahan, ukuran, buatan, tipe dan kualitas harus seperti yang dicantumkan dalam gambar rencana, spesifikasi dan atau yang disetujui secara
tertulis oleh direksi teknik.
c. Semua produksi harus baru dan untuk bahan tanah urug, pasir agregat harus diperoleh dari suatu sumber yang disetujui.
 Penyedia jasa harus memberikan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan. Contoh tersebut harus disertai informasi lokasi sumber untuk mendapatkan
persetujuan direksi.
 Penumpukan bahan bangunan agregat di drop / ditumpuk terpisah. Sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi percampuran antara fraksi satu dengan yang
lain serta tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A
 Penyimpanan bahan aspal harus diatur dengan rapi dan terhindar dari kebocoran. ( tidak berserakan sepanjang jalan ).
 Semen PC dipakai dari portland yang memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Peraturan Semen Indonesia.
 Agregat harus batu hitam pecah mesin mutu keras bersifat kekal bersih tidak mengandung bahan yang merusakan, kwalitas beton agregat dalam segala hal
harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam PBI 1971.
 Air untuk adukan spasi / merawat beton harus air yang bersih tidak asin, bebas minyak, asam alkali dan bahan organik, sebaiknya air yang dipakai bersih
dapat diminum.
 Pasir yang digunakan pasir hitam terdiri dari butir-butir tajam dan keras yang mempunyai sifat kekal serta bersih dari bahan organik. Pasir tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 %, ukuran pasir harus memenuhi syarat :
 Sisa diatas ayakan 4 mm min 2 %.
 Sisa diatas ayakan 1 mm min 10 %.
 Sisa diatas ayakan 0,25 mm min 80 - 95 %.
 Batu bahan untuk slitlaag harus batu hitam terdiri dari agregat pokok, pengunci, dan agregat penutup yang bersih, keras, mempunyai bidang pecah bersudut
dan bersih dari lempung atau bahan organis lainnya.
 Pasir urug dapat menggunakan pasir lokal yang kwalitasnya baik tidak mengandung lumpur serta bahan organik lainnya.
 Sirtu harus berkwalitas baik yaitu sirtu yang diambil dari sungai dan diayak serta dicuci sehingga bahan tersebut bersih dari lumpur.
 Grosok sebagai bahan tabur penutup pekerjaan jalan aspal harus mempunyai butir yang sama yaitu maksimal 1 cm dan min 1/2 cm dan harus bersih dari segala
kotoran dan lumpur.
 Kapur harus mempunyai sifat mudah larut dalam air dengan tidak mengandung kerikil sisa tidak terbakar disetujui oleh direksi.

9. Pekerjaan Harian
Operasi pekerjaan harian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari bab-bab yang terkait pada spesifikasi ini yang menentukan penempatan
bahan, finishing pekerjaan-pekerjaan serta pengujian / test mutu pekerjaan, pemeliharaan pekerjaan.
Dalam hal ini pekerjaan yang diperlukan harus dilaksanakan atas dasar pekerjaan harian yang tidak ditentukan dimanapun pada spesifikasi ini, maka pekerjaan
harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan dan harus disetujui oleh direksi tehnis, semua pekerjaan harian tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya
penyedia jasa.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

B. Daftar Spesifikasi Peralatan

Tahun Lokasi Status


No Jenis Peralatan Jumlah Kapasitas Merk / Tipe Kondisi
pembuatan Sekarang Kepemilikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Concrete Mixer 1 Unit 0,3 m3 Mahkota Jaya 2016 Baik 100% Pati Kwitansi
2 Dump Truck 3 Unit 14 Ton Isuzu Elf 125 2017 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa
3 Motor Grader 1 Unit 100 HP Komatsu 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

4 Water Tank Truck 1 Unit 4000 L Isuzu 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

5 Excavator 1 Unit 132 Hp Caterpillar 1997 Baik 100% Pati Surat Perjanjian Sewa

6 Asphalt Sprayer 1 Unit 1000 ltr Banta 2010 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

7 Compressor 1 Unit 4000-6500 Ltr/Menit Air Man 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

8 Wheel Loader 1 Unit 1-1,6 m3 Luqing 2017 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

9 Tandem Roller 1 Unit 10 Ton Jin Ling 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

10 AMP 1 Unit 60 T/Jam AZP 1000 2014 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

11 Asphalt Finisher 1 Unit 60 T/Jam Sumitomo 1995 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

12 Pneumatic Tyre Roller 1 Unit 10 Ton Sakai TS 150 1994 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

13 Genset 1 Unit 135 Kva Nissan RE 2011 Baik 100% Kudus Surat Perjanjian Sewa

Pati, 14 Mei 2019


CV. BIMA KARYA

YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur
Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo
C V. N A R E N D R A K A R Y A

C. Daftar Personil Inti

Pengalaman
Jabatan dalam Profesi Sertifikat
No Nama Tgl/bln/thn lahir Pendidikan kerja
Proyek Keahlian /Ijazah
(tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8
SKT Pelaksana
No. Reg: 2.2.028.2.158.31.4088974
1 Suhartono 26/08/1996 SMK Pelaksana Jalan 3 Tahun Lapangan Pekerjaan
No Ijazah: DN-03 Mk 0001303
Jalan
SKT Tukang Pasang
Pelaksana Tukang Batu/ Stone (Rubble) No. Reg: 2.1.005.1.158.31.4083849
2 Nur Nadzif 20/06/1994 SMK 3 Tahun
Batu Mason (Tukang No. Ijazah: DN-03 Mk 0000817
Bangunan Umum)

SKA Ahli K3 No Reg: 1.6.603.3.148.04.1869683


3 Yoni Rudiyanto, A.Md 01/04/1970 D III Petugas K3 2 Tahun
Konstruksi Thn: 2007 No Ijazah: 000753/TS.3

Pati, 14 Mei 2019


CV. BIMA KARYA

YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

D. Spesifikasi Teknis Pelaksanaan Pekerjaan dan Bahan yang digunakan

A. UMUM
a. Pengukuran
Pekerjaan pengukuran terbagi dalam tiga tahap, yaitu :
 Pengukuran awal
 Pengukuran sebelum pelaksanaan
 Pengukuran akhir

Untuk pengukuran awal segera dilakukan kontraktor setelah mendapatkan SPMK.


Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengukuran awal ini, yaitu :
 Penentuan pedoman elevasi yang diambil dari titik tertentu (BM) sesuai
dengan
 petunjuk dari pengawas/direksi.
 Penentuan posisi as jalan (center line/CL).
 Penentuan kemiringan jalan (slope) dari center line.

b. Mobilisasi
 Mobilisasi meliputi pekerjaan persiapan yang diperlukan untuk persiapan
pengelolaan pekerjaan / penyelesaian pekerjaan.
 Penyedia jasa harus mengerahkan pekerja yang cukup dan terlatih.
 Penyedia jasa harus menggunakan kendaraan yang kapasitas angkut sesuai kelas
jalan, untuk menghindari kerusakan jalan dan bertanggung jawab atas kerusakan
pada jalan / jembatan yang digunakan angkutan proyek tersebut serta mendapat
persetujuan direksi.
 Mobilisasi alat berat dari dan menuju lokasi pekerjaan harus menghindari
kerusakan jalan.
 Penyedia jasa harus menyiapkan lapangan / lahan untuk kegiatan pelaksanaan
proyek harus memenuhi sbb :
- Memahami persyaratan peraturan pemerintah / direksi.
- Mengadakan konsultasi dengan direksi untuk pembuatan lokasi kantor
Direksi.
- Mencegah suatu polusi terhadap lingkungan, sebagai akibat dari operasi
pelaksanaan.
 Mobilisasi mencakup setelah selesai pekerjaan, yang meliputi pembongkaran
semua instalasi plant, serta bahan yang ada.
 Mobilisasi dilakukan sesegera mungkin setelah penandatanganan kontrak, agar
pekerjaan dilapangan dapat segera dilakukan mengingat bahwa waktu pelaksanaan
yang amat terbatas dan ketergantungan pelaksanaan pekerjaan pada peralatan.
Pekerjaan mobilisasi meliputi :
a. Sewa lahan yang diperlukan untuk base camp kontraktor (kantor lapangan,
gudang, mess pekerja, dan lain-lain).
b. Mobilisasi staff dan tenaga kerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak.
c. Mobilisasi peralatan yang digunakan di lapangan. Adapun daftar peralatan
sebagai berikut:

Peralatan minimal yang harus dimobilisasikan oleh kontraktor untuk keperluan


pekerjaan pembangunan Peningkatan Jalan Banjarsari - Tambahmulyo Kec.
Gabus/Jakenan (DID) ini diantaranya sebagai berikut :
 Satu unit Stamper
 Satu Unit Walles
 Satu Unit Dump Truck
 Satu Unit Pompa Air

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A
 Alat pemadatan tanah bekas galian/Stamper jika diperlukan
 Peralatan serta perlengkapan lainnya yang dianggap perlu oleh kontraktor
dikaitkan dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Setelah selesai pekerjaan, peralatan kerja dan perlengkapan lainnya dikeluarkan


(demobilisasi) lagi oleh kontraktor dari lokasi proyek. Demobilisasi peralatan dan
perlengkapan dari lokasi pekerjaan diketahui dan mendapat ijin tertulis dari
pengawas.

c. Pembersihan lokasi
1. Bangunan yang tidak terkait dengan pembangunan yang berada di lokasi harus
dibongkar terlebih dahulu.
2. Lahan lokasi yang direncanakan harus dibersihkan/dibereskan dari segala hal
yang akan mengganggu kelancaran pekerjaan dan atau mempengaruhi kualitas
pekerjaan, sesuai arahan pihak Direksi.
3. Sebelum pekerjaan galian tanah dilaksanakan maka permukaan tanah harus
diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian/ kedalaman galian/timbunan tanah
yang direncanakan.
4. Benda-benda / barang yang berada di atas lahan yang akan dibangun adalah
milik pemberi tugas. Segala yang mengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai
akibat pelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab penuh pihak
pelaksana.

d. Papan Nama Kegiatan

Pemborong harus menyediakan dan mengusahakan papan petunjuk yang berisikan :


 Untuk panjang dan lebar papan nama 100 cm x 60 cm.
 Dicantumkan Nama Paket Pekerjaan,
 Lokasi Pekerjaan, Sumber Dana, Nilai kontrak, Jangka waktu pelaksanaan,
Pemberi Tugas, dan Penyedia Jasa.

e. Administrasi dan Dokumentasi Proyek

Yaitu Laporan rutin secara berkala Serta diketahui oleh Koordinator Pengawas
Lapangan sesuai form yang telah ditentukan oleh Direksi. Pelaporan tersebut diatas
dapat diketahui sebagai penilaian prestasi yang didapat Atas dasar pekerjaan yang
telah diselesaikan. Adapun Administrasi meliputi :
 Laporan Harian, diketahui oleh Pengawas Lapangan
 Laporan Mingguan, diperiksa Koordinator Pengawas
 Laporan Bulanan, diketahui dan diperiksa Koordinator Pengawas
 Laporan tersebut berisi tentang jumlah tenaga kerja, material, peralatan yang
dipakai, data cuaca dilokasi proyek, foto dokumentasi proyek dan progres
pekerjaan.
 Selain laporan rutin diatas, laporan pengujian terhadap material dan pekerjaan
juga harus terdokumentasi dengan baik.

1. Foto Dokumentasi berwarna sebagai laporan visual pelaksanaan pekerjaan disusun


dalam album laporan visual (fisik 0%, 50 %, 100%). Pengambilan foto dokumentasi
pekerjaan diambil pada satu titik pengambilan sehingga dapat diketahui kondisi
sebelum, pada waktu, serta sesudah pekerjaan dilaksanakan.pelaksanaan
pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan:
 Tahap Awal, sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan 0 %
 Tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
 Tahap selesai pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 100 %

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

2. Shop Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid dan dibukukan serta berisi :
 Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada
 Dimensi dari masing-masing bangunan
 Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan
 Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan

3. As Built Drawing di buat sesuai dengan gambar jadi pekerjaan di lapangan.


Gambar yang telah selesai tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk diperiksa dan disetujui selanjutnya diserahkan kepada Pemberi Tugas guna
mendapatkan pengesahan.

f. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


 Manajemen lalu lintas akan dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya
meminimalis kecelakaan dan mengutamakan keselamatan lalu lintas manajemen
lalu lintas ini meliputi :
 Rambu dan marka akan terpasang dengan baik
 Mengengendalian arus lalu lintas dengan menaruh petugas pengatur lalu lintas
disetiap titik pelaksanaan pekerjaan

g. Manajemen Mutu

Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam


prosesproduksi baik SDM, material, peralatan, proses, sarana kerja dan
subkontraktor.

 SDM
Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalamansejenisPengarahan,
pembinaan Monitor dan pelaporan

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

 Material
Pengujian sample bahan ,Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang
memadai ,Pemilihan supplier Jadwal kebutuhan material ,Cara penyimpanan ,Cara
handling ,Monitor dan pelaporan.

 Peralatan
Pemilihan jenis alat yang sesuai, Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran,
timbangan), Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai ,
Pemilihan supplier alat yang baik, Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman,
Jadwal kebutuhan alat, Penyediaan bahan bakar, Penyediaan suku cadang, Control
service, Monitor dan pelaporan.

 Proses
Trial mix, trial embankment, job mix, Peralatan yang sesuai, Kompososi yang sesuai,
Standar proses, Metode Pelaksanaan, Cek hasil, Monitor dan pelaporan

 Subkontraktor
Seleksi, Pengawasan dan pengarahan

h. Time Schedule
Pembuatan Schedule kerja berdasarkan asumsi, logika yang benar dan berdasarkan
data-data yang ada pada saat ini.

Ada pun metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan mutu suatu proyek bisa
disesuaikan dengan jenis proyek dan kualitas yang diinginkan. Secara umum, ada 3
metode yang sering dipakai dalam pengendalian mutu suatu proyek.

