Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biaya muncul ketika perusahaan menggunakan sumber daya tertentu.


Pengidentifikasian biaya merupakan langkah pertama untuk memperoleh
keunggulan kompetitif (Blocher, et al, 2011: 104). Oleh karena itu penting bagi
perusahaan untuk merencanakan dan mengalokasikan biaya dengan tepat agar
dapat mencapai efisiensi biaya. Efisiensi biaya berdampak pada harga pokok yang
rendah. Perusahaan dengan harga pokok yang rendah, akan mampu bersaing dan
memperoleh laba maksimal.

Pengalokasian biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena


mempengaruhi pembebanan biaya tiap sub unit. Pengalokasian biaya dapat dibagi
berdasarkan departemen dan produk. Oleh karena itu dibutuhkan manajer yang
memiliki keampuan dalam menganalisis dan menetapkan metode yang digunakan
untuk menghitung alokasi biaya karena banyak metode yang dapat digunakan
untuk menentukan pengalokasian biaya. Pemilihan metode alokasi biaya
mempengaruhi cara perhitungan biaya yang dibebankan tiap sub unit. Sehingga
pemilihan metode alokasi biaya akan mempengaruhi harga pokok produk. Untuk
dapat mencapai harga pokok terendah, penting bagi manajer untuk menganalisis
berbagai metode agar dapat diterapkan metode alokasi biaya yang tepat bagi
perusahaan.

Alokasi biaya pada perusahaan akan dibedakan menjadi departemen jasa


dan departemen produksi. Departemen jasa menyediakan Sumber Daya Manusia,
pemeliharaan, dan lain-lain, sedangkan departemen produksi merakit secara
langsung dan menyelesaikan produk. Dalam departemen produksi dikembangkan
lagi dalam produk gabungan dan produk sampingan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa Produk Gabungan dan Produk Sampingan?


2. Apa Peran Strategis Alokasi Biaya?
3. Apa Isu Etika dalam Alokasi Biaya?
4. Bagaimana Alokasi Biaya Ke Departemen Jasa dan Departemen Produksi?
5. Bagaimana Isu-isu implementasi?
6. Bagaimana Alokasi Biaya pada Industry Jasa?
7. Bagaimana Perhitungan Biaya Produk Sampingan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Produk Gabungan dan Produk Sampingan

Istilah produk menggambarkan setiap output yang memiliki nilai jual


positif. Jika proses produksi gabungan menghasilkan dua atau lebih produk
dengan total nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan total nilai jual produk
lainya, jika ada, produk itu disebut sebagai produk gabungan. Produk yang
dihasilkan dari proses produksi gabungan yang memiliki total nilai jual yang
rendah dibandingkan dengan total nilai jual produk yang autama atau produk
gabungan disebut sebagai produk sampingan. Sebagai contoh, jika harga chip
berkualitas rendah itu tinggi, chip tersebut dianggap sebagai produk gabungan
bersama dengan chip berkualitas tinggi. Jika harga chip berkualitas rendah turun,
chip tersebut dianggap sebagai produk sampingan. Pada intinya, produk gabungan
adalah produk dengan nilai jual yang tinggi, sedangkan produk sampingan adalah
produk dengan nilai jual yang rendah.

2.2 Peran Strategis Alokasi Biaya

Peran strategis alokasi biaya memiliki empat tujuan:

1. Menentukan biaya departemen yang akurat dan biaya produk (accurate


departemental and product costs) sebagai dasar untuk melakukan evaluasi
efisiensi biaya departemen dan profitabilitas dari berbagai produk untuk pelaporan
keuangan, serta kepatuhan pajak.

2. Memotivasi manajer untuk mengerahkan segala upaya tingkat tinggi dalam


mencapai tujuan akhir manajemen puncak.

3. Menyediakan insentif yang tepat bagi manajer untuk mengambil keputusan


yang konsisten dengan tujuan manajemen puncak.

4. Secara wajar menentukan imbal jasa yang diperoleh manajer atas upaya dan
keahliannya serta efektifitas pengambilan keputusan mereka.

2.3 Isu Etika dalam Alokasi Biaya

Sejumlah isu etika merupakan hal yang penting dalam alokasi biaya

1. Pertama, isu etika muncul ketika biaya dialokasikan ke produk atau jasa
yang dihasilkan baik untuk pasar yang penuh kompetisi maupun badan
publik atau departemen pemerintah.

2. Isu etika kedua dalam mengimplementasikan metode alokasi biaya adalah


isu ekuitas atau kewajaran yang muncul ketika unit pemerintahan

2
mengganti biaya institusi swasta atau ketika unit pemerintahan
memberikan pelayanan kepada publik dengan uang bayaran.

