Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh.
Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Agar
kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai
dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan
kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam
penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan digunakan
sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei
konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.

Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan seseorang


atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Metode yang bersifat
kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan
makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh
bahan makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif
antara lain : metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode
telepon dan metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan metode yang bersifat
kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung
konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau
daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi
Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode pengukuran konsumsi
secara kuantitatif antara lain : metode recall nutrition, perkiraan makanan (estimated food
records), penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris
(inventory method) dan pencatatan (household food records). Selain itu, untuk mengetahui
konsumsi makan seseorang, bisa dengan menggunakan metode tingkat individu, antara lain

1
metode recall 24 jam, metode estimated food records, metode penimbangan makanan (food
weighing), metode dietary history, dan metode frekuensi makanan (food frequency).

Sampai saat ini yang banyak digunakan adalah metode recall 24 jam. Metode ini
banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data konsumsi pangan karena merupakan
metode yang relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas
untuk wawancara, tetapi mempunyai tingkat akurasi yang rendah, karena hanya
mengandalkan kemampuan mengingat responden.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari metode recall 24 jam ?

2. Bagaimana metode pelaksanaan recall 24 jam ?

3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode recall 24 jam?

4. Apa kelemahan dan kelebihan dari metode recall 24 jam ?

5. Apa saja kesalahan yang terjadi saat pengukuran dengan metode recall 24 jam ?

6. Bagaimana caranya agar hasil metode recall tetap valid ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian metode recall 24 jam

2. Mengetahui metode pelaksanaan recall 24 jam

3. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode recall 24 jam

4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode recall 24 jam

5. Mengetahui kesalahan yang terjadi saat pengukuran dengan metode recall 24 jam

6. Mengetahui cara agar hasil metode recall 24 jam tetap valid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Recall 24 Jam

Metode recall 24 jam adalah metode wawancara dengan meminta responden untuk
menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya dalam waktu 24 jam
sebelumnya. Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan
jenis bahan makanan yang dikonsumsinya. Agar wawancara berlangsung dengan baik, maka
perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan wawancara
menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan
sehari dapat berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati,
sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain (Riyadi,1995).

Dalam metode ini, responden, ibu ataupun pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin).
Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya,
atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai
24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka
konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang
sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah
terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan
menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa
dipergunakan sehari-hari.

3
Metode 24-hours recall dibagi menjadi dua macam yaitu :

1. Single 24-hours recall


Survey hanya dilakukan satu kali, sehingga dianggap tidak cukup menggambarkan pola
konsumsi makan dari individu atau kelompok.
2. Multiple 24-hours recall
Survey pada multiple 24-hours recall adalah pengkajian pada individu yang sama namun
dengan permintaan pengukuran beberapa hari. Metode ini dapat juga digunakan untuk
mengukur pada individu yang berbeda jika ingin mengukur dalam 1 kelompok maka akan
didapatkan hasil data yang lebih valid.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data yang diperoleh
kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu,
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-
turut, sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake.harian individu (Sanjur, 1997).

B. Metode Pelaksanaan Recall 24 Jam


a) Tahap Persiapan 24- hours recall
Pada persiapan sebelum melakukan 24-hour recall terdapat beberapa peralatan
yang perlu dipersiapkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ukuran porsi makanan
responden yang mendetail dan memudahkan petugas untuk menaksirnya dalam satuan
berat (gram). Peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain:
1. Formulir 24-hour recall dan alat tulis
Secara umum, formulir 24 hour recall harus mencakup:
a. ID Number (nomor khusus untuk responden)
b. Nama responden dan nama pewawancara
c. Umur responden
d. Tanggal melakukan wawancara
e. Tanggal melakukan recall (waktu melakukan recall/24 jam sebelumnya)
f. Sedang hamil/tidak
g. Sedang menyusui/tidak
h. Meminum suplemen/tidak
i. Minum obat/tidak
j. Perkiraan waktu saat mengonsumsi makanan/ minuman
k. Jumlah bahan yang dimakan, contoh: 6 sendok makan, 1 cup, 1 potong, dsb.

4
l. Jenis makanan, contoh: jus jeruk, cokelat, dsb.
m. Deskripsi makanan (pengolahan, penyajian, merek, dll)
n. Tambahan komposisi selama persiapan dan pengolahan, contoh: gula, minyak, dsb.

