Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

OLEH :
NAMA : RIA SABRINA
NPM : 07.01.0720

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS-VIII B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012
EFUSI PLEURA

1. PENGERTIAN

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam

ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi

namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.

Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan

transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus

(Baughman, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam

ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral

dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi

tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung

sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai

pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak

tanpa adanya friksi (Smeltzer, 2002).

2. ETIOLOGI

1) Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena

adanya bendungan seperti pada kompensasi kordis,

penyajit ginjal, tumor mediastinum, sindroma meig dan

sindroma vena cava superior.

2) Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang

(TBC, pneumonia, virus) , bronkiektasis, abses amuba


subfrenik yang menembus kerongga pleura, karena tumor

dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma.

3. PATOFISIOLOGI

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang

cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura

parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan

oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan

hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.

Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru

dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%)

mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan

disini mencapai 1 liter seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi

pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi

dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat

inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),

peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar

kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan

eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal

jantung karena bendungan vena disertai peningkatan

tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan

osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan

antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar

langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan


berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak

sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya

rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

4. Nursing pathway

, Trauma thoraks, gagal jantung


kongestif,hipoprotein, TBC, Ca Paru

Pemasangan WSD
Kurang informasi Penumpukkan cairan
pada pleura
Terangsangnya saraf
Kurang pengetahuan Penurunan intra thoraks
ekspansi paru sekunder terhadap
iritasi pleura

Nyeri
Gangguan Sesak
pertukaran gas
Pola nafas tidak
Suplai O2
efektif

O2 disemua
jaringan menurun

Produksi energi

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas
5. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak

nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin

memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).

1) Batuk

2) Dispnea

3) Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4) Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang

interkosta.

5) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian

yang mengalami efusi.

6) Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,

menggigil, pleuritis (pneumonia), panas tinggi

(kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat.

7) Perkusi meredup diatas efusi pleura.

8) Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

9) Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

10) Fremitus fokal dan raba berkurang.

11) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari

karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB

paru.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan

didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan


lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan

melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

2) Ultrasonografi

3) Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui

kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat

jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior

dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan

yang mungkin serosa (serotorak), berdarah

(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks).

Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil

bendungan) atau eksudat (hasil radang).

4) Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri,

pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung

sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi

(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH),

protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan,

dan pH.

5) Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

7. PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab

dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan

untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.

Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co;

gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).


2) Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk

mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk

menghilangkan disneu.

3) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi

kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis

berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan

ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada

dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang

pleura dan pengembangan paru.

4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti

tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk

mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi

cairan lebih lanjut.

5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan

termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan

terapi diuretic.

8. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1) Pengumpulan data

a) Identitas

b) Keluhan utama

c) Riwayat penyakit

d) Riwayat psikologis
2) Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola-pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

b) Pola nutrisi dan metabolisme

c) Pola eliminasi

d) Pola istirahat tidur

3) Pemerikasaan fisik

a) Status kesehatan umum

b) Sistem respirasi

c) Sistem kardiovaskuler

4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan radiologis

b) Biopsi pleura

b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan adanya secret

2) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukkan cairan dalam rongga pleura

3) Penurunan pertukaran gas berhubungan dengan suplai

02 yang kurang

4) Nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan

pada rongga pleura

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan suplai 02 dengan kebutuhan


6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari krbutuhan

tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme

tubuh

7) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

pada rongga pleura

8) Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi cairan

pleura melalui jarum

c. Rencana Tindakan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan adanya secret

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil : Secret bisa keluar, ronkhi (-

), RR 16-20 x /menit

Rencana Tindakan :

a) Memberikan posisi semi fowler

Rasional : Mempermudah fungsi pernafasan

b) Mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif

Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 dan mobilisasi

secret

c) Melakukan kolaborasi pemberian ekspektoran pada

pasien

Rasional : Membantu mengeluarkan dahak

d) Menganjurkan pasien untuk banyak minum terutama

air hangat
Rasional : Untuk mengencerkan secret sehingga

mudah dikeluarkan

2) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru

secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman

pernafasan dalam batas normal, pada

pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan

adanya akumulasi cairan, bunyi nafas

terdengar jelas.

