Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh

1. Aprilia Kartika Sari (J210160079)


2. Dora Maziana (J210160080)
3. Zubaida Kusuma (J210160081)
4. Putri Abriananda (J210160082)
5. Nida Roihatul Jannah (J210160083)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.

Saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam


penyusunan makalah ini.Makalah ini saya susun berdasarkan tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gagal Ginjal Kronik”.

Saya menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri.Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami dapat berbenah diri dan
dapat memberikan yang terbaik.

Surakarta, 23 Mei 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................1

Daftar isi ...................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................3

B. Rumusan masalah ...................................................................................................4

C. Tujuan penulisan .....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi gagal ginajl kronik .................................................................................... 5

B. Etiologi gagal ginjal kronik .................................................................................... 5

C. Patofisiologi gagal ginjal kronik .............................................................................7

D. Pemeriksaan penunjang ........................................................................................... 8

E. Diagnosa yang mungkin muncul .............................................................................9

F. Asuhan keperawatan ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................26

Dafatar Pustaka.............................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui
ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi
kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra
sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang
masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai
masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan
penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit
saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal
kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah

3
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi,
dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya
yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap
penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk
penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gagal ginjal?
2. Bagaimana etiologi gagal ginjal kronik?
3. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gagal ginajl kronik?
5. Bagaiamana asuahn keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari gagal ginaj kronik
2. Untuk mengetahui etiologi gagal ginajl kronik
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal ginajl kronik
4. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginajl kronik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irrefersibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan dan eloktrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (burner, 2006)

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progesif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (FKUI, 2006).
B. Etiologi

Menurut Sylvia Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi akibat
infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita batu. Gejala–gejala umum
seperti demam, menggigil, nyeri pinggang, dan disuria. Atau memperlihatkan
gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan
gagal ginjal (Elizabeth,2000).
2. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis

Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.


Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan komplek antigen dan antibodi
di kapiler – kapiler glomerulus. Komplek biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi
faring atau kulit oleh Streptococcus (glomerulonefritis pascastreptococcus ) tetapi
dapat timbul setelah infeksi lain (Elizabeth, 2000).

5
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul
secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera
dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin)
dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah
diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah
pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap
diabetes yang mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka
panjang yang kurang baik (Elizabeth, 2000).
3. Penyakit vaskuler hipertensif : Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna,
Stenosis arteria renalis
Nefrosklerosis Benigna merupakan istilah untuk menyatakan berubah ginjal yang
berkaitan dengan skerosis pada arteriol ginjal dan arteri kecil.
Nefrosklerosis Maligna suatu keadaan yang berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi maligna), dimana arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di dalam
ginjal mengalami kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.

Stenosis arteri renalis (RAS) adalah penyempitan dari satu atau kedua pembuluh
darah (arteri ginjal) yang membawa darah ke ginjal. Ginjal membantu untuk
mengontrol tekanan darah. Renalis menyempit menyulitkan ginjal untuk bekerja. RAS
dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Sering menyebabkan tekanan darah
tinggi dan kerusakan ginjal.
4. Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah
penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya
perubahan sistem imun.
5. Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolic : Diabetes mellitus, gout,hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah

6
8. Nefropati obstruktif : Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, fibrosis,
retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly
congenital leher vesika urinaria dan uretra).
C. Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.
Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron
yang rusak. Nefron yang tersisa meningkat kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya
serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka
nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semkain berat, sehingga nefron-nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagaian dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi
protein. Seiring dengan penyusutan progresif nefronnefron, terjadi pembentukan jaringan
parut dan aliran darah ginjal mungkin berkurang (Elizabeth, 2001).
Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus
diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah, kendati
jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif.
Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi
dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan
kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun
GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal.
Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau
sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut
bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus
(keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak
dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses
konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat
mengubah keseimbangan yang rawan tersebut, karena makin rendah GFR (yang berarti

7
maikn sedikit nefron yang ada) semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron.
Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan urine menyebabkan berat jenis
urine tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan
penyebab gejala poliuria dan nokturia (Price, 2006).
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin
 Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
 Warna : secara abnormal urin keruh, kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, HB, Mioglobin, perfirin
 Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
 Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/Kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/ serum sering 1:1
 Klirens creatinine : mungkin agak menurun
 Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
 Protein :derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan pragmen juga ada
2. Pemeriksaan darah
 BUN/ctreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
 HT : menurun adanya anemia. HB biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
 SDM : menurun, defisiensi eritropoitin
 GDA : asidosis metabolic, PH kurang dari 7.2
 Natrium serum : rendah
 Kalium : meningkat
 Magnesium : meningkat
 Kalsium : menurun
 Protein (albumin) : menurun
3. Osmoralitas Serum : lebih dari 285 mOsm/Kg
4. Pelogramretrogram : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