Contoh formulir 24-hours recall :


2. Menyediakan kuesioner
Agar wawancara berlangsung sistematis, perlu disiapkan kuesioner

sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan waktu dan pengelompokan


bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang,
malam, dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokan bahan makanan dapat
berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-
buahan, dan lain-lain

3. Food Recall Kit


Food recall kit ini berfungsi untuk menentukan jumlah konsumsi makanan. Hal
ini dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga tidak dapat memberikan jumlah

5
bahan dalam porsi melainkan jumlah kasar, sehingga food recall kit ini akan sangat
membantu responden untuk mengingat jumlah makanan yang mereka konsumsi.
Beberapa contoh dari food recall kit:
 Ukuran gelas dan sendok (Liquid and Dry)
1 permukaan tangan= 3 ons daging
 Food Model
 Red Dinner Plate yang digunakan untuk memvisualisasi ukuran sebuah porsi atau
menentukan seberapa besar potongan makanan atau dessert yang dimakan.
Pertanyaan yang diajukan bisa seperti ini, “Apakah piringnya penuh? Apakah
ukurannya setengah atau seperempat piring?”
 Wadah plastik berisi 2 hingga 3 cups nasi
 ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) dengan berbagai ukuran
dan gambar makanan.
b) Tahap Pelaksanaan 24-hours recall
1. Petugas membuka wawancara dengan sopan dan terkesan bersahabat.
a. Membuka dengan sapaan, dan menyebutkan nama dan memanggilnya dengan
sapaan sopan (pak, ibu, dll), dan bertanya mengenai nama panggilan.
b. Memperkenalkan diri sendiri kepada responden dan kemampuan dalam bidang ini
c. Mencoba basa-basi mengenai hal-hal yang dapat dibantu
d. Mengekpresikan ketertarikan untuk membantu responden
2. Responden mencatat atau menceritakan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang
lalu, memberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah
beribadah, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain
dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang
dimakan di luar rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara.
Konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya
pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A. Mendeskripsikan dengan detail setiap
bahan makanan yang dikonsumsi.
c) Tahap Penutupan Wawancara
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengakhiri wawancara dengan responden :
1. Menyelesaikan wawancara ketika melihat responden merasa lelah
2. Bersama-sama dengan responden mereview 24-hours list
3. Mendiskusikan pertanyaan/comment dari responden apabila memiliki masalah
4. Berterima kasih kepada responden terkait kerjasama dan kesabarannya

6
d) Tahap Pengolahan dan Pengintepretasian Data Responden
1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama
kurun waktu 24 jam yang lalu.
 Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan
waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari
sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama,
makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah
seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat
perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta
adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
 Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam
menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan
berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan
lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat
dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang
akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
 DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis
bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak,
karbohidrat, dan beberapa mineral penting (seperti : kalsium, zat besi, vitamin A,
vitamin B, niasin dan vitamin C).
3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
 Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yang
dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti.
Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara
nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa,
2001). Dasar penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebagai berikut:
a. Kelompok umur
b. Jenis kelamin
c. Tinggi badan
d. Berat badan
e. Aktivitas

7
f. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam 24-hours Recall


a) Syarat Tenaga Survei untuk recall
1. Harus punya kemampuan memperkirakan berat
2. Melengkapi diri dengan food model
3. Membuat konversi URT ke berat untuk tiap responden (iindividu/keluarga) yang
disurvei
b) Teknik yang digunakan dalam wawancara
1. Mendapatkan info sebanyak-banyaknya dengan lebih spesifik
2. Mendorong responden untuk mejelaskan jawaban
3. Mendorong responden untuk membuka jawaban secara terperinci
4. Membantu responden untuk mendapatkan jawaban yang lebih spesifik
5. Menyelidiki mengenai waktu
a. Apa yang Saudara lakukan pertama kali saat makan atau minum ketika bangun
saat pagi pagi hari?
b. Apakah ada yang Saudara konsumsi setelah tengah malam?
6. Menyelidiki mengenai aktivitas
a. Ketika Saudara bekerja, saat istirahat apa yang Saudara lakukan terkait makan atau
minum?
b. Apakah Saudara menonton TV? Jika iya, apakah Saudara mengkonsumsi sesuatu?
c. Apakah Saudara berhenti untuk mengkonsumsi sesuatu saat perjalanan pulang dari
kantor?
7. Menyelidiki tentang makanan
a. Jenis pangan
b. Metode persiapan
c. Nama jenis
d. Bagian yang dimakan
e. Bahan-bahan
f. Tambahan pangan
8. Membagi wawancara dalam tiga tahap:
a. Quick List : Pertama, membuat daftar lengkap makanan/minuman yang telah
dkonsumsi tanpa berusaha memperkirakan porsinya terlebih dahulu.