1. Pemeriksaan dan Pengkajian


Pemeriksaan dan pengkajian dilakukan terhadap gambar konstruksi proyek,
rancangan pembelian peralatan dan perlengkapan, model proyek, dan perhitungan
desain.

2. Inspeksi dan Pemeriksaan Peralatan


Melakukan pemeriksaan dan melakukan uji coba untuk memastikan peralatan-
peralatan yang digunakan dalam proyek bisa berfungsi dengan baik. Pemeriksaan
bisa dilakukan saat peralatan baru saja diterima dari hasil pembelian.
Pemeriksaan juga perlu dilakukan ketika instalasi peralatan sedang dikerjakan
dan setelah instalasi selesai.

3. Melakukan Pengujian Dengan Sampling


Pengujian dengan sampling dapat dilakukan untuk memastikan kualitas material
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian dengan sampling perlu
dilakukan dengan berpegang pada beberapa prinsip yakni tepat waktu, efektif
dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pengujian sampling harus dilakukan tepat waktu supaya hasilnya bisa
dimanfaatkan dengan maksimal untuk memberikan masukan-masukan bagi
perbaikan kualitas proyek, khususnya pada bagian-bagian yang belum
menyelesaikan pekerjaannya pada tahapan tertentu. Pengujian sampling harus
dikerjakan dengan efektif dan efisien baik dari metode maupun instrumen yang
digunakan supaya bisa mencapai titik-titik penting yang dapat memberikan
gambaran umum pencapaian pelaksanaan proyek. Pengujian sampling tersebut
harus bisa dipertanggungjawabkan secara jujur dan objektif, karena itu harus
jelas pula metode yang digunakan, titik uji sampling yang diambil dan sasaran uji
sampling.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

i. Dokumen-Dokumen Untuk Pengendalian Mutu


Dalam melaksanakan pekerjaan pengendalian mutu proyek dibutuhkan beberapa
dokumen penting. Dokumen-dokumen ini menjadi acuan pengerjaan proyek sehingga
pelaksanaan proyek dan hasil akhirnya sesuai dengan perencanaan. Adapun dokumen-
dokumen tersebut meliputi :

 Gambar kerja
Gambar kerja adalah gambar acuan yang dipakai untuk mewujudkan ide
rancangan ke dalam bentuk fisik. Oleh karena itulah, setiap pihak yang terlibat
dalam proyek harus bisa memahami gambar kerja yang telah dibuat. Gambar
kerja yang benar-benar akurat dan detail akan sangat membantu mewujudkan
sebuah proyek dengan tepat.
Gambar kerja yang dibuat oleh seorang arsitek dilengkapi pula dengan
spesifikasi dan syarat teknik pengerjaan proyek yang lengkap, jelas dan teratur
serta perkiraan biaya proyek dan perhitungan kuantitas proyek. Jika gambar
kerja sudah diperiksa dan disetujui, barulah gambar kerja ini bisa digunakan
dalam pengerjaan sebuah proyek.

 Rencana mutu kontrak


Dokumen ini merupakan pedoman jaminan mutu dalam pelaksanaan sebuah
proyek. Dokumen ini digunakan untuk memastikan bahwa hasil akhir proyek
sesuai dengan syarat-syarat teknis yang dicantumkan dan telah disepakati di
dalam kontrak. Dokumen Rencana Mutu Kontrak atau RMK memang secara
khusus dibuat untuk menentukan arah pengendalian proses pelaksaaan proyek
sehingga didapat proyek yang berkualitas sesuai dengan harapan.

 Dokumen administrasi
Memang ada begitu banyak dokumen administrasi yang menyertai sebuah
proyek. Khususnya untuk pengendalian mutu proyek, dokumen yang dibutuhkan
antara lain hasil uji lapangan, request work dan catatan-catatan.

 Instruksi teknis
Dokumen ini disusun untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengerjaan
suatu proyek. Dokumen ini berisi petunjuk suatu proses kerja yang harus
dikerjakan oleh tim-tim kerja atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam
proyek.

j. Pengendalian Langsung
Pengendalian mutu proyek bukanlah pekerjaan yang hanya dilakukan di belakang
meja. Tim pengendalian mutu juga turun langsung ke lapangan. Metode pengendalian
secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengerjaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Pengendalian langsung terhadap pelaksanaan sebuah
proyek dapat diatur dengan tata cara berikut ini.

k. Pemantauan atau monitoring


Kegiatan pemantauan dilakukan dengan kunjungan ke masing-masing bagian proyek.
Kunjungan ini untuk melakukan sampling pengendalian mutu tentang pelaksanaan
proyek, penyiapan peralatan dan media yang dibutuhkan, serta penggunaan anggaran
biaya yang telah ditetapkan.

l. Supervisi
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan satu tahapan pada
proyek telah berjalan sesuai dengan mekanisme atau pedoman yang telah
ditetapkan.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

m. Penguatan kapasitas pengerjaan


Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong tingkatan pencapaian pekerjaan
berdasarkan batasan-batasan waktu yang telah disepakati. Selain itu, kegiatan
penguatan kapasitas ini juga dilakukan untuk mendorong meningkatnya kinerja sesuai
dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing bagian pada pengerjaan
proyek.

n. Pengendalian Mutu di Base Camp


1. Laboratorium.
Semua peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus di cek kesesuaiannya
dengan persyaratan yang dipakai, dan prosedur-prosedur pengujianyang
digunakan seperti SNI, AASHTO, ASTM dan lainnya yang ada dalamkontrak
harus tersedia di laboratorium dan di aplikasikan secara benar, hal lainyang perlu
diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara berkala.Dalam hal pengujian maka
yang perlu diamati adalah metode pengujiancontoh, jumlah contoh, frekuensi dan
metode pengujian harus sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi.

1. Stock Pile
Suatu penanganan agregat di Stock Pile yang kurang baik akan sangat
mempengaruhi perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan
pelaksanaan. Pada saat proses penumpukan, pemindahan agregat di Stock Pile
maka sering terjadi segregasi , dan terkontaminasinya agregat dengan
tanah/lumpur hal ini akan menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator
AMP mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas,
Untuk itu agar hal ini dapat di perlukan operato Loeder yang mempunyai
pengetahuan dan keahlian yang cukup, check list yang di perlukan untuk
pengendalian di Stock Pile meliputi :
- Kebersihan agregat proses di Stock Pile, terutama kebersihan pasir
- Agregat tidak mengalami segregasi.
- Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi
dengan tanah / lempung atau bahan lainnya.