8
5. Ultrasonoginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstra
vascular, massa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
E. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan penurunan membrane
mukosa mulut.
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi toksik, kalsifikasi jaringan lunak.
4. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis seperti akumulasi
toksin (urea, amonia)
5. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam kulit
dan gangguan turgor kulit, gangguan status metabolik.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis.
7. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit gagal ginjal
kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi dan
kurangnya informasi.
F. Asuhan Keperawatan
I. Kasus
Tn. A, 50 tahun datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan bengkak di kedua
anggota badan sejak 2 minggu lalu. Dia juga mengeluh mual dengan nafsu makan
menurun. Air kencingnya tampak berlemak dengan jumlah yang lebih sedikit baru-
baru ini. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus berusia 10 tahun. Selama

9
1 tahun terakhir pasien mengeluh penglihatan kabur dan kesemutan di kedua tangan
dan kaki. Tekanan darah mulai meningkat sejak 6 bulan lalu.
Pemeriksaan fisik :
Kondisi umum stabil. Tingginya 160 cm, berat 50 kg.
TD 160/100 mmHg, frekuensi pulsa 104 kali / menit, teratur, bernafas 28 kali /
menit, cepat dan dalam. Suhu 36,5 0C
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus. JVP 5 + 3 cm H2O. Batas jantung kiri
meliputi jari lateral dari garis midclavicular kiri, cepat tetapi suara jantung normal,
bersarang di basal kedua paru-paru. Pemeriksaan abdomen yang diperoleh: hati 1
jari di bawah bahtera costal, tepi tumpul, permukaan rata, nyeri tekan (-), suara
abdomen (-), asites (+), tidak ada pembesaran limfa, edema pada kaki (+).
Pemeriksaan laboratorium:
Hemoglobin 8 g / dL, hematokrit 26%, lekosit 8500 / uL, trombosit 280.000 / uL.
Ureum 80 mg / dL, kreatinin 5,6 mg / dL. Sodium 120 mEq / L, potassium 4,5 mEq
/ L, Cl 100 mEq / L. Gula darah pada 240 mg / dL.
Urin lengkap: protein (+3), glukosa (+), sedimen: eritrosit 0-1 / LPB, leukosit 2-3 /
LPB, silinder (-)
Pasien menerima: Injeksi furosemide 20mg / 8 jam, CaCo3 3x500 mg, asam
folat 1x400 mcg, Irbesartan 1x150 mg, Amlodipine 1x10 mg, Insulin akting cepat
4 unit sebelum makan, tablet bikarbonat 3x1.
Pada hari ke-3: kondisi pasien membaik, pembengkakan menurun, TD =
150/90 mmHg, frekuensi nadi 96 kali / menit, teratur, napas 20 kali / menit. Suhu
36,5 oC, hasil pemeriksaan GDS 182 mg / dL. Dokter memutuskan untuk
melanjutkan terapi.
Pada hari ke-6: pembengkakan ekstremitas (-), TD = 140/90 mmHg, frekuensi
pulsa 86 / menit, teratur, napas 20 kali / menit. Suhu 36,5 oC. Hasil pemeriksaan
GDS 150 mg / dL dan Hb 8,4 g / dL. Pasien diperbolehkan pulang dengan obat:
Furosemide 40 mg (1x1), CaCo3 3x500 mg, asam folat 1x400mcg, Irbesartan
1x150mg, Amlodipine 1x10 mg, insulin bertindak cepat 4 unit sebelum makan.
Dokter menjelaskan kepada pasien tentang hemodialis dan terapi penggantian
ginjal di masa depan, mengatur diet kalori, rendah protein, garam dan pottasium.

