TSM
A. Perencanaan
A.1 Bentuk dan Dimensi
Gambar dibawah ini merupakan salahsatu contoh konstruksi bak IPAL
menggunakan beton bertulang dan pasangan bata.
Adapun bentuk,
bentuk, dimensi, dan penempatan
penempatan ren
rencana
cana posisi IPAL
IPAL adalah sebagai
sebagai
berikut :
1
Gambar 4. Posisi IPAL
KP RB1
RB2
Dinding beton 1
Dinding bata 1 Dinding beton 2
2
Air Limbah 2 Pelat atap Air Limbah 2
Pelat lantai
Air Limbah 1
BEBAN KONSTRUKSI
panjang lebar tinggi Volume jumlah Volume berat jenis beban
Keterangan
m m m m3 buah m3 kN/m3 kN
Dinding Beton 1 2 0.15 2.75 0.83 2 1.65 24 39.6
Dinding Beton 2 13.73 0.15 2.75 5.66 2 11.32725 24 271.854
Dinding batu bata 1 (bak perata) 0.3 0.15 0.72 0.03 4 0.1296 21 2.7216
Dinding batu bata 2 (bak perata) 2 0.15 0.72 0.22 2 0.432 21 9.072
Dinding batu bata 3 (shettler+ABR) 2 0.15 2.75 0.83 11 9.075 21 190.575
RB1 2 0.15 0.15 0.05 13 0.585 24 14.04
RB2 0.3 0.15 0.15 0.01 4 0.027 24 0.648
kolom praktis 0.15 0.15 0.72 0.02 4 0.0648 24 1.5552
pelat lantai 14.63 2.3 0.2 6.73 1 6.7298 24 161.5152
pelat atap 14.63 2.3 0.12 4.04 1 4.03788 24 96.90912
Air Limbah 1 (shettler+ABR) 13.43 2 2.5 58.08 1 58.075 10.3 598.1725
Air Limbah 2 (bak perata) 2 0.3 0.72 0.43 2 0.864 10.3 8.8992
Lain-lain 10
Total beban konstruksi 1405.56
BEBAN GALIAN
panj ang l ebar ti nggi V ol ume j uml ah be rat j eni s be ban
Keterangan
m m m m3 buah kN/m3 kN
Tanah 2.3 14.63 2.97 99.94 1 16 1599.00
3
Dari hasil perhitungan diatas tidak terjadi penambahan beban akibat konstruksi,
karena beban konstruksi lebih ringan daripada beban tanah yang digali, sehingga
beban konstruksi tidak akan menyebabkan settlement.
Untuk mengetahui daya dukung dibawah area konstruksi, maka perlu dilakukan
tinjauan daya dukung tanah dengan asumsi sudut geser adalah 5 o. Koefisien
daya dukung tanah disajikan pada Tabel dibawah ini :
Konstruksi bak ipal menyerupai struktur pelat untuk fondasi maka dari itu di
dalam analisis struktur bak ipal jenis perletakan yang digunakan adalah joint
spring karena mempunyai perilaku pelat fleksibel. Penyaluran beban dilakukan
dengan cara meshing dengan luasan 1,0 m x 1,0 m.
Pada setiap joint spring pada mesh memiliki daya dukung sebesar koefisien
reaksi subgrade (ks)
4
Gambar 5. Skema pembebanan fondasi fleksibel
tengah
Ujung
tepi elat
5
A.3.2 Tinjauan Gaya Lateral
Gaya lateral dihitung dengan tinjauan per 1 m panjang dari struktur bak Ipal.
Dengan keadaan tanah homogen sampai kedalaman ± 2,97 m (dasar bak ipal).
Ka = tan2 (45 – ϕ/2) = tan2 (45 – 5/2) = 0,621
Kp = tan2 (45 + ϕ/2) = tan2 (45 + 5/2) = 0,854
Tekanan Lateral aktif (P a) = h1 x γ x Ka
= 2,97 x (16-9,81) x 0,621
= 29,509 kN/m
Tekanan hidrostatis (P h) = h1 x γlimbah
= 2,75 x 10,3
= 28,325 kN/m
Tekanan akibat kohesi (P ac) = 2 c (Kp)^0,5
= 2 x 5 (0,854) ^ 0,5
= 9,24kN/m
Nilai-nilai gaya tekanan lateral nanti akan dijadikan sebagai input beban dalam
perencanaan struktur.
