Anda di halaman 1dari 4

APPENDIX 1.

Rekomendasi dan Pernyataan Praktik Terbaik (BPS)

A. Resusitasi Awal
1. Sepsis dan syok sepsis adalah kegawatdaruratan medis, dan direkomendasikan
penanganan dan penatalaksanaan dilakukan secara cepat (BPS)
2. Direkomendasikan, resusitasi saat hipoperfusi akibat sepsis, setidaknya 30 mL/Kg
cairan kristaloid diberikan saat 3 jam pertama (Rekomendasi kuat)
3. Direkomendasikan, setelah resusitasi cairan, pemberian cairan tambahan dengan
pemeriksaan ulang dari statu hemodinamik. (BPS)
Komentar: pemeriksaan ulang harus meliputi pemeriksaan fisik lengkap dan evaluasi
variable fungsi fisiologi (frekuensi nadi, tekanan darah, saturasi oksigen, frekuensi
napas, urin output, dan yang lainnya yang tersedia) disertai monitoring invasive dan
non-invasif.
4. Direkomendasikan, pemeriksaan hemodinamik yang lebih lanjut (seperti fungsi
jantung) untuk menentukan tipe syok jika pemeriksaan klinis tidak menunjukkan
diagnosis pasti.
5. Direkomendasikan variable dinamis dan statis untuk memprediksi respon cairan, jika
tersedia.
6. Direkomendasikan target awal mean arterial pressure adalah 65mmHg pada pasien
dengan syok sepsis yang membutuhkan vasopressor.
7. Direkomendasikan resusitasi terpantau untuk menormalkan laktat pada pasien
dengan peningkatan kadar laktat sebagai penanda hipoperfusi jaringan
B. Skrining Sepsis dan Perbaikan Performa
1. Direkomendasikan rumah sakit dan sistem rumah sakit memiliki perbaikan performa
untuk sepsis, termasuk skrining sepsis akut dan pasien risiko tinggi.
C. Diagnosis
1. Direkomendasikan kultur mikrobiologi rutin (termasuk darah) dapat dilakukan
sebelum pemberian terapi antimikroba pada pasien yang dicurigai sepsis atau syok
sepsis jika pemeriksaan tersebut tidak menyebabkan keterlambatan pemberian
antimikroba.
Komentar: kultur mikrobiologi yang tepat dan sesuai harus termasuk kultur darah
dua set (aerob dan anaerob)
D. Terapi Antimikroba
1. Direkomendasikan, pemberian antimikroba IV harus dimulai sesegera mungkin
setelah diketahui sepsis atau syok sepsis.
2. Direkomendasikan terapi empiris spectrum luas dengan satu atau lebih antimikroba
pada pasien yang menunjukkan sepsis atau syok sepsis untuk mencakup semua
pathogen (bakteri, jamur, atau virus)
3. Direkomendasikan terapi empiris antimikroba mendekati pathogen yang
teridentifikasi dan sensitivitas telah dipastikan dan/atau perbaikan gejala klinis
terlihat.
4. Direkomendasikan melawan pemberian antimikroba profilaksis berkelanjutan pada
pasien dengan inflamasi hebat non-infeksius.
5. Direkomendasikan strategi pemberian dosis antimikroba secara optimal sesuai
farmakokinetik dan farmakodinamik dan obat specific pada pasien dengan sepsis
dan syok sepsis.
6. Disarankan terapi kombinasi empiris (menggunakan dia antibiotic dari kelas
berbeda) untuk manajemen awal syok sepsis.
7. Disarankan terapi kombinasi tidak diberikan rutin untuk penatalaksanaan infeksi
serius lainnya, termasuk baktermia dan sepsis tanpa syok.
8. Direkomendasikan melawan terapi kombinasi untuk penatalaksanaan rutin pada
sepsis neutropenik atau bacteremia.
9. Jika terapi kombinasi digunakan untuk syok sepsis, direkomendasikan untuk
menghentikan terapi kombinasi dalam beberapa hari pertama dengan respon
perbaikan atau adanya bukti resolusi infeksi. Hal ini digunakan pada terapi
kombinasi target dan empiris.
10. Direkomendasikan durasi pemberian antimikroba adalah 7 sampai 10 hari jika
adekuat dan untuk infeksi serius berhubungan dengan sepsis dan syok sepsis.
11. Direkomendasikan bahwa perawatan jangka panjang adalah tepat pada pasien yang
memiliki respon klinis yang lambat, focus infeksi yang tidak dapat pulih, bacteremia
dengan Staphylococcus aureus , beberapa jamur, dan infeksi virus, penurunan sistem
imun, termasuk neutropensia.
12. Disarankan perawatan jangka pendek adalah tepat pada beberapa pasien, yaitu
mereka dengan resolusi klinis yang cepat setelah control sumber yang efektif, intra-
abdomen, sepsis saluran kemih, dan pyelonephritis yang tidak komplikasi.
13. Direkomendasikan pemeriksaan setiap ahri untuk penghentian antimikroba pada
pasien dengan sepsis dan syok sepsis.
14. Direkomendasikan pengukuran kadar procalcitonin untuk mensupport pemendekan
durasi terapi antimikroba pada pasien sepsis.
15. Disarankan kadar procalcitonin dapat digunakan untuk mensupport penghentian
antibiotic empiris pada pasien yang mengalami sepsis, namun memiliki bukti klinis
yang lemah untuk infeksi.
E. Kontrol Sumber Infeksi
1. Direkomendasikan diagnosis anatomi spesifik dari infeksi yang memerlukan control