10
Dokter juga memberikan edukasi tentang risiko kejadian kardiovaskular dan
malnutrisi kepada istrinya.

II. Identitas Diri Klien


Nama : Tn. A
Tanggal & Jam masuk RS : 7 Mei 2018
Tempat / tanggal lahir :-
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :-
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :-
No. RM :-

III. Status Kesehatan Saat Ini


Alasan dirawat : pasien mengeluh mual dengan penurunan nafsu
makan, air kencingnya berbuih dengan jumlah yang
lebih sedikit, mengalami penglihatan kabur dan
kesemutan dikedua tangan dan kaki
Keluhan Utama : Bengkak di kedua anggota badan sejak 2 minggu
yang lalu
Diagnose medic : Gagal Ginjal Kronik
IV. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Miletus sejak 10 tahun yang lalu.
Tekanan darah meningkat sejak 6 bulan yang lalu.
V. Riwayat Keluarga
-

11
VI. Pengkajian
1. Oksigenasi
a. Sesak Nafas :-
b. Frekuensi :-
c. Saturasi Oksigen :-
d. Kapan Terjadi :-
e. Kemungkinan factor pencetus :-
f. Faktor yang memperberat :-
g. Faktor yang meringankan :-
h. Batuk :-
i. Sputum :-
j. Nyeri dada :-
2. Riwayat Penyakit : Diabetes Mellitus
3. Aktifitas dan Latihan
a. Pekerjaan :-
b. Olahraga :-
c. Alat Bantu : Tidak memakai alat bantu
d. Kemampuan melakukan ROM : Aktif
e. Kemampuan ambulasi : Aktif
f. Kemampuan ADL Indeks Barthel
Kemampuan Sebelum Sakit Saat Pengkajian
Perawatan
0 1 2 3 0 1 2 3
Diri
Makan/minum
Mandi
Perawatan
Diri
Berpakaian
Buang Air
Kecil

12
Buang Air
Besar
Mobilitas v V
Naik Turun
Tangga
Keterangan interpretasi hasil :
Skor 20 : Mandiri
Skor 12 – 19 : Ketergantungan Ringan
Skor 9 – 11 : Ketergantungan sedang
Skor 5 – 8 : Ketergantungan berat
Skor 0 – 4 : Ketergantungan total
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas

4. Pola Nutrisi
a. Program diit di RS : rendah kalori, protein, garam, dan kalium
b. BB sebelum sakit :-
c. BB saat pengkajian : 50 kg
d. TB : 160 cm
e. IMT dan interpretasi :
BB(kg) = 60 kg
TB(m)2 (1,65)2

= 19,5 kg/m2 ( BB Normal)

f. Intake Makanan
Sebelum sakit Saat pengkajian
Menu makanan setiap hari
Frekuensi makan perhari
Nafsu makan Berkurang
Porsi yang dihabiskan
Keluhan yang dirasakan

13
Masalah Keperawatan : Keidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh

5. Pola Eliminasi Bowel dan Bladder


a. Bowel / Buang Air Besar (BAB)
Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi perhari
Kebiasaan waktu BAB
Konsistensi
Bau
Warna
Keluhan: Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
konstipasi dan diare konstipasi dan diare
Penggunaan obat pencahar Tidak ada penggunaan Tidak ada penggunaan
obat pencahar obat pencahar
b. Bladder/ Buang Air Kecil
Sebelum sakit Saat penkajian
Frekuensi perhari
Pancaran Normal Normal
Bau
Warna
Darah dalam urine Tidak ada darah dalam Ada darah dalam
urine urine
Pemakaian kateter
Keluhan Tidak ada keluhan Ada keluhan
Urine, tamping total
Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan mengalami diabetes mellitus.

Masalah Keperawatan : Kelebihan volume cairan

14
6. Cairan dan Elektrolit
a. Jumlah Kebutuhan Cairan Perhari :
10 kg I x 100 cc/kg = 1000 cc
10 kg II x 50 cc/kg = 500 cc
40 kg(sisa) x 25 cc/kg = 1000 cc
Total = 2500 cc atau 2,5 liter/ hari
b. Intake Minum
Sebelum sakit Saat pengkajian
Jenis minuman
Frekuensi minum perhari
Jumlah minum (ml) dalam 24
jam
Keluhan
c. Support iv line :
d. Turgor kulit, mukosa bibir : -
Masalah Keperawatan :-
7. Pola tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Saat pengkajian
Jumlah jam tidur siang
Jumlah jam tidur malam
Kebiasaan pengantar tidur
Penggunaan obat tidur
Kesulitan tidur
Gangguan lingkungan
Masalah keperawatan : -
8. Kenyamanan dan nyeri
Nyeri :-
Skala Nyeri :-
Paliatif/Provokatif :-
Qualitas :-
Region :-