8
b. Detailed description : Kedua, setelah semua makanan/minuman disebutkan oleh
responden, petugas dapat melengkapi deskripsi detail makanan/minuman responden
serta menentukan jumlahnya.
Jika responden menanyakan pertanyaan seputar gizi pada saat pelaksanaan recall,
beritahu responden bahwa Anda (pewawancara) akan menjawabnya nanti setelah
menyelesaikan recall.
c. Review : Setelah responden memberitahukan tentang makanan/minuman yang ia
konsumsi selama 24 jam lalu beserta jumlahnya, petugas wawancara dapat
membacakan daftar tersebut kembali kepada responden, kemudian petugas dapat
meminta responden untuk memberitahukan apapun yang mungkin lupa disebutkan
oleh responden.
Petugas wawancara mengucapkan terima kasih kepada responden atas
kerjasamanya dan sebaiknya tidak memberikan komentar apapun terhadap hasil
recall.

c) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara dengan responden


a. Sabar
b. Jangan menekan responden
c. Mengijinkan responden untuk berbicara tanpa penyelaan
d. Mengijinkan untuk bertanya dan berkomentar
e. Jagan menunjukkan ekspresi tidak setuju dengan body language atau kata-kata
f. Menggunakan food model –terkait petanyaan porsi penyajian makan
g. Menggunakan pertanyaan terbuka
h. Bertanya tentang komposisi makan dan bahan-bahannya
i. Melarang pertanyaan yang sudah pasti
j. Memberikan pertanyaan dengan berbagai model, antara lain:
1. Membuka pertanyaan dengan netral
2. Menghindari pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban iya atau tidak
3. Pertanyaan terkait kebiasaan
4. Pertanyaan kebiasaan sangat bermanfaat untuk bimbingan di masa depan
dibandingkan pertanyaan keilmuwan saja

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Recall 24 Jam

9
a. Kelebihan metode recall 24 jam :
1. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas
untuk wawancara.
3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga
dapat dihitung intake zat gizi sehari.
6. Cakupan sampling yang luas dan memungkinkan
7. Lebih objektif dari sejarah diet.
8. Berguna untuk menilai asupan rata-rata populasi yang besar, dan karena itu sering
digunakan untuk survei makanan dalam populasi (Gibson, 1998).
9. Berguna dalam pengaturan klinis.
b. Kelemahan metode recall 24 jam :
1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukan
recall satu hari.
2. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu
responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok
dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan
orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
3. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang
gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan
alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan
masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-
apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan
serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk
mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat
panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara
keagamaan, selamatan dan lain-lain.
6. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan
pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara
keagamaan, selamatan dan lain-lain.
7. Rawan kesalahan dalam memperkirakan ukuran porsi yang dikonsumsi.

10
8. Mungkin tidak mencerminkan kelompok asupan jika ingatan tidak mewakili semua
hari dalam seminggu.
9. Pewawancara harus terlatih dengan baik.
10. Pewawancara harus terlatih dengan baik
11. Terus-menerus bertanya-jawab akan sangat melelahkan baik bagi responden dan
pewawancara dan dapat berakibat pada kesalahan
12. Rentan terhadap kesalahan ketika bagian estimasi ukuran dikonversi ke gram
13. Rawan kesalahan dalam pengkodean item makanan jika terbatas jumlah item
makanan dalam database
14. Kelalaian dressing, saus, dan minuman dapat mengakibatkan perkiraan rendahnya
asupan energy
15. Data entry bisa sangat padat .
16. Karena sifat retrospektif nya, 24 hour recall kurang cocok untuk digunakan dengan
anak-anak dan orang tua.
17. Rawan kesalahan dalam memperkirakan ukuran porsi yang dikonsumsi.
18. Mungkin tidak mencerminkan kelompok asupan jika ingatan tidak mewakili semua
hari dalam seminggu.
19. Kelalaian dressing, saus, dan minuman dapat mengakibatkan perkiraan rendahnya
asupan energi.Pewawancara harus terlatih dengan baik.
20. Terus-menerus bertanya-jawab akan sangat melelahkan baik bagi responden dan
pewawancara dan dapat berakibat pada kesalahan.
21. Rentan terhadap kesalahan ketika bagian estimasi ukuran dikonversi ke gram.
22. Rawan kesalahan dalam pengkodean item makanan jika terbatas jumlah item
makanan dalam database.

E. Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet


Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsi
makanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa berubah dengan penggunaan
metode dan populasi serta studi gizi. Tipe dari kesalahan pengukuran dapat diminimalkan
oleh mutu menggabungkan prosedur control pada waktu proses pengukuran.
a) Sumber Kesalahan dari Metode Recall 24 Jam
Banyak sumber kesalahan yang terjadi saat menggunakan metode recall 24 jam pada
individu dan rumah tangga, diantaranya :
1. Nonrespondent Bias / Bias Nonresponden dalam survey makanan memberikan hasil,
sebaliknya sampel acak dari subjek tidak mewakili populasi studi.
2. Respondent Bias / Bias Responden diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik atau
kelemahan laporan dari konsumsi makanan.

11
3. Interviewer Bias / Kesalahan Pewawancara bisa terjadi jika ada perbandingan
pertanyaan diantara para pewawancara untuk informasi yang merubah tingkat atau
catatan jawaban dari subjek tidak benar.
4. Respondent Memory Lapse / Terbatasnya Daya Ingat Responden bisa mengakibatkan
kesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu tambahan memori untuk mengingat
kembali.
5. Incorrect Estimate of Protein Size / Kesalahan perkiraan ukuran porsi dapat terjadi
dari responden yang gagal mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan atau
kurang paham “rata-rata” ukuran porsi.
6. Supplement Kause / Pemakaian Suplemen bisa menghilangkan catatan makanan atau
mengingat kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.
7. Coding Error / Kesalahan Pengkodean dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi
telah dikonversi dari ukuran rumah tangga ke ukuran gram dan ketika makanan
memakai kode (e.g.,2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).
8. Mistakes in the Holding of Mixed Disease / Kesalahan dalam Perlakuan
Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan perkiraan dari kandungan gizi
per gram dan juga kesalahan dalam penilaian kelompok makanan tertentu.

b) Laporan Asupan Energi yang Tinggi


Kelemahan dalam metode recall ini adalah keadaan yang biasanya berasal dari bias
responden dan dari dokumen atau pencatatan hasil survei. Kelemahan laporan asupan
energi yang biasanya terjadi adalah kelemahan dari segi pencatatan dan kekurangan dari
segi makanan.
Faktor yang terkait dengan lemahnya laporan energy mencakup status berat badan,
jenis kelamin, umur, pengaruh sosial ekonomi, kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan, tingkah laku, dan psikologi.
Berat badan: adalah salah satu factor yang paling sesuai yang berkaitan dengan
pelaporan yang rendah.
Umur dan jenis kelamin: keduanya terkait dengan pelaporan asupan energi yang
rendah sebagai contoh perempuan dan orang tua cenderung lebih berisiko meskipun
telah diamati ketidak-sesuaiannya.

12
Sosial Ekonomi: tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan asupan energi yang
rendah. Dalam beberapa kasus, perbedaan budaya termasuk ke dalam ketidak-sesuaian
tersebut.
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan: termasuk merokok dan diet, selama
ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah, biasanya asupan energy pada
orang yang diet dilaporkan lebih rendah terhadap penambahan berat badannya daripada
orang yang tidak melakukan diet.
Sikap/Perilaku: menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana batas pencatatan
asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadap pelaporan energy yang rendah yang
dihubungkan dengan kurangnya asupan makanan (Goris dan Westerterp, 1999).
Efek-efek Psikologis: Hubungan antara pelaporan energy yang rendah dan depresi,
keinginan untuk mendapatkan nilai sosial, dan masalah emosional (Price dkk., 1997)
juga telah diperiksa, dengan hasil yang telah digabungkan. Sekali lagi, tidak ada hasil
yang sesuai yang telah dicatat.
Makanan atau minuman yang spesifik mungkin merupakan salah satu pelaporan yang
sudah dengan cara yang masih tidak dapat dipahami dengan baik. Peneliti telah
mengemukakan bahwa perbedaan pelaporan yang rendah dapat muncul dari beberapa
makanan atau minuman yang dianggap “buruk”, seperti alcohol, kue, cookies, gula,
permen, dan lemak. Sebaliknya, daging, ikan, sayuran, salad, dan buah-buahan yang
dianggap makanan “baik” (Livingstone dkk., 1990).

c) Pelaporan Yang Lebih Dari Asupan Energi


Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah, pelaporan yang lebih
dari asupan energi juga terjadi. Di Inggris, tahun 1990 penelitian pada orang dewasa,
persentase dari orang yang memiliki laporan asupan yang lebih adalah kecil (Gregory
dkk., 1990). Namun demikian, kedua jenis laporan yang tidak akurat itu harus
dipertimbangkan ketika mengidentifikasi laporan asupan energi yang tidak akurat. Saat
ini, penekanan lebih ditujukan untuk mengidentifikasi pelaporan yang kurang kemudian
pelaporan yang lebih dari asupan energi.

