TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relatif sangat rendah terhadap tarik,
sedangkan baja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat
tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur, maka
tegangan tekan dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada
baja.
Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur bertulang biasa tidak
cukup untuk menahan tegangan lentur sehingga terjadi retak-retak di daerah yang
mempunyai tegangan lentur, geser, atau puntir yang tinggi. Timbulnya retak-retak
dalam regangan-regangan baja dan beton, hal ini yang merupakan titik awal
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
hingga pada suatu kondisi yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang
dan panjang bentang serta kelangsingan yang dikehendaki. Gaya pratengang yang
Gambar II.1 Pinsip-prinsip Prategang Linier dan Melingkar. (a) Pemberian prategang linier pada
sederetan blok untuk membentuk balok. (b) Tegangan tekan di penmpang tengah bentang C dan
penampang Atau B. (c) Pemberian prategang melingkar pada gentong kayu dengan pemberian tarik
pada pita logam. (d) Prategang melingkar pada satu papan kayu. (e) Gaya tarik F pada detengah pita
logam akibat tekanan internal, yang harus diimbangi oleh prategang melingkar
sestem structural dan respon tegangan yang dihasilkan. Pada bagian (a), blok-blok
beton bekerja bersama sebagai sebuah balok pembarian gaya prategang tekan P. Pada
kegagalan gelincir geser, pada kenyataan tidak demikian karena adanya gaya
longitudinal P. Dengan cara yang sama, papan-papan kayu di dalam bagian (c)
kelihatan dapat terpisah satu sama lain sebagai akibat adanya tekanan yang radial
internal yang bekerja padanya. Akan tetapi, karena adanya prategang tekan yang
diberikan oleh pita logam sebagai prategang melingkar, papan-papan tersebut tetap
menyatu.
II.2.1 Beton
Beton adalah campuran dari semen, air, dan agregat serta suatu bahan
mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya. Beton yang digunakan untuk beton
prategang adalah yang mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dimana ′)
beton minimal 30Mpa. Kuat tekan yang tinggi diperlukan untuk menahan tegangan
mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangkak lebih kecil.
Beton adalah meterial yang kuat terhadap kondisi tekan, akan tetapi material
yang lemah terhadap kondisi tarik. Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14
persen dari kuat tekannya. Rendahnya kapasitas tarik beton menimbulkan terjadinya
dalam arah longitudinal elemen struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja sehingga dapat meningkatkan
berperilaku elastis, dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat
secara efektif dimanfaatkan di seluruh tinggi penampang beton pada saat semua
yaitu gaya tekan yang memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang
suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal
atau beban hidup horizontal transien. Gaya prategang ini berupa tendon yang
mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik pada saat beton mengalami beban
Pada beton bertulang biasa, gaya tarik yang berasal dari momen lentur
ditahan oleh lekatan yang terjadi antara tulangan dan beton. Akan tetapi, tulangan di
dalam komponen struktur beton bertulang tidak memberikan gaya dari dirinya pada
komponen struktur tersebut, suatu hal yang berlawanan dengan aksi baja (tendon)
retak dan defleksi akibat momen lentur tersebut. Pemberian gaya prategang berupa
tendon, guna mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik, ini yang dikenal sebagi
beton prategang.
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tingkat yang diinginkan. Prategang meliputi tambahan gaya tekan pada struktur
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini
baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan jauh lebih kokoh
dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan juga menyebabkan gaya dalam yang
berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan
Beton yang digunkan dalam beton prategang adalah mempunyai kuat tekan
yang cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan
prategang yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk
berat mati material, maka secara teknis maupun ekonomis bentang yang lebih
Regangan
Perubahan bentuk pada beton adalah langsung dan tergantung pada waktu.
Pada beban tetap, perubahan bentuk bertambah dengan waktu dan jauh lebih besar
merupakan akibat dari hilangnya air dalam proses pengeringan beton, sementara
beton dan baja, redistribusi aksi internal pada struktur statis tertentu.