3. Isu etika penting yang ketiga adalah pengeruh dari metode alokasi yang
dipilih terhadap biaya produk yang dijual kea tau dibeli dari anak
perusahaan di luar negeri.

2.4 Alokasi Biaya Ke Departemen Jasa dan Departemen Produksi

Pendekatan departemen merupakan perbaikan dari pendekatan


berdasarkan volume satu tahapan karena memperhitungkan perbedaan biaya yang
terjadi pada berbagai departemen dan perbedaan konsumsi sumber daya
departemen dengan produk, dengan demikian menyebabkan biaya produk yang
lebih akurat.

Pendekatan departemen mengakui bahwa operasi produksi secara umum


mencakup dua jenis departemen operasi: departemen produksi dan departemen
jasa. Departemen jasa menyediakan dukungan sumber daya manusia,
pemeliharaan. rekayasa, dan dukungan Iainnya ke departemen produksi;
departemen produksi secara langsung merakit dan menyelesaikan produk.

Pendekatan departemen memiliki tiga tahapan:


(l) menelusuri seluruh biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya
overhead
pabrik ke departemen jasa dan departemen produksi,
(2) mengalokasikao biaya departemen jasa ke departemen produksi, serta
terakhir
(3) mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk.

Biaya produksi langsung adalah upah dan bahan baku yang dapat
ditelusuri langsung ke departemen; contohnya, biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung Yang akan ditelusuri ke departemen produksi di mana
biaya tersebut gunakan. Tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung yang
digunakan Ida departemen jasa akan ditelusuri ke departemen jasa tersebut. Biaya
tidak ngsung (biaya overhead pabrik) adalah biaya bahan baku tidak langsung dan
biaya :naga kerja tidak langsung yang dialokasikan melalui penggerak biaya yang
telah itentukan sebelumnya ke departemen Yang menggunakan sumber daya
tersebut. )ontohnya, biaya tenaga kerja tidak langsung dari penyelia pabrik yang
mengawasi eluruh departemen produksi dan departemen pendukung akan
dialokasikan ke ,eluruh departemen, sementara tenaga kerja langsung untuk
inspeksi Output dari dua departemen produksi hanya akan dialokasikan ke dua
departemen produksi tersebut.

Penggerak biaya yang biasanya digunakan mencakup jumlah jam tenaga


kerja, jumlah jam mesin, headcount (jumlah karyawan dalam departemen), dan

3
luas departemen dalam kaki persegi, di antaranya. Contohnya, biaya penyelia
pabrik dapat dialokasikan ke seluruh departemen didasarkan pada proporsi total
jumlah jam tenaga kerja pada departemen. Biaya inspeksi pada departemen
produksi dapat dialokasikan didasarkan pada jumlah unit output pada dua
departemen ini. Dalam praktiknya, berbagai penggerak biaya telah digunakan:
tujuannya adalah menggunakan penggerak biaya seperti alokasi biaya yang
mencerminkan pemanfaatan sumber daya pada departemen.

Tahap Pertama: Menelusuri Biaya Langsung dan Mengalokasikan Biaya


Tidak Langsung ke Departemen

Tampilan 7.3
BEARY COMPANY
Departem Departeme Departeme Departeme Departeme Total Jumlah
en n n n n jam
jasa 1 jasa 2 produksi 1 produksi 2
Jumlah 1.800 1.200 3.600 5.400 12.00
jam tenaga 0
kerja
Jumlah 320 160 1.120 1.600 3.200
jam mesin
Biaya $ 1.600 $ 5.500 $ 15.500 $ 13.400 $ 36.00
langsung 0
Tenaga $
kerja tidak 25.000
langsung
Bahan $ 5.000
baku tidak
langsung
Jumlah $
66.000

Tahap pertama pada pendekatan alokasi departemen adalah menelusuri


biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya produksi tidak langsung pada
pabrik ke setiap departemen jasa dan departemen produksi. Untuk alokasi tahap
pertama, lihat informasi Beary Company pada Tampilan diatas Beary
memproduksi dua produk serta memiliki dua departemen produksi dan dua
departemen jasa. Biaya langsung sebesar $36.000 dapat ditelusuri ke setiap
departemen, dan biaya tidak langsung sebesar S30.000 (biaya tenaga kerja sebesar

4
$25.000 dan biaya bahan baku sebesar $ 5.000) bersifat umum bagi seluruh
departemen tetapi tidak dapat ditelusuri langsung ke departemen. Beary
menggunakan jumlah jam tenaga kerja untuk mengalokasikan biaya tenaga kerja
tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk mengalokasikan biaya bahan baku
tidak langsung.