15
Saverity :-
Time :-
9. Sensori, Persepsi, dan Kognitif
Gangguan penglihatan : ada
Gangguan pendengaran : tidak
Gangguan penciuman : tidak
Gangguan sensasi taktil : tidak
Gangguan pengecapan : tidak
Riwayat penyakit : tidak ada
Masalah keperawatan: -
VII. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
Konjungtiva pucat, penglihatan mata kabur, sklera tidak icterus.
2. Sirkulasi
Distensi Vena Jugularis : 5+3 cm, suara Jantung : normal, suara Jantung
tambahan : tidak ada
3. Abdomen
a. Inspeksi :-
b. Auskultasi :-
c. Perkusi : Terdengar asites
d. Palpasi : Terdapat nyeri tekan
4. Neurosis
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
5. Vital Sign
a. TD : 160/100 mmHg
b. Nadi : 104 x/menit
c. Respirasi : 28 x/menit
d. Suhu : 36,5oC
VIII. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :

16
Jenis
Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan

Hemoglobin 8 14.0-17.5 g/dL

Hematokrit 26 40-52 %

Lekosit 8500 4.4-11.3 10^3/uL

Trombosit 280.000 150-362 10^3/uL

Eritrosit 0-1 4.5-5.9 10^6/uL

Leukosit 2-3 4.4-11.3 10^3/uL

Kreatinin 5,6 0,6-1,2 mg/dL

Ureum 80 15-40 mg/dL

Gula Darah 70-150 mg/L


240
Sewaktu

Sodium 120 135-147 mEq/L

Potassium 4,5 3,5-5 mEq/L

Protein +3 -

Sedimen -
+
glukosa

IX. Pengobatan
Injeksi Furosemid 20 mg/ 8 jam
CaCo3 3x500 mg
Irbesartan 1x150 mg
Amlodipine 1x10 mg

17
Insulin tindak cepat 4 unit
Tablet bicarbonate 3x1
X. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1 DS : Penurunan Kelebihan volume


- Pasien mengatakan keluaran urin, diet cairan
bengkak di kedua berlebihan, dan
anggota badan sejak 2 retensi cairan dan
minggu yag lalu natrium

DO :

- Tampak adanya edema


pitting
- Batas jantung kiri 3 jari
lateral dari garis mid
clavicular kiri
2 DS : Anemia Intoleransi
aktivitas
- Pasien mengeluh
bengkak dikedua
anggota badan
- Pasien megatakan
jumlah urine sedikit

DO :

- Hemoglobin kurang
dari nilai normal (8
gr/dl)
- Edema pada kaki

18
3. DS : Mual, muntah, Perubahan nutrisi
- Pasien mengatakan anoreksia, dan kurang dari
mual muntah, nafsu pembatasan diet kebutuhan tubuh
makan turun

DO :

- IMT : BB : 50 kg : 19.3
TB2 1,62m
- TTV : TD 160/100
mmHg, N 104 x/menit,
RR 28 x/menit, T
36,50C.
- Kreatinin 5,6 mg/Dl
- Potassium 4,5 mEq/L
- Ureum 80 mg/dL
4. DS : - Hiperventilasi Pola nafas tidak
DO : efektif
- TTV : TD 160/100
mmHg, N 104 x/menit,
RR 28 x/menit, T
36,50C.

XI. Prioritas Diagnosa


1. Kelebihan cairan b.d penurunan keluaran urin, diet berlebihan, dan retensi
cairan dan natrium
2. Intoleransi aktivitas b.d anemia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat, mual,
muntah, anoreksia,dan pembatasan diet
4. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

XII. Perencanaan Keperawatan

19
Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan - Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan tanda-tanda
penurunan keluaran urine, diet 3 x 24 jam diharapkan vital
berlebihan dan retensi cairan status nutrisi dapat - Kaji status
dan natrium teratasi . cairan
- Batasi
Kriteria hasil : masukan
1.Mempertahankan cairan
pembatasan diet dan
cairan.
2.Menunjukkan
turgor kulit normal
tanpa edema.

3.Menunjukkan
tanda-tanda vital
normal.

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan - Kaji faktor


tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan
3 x 24 jam diharapkan menyebabkan
keletihan, anemia, retensi
intoleransi aktivitas keletihan
produk sampah dan prosedur dapat teratasi. - Tingkatkan
Kriteria Hasil : kemandirian
dialysis. dalam
1.Menunjukkan aktivitas
perubahan pola hidup perawatan
yang perlu. diri yang
dapat
2.Berpartisipasi
ditoleransi,
dalam program
bantu jika
pengobatan.
keletihan
terjadi.