2. AMP
AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch ( penakaran ),komponen-
komponen yang terdapat dalam AMP adalah :

a. Cold Bin.
Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus
dan pasir. Kontinuitas aliran material dari Cold Bin ini sangat
berpengaruhterhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu
pengendalian mutuyang ketat pada Cold Bin, check list yang diperlukan
meliputi :
- Gradasi agregat, perubahan gradasi biasa terjadi bilamana
perbedaan Quari atau supplier untuk itu setiap terjadi perubahan
quari atau supplier, dilakukan pembuatan JMF kembali.
- Kondisi dari tiap Cold Bin, pencampuran agregat antara bin
yang berdekatan dapat di cegah dengan membuat pemisah yang cukup
dan pengisian tidak berlebih.
- Kalibrasi bukaan Cold Bin.
- Bukaan Cold Bin, bukaan Cold Bin kadang-kadang tersumbat jika
agregat halus basah, agregat terkontaminasi tanah lempung atau
penghalang lainyang tidak umum seperti batu dan kayu.
- Kecepatan Conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang
material yang tidak perlu.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

b. Dryer
Dari Cold Bin agregat di bawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :
- Menghilangkan kandungan air pada agregat, dan
- Memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan, check listyang
diperlukan meliputi :
 Alat pengukur suhu
 Pemeriksaan suhu pemanasan
 Pemeriksaan kadar air secara tepat, yaitu dengan
menggunakancermin dan spatula, (ambil contoh secukupmya dan
lewatkan cermintersebut lalu amati kadar air yang menggembur
pada permukaan cerminatau spatula).
c. Hot Scren
Setelah agregat kering dan dipanaskan agregat diangkut dengan hot
elevator untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Saringan
pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang
oversize.
Umumnya pada proses penyaringan terjadi pelimpahan agregat, misalnya
yang semestinya masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II,
pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5% dan cenderung
konstan sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas produksi, akan
tetapi Prosentase tersebut dapat bertambah bila :
- Lubang saringan tertutup agregat, Kecepatan produksi di
tambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara
efisiensi opersai penyaringan tetap.
- Agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan
agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang
tidak semestinya.
- Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang
rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke hot bin yang tidak
semestinya.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan
gradasi dan kadar aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada
bagian ini adalah : Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan
kondisi saringan.
d. Hot Bins
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer
kurang baik ) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu )
akan menempel dan menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh
setelah cukup berat. Hal tersbut dapat menyebabkan perubahan kecil
pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No.
200 ( 0,075 mm ).
e. Weight Hopper
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu
pencapaian berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang
agregat tersebut dan melakukan pengecekan aliran material mulai dari
cold bin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan
terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi
akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai.

Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :


 Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal.
 Weigh box tergantung bebas
 Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


C V. N A R E N D R A K A R Y A

f. Pugmill
Dalam pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering
dan pencampuran basah ( setelah ditambah aspal ). Lamanya pencampuran
kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi
agregat, umumnya 1 atau 2 detik.

Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari


degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar ( tertahan saringan No. 4 )
telah terselimuti aspal maka pencampuran basah dihentikan, karena dapat
dipastikan agregat halus juga telah terselimuti aspal ( ASTM D 2489,
derajat penyelimutan aspal dilihat dari agregat yang tertahan No. 4 ).
Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik. Check list yang
dilakukan pada bagian ini adalah :
- Temperatur aspal ( pada tangki aspal )
- Lamanya pencampuran
- Tampak visual campuran yang keluar dari pugmill. Apakah campuran
merata, terselimuti aspal, aspal menggumpal, atau pugmill bocor.

3. Pemeriksaan Hasil Produksi Campuran Aspal Panas


Pemeriksaan terhadap hasil produksi sangan diperlukan untuk mengetahui
secara dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat
diperbaiki dengan segera. Penyimpangan dan penyebabnya dipresentasikan
pada table 1.

Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo


A
A
A
A
Aggregates too wet

A
A
Inadequate Bunker Separation

A
A
A
Aggregate Feed Gates not Properly Set

A
A
A
A
Over-Rated Dryer Capacity

A
A
A
A
Dryer set Too Sleep

A
A
A
A
A
A
A
A
Improper Dyer Operation

A
A
A
A
A
A
A
Temp. Indicator Out of Adjustment

A
A
A
A
Aggregate Temperatur Too High

B
Worn Out Screens

B
B
B
B
Faulty Screen Operation

B
B
B
Bin Over lows Not Functioning

B
B

A
B

Leaky Bins

A
A
A

Segregation of Aggregate in Bins

A
A
A

Carryover in Bins Due to Overloading Screens

B
B
B
B
B
B
B

Aggregate Scales Out of Adjustment

B
B
B
B
B
B
B

Improper Weighing

B
B
B
B

Feed of Mineral Filler Not Uniform

A
A
A
A

B Insufficient Aggregates in Hot Bins


B
B

Improper Weighing Sequences

A
A
A
A

Insufficient Asphalt

A
A
A
A

A Too Much Asphalt


A
A
A
A
A
A

Faulty Distribution of Asphalt to Aggregates


B
B
B
B
B
B
B

Asphalt Scales Out of Adjustment


C
C
C
C
C
C
C

Asphalt Meter Out of Adjustment


B
B
B
B
B
B
B
B
B
B

Undersize or Oversize Batch


B
B
B
B
B

Mixing Time Not Proper


Spesifikasi Teknis Peningkatan Jalan Blaru - Dadirejo Kec. Margorejo
B
B
B
B
B
B

Improperly Set or Worn Paddles


B
B
B

Faulty Dump Gate


C
C
C
C
C
C
C
C
C

Asphalt and Aggregate Feed Not Synchronized


B
B
B

Occasional Dust Snake down in Bins


A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A

Irregular Plant Operation


A
A
A

Faulty Sampling
Mix

Large

Truck
Truck
Truck
Check
Asphalt

Mixture
or Gray
Uniform

Weights

in Truck
Formula

Uncoated
Aggregate

on One side
Not Uniform
Mix Formula

Dull in Truck
Temperaturs
Job

Min. in Truck

Mixture Burned

Mixture Too Fat


That May Be
Encountered in

Paving Mixtures

Difficult to Maintain

Appears
Mix

Mixture in Truck
Does Not Check Job

Encessive Fines in

Mixture Steams in
Mixture Fiallens in

Mixture Smokes in
Free Asphalt on

Mixture Too Brown


Mixture in Truck Fat
Content

Aggregate
Free Dust on Min.
Not Check Batch
Truck Weights Do
Gradation Does Not
Producing Plant Mix
Types of Deficiencies
C V. N A R E N D R A K A R Y A
C V. N A R E N D R A K A R Y A

Pemeriksaan temperatur merupakan hal penting pada setiap proses


produksi campuran panas. Dengan cara visual temperatur campuran
panas dapat diamati di atas dump truck. Jika berasap biru berarti
terjadi overheating ( terlalu panas ), dan jika menggumpal atau tidak
uniform berarti underheating ( kurang panas ).
Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan
dengan alat juga harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :
Pemeriksaan temperatur diatas dump truck.
Pengambilan sample untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran (
ekstraksi, analisa saringan, Marshall, kepadatan, dll ). Umumnya
pemeriksaan tersebut dilakukan tiap 200 ton produksi atau minimum
1 kali dalam satu hari.

