Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji aktivitas anticacing (anthelmintik)
terhadap cacing parasit yang menyebabkan patogen (penyakit). Cacing yang digunakan adalah
cacing tanah, cacing tanah merupakan salah satu faktor penyebab cacingan, terutama paling
banyak ditemukan dalam kasus penyakit cacingan pada anak-anak, dimana sumber utama
penularan cacing adalah melalui telur cacing yang biasanya ikut termakan bersama makanan.
Telur cacing sangat membutuhkan media tanah untuk menjadi larva ataupun menjadi cacing
dewasa, apabila cacing didalam tanah dapat berdampak positif menyuburkan tanah, berbeda
ceritanya jika cacing masuk kedalam mulut ikut tertelan bersama makanan maka cacing akan
tumbuh didalam usus manusia menjadi larva dan bisa menyebar mengikuti aliran darah setelah
itu larva kembali ke usus dan menetap diusus hingga dwasa. Waktu yang dibutuhkan untuk
siklus hidup cacing adalah sekitar 2 bulan.

Cacing yang ada didalam tubuh harus segera dikeluarkan karena bahaya cacing
diantaranya dapat menyebabkan penderita cacingan malnutrisi karena cacing mengambil
makanan dari saluran cerna manusia. Cacing perlu makanan untuk dapat hidup dan
memperoleh energi sehingga ketika adanya makanan maka terjadi kompetisi antara cacing dan
jaringan tubuh manusia dalam mengambil nutrisi dari makanan. Selain itu cacing juga dapat
menyebabkan anemia , infeksi sekunder oleh bakteri dan reaksi alergi.maka dari sekian
banyaknya bahaya dari penyakit cacingan maka penyakit cacingan perlu di obati.

Obat cacing (anthelmintik ) adalah obat yang digunakan untuk melumpuhkan,


membunuh dan membasmi cacing sampai ke larva bahkan telur cacing didalam usus manusia
atau hewan sehingga cacing dapat dikeluarkan dari tubuh manusia atau hewan bersama dengan
kotoran . Obat cacing yang biasa digunakan dan berada di pasaran adalah piperazin dan pirantel
pamoat. Aktivitas anticacing (anthelmintik) yang akan diuji dilakukan secara in vitro, suatu
proses yang dilakukan untuk menunjukkan gejala yang diteliti di luar tubuh makhluk hidup
dalam kondisi laboratorium. Pengerjaan dilakukan dengan metode rendaman, dimana cacing
yang telah diaktivasi direndam dalam larutan obat, berhubung cacing tanah tumbuh dalam
kondisi suhu yang sama dengan suhu lingkungan maka tidak perlu dilakukan aktivasi.

Parameter dari uji antelmintik secara in vitro adalah waktu paralisis dan waktu kematian
cacing. Waktu paralisis dinyatakan apabila cacing tidak bergerak kecuali apabila cacing
diguncang dengan kuat menggunakan batang pengaduk. Waktu kematian dinyatakan apabila
cacing tetap tidak bergerak meskipun dicelupkan ke dalam air bersuhu 50°C. Hal ini dapat
meningkatkan metabolisme cacing kembali sehingga cacing dapat bergerak dan dapat diamati
keadaannya.

Dari data percobaan yang diperoleh kelompok cacing yang direndam dalam larutan
aquadest (kontrol negatif) menunjukkan aktivitas normal cacing ditandai dengan cacing tetap
bergerak aktif. Kelompok cacing yang direndam dalam larutan uji pirantel pamoat
menunjukkan aktivitas yang beragam sesuai dengan konsentrasinya. Dari larutan uji pirantel
pamoat dengan konsentrasi 0,625 0,312 dan 0,165 menunjukkan rata rata cacing mengalami
paralisis spastik dalam kurun waktu 2 jam, larutan uji dengan konsentrasi 0,625 dan 0,312
dapat menyebabkan kematian pada cacing. Ini menandakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
pirantel pamoat dapat membunuh cacing sedangkan dengan konsentrasi 0,165 merupakan batas
awal cacing dapat berinteraksi dengan obat yang ditandai dengan paralisis spastik atau
kelumpuhan pada otot-otot cacing yang diakibatkan kontraksi otot cacing terus menerus yang
menyebabkan cacing menjadi kejang sehingga cacing sukar bergerak dan kaku bahkan bisa
sampai dengan kematian.Obat cacing dengan konsentrasi 0,082 menunjukkan tidak terjadi
pengaruh apapun terhadap cacing, aktivitas normal, cacing yang ditandai dengan cacing tetap
bergerak aktif saat di sentuh dengan batang pengaduk. Dari hasil yang didapatkan utuk larutan
uji sesuai dengan teori semakin tinggi konsentrasi akan meningkatkan daya bunuh terhadap
cacing

Sama halnya dengan larutan uji pirantel pamoat, larutan uji piperazin sitrat juga mempengaruhi
aktivitas cacing sesuai dengan konsentrasinya. Cacing yang di rendam dalam larutan uji 6,25
menunjukkan paralisis flasid pada menit ke 90-120, Cacing yang di rendam dalam larutan uji
5 menunjukkan aktivitas normal pada cacing dengan ditandai cacing tetap bergerak aktif.
Cacing yang direndam pada menit ke 2,5 terjadi paralisis flasid pada menit ke 45 dan kematian
cacing pada menit ke 75, Cacing yang di rendam dalam larutan uji 1,25 menunjukkan paralisis
flasid pada menit ke 45-120. Paralisis flasid terjadi karena hiperpolarisasi/relaksasi terus
menerus sehingga cacing akan menjadi lemas karena tidak ada energi atau tenaga untuk
bergerak sehingga apabila dibiarkan lama kelamaan akan mati. Dari data yang didapatkan
untuk uji obat piperazin menunjukkan terjadi perbedaan dengan teori dimana dari teori pustaka
dengan semakin tingginya konsentrasi obat maka akan meningkatkan daya bunuh dari larutan
uji, tetapi di larutan uji ini terjadi variasi daya bunuh terhadap cacing. Adanya perbedaan
kemungkinan karena aktivasi cacing yang berbeda karena cacing yang digunakan bisa saja
beragam ukuran sehingga mempengaruhi hasil dari pengujian tersebut. Atau larutan uji sudah
berkurang senyawa aktifnya sehingga kurang memberikan efek terhadap cacingnya.
Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan kami dapat melakukan pengujian aktivitas obat anti
cacing (anthelmintik) pirantel pamoat dan piperazin sitrat secara invitro, cacing yang di rendam
dengan larutan uji pirantel pamoat menunjukkan aktivitas paralisis spastik dan cacing yang di
rendam dengan larutan uji piperazin sitrat menunjukkan aktivitas paralisis flasid.

Anda mungkin juga menyukai