sumber infeksi segera harus diidentifikasi atau dikecualikan secepat mungkin pada
pasien dengan sepsis atau syok sepsis. Dan yang membutuhkan intervensi sumber
infeksi harus diimplementasikan secepat mungkin setelah diagnosis pasti dibuat.
2. Direkomendasikan pencabutan alat akses intravascular yang memungkinkan menjadi
sumber infeksi sepsis dan syok sepsis setelah akses vascular lainnya ditetapkan.
F. Terapi Cairan
1. Direkomendasikan teknik fluid challenge diterapkan dimana pemberian cairan
dilanjutkan selama faktor hemodinamik terus meningkat.
2. Direkomendasikan kristaloid sebagai pilihan cairan utama untuk resusitasi awal dan
penggantian volume intravascular pada pasien dengan sepsis dan syok sepsis.
3. Direkomendasikan menggunakan kristaloid atau normal saline untuk resusitasi pada
pasien sepsis atau syok sepsis.
4. Direkomendasikan penggunaan albumin sebagai tambahan dari kristaloid untuk
resusitasi awal dan penggantian volume intravascular pada pasien sepsis dan syok
sepsis.
5. Direkomendasikan menghindari penggunaan hydroxyethyl untuk penggantian
volume intravascular pada pasien dengan sepsis atau syok sepsis.
6. Direkomendasikan penggunaan kristaloid dibandingkan gelatin saat resusitasi pasien
dengan sepsis atau syok sepsis.
G. Medikasi Vasoaktif
1. Direkomendasikan norepinefrin sebagai lini pertama vasopressor.
2. Disarankan penambahan vasopressin (diatas 0.03 U/min) pada norepinefrin dengan
peningkatan mean arterial pressure sampai target, atau penambahan vasopressin
(diatas 0.03 U/min) untuk menurunkan dosis norepinefrin
3. Disarankan menggunakan dopamine sebagai alternative vasopressor pada
norepinefrin pada pasien tertentu.
4. Direkomendasikan menghindari dopamine dosis rendah untuk proteksi renal.
5. Disarankan menggunakan dobutamin pada pasien yang menunjukkan hipoperfusi
persisten setelah pemberian cairan dan agen vasopressor.
6. Direkomendasikan semua pasien yang menggunakan vasopressor memiliki kateter
arteri sesegera mungkin jika sumber tersedia.
H. Kortikosteroid
1. Direkomendasikan menghindari hidrokortison intravena untuk menanganisok sepsis
jika resusitasi cairan dan terapi vasopressor dapat meningkatkan stabilitas
hemodinamik.
I. Darah
1. Direkomendasikan transfuse sel darah merah hanya jika hemoglobin menurun
sampai < 7.0 g/dL pada dewasa dan tidak adanya keadaan yang meringankan seperti
iskemia miokardium, hipoksemia berat, atau perdarahan akut.
2. Direkomendasikan penggunaan eritropoietin untuk penanganan anemia
berhubungan dengan sepsis.
3. Disarankan menghindari penggunaan fresh frozen plasma untuk memperbaiki
kelainan pembekuan darah atau prosedur invasive.
4. Disarankan transfusi platelet profilaksis jika jumlah < 10.000/mm3 pada keadaan
tidak adanya perdarahan dan jika jumlah < 20.000/mm3 jika pasien memiliki risiko
tinggi perdarahan. Jumlah platelet yang lebih tinggi > 50.000/mm3 disarankan untuk
perdarahan aktif, pembedahan, atau prosedur invasive.
J. Immunoglobulin
1. Disarankan untuk menghindari penggunaan immunoglobulin IV pada psien dengan
sepsis dan syok sepsis.
K. Blood Purification
1. Tidak ada rekomendasi untuk menggunakan teknik blood purification
L. Antikoagulan
1. Direkomendasikan menghindari penggunaan antitrombin untuk penatalaksanaan
sepsis dan syok sepsis.
2. Tidak ada rekomendasi terkait penggunaan thrombomodulin atau heparin untuk
penatalaksanaan sepsis atau syok sepsis.
M. Ventilasi Mekanis
1. Direkomendasikan penggunaan volume tidal target 6 mL/kg diprediksi berat badan
dibandingkan dengan 12 mL/kg pada pasien dewasa dengn Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) terkait sepsis
2. Direkomendasikan penggunaan target batas atas untuk tekanan mendatar 30cm
H2O dibanding tekanan tinggi pada pasien dengan ARDS terkait sepsis.
3. Direkomendasikan menggunakan Positive End Expiratory Pressuree (PEEP) yang
lebih tinggi pada pasien dewasa dengan ARDS terkait sepsis.
4. Disarankan untuk menggunakan perasat pada pasien dewasa dengan ARDS berat
terkait sepsis
5. Direkomendasikan menggunakan posisi prone dibanding supine pada psien dewasa
dengan ARDS terkait sepsis
6. Direkomendasikan menghindari ventilasi oscillatory frekuensi tinggi pada pasien
dewasa dengan ARDS terkait sepsis.
7. Tidak direkomendasikan terkait penggunaan ventilasi non-invasive pada pasien
ARDS terkait sepsis.
8. Disarankan menggunakan agen penyekat neuromuscular untuk < 48 jam pada
pasien dewasa dengan ARDS terkait sepsis.
9. Direkomendasikan strategi konservatif cairan untuk pasien dengan ARDS terkait
sepsis yang tidak memiliki bukti kuat hipoperfusi jaringan.

Anda mungkin juga menyukai