4. Check List di Base Camp


Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal utama yang perlu
dicek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di Base Camp adalah
sebagai berikut :
a. Laboratorium
- Kalibrasi alat
- Kesesuaian dimensi dan persyaratan alat
- Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian
b. Stockpile
- Kebersihan agregat
- Segragasi dan degradasi
- Perubahan gradasi karena quari atau suplier berubah
- Mineral filler dijaga tetap kering
c. Cold Bin
- Kalibrasi bukaan cold bin
- Kelengkapan cold bin, seperti penggetar untuk tipe
vibratory
- Pemisah antar cold bin agar agregat tidak bercampur (
degradasi )
- Kontinuitas aliran material
d. Dryer, screen, hot bins, weigh hopper, pugmill, tangki aspal
- Kalibrasi pengukur suhu pada dryer, tangki aspal, dan
pencampur
- Kalibrasi timbangan agregat dan aspal
- Kotak penimbang ( weigh box ) tergantung bebas
- Kebersihan dan kondisi saringan
- Pemeriksaan temperatur di dryer, tangki aspal dan
pencampur
- Pemeriksaan kadar air agregat setelah dipanaskan (
terutama musim hujan )
- Kontrol penimbang agregat dan aspal
- Lama pencampuran
- Pengamatan visual terhadap hot mix di atas dump truck

7-
18
C V. N A R E N D R A K A R Y A

e. Pemeriksaan rutin harian


Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian

5. Sistem Jaminan Mutu di Base Camp


Untuk menjamin mutu hot-mix yang keluar dari Base Camp telah
sesuai dengan persyaratan maka paling sedikit dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
 Tersedianya dokumen kontrak, prosedur pengujian dengan form-
formnya.
 Sertifikat kalibrasi dan masa berlakunya
 Check list pengendalian mutu di Base Camp (seperti sub bab
2.5). Diisi oleh teknisi, di periksa oleh atasannya (engineer) dan
disahkan oleh owner. Check list yang telah diisi disimpan sebagai
bahan masukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pembayaran.
 Hasil-hasil pengujian harian yang telah ditandatangani ketiga
pihak.
 Penyimpanan dan penandaan / identifikasi contoh uji.
 Site instruction dan memo / surat teguran.
 Risalah – risalah rapat

B. PEKERJAAN DRAINASE
 Pekerjaan Galian.
 Kontraktor wajib memberi rambu-rambu dan batas bouwplank daerah yang akan
digali.
 Galian manual dikerjakan oleh tenaga orang yang lengkapi dengan peralatan
penggalian tanah yang memadai. Kontraktor wajib menyediakan peralatan dan
fasilitas penggalian.
 Lokasi buangan hasil galian supaya dikonsultasikan dengan pengawas dan direksi
pekerjaan.
 Pasangan Batu dengan Mortar
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu belah untuk pondasi
bangunan, pondasi batu kosong serta seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Tim Teknis / Pengawas
Lapangan.
b. Persyaratan Bahan
a. Batu kali yang digunakan adalah batu gunung, berwarna kehitaman
dan harus batu belah/tidak bulat dan tidak porous serta tidak rapuh.
b. Semen, pasir dan air persyaratan lihat pekerjaan beton
c. Lapisan batu gunung yang digunakan : Jenis batu belah//batu gunung
d. Bahan Perekat : Adukan 1 Pc : 5 Pasir pasang.
c. Syarat Pelaksanaan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dan harus seijin Tim
Teknis / Pengawas Lapangan.
b. Pasangan batu belah disusun dengan bersilang, semua permukaan bagian
dalam harus terisi adukan perekat dan semua nat yang tebal diisi dengan
7-
19
C V. N A R E N D R A K A R Y A

kricak. Tinggi pemasangan tidak boleh lebih dari 0.5 m dalam satu hari.
Sisi samping pondasi harus diplester kasar sesuai adukan perekat
pondasinya.
c. Pemasangan batu harus sebaik–baiknya sehingga tidak terdapat rongga
tanpa terisi mortel, demikian pula tidak boleh saling berimpitan.
d. Pemasangan tegak bidang belakangnya yang akan tertimbun tanah
diberaben lebih dahulu.
e. Semuan pasangan batu yang tampak dari luar bidangnya harus rata
tampak rapi dan diplester dengan campuran 1 Pc : 5 Ps, kecuali ditentukan
lain.
f. Bila pekerjaan dihentikan karena hujan, maka pasangan baru harus
dilindungi/ditutup dengan baik.
g. Penyambungan pasangan yang terhenti, permukaan bidangnya harus
dibersihkan dulu dan disiram dengan air semen secukupnya.
h. Campuran spesi ditetapkan 1 Pc : 5 Ps kecuali pada bagian tertentu, yang
ditetapkan sesuai petunjuk direksi.
 Beton K250 (fc 20)
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar,
baik untuk pekerjaan Struktur Bawah/Pondasi maupun Struktur Atas.
B. Peraturan-peraturan
- Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai Tata cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI-03-1726-
2002)
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1987.
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
- Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
- Peraturan Bangunan Nasional 1978.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04).
C. Keahlian dan Pertukangan
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab terhadap seluruh
pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan,
termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah,
harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran 1 PC :

7-
20
C V. N A R E N D R A K A R Y A

3 pasir : 5 split setebal minimum 5 cm atau seperti tercantum pada gambar


pelaksana.
c. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
d. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan
gambar dan spesifikasi struktur.
e. Apabila Tim Teknis/ Konsultan Pengawas memandang perlu, untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus Penyedia Jasa
Konstruksi harus meminta nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Tim Teknis /
Konsultan Pengawas atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
D. Persyaratan Bahan
a. Semen.
1. Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang memenuhi
syarat-syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini
butir 2. dan mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang
disetujui secara tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
2. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk
suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim
dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.
3. Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus
diterima dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup
rapat, dan harus disimpan digudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan
pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak
semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau
maximum 10 zak. Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan,
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai membatu, dapat ditolak
penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2x24 jam atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
b. Aggregat (Aggregates).
1. Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat- syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum
pada pasal ini butir 2. dan bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur
dengan tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya).
2. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 25 mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan tertulis Tim
Teknis / Konsultan Pengawas. Gradasi dari agregat-agregat tersebut
secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang
diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan
air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
3. Tim Teknis / Konsultan Pengawas harus meminta kepada Penyedia Jasa
Konstruksi untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut
dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Tim Teknis / Konsultan
7-
21
C V. N A R E N D R A K A R Y A

Pengawas, setiap saat di laboratorium yang disetujui Tim Teknis /


Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
4. Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka
Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memberitahukan secara
tertulis kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
5. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
1. Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali),
tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton
Indonesia serta uji terlebih dahulu oleh Laboraturium yang disetujui
secara tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
2. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan
untuk dipakai.
d. Besi Beton ( Steel Bar ).
1. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan
bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan
Peraturan Beton Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
2. Kecuali bila ditentukan lain di dalam gambar maka mutu besi beton yang
digunakan adalah : ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos ) > ø12mm : BJTD
U-39 ( Tulangan Ulir )
3. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan
diatas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Besi beton
harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
mencampur adukan bermacam- macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
4. Sebelum mengadakan pemesanan Penyedia Jasa Konstruksi harus
mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan
petunjuk-petunjk dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
5. Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Tim Teknis / Konsultan
Pengawas, berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan,
yang diameternya sama dan panjangnya ± 100 cm. Percobaan mutu besi beton
juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
6. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang
bersangkutan tidak sah.
7. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
8. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang
semacam itu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana Struktur.
7-
22
C V. N A R E N D R A K A R Y A

9. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran
dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai
untuk besi tersebut.
10. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak
sesuai dengan spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dengan site
setelah menerima instruksi tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
dalam waktu 2x24 jam atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
11. Untuk menjamin mutu besi beton, Tim Teknis / Konsultan Pengawas
mempunyai wewenang untuk juga meminta Penyedia Jasa Konstruksi
melakukan pengujian tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton dengan jumlah
3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing diameter atas biaya Penyedia
Jasa Konstruksi atau setiap saat apabila Tim Teknis / Konsultan Pengawas
mempunyai keraguan terhadap mutu besi beton yang dikirim.
e. Kualitas Beton
1. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah :
a. Beton mutu K-250 untuk beton Drainase
b. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
2. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman
pelaksanaan dilain tempat dan dengan mengadakan trial-mix dilaboraturium.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton
atau kubus beton, menurut ketentuan – ketentuan yang disebut dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
4. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji
per 5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan
tekanan beton karakteristiknya.
6. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
7. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus dilakukan
pengujian slump (slump test), dengan syarat minimum 8 cm dan maksimum 12
cm. Cara pengujian sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang
rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk- tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
8. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.
9. Slump Test dilakukan dibawah pengawasan Tim Teknis / Konsultan Pengawas
dan dicatat secara tertulis.
7-
23
C V. N A R E N D R A K A R Y A

E. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada dasarnya pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang harus dilakukan dengan
peraturan- peraturan yang disebutkan pada butir 2 pasal ini.
b. Syarat Khusus untuk Beton Ready Mix.
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat
dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan
Material Semen, Aggregat, air ataupun Admixture, Testing Beton, Slump
dan sebagainya.
2. Disyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier Beton
Ready Mix yang sudah terkenal mengenai stabilitas mutunya, kontinuitas
penyediaannya dan mempunyai/mengambil material-material dari tempat
tertentu yang tetap dan bermutu baik.
3. Selain mutu beton maka harus diperhatikan betul-betul tentang kontinuitas
pengadaan agar tidak terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.
4. Tim Teknis / Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton Ready Mix yang
sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran.
Usaha-usaha yang menghaluskan / menghancurkan Beton Ready Mix yang
sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.
5. Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready Mix yang sudah
berbentuk adukan sama sekali tidak diperkenankan, karena akan merusak
komposisi yang ada dan bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.
6. Untuk mencegah terjadi pengerasan/ penggumpalan beton sebelum dicorkan,
maka Penyedia Jasa Konstruksi harus merencanakan secermat mungkin
mengenai kapan Beton Ready Mix harus tiba di Lapangan dan berapa jumlah
volume yang dibutuhkan, termasuk didalamnya dengan memperhitungkan
kemungkinan macetnya transportasi dari/ke Lapangan.
7. Penyedia Jasa Konstruksi harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier
Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu dan
kontinuitas pengadaan dan jumlah / volume beton yang digunakan.
8. Walaupun demikian, untuk mengecek mutu beton yang dipakai maka baik
Penyedia Jasa Konstruksi maupun Supplier Beton Ready Mix masing-masing
harus membuat silinder atau kubus beton percobaan untuk di Test di
Laboratorium yang ditunjuk/disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis /
Konsultan Pengawas dan jumlah silinder atau kubus beton dibuat sesuai
dengan Peraturan Beton Indonesia.
9. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun
disupply oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab
sepenuhnya dari Penyedia Jasa Konstruksi.
10. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung
sejak dituangkannya air kecampuran beton kedalam truk ready mix di
plant/pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor,
tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala
akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko Penyedia Jasa
Konstruksi.
c. Adukan BetonYang Dibuat di tempat (Site Mixing)
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Semen diukur menurut berat.
7-
24
C V. N A R E N D R A K A R Y A

2. Agregat diukur menurut berat.


3. Pasir diukur menurut berat.
4. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
batching plant).
5. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
6. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
d. Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton).
1. Tim Teknis / Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada
Penyedia Jasa Konstruksi untuk membuat benda uji silinder atau kubus
dari adukan beton yang dibuat, dengan jumlah sesuai dengan peraturan
beton bertulang yang berlaku.
2. Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder
dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan memenuhi syarat
dalam Peraturan Beton Indonesia. Untuk benda uji berbentuk kubus,
cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran
15x15x15 cm dan memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Pengambilan adukan beton, percetakan benda uji kubus dan curingnya
harus dibawah pengawasan Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Prosedurnya
harus memenuhi syarat- syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
4. Pengujian.
Pada umunya pengujian dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton
Indonesia, termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian
tekan (Crushing test). Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian
slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh
dipakai, dan Penyedia Jasa Konstruksi harus menyingkirkannya dari
tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan-
perbaikan atau langkah-langkah yang diambil harus dilakukan dengan
mengikuti prosedure-prosedure Peraturan Beton Indonesia atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
6. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
7. Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan
tanggal pengecoran, bagian struktur yag bersangkutan dan lain-lain data
yang perlu dicatat.
8. Semua benda uji kubus harus di Test diLaboraturium bahan bangunan dan
tempat pengetesan tersebut harus disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
9. Laporan asli (bukan photo copy) hasil Percobaan harus diserahkan kepada
Tim Teknis / Konsultan Pengawas segera sesudah selesai percobaan,
dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard,
campuran adukan dan berat benda uji kubus tersebut. Percobaan/test
kubus beton dilakukan untuk umur-umur beton 3, 7, 14 dan juga untuk umur
beton 28 hari.
10. Apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata bahwa mutu beton yang dibuat
seperti yang ditunjukkan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi syarat
spesifikasi, maka Tim Teknis / Konsultan Pengawas berhak meminta
7-
25
C V. N A R E N D R A K A R Y A

Penyedia Jasa Konstruksi supaya mengadakan percobaan-percobaan non


destruktif atau bila perlu untuk mengadakan percobaan loading (Loading
Test) atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi. Percobaan- percobaan ini harus
memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
11. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
dibangun baru sesuai dengan petunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
12. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
F. Pengecoran Beton.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
struktural dari pekerjaan beton, Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan
permohonan izin pengecoran tertulis kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas
minimum 3 (tiga) hari sebelum tanggal/hari pengecoran.
a. Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong
sudah mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga
sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
b. Atas pertimbangan khusus Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan pada
keadaan- keadaan khusus misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor
relatif sedikit/kecil dan sederhana maka izin pengecoran dapat
dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga)hari tersebut.
c. Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal
apabila terjadi salah satu keadaan sebagai berikut :
- Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal
rencana pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
- Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat
lagi misalnya tulangan, pembersihan bekesting atau hal-hal lain yang
tidak sesuai gambar-gambar & spesifikasi.
d. Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
maka Penyedia Jasa Konstruksi akan diperintahkan untuk menyingkirkan
/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari Tim
Teknis / Konsultan Pengawas, atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.
2. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran
atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus
mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas, sebelum
alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat
pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa
adukan yang mengeras.
3. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi
beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
4. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih
dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu,batu,
tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.