Untuk penggunaan pada beban layan yang tinggi, penggunaan baja tulangan
(tendon) dan beton mutu tinggi akan lebih efisien. Hanya baja dengan tegangan
elastis tinggi yang cocok digunakan pada beton prategang. Penggunaan baja tulangan
mutu tinggi bukan saja merupakan suatu keuntungan, tetapi merupakan suatu
lebih besar dan lebih ekonomis jika ditinjau dari segi pemasangan dibandingkan
tegangan dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu
bekerja sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar dilawan sampai tingkat
yang diinginkan. Gaya pratekan dihasilkan dengan menarik kabel tendon yang
ditempatkan pada beton dengan alat penarik. Setelah penarikan tendon mencapai
gaya/tekanan yang direncanakan, tendon ditahan dengan angkur, agar gaya tarik
yang tadi dikerjakan tidak hilang. Penarikan kabel tendon dapat dilakukan baik
Baja (tendon) yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga
macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunkan untuk baja prategang pada beton
2. Kawat untaian (strand), biasanya digunkan untuk baja prategang pada beton
3. Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton
Gambar II.3 Jenis-jenis Baja yang Dipakai Untuk Beton Prategang : (a) Kawat tunggal
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai
ASTM A 416. Strands terbuat dari tujuh kawat dengan memuntir enam diantaranya
pada pich sebesar 12 sampai 16 kali diameter di sekeliling kawat lurus yang sedikit
dengan tengangan tarik (fp) antara 1500 – 1700 Mpa dengan modulus elastisitas
tendon tersebut dapat dilihat pada gambar II.4, gambar II.5, dan gambar II.6.
nominal, kawat standar dapat dibentuk menjadi strands yang dipadatkan seperti pada
gambar II.7. Standar ASTM yang disyaratkan masing-masing tercantum pada table
II.1.
Berat Beban
Diameter Kuat patah Luas baja
nominal minimum
nominal strand (min. nominal
strand (lb/100 pada ekstensi
strand (in) lb) strand (in.2)
ft)* 1% (lb)
MUTU 250
MUTU 270
berat: kalikan dengan 1,49 untuk mendapatkan berat dalam kg per 1000 m.
1000 lb = 4448 N
penuangan beton, dan besaran teoritis penampang melintang batang. Semakin besar
jumlah beton yang ditempatkan didekat serat terluar balok, semakin besar pula
lengan momen antara gaya C dan T sehingga momen penahan akan semakin besar.
Ada beberapa batasan pada lebar dan tebal flens, dan juga web harus cukup besar
untuk menahan geser dan memungkinkan penuangan beton dapat berjalan dengan
baik dan pada saat yang sama juga cukup tebal untuk menghindari tekuk. Penampang
adanya beton dalam proporsi besar pada flens tekan yang cukup efektif untuk
tumpuannya (a) Penampang balok persegi panjang. (b) penampang balok I, (c)
Penampang balok T, (d) Penampang T dengan sayap bawah, (e) Penampang T ganda,
(f) Bagian ujung balok Penampang I, (g) Bagian ujung balok Penampang T, (h)
Bagian ujung balok Penampang T bersayap bawah, (i) Bagian ujung balok
(Sumber: Beton Prategang, Edward G. Nawi)
Penampang T ganda
banyak digunakan di Amerika Serikat saat ini. Lebar total fens yang umum
digunakan berkisar antara 5 sampai 8 kaki dengan bentang antara 30 sampai 50 kaki.
sebagai balok sekaligus pelat untuk sistem lantai atau atap. Penampang T tunggal
biasanya digunakan untuk beban yang lebih berat dan bentang yang lebih panjang
3. Pemakaian baja yang ditarik secara longitudinal yang ditanam dalam beton
4. Pemakaian prinsip distorsi suatu struktur statis tak tentu baik dengan
lainnya.
6. Pengembangan tariakn terbatas pada baja dan tekanan pada beton dengan
Metode yang biasa dipakan untuk memberikan parategang pada semen beton
strukural adalah dengan menarik baja ke arah longitudinal dengan alat penarik yang
adalah angker yang tidak bias dilakukan lagi penarikan setelah penegangan tendon
dilakukan. Angker mati sering digunakan dalam prategang dengan sistem pratarik.