d) Non Responden Bias

13
Kekurangan respon tertentu, namun pemilihan subjek secara acak menghasilkan
bias non responden yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe dari sistem
penilaian gizi. Selama survey atau intervensi bias responden bisa terjadi jika responden
kurang memahami apa yang ditanyakan oleh pewawancara, atau tidak memahami
isyarat non lisan dari pewawancara yang mungkin hanya membutuhkan jawaban-
jawaban umum. Adanya kelemahan dalam pelaporan dapat ditaksir melalui
perbandingan-perbandingan yaitu:
 Perbandingan total pengeluaran energy dengan laporan asupan energy (schoeller,
1990)
 Menaksir keperluan energy dengan laporan asupan energy (Goldber et al., 1991).
 Kebutuhan asupan energy untuk menjaga berat tubuh dengan laporan asupannya.
 Penegluaran kation urin dengan laporan asupannya (Zhang et.al., 2000).

e) Keinginan Masyarakat Dan Penyimpangan Persetujuan


Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin untuk menghindari
kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan untuk dipuji) adalah dua sumber utama
dari penyimpangan yang mungkin terjadi dalam metode penilaian diet. Penyimpangan sifat
sosial mungkin disengaja atau sebuah bentuk penipuan diri sendiri (Roth dkk., 1986).

f) Kesalahan Pewawancara
Kesalahan pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan
memeriksa pertanyaan, mencatat jawaban, kelalaian yang tidak disengaja, kesalahan yang
terkait dengan pengaturan wawancara, gangguan, kerahasiaan dan anonimitas dari
responden, dan tingkat hubungan antara pewawancara dan responden. Penyimpangan dapat
dikurangi dengan standarisasi recall 24 jam dengan mikro-komputer berbasis wawancara
diet.
Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancara adalah dengan
cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa pewawancara yang
dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama selama 24 jam waktu makan,
menggunakan beberapa pewawancara yang terlatih. Perbedaan signifikan dalam
penghitungan energi, lemak, dan lemak tak jenuh akibat perbedaan kode makanan pada
makanan ringan, juga ditemukan.

14
Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial kesalahan
dalam penyelidikan diet. Suatu kecermatan dan acuan standar wawancara, sebaiknya
dijalankan melalui komputer, sehingga dapat membantu meminimalkan efek. Survei diet
yang melibatkan beberapa kelompok etnis atau budaya, disarankan untuk menggunakan
pewawancara yang akrab dengan setiap bahasa dan budaya. Secara umum, pewawancara
perempuan itu lebih baik daripada laki-laki karena perempuan umumnya memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai makanan, bahan-bahan, persiapan dan pengolahan,
dan ukuran porsi.

g) Penyimpangan Memori Responden


Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua cara: responden
mungkin lupa untuk mengambil makanan yang seharusnya dikonsumsi (kesalahan dari
kelalaian) atau laporan makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di recall. Kedua
sumber kesalahan telah dilaporkan dalam beberapa studi yang di-recall 24 jam yang
dibandingkan dengan pengukuran yang dicatat pada hari yang sama. Karakteristik tertentu
dari subjek seperti jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan atau kelompok etnis juga
dapat mengganggu proses kognitif dan mengingat informasi.
Seperti biasa untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan oleh penyimpangan
memori dalam recall adalah dengan menggunakan teknik wawancara multiple proses, yaitu
mengajukan pertanyaan sesegera mungkin atau dengan bantuan memori seperti model
makanan. Biasanya dengan menggunakan jangka waktu 24 jam, sehingga responden
kemungkinan besar masih ingat makanan yang dikonsumsi selama sehari sebelumnya.

h) Salah Estimasi Ukuran Dari Porsi Yang Dikonsumsi


Kesalahan yang berkaitan dengan proses kuantifikasi porsi makanan yang dikonsumsi
mungkin kesalahan terbesar dalam pengukuran diet metode assessment. Kesalahan itu
dapat timbul dari responden yang gagal untuk mengukur secara akurat jumlah makanan
yang dikonsumsi, atau lebih dari salah satu “rata-rata” porsi ukuran. Kebanyakan
responden kesulitan dalam mengestimasi ukuran porsi untuk daging, terutama dalam
mengestimasi ketebalan daging.