7-
26
C V. N A R E N D R A K A R Y A

5. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan


adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan
menyebabkan pengendapan/pemisahan agregat.
6. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti).
Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah
keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama
pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
G. Pemadatan Beton.
1. Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang
sesuai selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak acuan maupun posisi/rangkaian tulangan.
2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan vibrator-vibrator dalam jumlah
yang cukup untuk masing-masing ukuran yang diperlukan untuk menjamin
pemadatan yang baik.
4. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur
dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan
penggunaan sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap
perlu, Penyedia Jasa Konstruksi diminta terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan tertulis dari Perencana Struktur dan Tim Teknis / Konsultan
Pengawas mengenai hal tersebut.
5. Untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-
data bahan, nama pabrik produksi jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya resiko/efek sampingan dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.
H. Siar Pelaksanaan dan Urutan / Pola Pelaksanaan.
1. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton
yang berlaku dan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
2. Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu
konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus vertikal dan untuk siar pelaksanaan
yang menahan gaya geser yang besar harus diberikan besi tambahan/dowel
yang sesuai untuk menahan gaya geser tersebut.
3. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya
dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan
dengan air dan menyikat sampai agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar
tersebut bersih, “Calbond” harus
4. dilapiskan merata seluruh permukaan.
5. Untuk pengecoran dengan luasan dan atau volume besar maka untuk
menghindarkan/meminimalkan retak-retak akibat susut, pengecoran harus
dilakukan dalampentahapan dengan pola papan catur, urutan pekerjaan harus
diusulkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
I. Curing Dan Perlindungan Atas Beton.

7-
27
C V. N A R E N D R A K A R Y A

1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari selama


berlangsungnya proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran
air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14
hari. Khusus untuk kolom, maka curing beton dapat dilakukan dengan cara
menutupi dengan karung basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama
dengan cara menutupi dengan karung basah, mnyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan. Penyedia Jasa Konstruksi
bertanggung jawab atas retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
4. Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap mungkin. Beton
yang keropos/bocor harus diperbaiki. Prosedure perbaikan beton yang keropos
harus mendapat persetujuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas, dan Penyedia
Jasa Konstruksi tidak dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut.

J. Sambungan, Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton.


1. Sambungan besi beton diperkenankan apabila panjang besi tidak cukup dalam
rentang elemen struktur yang akan dipasang besi beton dan harus sesuai
dengan SNI 03-2847-2002 dan persetujuan Tim Teknis/Pengawas.
2. Khusus pada daerah kantilever, maka sambungan tidak diperkenankan, dan besi
beton harus dipasang menerus dari mulai ujung kantilever (lihat gambar kerja)
tersebut sampai dengan minimal pada sepanjang bentang balok disebelahnya.
3. Ketentuan I.2) tersebut di atas tidak berlaku balok ring yang tidak menerus.
4. Pembengkokan besi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti/tepat pada
posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari maupun
Peraturan Beton Indonesia.
5. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan
alat-alat (Bar Bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat
patah, retak-retak, dan sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin, dan pemotongan harus dengan “Bar Cutter”,
tidak boleh dengan api.
6. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai, Penyedia Jasa
Konstruksi diwajibkan membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa
penjabaran gambar rencana Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan
dan pembengkokan besi beton (bending schedule) yang diserahkan kepada Tim
Teknis / Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
7. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan
harus sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
8. Pemasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail
standard penulangan.
9. Sebelum besi beton dipasang, besi beton harus bebas dari kulit besi karat,
lemak, kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
10. Pemasangan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, overlap,
letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar penulangan.
Apabila ada Keraguan tentang rangkaian tulangan maka Penyedia Jasa
7-
28
C V. N A R E N D R A K A R Y A

Konstruksi harus memberitahukan kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas /


Perencana Struktur untuk klarifikasi. Untuk hal itu sebelumnya Penyedia Jasa
Konstruksi harus membuat gambar pemengkokan baja tulangan (bending
schedule), diajukan kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan tertulis.
11. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan
yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat. Pembesian harus ditunjang
dengan beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung lainnya
sedemikian rupa sehingga rangkaian tulangan terpasang kokoh,kuat dan tidak
bergerak saat dilakukan pengecoran beton.
12. Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol kepermukaan beton.
13. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus
sesuai dengan gambar dan panjang kait sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
14. Beton decking harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan,
dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan
dicor.
15. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua
kotoran- kotoran.
16. Penggantian Besi
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Jasa Konstruksi
atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
peyempurnaan pembesian yang ada maka Penyedia Jasa Konstruksi dapat
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera
dalam gambar. Usulan pengganti tersebut harus disetujui oleh Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas.
c. Jika Penyedia Jasa Konstruksi tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan
penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
- Jumlah luas besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar. Khusus untuk balok induk, jumlah luas
penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari
pembesian aslinya.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau pencapaian penggetar/vibrator.
- Tidak ada Pekerjaan Tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
K. Pemasangan Alat-Alat Didalam Beton.
1. Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang
atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan ijin
tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton,
pemasangan sparing dan sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut
petunjuk-petunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
7-
29
C V. N A R E N D R A K A R Y A

L. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding


a. Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diberikan penjangkaran
dengan jarak antara 60 cm, panjang jangkar minimum 60 cm di bagian dimana
bagian yang tertanam dalam bata dan kolom masing-masing 30 cm dan
berdiameter 10 mm.
b. Tiap pertemuan dinding, dinding dengan luas yang lebih besar dari 9 m² dan
dinding dengan tinggi lebih besar atau sama dengan 3 m harus diberi kolom-
kolom praktis dan ring-ring balok, dengan ukuran minimal 13 cm x 13 cm.
c. Tulangan kolom praktis/ring balok adalah 4 Ø 12 mm dengan sengkang diameter
8 mm jarak 20 cm.
Untuk listplank bata dan dinding-dinding lainnya yang tingginya > 3 m harus
diberi kolom praktis setiap jarak 3m dan bagian atasnya diberikan ring
balok. Ukuran dan tulangan kolom praktis dan ring balok seperti pada butir
2.

 Baja Tulangan
UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh DireksiDetil
2) Penerbitan Pekerjaan.
Pelaksanaan

Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam


Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi
Pekerjaan setelah peninjauan kembali rancangan awal telah selesai menurut
Seksi 1.9 dari
3) Pekerjaan Spesifikasi
Seksi Lain Yangini.
Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9


b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi
c) Beton : 1.19
Seksi 7.1

4) Standar Rujukan
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay
Dingin untuk Tulangan Beton.
SNI 03-6812-2002 : SpesifikasiAnyaman Kawat Baja Polos yang
Dilas Untuk Tulangan Beton.
SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.
AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for
Concrete Rein-forcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and
Railway Bridges.

5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam
SNI 03-6816- 2002.