Sedangkan angker hidup dapat dilakukan penarikan kembali jika hal itu diperlukan.
Pegangkeran ini sering dijumpai dalam prategang dengan sistem pasca tarik.
(a)Angker hidup
Gambar II.17 Jenis Pengankeran (a) Angker hidup. (b) Angker mati.
blok-blok angker yang kaku (rigid) yang dicetak diatas tanah atau didalam suatu
kolom atau perangkat cetakan pratarik seperti terlihat pada gambar II.19, dan
selanjutnya dicor dan dipadatkan sesuai dengan bentuk serta ukuran yang diinginkan.
Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur yang mati (fixed
anchorage) dan sebuah angkur yang hidup (live anchorage). Kemudian live
anchorage ditarik dengan dongkrak (jack) sehingga kabel tendon bertambah panjang.
Jack biasanya dilengkapi dengan manometer untuk mengetahui besarnya gaya yang
beton mencapai umur yang cukup, kabel perlahan-lahan dilepaskan dari kedua
angkur dan dipotong. Kabel tendon akan berusaha kembali ke bentuknya semula
pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya gaya tekan internal pada beton.
Oleh karena sistem pratarik besandar pada rekatan yang timbul antara baja dan
tendon sekelilingnya, hal itu penting bahwa setiap tendon harus merekat sepanjang
deluruh panjang badan. Setelah beton mengeras, tendon dilepaskan dari alas
konstruksi beton prategang segmental pada jembatan dengan bentang yang panjang.
(a ) B e to n d ic o r
(b ) T e n d o n d ita rik d a n g a y a te k a n
d itra n s fe r
(c ) T e n d o n d ia n g k u r d a n d ig ro u tin g
Selongsong kabel tendon dimasukkan dengan posisi yang benar pada cetakan
beton beserta atau tanpa tendon dengan salah satu ujungnya diberi angkur hidup dan
ujung lainnya angkur mati atau kedua ujungnya dipasang angkur hidup. Beton dicor
mencapai tegangan atau gaya yang direncanakan seperti terlihat pada gambar II.20.
Untuk mencegah kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip pada ujung
angkur terdapat baji. Gaya tarik akan berpindah pada beton sebagai gaya tekan
melewatkan aliran listrik pada kawat yang bermutu tinggi, umumnya disebut sebagai
tersebut berusaha memperpendek diri ada ini dicegah oleh jepitan angkur pada kedua
diperhitungkan 12 – 15 menit.
B atang D idinginkan
L = (Ly - L)
B atang D ipanaskan L
Lt > Ly
Ly
B atang setelah
P engangkuran
B lok U jung
C etakan
kombinasi yang disebabkan oleh beban langsung dan lenturan yang dihasilkan oleh
elastis, tidak dapat menahan rangkak yang kecil yang terjadi pada kedua
3. Suatu potongan datar sebelum melentur dianggap tetap datar meskipun sudah
(yang sesuai dengan tahap retakan yang terlihat pada beton), setiap perubahan dalam
fungsi dari tendon prategang adalah untuk memberikan dan memelihara prategang
pada beton.
kombinasi yang disebabkan oleh aksi beban langsung dan lenturan yang dihasilkan
Balok beton prategang dengan satu tedon konsentris yang ditunjukan dalam
gambar II.22.
Tendon Konsentris
F F c.g.c
(Gaya F)
Tegangan = F/A
tendon berada pada garis berat beton (cental grafity of concrete,c.g.c). Prategang
seragam pada beton = F/A yang berupa tekan pada seluruh tinggi balok. Pada
umumnya beban-beban yang dipakai dan beban mati balok menimbulkan tegangan
tarik terhadap bidang bagian bawah dan ini diimbangi lebih efektif dengan memakai
tendon.
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang
titik berat penampang beton. Eksentrisitas tendon akan menambah kemampuan untuk
beton prategang. Konsep ini terutama terjadi pada beton prategang post-tension.