15
Selain yang telah disebutkan di atas, menurut Supariasa, sumber bias dalam pengukuran
konsumsi makanan berasal dari beberapa faktor, diantaranya :
1) Kesalahan atau bias dari pengumpul data
a. Pengaruh sikap dalam bertanya, dalam mengarahkan jawaban, mencatat hasil
wawancara, atau sengaja membuat sendiri data tersebut.
b. Pengaruh situasi, misalnya perbedaan sikap pewawacara di rumah responden,
karena ada orang lain yang ikut mendengarkan, dan keinginan untuk merahasikan data
responden.
c. Pengaruh hubungan timbal-balik antara pewawancara dengan responden, misalnya
perbedaan status dan penerimaan masyarakat kurang baik terhadap pewawancara.
d. Kesalahan dalam melakukan konversi makanan masak ke mentah dan dari ukuran
rumah tangga ke ukuran berat (gram).
2) Kesalahan/bias dari responden
a. Gangguan atau terbatasnya daya ingat.
b. Perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.
c. Kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan
menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (The Flat Slope Syndrome)
d. Membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi.
e. Keinginan untuk menyenangkan pewawancara.
f. Keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan
g. Kesalahan dalam mencatat (food record)
h. Kurang kerjasama, sehingga menjawab asal saja atau tidak tahu dan lupa.
3) Kesalahan/bias karena alat
a. Penggunaan alat timbang yang tidak akurat karena belum distandarkan sebelum
digunakan.
b. Ketidaktepatan memilih Ukuran Rumah Tangga (URT).
4) Kesalahan/bias dari daftar komposisi bahan makanan (DKBM)
a. Kesalahan penentuan nama bahan makanan/jenis bahan makanan yang digunakan
b. Perbedaan kandungan zat gizi dari makanan yang sama, karena tingkat
kematangan, tanah dan pupuk yang dipakai tidak sama.
c. Tidak adanya informasi mengenai komposisi makanan jadi atau jajanan.

16
5) Kesalahan/bias karena kehilangan zat gizi dalam proses pemasakan, perbedaan
penyerapan, dan penggunaan zat gizi tertentu berdasarkan perbedaan fisiologis tubuh.

F. Cara agar Hasil Metode Recall 24 Jam tetap Valid


Karena keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan
kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat mengingatkan mutu data
recall dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut),
tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.
Validasi Data Hasil Pengukuran Konsumsi Makanan :
1. Validasi dan Akurasi
Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari validitas atau
akurasi dari metode yang digunakan. Validitas atau akurasi adalah derajat kemampuan suatu
metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran konsumsi makanan,
masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya suatu metode baku (gold
standard) yang dapat mengukur konsumsi yang sebenarnya dari responden. Oleh karena itu,
pengujian validitas suatu metode dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran suatu
metode dengan hasil metode lain yang diketahui lebih baik. Contohnya menggunakan alat
bantu gambar dan food model.
Dalam memilih metode pembanding, presisi dan akurasi metode tersebut harus lebih
tinggi dari metode yang diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yang diuji
dan pembanding) haruslah menguji parameter yang sama dalam kerangka waktu yang sama
pula.
2. Presisi atau Reabilitas
Presisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat
memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi
ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di
antara kedua pengukuran (true daily variation).
Kalau kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat presisi
terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua pengukuran, jadi
hasil pengukuran yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh metodenya yang tidak
dipercaya.
Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaan antara
dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Berbedanya konsumsi antara anggota kelompok (variasi antara individu/responden).

17
2. Berbedanya konsumsi dari hari ke hari pada setiap anggota kelompok (variasi intra
individu/responden).
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harus dibedakan
dan dihitung.
Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi ditentukan oleh beberapa hal, antara
lain :
1. Lama waktu pengamatan yang digunakan.
2. Macam populasi yang diteliti.
3. Zat gizi yang ingin diketahui.
4. Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya.
5. Varians antara dan intra responden.

Cara mengurangi bias pada pengukuran recall 24 jam :


1. Gunakan sampel dalam jumlah besar
2. Ulangi pengukuran intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam
beberapa waktu
3. Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur
4. Untuk mengurangi bias yang berhubungan dengan pengetahuan responden, gunakan alat
bantu gambar dan food model.
Contoh-contoh Formulir 24-hour Recall

18
19
20
Tabel Food Recall Selama 3 kali 24 Jam Penderita Hipertensi Yang Diteliti
Nama : Nurhaedah
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 70
Tinggi Badan ; 158
Lingkar Lengan Atas : 46
Pekerjaan : URT