Alokasi tahap pertama Beary Company ditunjukkan pada Tampilan 7.4.


Total biaya langsung sebesar $36.000 dapat ditelusuri ke empat departemen, dan
biaya overhead dialokasikan menggunakan jumlah jam tenaga kerja (untuk tenaga
kerja tidak langsung) dan jumlah jam mesin (untuk bahan baku tidak langsung).
Tampilan tersebut menyajikan dasar alokasi untuk penggunaan jumlah jam tenaga
kerja dan jumlah jam mesin sebagai persentase dari total penggunaan. Biaya
tenaga kerja tidak langsung sebesar $25.000 dialokasikan ke empat departemen
menggunakan dasar alokasi jumlah jam tenaga kerja. Contohnya, jumlah biaya
tenaga kerja tidak langsung yang dialokasikan ke departemen jasa I sebesar
$3.750 (bagian total biaya tenaga kerja tidak langsung pada departemen l, atau
15% x $25.000). Alokasi biaya tenaga kerja tidak langsung ke departemen Iainnya
dilakukan dengan cara yang sam, Demikian pula, biaya bahan baku tidak
langsung sebesar $5.000 dialokasikan ke empat departemen menggunakan jumlah
jam mesin. Jumlah biaya bahan baku tidak langsung yang dialokasikan ke
departemen jasa I sebesar $500 (10% x $5.000). Total biaya langsung dan biaya
tidak langsung yang dialokasikan sebesar $66.000, dengan total biaya.

Tampilan 7.4
Seluruh Departemen
Dasar Departemen Departemen Departemen Departemen Total
Alokasi Jasa 1 Jasa 2 produksi 1 produksi 2
Departemen
Jumlah jam 1.800 1.200 3.600 5.400 12.000
tenaga kerja
langsung
persentasi 15% 10% 30% 45% 100%
Jumlah jam 320 160 1.120 1.600 3.200
kerja mesin
persentase 10% 5% 35% 50% 100%

5
Tahap Pertama : menelusuri biaya langsung dan mengalokasikan biaya
tidak langsung ke seluruh departemen

Biaya langsung $1.600 $5.500 $15.500 $13.400 $36.000


Mengalokasikan
biaya tidak
langsung ke
departemen :
Tenaga kerja 3.750 2.500 7.500 11.250 25.000
tidak langsung = 15% x = 10% x =30% x = 45% x
$25.000 $25.000 $25.000 $25.000

Bahan baku 500 250 1.750 2.500 5.800


tidak langsung = 10% x = 5% x =30% x = 50% x
$5.000 $5.000 $5.000 $5.000
Total untuk $5.800 $8.250 $24.750 $27.150 $66.000
seluruh
departemen

Tahap Kedua dan Ketiga: Alokasi

Tahap kedua yaitu mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen


produksi.Tahap ini adalah tahap alokasi yang paling kompleks karena jasa dapat
mengalir bolak-balik antardepartemen jasa. Tahap ini sering kali disebut juga arus
timbalbalik (reciprocal flows). Misalnya, asumsikan bahwa 40 persen dari 1.800
jumlah jam tenaga kerja departemen jasa 1 (720 jam) digunakan untuk melayani
departemen jasa 2. Asumsikan juga bahvsa 10 persen dari waktu departemen jasa
2 digunakan melayani departemen psa l. Anda dapat melihat kedua arus bolak-
balik untukuntukBeary Company pada Tampllan 7.5.

Persentase hubungan jasa pada umumnya ditentukan dengan mengacu


Pada jumlahjam tenaga kerja, jumlah unit yang diproses, atau beberapa dasar
alokasi Iain yang palmg baik mencerminkan jasa yang disediakan bagi
departemen tersebut Pada Beary Company, persentase arusjasa untuk setiap
departemen jasa ditentukan menurut jumlah jam tenaga kerja yang digunakan
untuk jasa yang disediakan bagi departemen jasa Iainnya dan departemen
produksi. Departemen jasa pertama Beary Company menggunakan 40 persen
waktu tenaga kerjanya untuk melayani departemen jasa 2 dan 30 persen waktunya
untuk melayani kedua departemen produksi. Departemen jasa 2 melayani
departemen jasa I sebesar 10 persen dari waktunya, departemen produksi pertama

6
sebesar 30 persen dari waktunya, dan departemen produksi kedua sebesar 60
persen dari waktunya.