6
Baja Tulangan
Diameter ≤ 12 mm menggunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan fy =
240 MPa
A.4.2 Pembebanan
-Beban mati
Beban mati akibat elemen struktur dihitung secara otomatis oleh program SAP
2000 dengan berat volume 2400 kg/m 3. Kemudian beban mati tambahan berupa
beban air limbah itu sendiri dengan berat volume 1300 kg/m 3.
Selain dari itu beban lateral tanah juga termasuk beban mati , yang telah dihitung
sebelumnya menjadi beban segitiga
-Beban Gempa
Beban tergantung pada lokasi konstruksi berada, dalam perencanaan ini lokasi
berada di Kota Jakarta yang termasuk area gempa dengan percepatan puncak
dasar di batuan dasar 0,3 – 0,4 g.
7
Kondisi tanah di lokasi rencana IPAL ternasuk ke dalam kategori tanah sedang.
Untuk tanah lunak,
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA) = 0.348 g
Percepatan batuan dasar pada perioda pendek (SD s) = 0.607 g
Percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik (SD 1) = 0.548 g
8
Keterangan :
D = beban mati ( dead load ), meliputi berat sendiri gedung ( self weight , SW)
dan beban mati tambahan (superimposed dead load , D),
E = beban gempa (earthquake load )
9
Gambar 11. Pemodelan pembebanan lateral akibat tanah
10
Berdasarkan analisis struktur displacement maksimum yang terjadi adalah
sebesar 4 mm
Untuk merencanakan tebal elemen dan banyaknya besi tulangan dalam
perencanaan pelat maka perlu dilakukan peninjuan pada gaya momen dan
geser. Berikut ini merupakan gambar distribusi gaya :
a. Gaya Momen
11
Gambar 14. Kontur momen lentur M11
b. Gaya Geser
Gaya geser pada dinding disebabkan oleh resultan gaya tekanan lateral tanah,
sedangkan gaya geser pada pelat dasar disebabkan oleh resultan gaya akibat
tekanan hidrostatis air limbah.
Gaya gese ultimate, Vu = 1,4 D
Resultan Gaya Lateral aktif (P a) = 0,5 x γ x h12 x Ka
2
= 0,5 x 16 x 2.97 x 0.621
= 43,82 kN/m’ (per 1 m lebar)
V2
V V L = 3.5 m
V
L =10 35 m
Diketahui :
γ limbah = 1300 kg/m3 = 13 kN/m3
12
h limbah = 2,5 m
L1 = 13,58 m
L2 = 2,30 m
V1 (per 1 m) = RV1 / L2
= 42,98 /2,3
= 18,68 kN/m’
V1 (per 1 m) = RV2 / L1
= 467,57 /13,58
= 34,21 kN/m’
Dari kedua tinjauan diatas besar gaya geser yang paling menentukan adalah V 1
sebesar 34,21 kN.
Sehingga Vu pelat dasar = 1,4 x 34,21
= 47,89 kN/m’
13
A.4.5 Perhitungan Tulangan
-Penulangan lentur pelat dinding .