Tegangan yang ditimbulkan pada serat-serat bagian atas dan bagian bawah balok
P Pe P ey
f bawah = + = 1 + 2b .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 2 . 1)
A Zb A i
P Pe P ey
f atas = − =
A 1 + 2 t .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .........( 2 . 2 )
A Zt i
Dimana :
tekanan langsung)
apabila tarik)
yt dan yb = Jarak antara serat paling atas dan serat paling bawah
i = Jari-jari girasi
baja. Dalam hal batang prategang penuh, yang bebas dari tegangan-tegangan tarik
apabila dibandingkan dengan penampang beton bertulang yang retak pada beban
kerja. Dalam batas-batas tertentu, suatu beban mati permanen dapat dilawan dengan
geser, disebabkan oleh pengaruh prategang tekan, yang mengurangi tegangan tarik
panjang membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang ditumpuan.
Suatu batang lentur beton prategang menjadi lebih kaku pada beban kerja
daripada suatu batang tendon bertulang dengan tebal yang sama. Namun, setelah
beton bertulang. Pemakaian beton dan baja berkekuatan tinggi pada batang prategang
menghasilkan batang-batang yang lebih ringan dan lebih langsing daripada yag
prategang yaitu beton berkekuatan tinggi dan bebas dari retak, memberikan
sumbangan terhadap peningkatan daya tahan struktur pada kondisi lingkungan yang
menyerap energi pada saat menerima tumbukan. Kemampuan untuk melawan beban
kerja yang berulang-ulang telah dibuktikan sama baiknya pada beton prategang
dibandingkan beton bertulang untuk kondisi bentang dan beban yang sama. Pada
persen dari tinggi komponen struktur beton bertulang. Dengan demikian, komponen
persen banyaknya tulangan. Cetakan untuk beton prategang menjadi lebih kompleks,
dengan beberapa badan yang tipis. Walaupun terdapat penghematan yang besar
dalam kuantitas material yang dipakai dalam beton prategang dibandingkan dengan
beton bertulang, penghematan dalam biaya tidak sedemikian besar disebabkan oleh
tambahan biaya-biaya untuk beton dan baja bermutu tinggi, angkur, dan peralatan
berat lainnya yang diperlukan untuk menghasilkan beton prategang. Namun, terdapat
biaya pondasi.
1. Momen lentur lebih terbagi sama antara tengah-tengah bentang dan tumpuan
batang.
3. Kapasitas dukung beban ultimit lebih tinggi daripada struktur statis tertentu
yang meningkat
prategang.
tumpuan.
7. Reduksi dalam banyaknya angkur pada suatu balok prategang menerus bila
beberapa batang
Seperti pada beton bertulang dan bahan struktur lainnya, kontinuitas dapat
terjadi di tumpuan-tumpuan antara pada balok menerus dan dipertemuan balok dan
kolom pada portal. Rangka beton adalah struktur statis tak tentu yang terdiri atas
komponen struktur horizontal, vertical atau miring yang disambung satu sama lain
sedemikian hingga sambungannya dapat menahan tegangan dan momen lentur yang
bekerja padanya. Derajat statis tak tentu bergantung pada banyaknya bentang,
adalah banyaknya reaksi, dan s adalah derajat statis tak tentu, maka derajat statis tak
3n + s = 3b + r (statis tertentu)
S = 3b + r – 3n
1. Desain rangka tersebut harus didasarkan atas kombinasi momen dan geser
terjadi sebagai akibat dari berbaliknya arah beban hidup, maka nilai momen
2. Pondasi yang memadai untuk memikul gaya horizontal harus ada. Apabila
terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Penggunaan pembebanan ini
dimaksudkan agar dapat mencapai perencanaan yang aman dan ekonomis sesuai
Berat sendiri dari balok atau penampang yang dipikul langsung oleh struktur
rangka portal
Berat beban mati tambahan yang dipikul oleh struktur, beban ini dapat berupa
c. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban bergerak yang direncanakan akan dipikul oleh
Pada struktur rangka portal statis tak tentu, struktur akan dipengaruhi oleh
beban sekunder, dimana beban ini terjadi sebagai akibat dari gaya pratgang itu
sendiri. Untuk menghitung struktur dengan tingkat ketidaktentuan yang tinggi maka
Untuk menghitung beban sekunder pada portal dapat digunakan metode deformasi
konsisten
derajat statis tak tentu yang tinggi ialah metode kekakuan (perubahan kedudukan)
berurutan dalam bentuk komponen reaksi yang tidak diketahui, koefisien fleksibilitas
dan perpindahan pada titik tertentu akibat beban luar pada struktur. Jika R1, R2, R3,
……., Rn adalah komponen reaksi yang tidak diketahui (gaya, momen) pada titik 1,
2, 3, ……, n dengan :