21
Alamat : Desa Balusu, Kec. Balusu, Kab. Barru
Jumlah Anggota Keluarga : 5 Orang
Kebiasaan Makanan : 3 x Sehari

Waktu Banyaknya
No Nama Masakan Bahan Makanan
Makan URT Gr
1. HARI I

06-30 - Teh. - Teh cap cangkir, gula 1 Gls 200


pasir.
- Kue Dadar - Telur, Gula, Terigu, Daun 2 Ptg 20
Pandang
08-15 - Nasi Putih - Beras ½ Prg Sdg 35
- Ikan Air cakalang - Ikan Cakalang, Asam, 1 Ptg Sdg 40
- Nasi Putih Minyak, Bawang Merah
11.30 - Ikan Cakalang - Beras 2 Prg Sdg 150
- Ikan Cakalang, Asam, ½ Ptg Sdg 20
- Ikan Goreng Minyak
- Sayur Bening - Ikan Bandeng, Minyak 1 Ptg Sdk 30
Campur - Daun kelor, Jantung 5 Sdm 50
- Pisang Pisang
- Pisang Susu 1 Biji 10
- Ubi Goreng
16.30 - Ubi Jalar, Minyak, Terigu 6 Ptg 90
- Nasi Putih - Beras
21.30 - Ikan Layang - Ikan layang, Asam, 1 ½Prg Sdg 125
Minyak 1 ekor 30
- Ikan Asap - Ikan bandeng, Lombok
Besar, Merica ½ Ptg Kcl 40
- Sayur Labu - Labu, Santang Kelapa
- Kerupuk - Kerupuk Udang, Minyak 3 Sdm 60
½ Prg Sdg 25
2. HARI II
- Teh. - Teh cap cangkir, Gula
07.00 - Nasi Putih - Beras 1 Gls 200
08.30 - Ikan Layang - Ikan layang, Asam, 1 Prg Sdg 75
Minyak I ekor 30
- Kue Kambeng- - Pisang, Tepung beras,
10.45 kambeng Minyak 7 Btr 60

22
- Nasi Putih - Beras
13.15 - Ikan Bakar - Ikan awu-awu, Jeruk 2 Prg Sdg 150
nipis 2 ekor 80
- Sayur Bening - Daun kacang, Kacang
Campur panjang, Labu, Kemangi 5 Sdm 70
- Kue bolu - Telur, Terigu, Margaring
16.00 - Nasi Putih - Beras 2 Ptg 40
19.10 - Ikan goreng - Ikan banyara, Minyak 1½ Prg Sdg 125
- Tempe goring - Tempe, Tepung bumbu, 1 Ptg 50
Minyak 2 Ptg Sdg 100
- Sayur Asam - Pepaya, Asam, Masako
- Tahu Isi - Tahu, Kol, Toge, Minyak 2 Sdm 40
21.10 2 Ptg Sdg 100

3. HARI III - The cap cangkir, Gula


- Teh. - Biskuit tepung, Gula,
06.45 - Kue Sakura telur 1 Gls 200
- Beras, Bumbu racik, 2 Biji 30
- Nasi Goreng Minyak
08.45 - Telur bebek, Minyak 1 Prg Sdg 80
- Telur Dadar - Kerupuk Udang, Minyak
- Kerupuk - Beras 1 Btr 60
- Nasi Putih - Ikan Mujair, Minyak, 1Prg Kcl 30
12.00 - Ikan Goreng - Kangkung, Minyak, 1 Prg Sdg 75
- Tumis Kangkung Masako 1 Ekor 60
- Terigu, Minyak, Kol, 5 Sdm 40
- Bakwan Wortel
15.00 - Beras 3 Biji 90
- Nasi Putih - Ikan bolu, Minyak
20.00 - Ikan Goreng - Ikan teri, Minyak, 1 Prg Sdg 75
- Ikan Asin Kering Lombok 1 Iris Kcl 30
- Daging Sapi, Santang, 1 Sdm 10
- Semur Daging Lombok
3 Sdm 50

23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Metode recall 24 jam adalah metode wawancara dengan meminta responden untuk
menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya dalam waktu 24 jam
sebelumnya.
2. Pelaksanaan metode recall 24 jam meliputi berbagai tahapan yaitu persiapan,
pelaksanaan, penutupan wawancara dan juga pengolahan serta intepretasi data dari
responden.
3. Dalam pelaksanaan recall 24 jam, petugas di haruskan membawa food models untuk
membantu responden agar tidak terjadi bias.
4. Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
metode lain.
5. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain adalah metodenya sederhana, mudah dan
cepat, serta biayanya relatif murah.
6. Kelemahan metode recall 24 jam antara lain adalah ketepatannya sangat tergantung pada
daya ingat responden dan tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari, jika
hanya dilakukan satu kali recall.

