Anda di halaman 1dari 24

BRONKOPNEUMONIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar

Dosen pengampu : Ns. Kartika Wijayanti, M.Kep

Nama Kelompok :

1. Sulistyani 17.0601.0048
2. Ayu Reptiana 17.0601.0049
3. Amartia Putri Lamsari 17.0601.0050
4. Mela Patmawati 17.0601.0051
5. Evi Sulistyawati 17.0601.0052

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana laporan ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.

Magelang, 28 April 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB 2 TINJAUAN TEORI .................................................................................... 3

2.1 Pengertian ..................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ........................................................................................................... 3

2.3 Manifestasi Klinis ........................................................................................... 4

2.4 Komplikasi...................................................................................................... 4

2.5 Patofisiologi ................................................................................................... 4

2.6 Pathway ......................................................................................................... 6

2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 7

2.8 Penatalaksaan................................................................................................ 7

2.9 Konsep Dasar ASKEP ...................................................................................... 9

BAB 3 KESIMPULAN ......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada
sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli
paru.
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini
dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat
bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun
ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya
organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik.
Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas spektrum
dan derajat kemungkinan terjadinya bronkopneumonia ini. Pneumonia hingga saat ini
masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di Negara berkembang.
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia
dibawah lima tahun(balita). Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6%
angkakematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistemrespiratori, terutama pneumonia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep
bronkopneumonia pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi bronkopneumonia
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta
patofisiologi bronkopneumonia

1
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi bronkopneumonia
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan,
dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan bronkopneumonia

2
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.

2.2 Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan
kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain: (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682 dikutip Nurarif & Kusuma. 2015)
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
1. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
2. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
3. Terjadi karena kongesti paru yang lama

3
2.3 Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernapas menggunakan otot, aksesorius dan bisa timbul
sianosis (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009). Terdengar adanya krekels
diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).

2.4 Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan
terjadikomplikasi sebagai berikut:

a. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.


b. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna.
c. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami
peradangan.
d. Meningitis : peradangan pada selaput otak.
e. Infeksi sistomik
f. Endokarditis : peradangan pada endokardium

2.5 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab
lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta
aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini
dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana
ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka

4
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus
maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa
sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah GI tract.

5
2.6 Pathway

6
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan
diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri
akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik
diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang
seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus
dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat.

2.8 Penatalaksaan
1. Terapi oksigen (O2)
2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi
antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan
umum penderita dan dugaan kuman penyebab.

7
a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh
Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus.
Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka
secara praktis dipakai : Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-
100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-
100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. atau kombinasi : Ampisilin
50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50
mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari. atau kombinasi : Eritromisin
50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).

b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus


pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae. Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin
5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Kombinasi ini juga diberikan
pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau
penderita immunocompromized.
c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
-Penisilin prokain IM atau
-Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali
sehari atau
-Eritromisin (dosis sda) atau
-Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
d. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat
(misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu
dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
-kemajuan klinis penderita

8
-jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy
eritromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
5. Istirahat yang cukup
Terapi inhalasi merupakan istilah yang mnekankan pada berbagai
terapi yang melibatkan perubahan komposisi, volume, atau tekanan gas
yang diinspirasi. Terapi inhalasi merupakan obat cair yang mengandung
larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012)

2.9 Konsep Dasar ASKEP


A. Pengkajian
1. Identitas

Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan


status perkawinan

2. Fokus Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji:

a. Riwayat penyakit

Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah2tidak bergairah,


ri.ayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah
dan penyakityang menyertai

b. Tanda fisik

Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan


tambahan,faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan

c. Faktor perkembangan / umum, tingkat perkembangan, kebiasaan


sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan
yang dilakukan

9
d. Pengetahuan pasien2 keluarga/ pengalaman terkena
penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Status penampilan kesehatan / lemah

b. Tingkat kesadaran kesehatan /kesadaran normal, letargi, strupor,


koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakitc

c. Tanda-tanda vital

1. Frekuensi nadi dan tekanan darah / takikardi, hipertensi

2. Frekuensi pernapasan / takipnea, dispnea progresif, pernapasan


dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal

3. Suhu tubuh hipertermi akibat penyebaran toksik


mikroorganisme yang diresponoleh hipotalamus

d. Berat badan dan tinggi badan kecenderungan mengalami


penurunan

e. Integumen kulit

1). Warna / pucat sampai sianosis

2). Suhu / pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin

3). Turgor / menurun ketika dehidrasi

f. Kepala dan mata

Kepala

1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan

2. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan


yang nyata

10
3. Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna

g. Sistem Pulmonal

1. Inspeksi : Adanya PCH, Adanya sesak napas, dyspnea,


sianosissirkumoral, distensi abdomen. Batuk :non produktif
sampai produktif dan nyeri dada

2. Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati


kemungkin membesar

3. Perkusi : suara redup pada paru yang sakit

4. Auskultasi : rankhi halus, rankhi basah, tachicardia

h. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah


vasokontriksi,kualitas darah menurun

i. Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, ke$ang

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

j. Sistem Genitourinaria

Subyektif :mual, kadang muntah

obyektif : konsistensi feses normal/diare

k. Sistem Gigestif

Subyektif :-

Obyektif : produksi urine menurun/normal

l. Sistem Musculoskeletal

11
Subyektif : lemah, cepat lelah

obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot2normal, retraksi paru


dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

4. Pemeriksaan Penunjang

Studi Laboratorik :

a. Hb: menurun/normal
b. Analisa Gas Garah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit: atrium/kalsium menurun/normal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
tekanan kapiler alveolus
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

12
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
Tujuan: Setelah diberikan askep selama x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
penumpukan secret
Kriteria evaluasi : Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang
efektif

Intervensi :

1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan


dada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada


tak simetris terJadi karena peningkatan tekanan dalam paru
dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi tekanan
semakin meningkat frekuensi pernapasan

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran
udara

Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya


penyempitan bronkus oleh sputu

3) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif

Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-


paru atau jalan napas lebih kecil

4) Suction sesuai indikasi

Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah


obstruksi jalan napas

5) Lakukan fisioterapi dada

13
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding
dada supaya sputum mudah bergerak keluar

6) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik


melalui inhalasi (nebulizer)
Rasional: memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
dengan cepat

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan


tekanan kapiler alveolus
Tujuan : setelah diberikan askep selama ..x24 jam diharapkan
Kriteria evaluasi : TTV dalam rentang normal, AGD dalam batas
normal, Status neurologis dalam batas normal
Intervensi :
1) observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas
Rasional: Gistres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea
dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi jaringan
2) observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku,
dan jaringan sentral
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut(membran hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik
3) Kajistatus mental dan penurunan kesadaran
Rasional: gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolens
ebagai petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral
4) Awasi frekuensi jantung atau irama
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia

14
5) Awasi suhu tubuh
Rasional: Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi
seluler
6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya
dengan masker, masker venturi, nasal prong
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2

3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru


Tujuan: setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang
Kriteria evaluasi : Mampu mengontrol nyeri, mampu
mengidntifikasi nyeri,TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan,
ditusuk,selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas
nyeri
Rasional :nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam
dan meningkat saat inspirasi dan biasanya menetap
2) Pantau tanda vita
Rasional: nyeri akan meningkatkan mediator kimia
serabut persarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi
pembuluh darah sistemik, meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan (meningkatkan )
3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik
anak,menonton film tentang anak-anak
Rasional :mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga
dapatmengurangi ketegangan karena nyeri
4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung,
perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas

15
Rasional:tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan prosesinfeksi
tujuan : setelah diberikan askep ..x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi: Nutritional status : Adequencyof nutrient
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah,
misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat,
nyeri
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus
sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat
pengaturan makandi medula oblongata
2) Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah
setelahtindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum
makan
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan
dengan pengobatan ini
4) Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses
infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin
bakteri pada saluran

16
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering
(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk
pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan
meskipunnafsu makan mungkin lambat untuk kembali
6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar
Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PP6* atau
alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi,rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi
Tujuan : setelah diberikan askep ..x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien kembali normal
Kriteria evaluasi: TTV dalam batas normal, tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam
R asional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien
2) Pantau warna kulit dan suhu
R asional: sianosis menunjukkan vasokontriksi atau
respons tubuh terhadap demam
3) Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan
Rasional: peningkatan suhu tubuh meningkatkan
4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan,
misalnya kompres hangat
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi
seluler

17
5) Kolaborasi pemberian antipiretik yang diresepkan
sesuai kebutuhan
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan
Kiteria evaluasi: ADL mandiri, Mampu melakukan ADL tanpa
adanya peningkatan pada TTV
Intervensi :
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. catat laporan
dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalih yang tepat
Rasional: menurunkan stres dan rangsangan
berlebihan,meningkatkan istirahat
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional :tirah baring dipertahankan selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi
untuk penyembuhan.Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan
respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau
tidur
Rasional :pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur
dikursi atau menunduk ke depan meja atau bantal

18
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien.

E. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

19
BAB 3 KESIMPULAN

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya


menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015). Timbulnya bronchopneumonia
disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, protozoa, mikrobakteri, mikroplasma, dan
riketsia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2009. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). USA : Mpsby Elsevier

NANDA International. 2018. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction.

Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru Alih Bahasa :
dr.Elfiawati Resipirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC

Sujono, R & S, 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi Pertama.


Yogyakarta : Graha Ilmu

21

Anda mungkin juga menyukai