Dan,
# = perubahan kedudukan dititik I yang disebabkan oleh beban luar pada struktur.
** +* + *, +, + …………..+ * + + #* = 0
,* +* + ,, +, + ………..... + , + + #, = 0
* +* + , +, + …………..+ + + # = 0
- .
/ 0
ds ………………………………………………...….(2.3)
1
Beberapa integral hasil kali yang umum dipakai untuk menghitung koefisien-
Tabel II.4 Produk Integral Untuk Koefisien Pengaruh Fleksibilitas (Raju, 1986)
prategang pada suatu struktur beton statis tak tentu, suku bersesuaian dengan
tendon. Integral dari momen ini sama dengan hasil perkalian gaya prategang dan luas
Pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk menghitung aksi
rencana. Diambil untuk adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beban dalam
Pada struktur rangka portal beton prategang tiga dmensi (dengan bagian-
kolom. Hal inilah yang kemudian dapat menyebabkan momen-momen tersier pada
portal tersebut.
Dalam hal struktur prategang yang terdiri dari batang-batang satu arah seperti
balok menerus, kontraksi aksial akibat pengaruh prategang tidak berpengaruh besar
terhadap gaya dan momen pada struktur menerus. Namun, pada struktur seperti
prategang adalah :
1. Reduksi besarnya gaya prategang pada suatu batang tertentu akibat kekangan
3.
dengan kontraksi aksial dari separuh balok mendatar BC, untuk lebih jelasnya dapat
Untuk suatu batas kepraktisan dari penampang dan gaya prategang, karena
567
rasio 56:
adalah kecil, maka dapat diabaikan. Seluruh gaya prategang dapat
diasumsikan ditahan oleh balok BC. Tetapi titik B bergerak horizontal sebesar ∆
akibat aksi gaya prategang P yang dapat mengakibatkan momen berlawanan arah
< 167 ∆
jarum jam sebesar berkembang di A dan B. momen tersier sebagai akibat
867 =
dari momen jepit pada tumpuan A dan B dapat dievaluasi untuk memperoleh
besarannya.
dilakukan dengan cara coba-coba (trial & error). Ada kerangkan struktur yang harus
dipilih sebagai permulaan dan mungkin dimodifikasi pada waktu proses desain
berlangsung. Ada berat sendiri komponen strktur yang mempengaruhi desain, tetapi
ini, disimpulkan bahwa prosedur yang terbaik adalah suatu cara coba-coba yang
mengevaluasi tegangan serat beton di serat atas dan bawah. nilai modulus
@A B@CA B@D
> ≥ EFG/ HFI
………………………………………….(2.7)
@A B@CA B@D
> ≥ FG HEFI/
…………………………………………(2.8)
5 ;MN × FM/
% = 5L = ; …………………………………………….(2.11)
/ MN × FML
berikut
Dimana :
Pi = prategang awal
ct & cb = jarak dari pusat berat penampang (garis cgc) ke serat atas dan serat
bawah
Pada beton partegang akan terjadi tegangan yang diakibatkan oleh interaksi
antara teganagn yang diakibatkan oleh tendon dengan beban yang diterima oleh
diakibatkan oleh tegangan akibat tendon dengan beban sendiri profil, tetapi pada
kondisi beban kerja maka bebabn yang terjadi berupa beban mati yang ditambahkan
analisa tegangan yang terjadi pada penampgn diserat tekan dan tarik pada kondisi
transfer
5 P)G @A
= − / \1 − _− …………………………...……………(2.14)
; I ^= `G
5 P)b @A
= − ; / \1 + ^=
_+ `b
………………………………...………(2.15)
I
dimana :
Pi = prategang awal
ct & cb = jarak dari pusat berat penampang (garis cgc) ke serat atas dan
serat bawah
