Anda di halaman 1dari 3

anggun tidak seperti aku ketika pertama kali menggunakan jilbab.

Tahun
TANTANGAN HIJRAH KU 2015 adalah tahun pertama kali aku memutuskan hijrah untuk memakai
jilbab. Berawal dari sebuah mimpi diberi selembar kain putih panjang
oleh seorang kakek-kakek dengan sebuah pesan, “Tutuplah kepalamu
Namaku Leftyan Mutiara, aku biasa dipanggil dengan sebutan dengan kain ini.”
Lefty, aku anak pertama dari empat bersaudara . Aku terlahir dari
keluarga yang sederhana. Sekarang aku bersekolah di SMAN 04 OKU. Kemudian aku membicarakan peristiwa mimpi itu ke Nenekku,
Sebelum aku menemukan kebahagian hidupku banyak hal-hal buruk dan beliau adalah orangtua keduaku sekaligus juga tempat aku curhat tentang
menyedihkan yang kuhadapi, jika ada orang yang mengatakan bahwa agama dan pebimbing agamaku. Aku masih sangat ingat ketika beliau
kehidupanku selalu indah maka mereka salah. Ada suatu kepalsuan yang berkata, “ini saatnya kamu hijrah, gunakan jilbabmu untuk menutupi
kusembunyikan dibalik senyumanku. Kepalsuan itu sengaja kepala, dan jadikan jilbabmu tameng yang melindungi hati dan
kusembunyikan karena sangat menyedihkan, aku hanya ingin terlihat perilakumu.” Saat itu aku belum yakin apakah aku bisa menggunakan
indah dihadapan semua orang yang melihatku tanpa harus mengetahui jilbab, karena pada saat itu aku masih berusia 13 tahun dan saat itu
perjuanganku. Kebahagiaan itu butuh suatu proses yang panjang juga berjilbab adalah salah satu hal yang langka dijumpai kecuali oleh ibu-ibu
berliku dan aku berusaha untuk melewati proses yang panjang juga guru yang mengajar di sekolah-sekolah islam atau orang-orang yang
berliku itu. benar-benar menggunakan jilbab secara utuh dan sebenar-benarnya
jilbab.
Aku bukan orang solehah tapi aku berusaha untuk menjalankan
agamaku dengan sebaik-baiknya agar menjadi muslimah solehah dimata Dan pada saat itu orang masih banyak yang meremehkan orang
Allah. Aku bukan ustadzah tapi aku ingin sekali mengajak saudara- yang berjilbab, dan pada saat itu hatiku sedikit ragu apakah aku mampu
saudaraku untuk sama-sama belajar dan menjalankan agama islam menggunakan jilbab sesuai pesan Nenek dan Kakek dalam mimpiku...?
dengan baik karena aku sendiri masih jauh dari paham tentang agama Tapi entah kekuatan dari mana, akhirnya aku mulai mengumpulkan
karenanya wajib buat kita belajar dan belajar memahami agama kita dan pakaian-pakaian panjang, dari mulai celana panjang, rok panjang, kemeja
menjalankannya dengan baik terutama tentang kewajiban sebagai lengan panjang, dan jilbab-jilbab waktu aku sekolah SMP pun mulai aku
muslimah. kumpulkan dan aku cuci.

