Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar
Nama Kelompok :
1. Sulistyani 17.0601.0048
2. Ayu Reptiana 17.0601.0049
3. Amartia Putri Lamsari 17.0601.0050
4. Mela Patmawati 17.0601.0051
5. Evi Sulistyawati 17.0601.0052
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana laporan ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.
i
DAFTAR ISI
2.4 Komplikasi...................................................................................................... 4
2.8 Penatalaksaan................................................................................................ 7
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep
bronkopneumonia pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi bronkopneumonia
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta
patofisiologi bronkopneumonia
1
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi bronkopneumonia
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan,
dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan bronkopneumonia
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
2.2 Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan
kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain: (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682 dikutip Nurarif & Kusuma. 2015)
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
1. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
2. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
3. Terjadi karena kongesti paru yang lama
3
2.3 Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernapas menggunakan otot, aksesorius dan bisa timbul
sianosis (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009). Terdengar adanya krekels
diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).
2.4 Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan
terjadikomplikasi sebagai berikut:
2.5 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab
lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta
aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini
dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana
ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka
4
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus
maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa
sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah GI tract.
5
2.6 Pathway
6
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan
diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri
akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik
diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang
seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus
dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat.
2.8 Penatalaksaan
1. Terapi oksigen (O2)
2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi
antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan
umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
7
a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh
Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus.
Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka
secara praktis dipakai : Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-
100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-
100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. atau kombinasi : Ampisilin
50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50
mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari. atau kombinasi : Eritromisin
50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
8
-jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy
eritromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
5. Istirahat yang cukup
Terapi inhalasi merupakan istilah yang mnekankan pada berbagai
terapi yang melibatkan perubahan komposisi, volume, atau tekanan gas
yang diinspirasi. Terapi inhalasi merupakan obat cair yang mengandung
larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012)
2. Fokus Pengkajian
a. Riwayat penyakit
b. Tanda fisik
9
d. Pengetahuan pasien2 keluarga/ pengalaman terkena
penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan
3. Pemeriksaan Fisik
c. Tanda-tanda vital
e. Integumen kulit
2). Suhu / pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin
Kepala
10
3. Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna
g. Sistem Pulmonal
h. Sistem Kardiovaskuler
i. Sistem Neurosensori
j. Sistem Genitourinaria
k. Sistem Gigestif
Subyektif :-
l. Sistem Musculoskeletal
11
Subyektif : lemah, cepat lelah
4. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
a. Hb: menurun/normal
b. Analisa Gas Garah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit: atrium/kalsium menurun/normal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
tekanan kapiler alveolus
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
12
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
Tujuan: Setelah diberikan askep selama x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
penumpukan secret
Kriteria evaluasi : Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang
efektif
Intervensi :
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran
udara
13
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding
dada supaya sputum mudah bergerak keluar
14
5) Awasi suhu tubuh
Rasional: Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi
seluler
6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya
dengan masker, masker venturi, nasal prong
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2
15
Rasional:tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.
16
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering
(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk
pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan
meskipunnafsu makan mungkin lambat untuk kembali
6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar
Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PP6* atau
alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi,rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.
17
5) Kolaborasi pemberian antipiretik yang diresepkan
sesuai kebutuhan
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh
18
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
19
BAB 3 KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2009. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). USA : Mpsby Elsevier
Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru Alih Bahasa :
dr.Elfiawati Resipirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
21