analisa tegangan yang terjadi pada penampgn diserat tekan dan tarik pada kondisi
Final
5 P)G @A
= − ; / \1 − _− …………………..………………(2.16)
I ^= `G
5 P)b @A
= − ; / \1 + _+ ……………………………..……(2.17)
I ^= `b
dimana :
Pi = prategang awal
ct & cb = jarak dari pusat berat penampang (garis cgc) ke serat atas dan
serat bawah
Jika tegangan yang tejadi tidak melebihi tegangan izin, maka profil yang
digunakan telah sesuai, tetapi jika ada tegangan yang melebihi tegangan izin, maka
Tegangan di lapangan :
5 5P @
= − ; + c − c ………………………………………………………(2.18)
5 5P @
= − ; − c + c ………………………………………………………(2.19)
Tegangan di tumpuan :
5 5P @
= − ; − c + c ………………………………………………………(2.20)
5 5P @
= − ; + c − c ………………………………………………………(2.21)
Tegangan di kolom :
5 5P @
= − ; − c + c …………………………………………….…………(2.22)
5 5P @
= − ; + c − c ………………………………………….……………(2.23)
! = gaya prategang
$ = Momen lembam
= luas penampang
= Momen luar
Jika kontrol tegangan memenuhi maka desain penampang telah memenuhi, jika tidak
5 5P @
= − ; − c + c ………………………………………………….……(2.24)
5 5P @
0 = − ; − c + c …………………………………………………………. (2.24.1)
Sehingga gaya prategang yang terjadi di balok dan kolom dapat ditentukan denagn
persamaan-persamaan berikut
5b 5b P @efMfghfg
0=− ;
−
c
+ c
……………………………………………………(2.25)
5i 5i P @GjkMjfg
0=− − + ……………………………………………………(2.26)
; c c
Dimana :
= Luas penampang
d = Eksentrisitas tendon
$ = Momen Lembam
= Momen yang terjadi di lapangan (tengah bentang)
= Momen yang terjadi di tumpuan
berikut:
5b
Pada balok : l
…………………………………………………….…(2.27).
5i
Pada kolom : l
………………………………………………………(2.28)
Dimana :
sedemikian hingga tarik yang terjadi di serat ekstrim balok hanya terbatas atau tidak
ada sama sekali di penampang yang menentukan dalam desain. Jika tarik tidak
sepanjang bentang.
bentang terletak di daerah aman, maka perlu perlu ditentukan terlebih dahulu batas-
persamaan berikut:
5
( = ;L …………………………………………………………….…..(2.29)
I
5
( = ; / …………………………………………………………….…....(2.30)
I
`G
=; ……………………………………………………..………..(2.31)
I
`
= − ;b …………………………………………………..…...……..(2.32)
I
nIN
m1 − o …………………………………………………….………….(2.33)..
nh
nGN
m1 − o ………………………………………………………………..(2.34)
nh
′ = Batas maksimum daerah aman diambil dari nilai yang terbesar dari pers (2.41)
dan (2.42)
n
m1 − G/ o ………………………………………………………………..(2.35)
n h/
n
m1 − n I/ o ………………………………………………………………..(2.36)
h/
′ = Batas maksimum daerah aman diambil dari nilai yang terbesar dari pers (2.43)
dan (2.44)
Dimana :
> & > = modulus penampang atas & modulus penampang bawah beton
! = prategang awal
( = Tegangan pada sumbu netral penampang pada saat Prategang awal
= Jarak antara sumbu netral penampang (c.g.c) ke serat bawah penampang yang
berbatasan dengan pusat kern
′ = jarak antara sumbu netral penampang (c.g.c) ke batas maksimum kern
′ = jarak antara sumbu netral penampang (c.g.c) ke batas minimum kern
( = tegangan tarik izin maksimum pada sat prategang efektif (pada saat beban
kerja)
() = tegangan tekan izin maksimum pada sat prategang efektif (pada saat beban
kerja)
K’t
ee K’b
cgc ec
Gambar II.29. Perletakan batas batas daerah aman pada kabel tendon
b. Jika gaya prategang bekerja di atas titik kern atas, tegangan tarik