Rencana Tindakan :

a) Mengidentifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab,

kita dapat menentukan jenis effusi pleura

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

b) Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, laporkan setiap perubahan yang

terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi

dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui

sejauh mana perubahan kondisi pasien.


c) Membaringkan pasien dalam posisi yang nyaman,

dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur

ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah

dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

d) Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi,

tekanan darah, RR dan respon pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan

indikasi adanya penurunan fungsi paru.

e) Melakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan

suara nafas pada bagian paru-paru.

f) Membantu dan mengajarkan pasien untuk batuk dan

nafas dalam yang efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika

batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada

serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

g) Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk

pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan

beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis

akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat

dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan

kembalinya daya kembang paru.


3) Penurunan pertukaran gas berhubungan dengan suplai

O2 yang kurang

Tujuan : Klien mampu menunjukkan perbaikan

oksigenasi

Kriteria hasil : Gas arteri dalam batas normal,

warna kulit perifer membaik, bunyi nafas

bersih, tidak batuk.

Rencana Tindakan :

a) Mengobservasi status pernafasan, hasil gas darah

arteri, nadi dan nilai oksimetri

Rasional : Memantau perkembangan kegawatan

pernafasan

b) Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit

(warna)

Rasional : Gangguan Oksigenasi perifer tampak

cianosis

c) Mengobservasi tanda vital dan status kesdaran.

Rasional : Menentukan status pernafasan dan

kesadaran

d) Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi

aktivitas klien

Rasional : Mengurangi penggunaan energi

berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen

e) Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan

Rasional : Memenuhi kebutuhan oksiegen


f) Mempertahankan posisi fowler dengan tangan

abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk

condong ke depan dengan ditahan meja.

Rasional : Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn

g) Menginstruksikan dan memberikan dorongan kepada

pasien untuk melakukan pernafasan diafragmatik

dan batuk yang efektif

Rasional : Memperbaiki ventilasi dengan membuka

jalan nafas dan membersihkan jalan nafas dari

sputum

h) Melakukan kolaborasi pemberian obat

Rasional : Mempercepat penyembuhan

4) Nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan

pada rongga pleura

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri

berkurang atau dapat dikontrol, pasien

tampak tenang

Rencana Tindakan :

a) Mengkaji terhadap adanya nyeri, skala dan

intensitas nyeri

Rasional : Untuk mengetahui nyeri yang dialami

pasien sehingga dapat mengambil intervensi yang

cepat dan tepat


b) Mengajarkan pada klien tentang manajemen nyeri

dengan distraksi dan relaksasi

Rasional : Tehnik distraksi dan relaksasi

efektif untuk mengurangi rasa nyeri

c) Mengamankan selang dada untuk membatasi gerakan

dan menghindari iritasi

Rasional : Memberikan kenyamanan pada pasien dan

mencegah infeksi akibat timbulnya iritasi

d) Memberikan analgetik sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi rasa nyeri

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan suplai O2 dengan kebutuhan

Tujuan :Pasien mampu melaksanakan aktivitas

seoptimal mungkin.

Kriteria hasil :Terpenuhinya aktivitas secara

optimal, pasien kelihatan segar dan

bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

Rencana Tindakan :

a) Mengevaluasi respon pasien saat beraktivitas,

catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya

perubahan tanda-tanda vital.

Rasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan

pasien dalam melakukan aktivitas.


b) Membantu Pasien memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara

aktif dan mandiri.

c) Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu

beraktivitas secara penuh.

d) Memotivasi dan awasi pasien untuk melakukan

aktivitas secara bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap

akan membantu mengembalikan pasien pada kondisi

normal.

6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme

tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah

makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

a) Memberi motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi

oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi

dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi

bagi tubuh.
b) Mengauskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau

meningkat menunjukkan adanya gangguan pada

fungsi pencernaan.

c) Melakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat

mengurangi nafsu makan.

d) Memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak

membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan

reflek
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer c, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical

Bedah Edisi8. Vol.1. Jakarta : EGC

Baughman C, Diane. 2000.Keperawatan Medical Bedah. Jakrta:

EGC.

Mansjoer, Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi

3.Jakarta : Media Aesculapius

Price, Sylvia A.1995.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-

Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta: EGC

Marilyn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :

EGC

Anda mungkin juga menyukai