Akuntan menggunakan tiga metode umum untuk mengalokasikan biaya


dengan dua tahap:

1. Metode Langsung
Metode langsung (direct method) merupakan metode yang paling sederhana dari
ketiga metode alokasi biaya per departemen karena mengabaikan arus timbal-
balik Alokasi biaya diselesaikan dengan menggunakan arus jasa hanya ke
departemen produksi dan menentukan bagian dari jasa tersebut untuk setiap
departemen produksi. Contohnya, untuk departemen jasa l, bagian waktu untuk
setiap departemen produksi adalah sebesar 50 persen dari total jasa yang
digunakan oleh departemen produksi.

Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 1 :


= 100% - waktu jasa untuk departemen jasa kedua
= 100% - 40% = 60%
Bagian departemen Produksi 1 : 30%/60% = 50%
Bagian departemen Produksi 2 : 30%/60% = 50%

Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 2 :


= 100% - 10% = 90%
Bagian departemen Produksi 1 : 30%/90% = 33,33%
Bagian departemen Produksi 2 : 60%/90% = 66,67%

Tampilan 7.5

Ke
Dari Departemen Departemen Departemen Departemen
Jasa1 Jasa2 Produksi 1 Produksi 2
Departemen - 40% 30% 30%
Jasa 1
Departemen 10% - 30% 60%
Jasa 2

biaya departemen jasa 1 sebesar $5.850 dialokasikan sama besarnya


ke departemen produksi; masing-masing 50 persen sebesar $2.925. Biaya
departemen jasa 2 sebesar $8.250 dialokasikan sebesar 33,33 persen atau
$2.750 pada departemen produksi I dan sebesar 66,67 persen atau $5.500 ke
departemen produksi 2. Total biaya di departemen produksi 1 dan 2 pada
bagian akhir dari alokasi tahap kedua berturut-turut sebesar $30.425 dan
$35.575.

7
Tahap ketiga dan terakhir sangat mirip dengan tahap pertama.
Alokasi dari departemen produksi ke produk biasanya berdasarkan jumlah
jam tenaga kerja atau jam mesin yang digunakan pada departemen produksi
yang menghasilkan produk. Untuk Beary Company, dengan menggunakan
metode langsung, biaya dialokasikan ke departemen produksi I berdasarkan
jumlah jam tenaga kerja dan ke departemen produksi 2 berdasarkan jumlah
jam mesin; lihat panel tahap ketiga pada Tampilan 7.6. Asumsikan bahwa
dalam menghasilkan produk I membutuhkan 1.800 jam dari total waktu
tenaga kerja departemen produksi l, yaitu sebesar 3.600 jam, dan karenanya
dialokasikan sebesar 50 persen (1.800/3.600) dari total biaya pada
departemen produksi 1. Demikian pula, asumsikan bahwa produk 1
membutuhkan 400 jam dari 1.600 jam mesin yang digunakan pada
departemen 2, dan dialokasikan sebesar 25 persen (400/1.600) dari biaya
departemen produksi 2, Biaya produk 2 ditentukan dengan cara yang sama,
sebagaimana ditunjukkan pada Tampilan 7,6. Total biaya sebesar $66.000
dialokasikan sebesar $24.106,25 ke produk 1 dan sebesar $41.893,75 ke
produk 2.

2. Metode Bertahap
Metode kedua dalam mengalokasikan biaya departemen jasa adalah metode
bertahap (step method), disebut demikian karena metode tersebut menggunakan
serangkaian tahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen
produksi.
Pada tahap pertama, satu departemen jasa dipilih untuk dialokasikan
seluruhnya, yaitu ke departemen jasa lainnya maupun ke setiap departemen
produksi. Departemen yang akan dialokasikan seluruhnya biasanya dipilih karena
departemen tersebut memberikan jasa terbanyak ke departemen jasa lainnya. Pada
Beary Company, departemen jasa 1 memberika jasa lebih banyak (40 persen) dan
dialokasikan pertama kali. Departemen jasa 2 hanya dialokasikan ke departemen
produksi, dengan cara yang sama seperti metode langsung. Secara keseluruhan, ini
berarti bahwa metode bertahap dapat menyediakan alokasi yang lebih akurat
karena salah satu dari arus timbal-balik antara kedua departemen jasa (salah satu
arus pada tahap pertama) diperhitungkan dalam alokasi tersebut, tidak seperti
metode langsung yang mengabaikan seluruh arus timbal-balik.

a. Tahap pertama dari metode bertahap (menelusuri biaya langsung dan


alokasi awal biaya tidak langsung). dcpartemen jasa I yang berada pada
tahap pertama, dialokasikan ke departemenjasa 2 dan kedua departemen
produksi. Alokasi ke departemen jasa 2 adalah sebesar $2.340 (409% x