20
3.Menunjukkan - Anjurkan
ekspresi rileks dan aktivitas
tidak cemas.
alternatif
sambil
istirahat
- Latih ROM
3. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan - Kaji status
kebutuhan tubuh b.d mual, tindakan keperawatan nutrisi
muntah, anoreksia, dan 3 x 24 jam diharapkan - Kaji pola diet
pembatasan diet status nutrisi dapat dan nutrisi
pasien
teratasi .
Kriteria Hasil : - Kaji faktor-

1. Memilih makanan faktor yang

yang menimbulkan dapat

nafsu makan dalam merubah

pembatasan diet masukan

2. Mematuhi nutrisi

medikasi sesuai - Menyediakan

jadwal untuk makanan

mengatasi anoreksia kesukaan

dan tidak pasien dalam

menimbulkan rasa batas-batas

kenyang diet.

- Anjurkan
camilan
rendah kalori,
rendah
protein,
rendah
natrium,

21
diantara
waktu makan.
4. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan - Kaji TTV
hiperventilasi tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan
pola nafas efektif .
Kriteria Hasil :
1. TTV
dalam
rentan
normal

XIII. Implementasi Keperawatan


Tanggal No. Jam Implementasi Respon TTD&N
Dx ama
terang
9 Mei 1, 4 09.00 - Mengobservasi tanda- DS : -
2018 tanda vital DO :
- TD: 150/90
mmHg
- N: 96 x/menit
- RR: 20
x/menit
- T: 36,50C.

2 09.15 - Melatih ROM DS :


- Pasien
mengata

22
kan lebih
nyaman
DO :
- Pasien
dapat
mengiku
ti
gerakan
ROM
- Pasien
tampak
lebih
rileks
3 13.15 - mengedukasi pasien DS :
mengenai diet rendah - Pasien
kalori, rendah protein, mengata
rendah natrium dan kan
sebaiknya jangan mengerti
mengkonsumsi terhadap
makanan dari luar edukasi
rumah sakit yang
diberika
n
DO :
- Pasien
tampak
memper
hatikan
dengan
baik

23
12 Mei 1,4 08.30 -Monitor TTV DS : -
2018

DO :
- TD :
140/90
mmHg
- N: 86
x/menit
- RR; 20
x/menit
- T: 360C
2 09.00 - Mengedukasi DS :
pasien mengenai - Pasien
aktivitas mengata
alternatif sambil kan
istirahat mengerti
terhadap
edukasi
yang
diberika
n
DO :
- Pasien
tampak
memper
hatikan
dengan
baik
- Hb : 8,4
gr/dL

24
XIV. Evaluasi Keperawatan

No. Ttd & Nama


Tanggal Jam Evaluasi
Dx Terang

9 Mei 09.10 1 S-
2018 O:
- Kesadaran : Compos Mentis
- TTV : TD: 150/90 mmHg,
N: 96 x/menit, RR: 20
x/menit, T: 36,50C.
A : Intervensi di lanjutkan
P:
- Kolaborasi dengan dokter
- Observasi Keadaan umum

09.30 4 S-
O:
- Kesadaran : Compos Mentis
- TTV : TD: 150/90 mmHg,
N: 96 x/menit, RR: 20
x/menit, T: 36,50C.
A : tujuan tercapai
P:-
09.25 2 S:
- Pasien mengatakan lebih
nyaman
O:

25
- Pasien dapat mengikuti
gerakan ROM
- Pasien tampak lebih rileks
A : Intervensi dilanjutkan
P:
- Edukasi pasien mengenai
aktivitas alternatif sambil
istirahat
13.30 3 S:
- Pasien mengatakan mengerti
terhadap edukasi yang
diberikan
O:
- Pasien tampak
memperhatikan dengan baik
A : Tujuan tercapai
P:-
12 Mei 09.30 1 S:-
2018 O:
- TD : 140/90 mmHg
- N: 86 x/menit
- RR; 20 x/menit
- T: 360C
A : Tujuan tercapai
P:-
09.30 2 S:
- Pasien mengatakan mengerti
terhadap edukasi yang
diberikan
O:

26
- Pasien memahami edukasi
yang diberikan oleh perawat
A :Tujuan Tercapai
P:-

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irrefersibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan dan eloktrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik yaitu penyakit infeksi tubulointerstitial ,
penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif , gangguan jaringan ikat, gangguan
congenital dan herediter, penyakit metabolic, nefropati toksik dan nefropati obstruktif.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan Urin, pemeriksaan
darah, osmoralitas Serum, pelogramretrogram, ultrasonoginjal, endoskopi ginjal,
nefroskopi, arteriogram ginjal dan EKG

28
DAFTAR PUSTAKA

Nanda (2015) aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda, EGC
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis:
Mosby.McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Loui: Mosby.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

29

Anda mungkin juga menyukai