B. Saran

24
Dalam melakukan wawancara recall 24 jam petugas diharapkan tetap menjaga
kesopanan dalam melakukan wawancara, selain sopan petugas juga harus menunjukkan
sikap yang bersahabat sehingga bisa membuat responden merasa nyaman dan tenang.
Petugas juga harus membawa food model supaya porsi dari makanan yang dikonsumsi oleh
responden bisa lebih akurat. Selain itu dalam pelaksanaanya, sebaiknya metode recall tidak
hanya dilakukan 1 kali saja, tetapi dilakukan minimal 2 kali recall karena jika hanya
dilakukan sekali tidak bisa menggambarkan asupan makan dari responden.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., Soetardjo, Susirah., Soekarti, Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. 2012. Metode Penilaian Status Gizi. http://gizimu.com/tag/metode-penilaian-


status-gizi/. Diakses pada tanggal 14 April 2013 pukul 20.18 WIB.

Anonim. dapatoolkit.mrc.ac.uk/dietaryassessment/methods/recalls/index. html. Diakses


pada tanggal 14 April 2013 pukul 20.51 WIB.

Anonim. 2008. Status Gizi. http://cmsfkm.unimus.ac.id/mod/wiki/view.php?


id=2&page=Status+Gizi&MoodleSession=18453f80ad59af25fcec67ac6247080d. Diakses pada
tanggal 13 April 2013 pukul 19.11 WIB.

Cindy, Luh. 2012. Pengukuran Konsumsi Makanan. Gizi Kesehatan masyarakat: UNAIR

Fanda, Umi , Drupadi HS dan Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment.


SEAMEO-TROPMEN RCCN. Jakarta:University of Indonesia.

George A Bray, Jean-Pierre Flatt, Julia Volaufova, James P DeLany, and Catherine M
Champagne. 2008. Corrective responses in human food intake identified from an analysis of 7-d
food-intake records1–3. The American Journal Clinical Nutrition: USA.

Gibney, Michael J. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran: EGC

Gibson, Rosalina S. 2005. Principles of Nutrition Assessment-Second edition. New York:


Oxford University Press.
Ingrid HE Rutishauser. School of Health Sciences, Deakin University Geelong 3216,
Victoria, Australia. http://journals.cambridge.org/download.php?file=%2FPHN%2FPHN8_7a

25
%2FS1368980005001369a.pdf&code=31cf4db482d1df11d990e75cf703ee45. Diakses tanggal 13
April 2013 pukul 20.00 WIB.

Luong, Melanie. Nutrition Education Assistant Program.ppt

http://www.scribd.com/doc/56716343/ Recall-Nutrition. Diakses pada tanggal 14 April


2013 pukul 21.11 WIB.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada tanggal 12 April 2013 pukul 19.00 WIB.

http://library.esaunggul.ac.id/opac/files/S000004443.pdf. Diakses pada tanggal 12 April


2013 pukul 19.15 WIB.

http://ajcn.nutrition.org/content/88/6/1504.full.pdf+html. Diakses pada tanggal 13 April


2013 pukul 08.00 WIB.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56245/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3. Diakses pada tanggal 13 April 2013 pukul 08.30 WIB.

http://www.nifa.usda.gov/nea/food/efnep/ers/documentation/24hour-recall.pdf. Diakses
pada tanggal 13 April 2013 pukul 13.00 WIB.

http://dapa-toolkit.mrc.ac.uk/dietary-assessment/methods/recalls/index.html. Diakses
pada tanggal 13 April 2013 pukul 13.17 WIB.

http://faculty.ksu.edu.sa/Alnumair/Documents/dieery%20methods.pdf. Diakses pada


tanggal 13 April 2013 pukul 13.32 WIB.

Rospond, Rayline M. 2008. Penilaian Status Nutrisi. Buku Kedokteran: EGC.

Silvia, Merryna Nia. 2007. Perbedaan konsumsi Energi dan Zat-Zat Gizi Menurut
Metode Recall dan Record berdasarkan Interval Waktu Konsumsi Makanan pada Remaja Putri:
Universitas Esa Unggul Jakarta.

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suyatno. Survei Konsumsi Sebagai Indikator Status Gizi.ppt. Semarang:Fakultas


Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Vegan.2009. Survey Konsumsi Makanan. http://kesehatanvegan.com/2009/12/01/survey-


konsumsi-makanan/. Diakses Tanggal 22 April 2012 Pukul 11.30 WIB.

26
Wolmarans P, Kunneke E, and Laubscher R.2009. Use of the South African Food
Composition Database System and its products in assessing dietary intake data: Part II .
University of the Western Cape.

www.docstoc.com/docs/30618048/24-hours-recall. 24 Hours Recall. Diakses pada


tanggal 13 April 2013. Pukul 20.01 WIB.

27

Anda mungkin juga menyukai