Sebenarnya aku merasa senang melihat sekarang muslimah Dengan bismillah aku mulai menggunakan jilbab secara sembunyi-
menggunakaan jilbab dimana-mana, mereka menggunakan jilbab dengan sembunyi. Disaat orang tuaku tahu aku mulai menggunakan jilbab di
bebas tanpa rasa takut, tanpa merasakan cibiran aatau hinaan, mereka sekolah, mereka luar biasa marahnya, ayahku sampai tega mengusirku
bebas menggunakan jibab dengan berbagai model yang cantik dan dari rumah walaupun akhirnya dicegah oleh ibukku. Ketika orang-orang
disekitarku tau kalau aku berjilbab mereka mulai beramai-ramai lemari.” Rupanya ibuku melihat tas yang sudah aku persiapkan untuk
mencomooh ku, menertawakan ku,aku masih ingat jelas sampai sekarang pergi dari rumah. Subahanallah, saat itu aku tidak merasa takut
kata-kata yang sering mereka ucapkan, “buat apa berjilbab kalau celana sedikitpun kepada orang tuaku, aku yakin Allah akan bersamaku, dan aku
dalam melorotkan tidak ketahuan.” Astagfirullah ... malah kadang-kadang katakan kalau aku tidak akan pernah mencopot jilbabku sampai aku mati.
cemoohan kata-kata yang pedas sering aku terima dari saudara dan Kemanapun aku pergi dimanapun Demi Allah aku akan selalu
tetangga dari mulai dianggap sok alim, sok suci, sok agamis, gak akan munggunakan jilbabku. Mendengar kata-kataku, ayahku luar biasa
laku, orang berjilbab susah kerja, kepalanya banyak boroknya, banyak marahnya, ayah kemudian menyuruhku keluar dari kami saat itu, dan saat
kutunya dll. Saat itu dikeluargaku hanya ibukku yang mensupport ku. Aku itu aku berusaha untuk keluar dari rumah tapi lagi-lagi ibuku mecegahnya.
ingat malam itu kami akan pergi makan malam diluar, dan aku
menggunakan jilbabku, tiba-tiba ayahku bilang ga jadi keluar kalau akau Sejak kejadian malam itu, ayahku terasa sangat asing bagiku. Aku
tetap memakai jilbab, atau aku ga usah ikut. Saat itu hatiku sakit sekali, anaknya seperti bukan anaknya. Aku seperi tidak ada bagi ayah saat itu,
aku merasa asing, subahanallah aku benar-benar terpukul dan tempat ku
dan tiba-tiba ibuku memeluk dari belakang dan berkata, “udah sana naik
mobi biar nanti ibu yang ngomomg ke ayah.” curhat hanyalah Allah dan Nenekku. Cemoohan, hinaan dan kata-kata
kasar menjadi makanan untukku setiap bertemu saudara dan tetangga,
Subhanallah ujian yang aku terima saat itu benar-benar berat tapi lagi-lagi itu tidak membuatku kecil hati, Allah lah yang membuat aku
sampai-sampai aku memutuskan keluar dari rumah, semua baju sudah kuat. Sampai beberapa bulan akhirnya ayah mulai mau berbicara lagi
aku masukkan ke dalam tas. Aku ingat saat itu air mataku tidak pernah denganku, dan semua itu berkat ibu.
berhenti mengalir tapi entah kekuatan darimana yang membuat aku
tetap teguh dengan pendirianku dan tinggal di rumah Nenek dan Setelah 6 bulan kemudian ketika aku selesai berwudhu dan hendak
shalat isya, tiba-tiba ayah memanggilku ke kamarnya, dan ayah
Kakekku. Sekalipun terasa sulit aku tidak pernah putus harapan, aku yakin
Allah memiliki rencana indah dibalik peristiwa yang aku alami ini. Suatu memintaku mengajarinya mengaji. Subhanallah Allah telah mengabulkan
malam orang tuaku memanggil ku kedalam kamarnya, tiba-tiba ayahku do’a ku dan akupun menangis saat itu. Setelah malam itu, ayah mulai
memberi pilihan lepas jilbab atau keluar dari rumah ...!!! astagfirullah rajin memaca Al-Qur’an. Mulai raji mengumpulkan buku-buku metode
hatiku menangis tapi tak henti-hentinya aku berdo’a agar Allah belajar Al-Qur’an hingga membeli kaset-kaset mengaji. Dan suatu malam
melunakkan hati ayahku. Tapi yang namanya seorang ibu, bagaimanapun ketika aku mengobrol-ngobrol dengan ibu dan ayah di kamar mereka,
tidak akan tega anaknya keluar dari rumah, kemudian ibuku bicara, kemudian ayah berkata, “ayah igin sekali ke tanah suci.” Allahuakbar, aku
“jangan keluar dari rumah ini, lebih baik kamu boleh pakai jilbab kamu langsung berkata, “Insya Allah ayah dan ibu akan melihat rumah Allah.”
kalau ke sekolah aja, tapi kalau pergi kemana-mana dilepas ya dan ibu Sejak itu hingga saat ini ayah dan ibuku mulai mendekatkan diri dengan
minta tas berisi pakaian yang di kolong kasur dimasukkan kemali ke agama, setiap hari setiap malam ayah selalu menyempatkan untuk
mengaji terutama dibulan ramadhan.
Lalu saudara-saudara dan tetangga ku mulai menggunakan jilbab,
beberapa tahun kemudian orang-orang yang mencemoohku dan
menghinaku mulai juga menggunakan jilbab, subhanallah aku benar-
benar senang melihatnya, apalagi sekarang ini yang namanya jilbab bukan
lagi hal asing, dimana-mana orang mrnggunkan jilbab mungkin syi’ar
islam semakin kuat dari para pendakwa-pendakwa dipelosok negeri.
Hanya saja kadang-kadang hatiku sedih kalau aku ke kampung melihat
para ibu-ibu berjilbab namun disaat-saat waktu sholat banyak yang tidak
mau menunaikan sholat malah asyik ngerumpi, dan sayangnya bukan
hanya ibu-ibu di kampung, para gadis di kota-kota juga gak jarang
berkeliaran saat waktu sholat terutama saat maghrib.

Disaat banyak orang yang berusaha memperbaiki citra muslimah


disaat yang sama banyak juga yang merusaknya. Padahal mereka
sebenarnya beruntung tidak harus mengalami apa yang aku alami, tidak
harus dicaci maki, tidak harus merasakan cemoohan, dan tidak harus
menangis saat ingi menutup kepalanya dengan jilbab. Tapi Demi Allah aku
sendiri merasa bahagia mengalami hal-hal tersebut dengan begitu aku
jadi semakin takut untuk melepas jilbabku, aku semakin yakin dengan
kekuatan Allah ketika kita bersabar dan Insya Allah jilbabku akan selalu
menutupi tubuhku sampai mati...Aamiin...

Anda mungkin juga menyukai