Arah 1-1
Data :
f'c = 20 MPa ᴓ = 0.8 D rencana 12 mm
f'y = 240 MPa β, = 0.85 0.92 Tebal Plat 150 mm
b = 1000 mm Slimut beton 20 mm
dx = 124 mm
dy = 112 mm
Mu 16300000
Mn = = = 20375000 m
ᴓ 0.8
= 0.0430
= 0.0323
f'y 240
m = =
0,85 . f'c 0.85 . 20
= 14.1176
Mn 20375000
Rn = 2
=
bd 1000 124 ^ 2
= 1.3251
1 2 . m. Rn
ρ = . 1 - 1-
m f'y
1 2 . m. Rn
= . 1 - 1-
14 f'y
= 0.0058
14
ρmin = 0.0025
As = ρ. b . d
= 0.0058 . 1000 . 124
= 714 mm2
n = As
2
μ/4 . D
= 6.3099
≈ 7
S = b/n
= 143 mm
= 140 mm
S pakai adalah 140 mm, jadi tulangan dinding arah horizontal adalah Φ12-140
Arah 2-2
Data :
f'c = 20 MPa ᴓ = 0.8 D rencana 12 mm
f'y = 240 MPa β, = 0.85 0.92 Tebal Plat 150 mm
b = 1000 mm Slimut beton 20 mm
dx = 124 mm
dy = 112 mm
Mu 16220000
Mn = = = 20275000 m
ᴓ 0.8
= 0.0430
15
ρmax = 0,75. ρ b = 0.8 . 0.0430
= 0.0323
f'y 240
m = =
0,85 . f'c 0.85 . 20
= 14.1176
Mn 20275000
Rn = 2
=
bd 1000 124 ^ 2
= 1.3186
1 2 . m. Rn
ρ = . 1 - 1-
m f'y
1 2 . m. Rn
= . 1 - 1-
14 f'y
= 0.0057
ρmin = 0.0025
As = ρ. b . d
= 0.0057 . 1000 . 124
= 710 mm2
n = As
2
μ/4 . D
= 6.2776
≈ 7
S = b/n
= 143 mm
= 140 mm
S pakai adalah 140 mm, jadi tulangan dinding arah vertikal adalah Φ12-140.
16
-Penulangan lentur pelat dasar
Arah 1-1
Data :
f'c = 20 MPa ᴓ = 0.8 D rencana 10 mm
f'y = 240 MPa β, = 0.85 0.92 Tebal Plat 200 mm
b = 1000 mm Slimut beton 20 mm
dx = 175 mm
dy = 165 mm
Mu 3340000
Mn = = = 4175000 m
ᴓ 0.8
= 0.0430
= 0.0323
f'y 240
m = =
0,85 . f'c 0.85 . 20
= 14.1176
Mn 4175000
Rn = 2
=
bd 1000 175 ^ 2
= 0.1363
1 2 . m. Rn
ρ = . 1 - 1-
m f'y
1 2 . m. Rn
= . 1 - 1-
14 f'y
= 0.0006
17
ρmin = 0.0025
As = ρ. b . d
= 0.0025 . 1000 . 175
= 438 mm2
n = As
2
μ/4 . D
= 5.5704
≈ 6
S = b/n
= 167 mm
= 160 mm
S pakai adalah 160 mm, jadi tulangan pelat dasar arah memanjang adalah Φ10-160
Arah 2-2
Data :
f'c = 20 MPa ᴓ = 0.8 D rencana 10 mm
f'y = 240 MPa β, = 0.85 0.92 Tebal Plat 200 mm
b = 1000 mm Slimut beton 20 mm
dx = 175 mm
dy = 165 mm
Mu 17170000
Mn = = = 21462500 m
ᴓ 0.8
= 0.0430
18
ρmax = 0,75. ρ b = 0.8 . 0.0430
= 0.0323
f'y 240
m = =
0,85 . f'c 0.85 . 20
= 14.1176
Mn 21462500
Rn = 2
=
bd 1000 175 ^ 2
= 0.7008
1 2 . m. Rn
ρ = . 1 - 1-
m f'y
1 2 . m. Rn
= . 1 - 1-
14 f'y
= 0.0030
ρmin = 0.0025
As = ρ. b . d
= 0.0030 . 1000 . 175
= 522 mm2
n = As
2
μ/4 . D
= 6.6463
≈ 7
S = b/n
= 143 mm
= 140 mm
S pakai adalah 140 mm, jadi tulangan pelat dasar arah melintang adalah Φ10-140
19
-Penulangan Geser Pelat Dinding
Vu = 61350 N
B = 1000 mm
H = 150 mm
c = 20 mm
d = 130 mm
f'c = 20 MPa
Ø = 12 mm
fy = 240 MPa
ΦVc = 72672,21 N
Vu - ΦVc = -11322,21 N (tidak butuh tulangan geser)
20
Φ12-140
Φ12-140
Φ 10-140
Φ10-160
21