7-
30
C V. N A R E N D R A K A R Y A

b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton


yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
i) 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan
udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya
kebakaran;
ii) Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 7.3.1.(1) untuk beton
yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan
cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk
pemeriksaan;
iii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan
tidak bisa dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai
yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk
beton yang ditempatkan langsung di atas tanah

atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan


kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.
Tabel 7.3.1.(1) Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan
untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

Ukuran Batang Tebal Selimut


Tulangan yang akan Beton Minimum
diselimuti
Batang 16 mm dan(mm)
lebih (cm) 3,5
kecil Batang 19 mm dan 5,0
22 mm Batang 25 mm dan 6,0
6) lebihdan
Penyimpanan besar
Penanganan
a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam
ikatan, dibelabel, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan
ukuran batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan
tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja
tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi,
atau kerusakan.
7) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Penyedia Jasa untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak ada
bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram
pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan
pabrik baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram
untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas
yang akan digunakan dalam pekerjaan.
8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam

7-
31
C V. N A R E N D R A K A R Y A

segala hal tidak membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung


jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram
tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan
diagram, untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas
biaya Penyedia Jasa.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam
pekerjaan :
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi
toleransi pembuatan yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-
2002;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada
Gambar atau Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang
berlebih atau oleh sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan,
batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan
tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga
akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari
batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang
tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari satu kali pada
tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan.
Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali,
atau bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batang
tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan
sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.
d) Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan
pemesanan tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan
harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di
tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam
memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

9) Penggantian Ukuran Batang


Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara
jelas disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah
dengan luas penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau
lebih besar.

7-
32
C V. N A R E N D R A K A R Y A

BAHAN
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang
sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :

Tabel 7.3.2.(1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan


Tegangan Leleh Karakteristik atau
Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang
memberikan regangan tetap 0,2
U24 Baja Lunak 2.400
(kg/cm 2
U32 Baja Sedang 3.200 )
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,


anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002
dapat digunakan.
2) Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau
bantalan beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan
dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai
tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.

C. PEKERJAAN TANAH
a. Galian Biasa
Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir, dan
galian perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian biasa yang tidak
terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian


a. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas
dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektifuntuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.

7-
33
C V. N A R E N D R A K A R Y A

b. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di
atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement)
yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan pennanen.
c. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik
Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1 8) a) ii) dan iii), juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari
pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e. Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian hingga
membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur yang telah
selesai.

b. Timbunan Biasa dari hasil galian


 Tanah berbutir kasar ( lolos saringan no.200<50% )
 Tanah berbutir halus ( lolos saringan no.20>50% )
 Tanah organis
 Pada kondisi berair yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir
bersih, pasir, atau krikil dengan indeks plastis maksimum 6%
 Bahan tanah timbunan pada bagian sampai dengan kedalaman 30 Cm harus
dipadatkan hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih dari
itu,kepadatanya hanya boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.
 Bahan Timbunan (hasil galian) memenuhi syarat bebas dari material organis
kotoran, akar, rumput top soil)
 Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila di uji sesuai dan memiliki
CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100%
kepadatan kering maksimum

D. PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR


a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Bahan :
 Lapis pondasi agregat semen kelas A (Cement Treated Base / CTB)
 Semen Portland tipe I
 Agregat Kelas A ex. Kudus, Pati, Jepara
 Air bersih

Prosedur Pelaksanaan :
1. Pembersihan area yang akan pasang7 -lapis pondasi agregat. Apabila ada genangan
34
air, maka dikeringkan terlebih dahulu.
2. Agregat dihamparkan dan diratakan pada lokasi sesuai gambar dan kondisi
dilapangan.
3. Penghamparan dan perataan material tidak boleh dilakukan sewaktu turun hujan.
C V. N A R E N D R A K A R Y A
4. Penghamparan material memperhatikan ketentuan yaitu tebal padat maksimum
tidak boleh melebihi 20 cm. Apabila ketebalan pondasi agregat rencana melebihi
20 cm, maka penghamparan dilakukan per lapis (layer).
5. Pemadatan menggunakan alat Tandem Roller.
6. Pemadatan memperhatikan kadar air agregat yaitu 3% dibawah kadar air
maksimum dan 1% diatas kadar air optimum. Apabila terlalu kering, maka
dilakukan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup.

E. PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL


a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
 Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting)
yang memenuhi SNI 03-4798-1998.
 Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada
lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung
residu hasii penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 %
dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan
dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan
perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat
tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan
dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas
lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali
diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah
pada percobaan pertama harus dari 80 - 85 bagian minyak per 100 bagian aspal
semen (80 pph - 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil
kilangjenis MC-30).
 Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus sesuai
dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat
untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal
emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan
positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan,
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
 Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau
batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif
atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8"
(9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36
mm).
 Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
 Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25
pph - 30 pph).

7-
35
C V. N A R E N D R A K A R Y A
b.

F. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pasangan Batu
Bahan :
 Semen Portland Nusantara (Tiga Roda,Gresik,Holcim,dll)
 Agregat halus ( Pasir Cepu) bersih, bebas dari bahan organis/lumpur
 Air bersih, bebas dari bahan organis/lumpur
 Batu belah hitam ex.Karesidenan Pati

Teknis Pelaksanaan :
 Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan
dengan batu yang akan dipasang.
 Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasangterisi penuh.
 Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukanyang baru.
 Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
fondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan
batu yang berukuran sama.
 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar denganmuka dinding dari batu yang terpasang.
 Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang
batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.

G. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR


a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A utk Pekerjaan Minor
Bahan :
 Lapis pondasi agregat semen kelas A (Cement Treated Base / CTB)
 Semen Portland tipe I
 Agregat Kelas A ex. Kudus, Pati, Jepara
 Air bersih

Prosedur Pelaksanaan :
1. Pembersihan area yang akan pasang lapis pondasi agregat. Apabila ada genangan
air, maka dikeringkan terlebih dahulu.
2. Agregat dihamparkan dan diratakan pada lokasi sesuai gambar dan kondisi
7-
dilapangan. 36
3. Penghamparan dan perataan material tidak boleh dilakukan sewaktu turun hujan.
4. Penghamparan material memperhatikan ketentuan yaitu tebal padat maksimum
tidak boleh melebihi 20 cm. Apabila ketebalan pondasi agregat rencana melebihi
20 cm, maka penghamparan dilakukan per lapis (layer).
5. Pemadatan menggunakan alat Tandem Roller.
C V. N A R E N D R A K A R Y A
6. Pemadatan memperhatikan kadar air agregat yaitu 3% dibawah kadar air
maksimum dan 1% diatas kadar air optimum. Apabila terlalu kering, maka
dilakukan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup.

E. Penutup
Demikian Modul Penawaran Spesifikasi TeknisPeningkatan Jalan
Pekerjaan
Banjarsari - Tambahmulyo Kec. Gabus/Jakenan (DID) ini kami susun sebagai
acuan teknis selain gambar kerja dan RAB guna untuk menyelesaikan pekerjaan ini
dengan memperhatikan Kualitas dan Kuantitas Mutu yang sesuai dan hasil yang maksimal.

Atas kerjasama dan kesungguhan kami mengucapkan terimakasih.

Pati, 14 Mei 2019


CV. BIMA KARYA

YONI RUDIYANTO,A.Md
Direktur

7-
37

Anda mungkin juga menyukai