8
$5.850). Alokasi untuk kcdua departemen produksi ditentukan dengan cara
yang sama.

b. Tahap kcdua, departemen jasa 2 dialokasikan ke kedua departemen


produksi menggunakan metode langsung dengan cara Fłng sama seperti
pada Tampilan 7,6. Satu•satunp perbedaan adalah bahwa total biaya
departemen jasa 2 ($10,590) sekarang mencakup biaya departemen jasa 2
($8.250) ditambah biaya yang dialokasikan dari departemen jasa 1 pada
tahap pertama ($2.340).

c. Tahap ketiga dari metode bertahap yong telah diselesaikan terdapat pada
Tampilan 7.6, Dengan menggunakan metode bertahap, total biaya yang
dialokasikan ke produk I adalah sebesar S24.00S,75 dan total biaya yang
dialokasikan keproduk2 adalah sebesar S41.991 ,25, dengan total biaya
keduanya adalah sebesar $66.000.
Tahap kedua : Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen
produksi
Departemen DepartemenProd DepartemenProd Total
Jasa2 uksi 1 uksi 2
Tahap pertama : Departemen Jasa 1
Presenta 40% 30% 30%
se Jasa
Jumlah 40% 30% x $5.850 30% x $5.850 $5.850
x$5.850= = $1.755 = $1.755
$2.340

Tahap Kedua : Departemen Jasa 2


Presentase Jasa 30% 60%
Presentase alokasi 33,33% 66,67%
dengan metode
langsung
Jumlah $8.250+$2.3 33,33% x$10.590 66,67% x$10.590 $7.060+$3.5
40 = $3.530 = $7.060 30 - $2.340
=$10.590 = $8.250

Ditambah : alokasi $ 24.750 $ 27.150 $51.900


tahap pertama

9
Total untuk departemen $30.035 $35.965 $66.000
produksi
Tahap ketiga : Mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk
Dasar alokasi Produk 1 Produk 2 Total
Jumlah jam tenaga kerja
Jumlah 1.800 1.800 3.600
Presentase 50% 50%
Jumlah jam mesin
Jumlah 400 1.200 1.600
Presentase 25% 75%
Alokasi biaya ke produk
Departemen produksi 1 50% x $30.035 50% x $30.035
(dasar jumlah = $15.017,50 = $15.017,50
jamtenaga kerja)
Departemen produksi 2 25% x $35.965 75% x $35.965
(dasar jumlah = $8.991,25 = $26.973,75
jammesin)
Total untuk setiap $24.008,75 $41.991,25 $66.000
produk

3. Metode Timbal-Balik
Merupakan metode yang paling dipilih dari ketiga metode yang ada karena, tidak
seperti metode lainnya, metode tersebut memperhitungan seluruh arus timbal-
balik antar departemen jasa. Metode ini diselesaikan dengan menggunakan
persamaan simultan: arus timbal-balik secara simultan yang ditentukan pada suatu
sistem persamaan.

Persamaan pada setiap departemen jasa menunjukkan biaya yang akan


dialokasikan, terdiri dari biaya alokasi tahap pertama ditambah alokasi biaya dari
departemen lain. Pada Beary Company, persamaan pada departemen jasa 1 adalah
sebagai berikut, menggunakan simbol Sl untuk menunjukkan biaya departemen
jasa I dan S2 untuk menunjukkan biaya departemen jasa 2.

10
Alokasi Biaya Sl = Alokasi awal + Alokasi biaya dari S2

Sl = $5.850 + (10% x S2)

Demikian pula, persamaan untuk departemen jasa kedua adalah sebagai berikut:

Alokasi Biaya S2 = Alokasi awal + Alokasi biaya dari Sl


S2 = $8.250 + (40% x Sl)

Kedua persamaan ini dapat diselesaikan untuk mencari Sl dan S2 dengan


mensubstitusikan persamaan kedua ke dalam persamaan pertama sebagai berikut;

Sl = $5.850 + [10% x ($8.250 + x


SD]

Sl = $6.953,13

Kemudian substitusikan Sl kembali ke persamaan kedua:

S2 = $11.031,25

Nilai-nilai Sl dan S2 ini dialokasikan ke departemen produksi


menggunakan persentase jumlah jasa untuk setiap departemen. Kita akan
mengilustrasikan proses pada Beary Company dalam Tampilan 7.8. Perlu diingat
bahwa karena metode timbalebalik memperhitungkan seluruh aktivitas
departemen jasa yang timbal-balik, alokasi pada tahap kedua berdasarkan
persentase )asa aktual untuk setiap departemen produksi. Contohnya, departemen
produksi l, yang menerima 30 persen dari pekerjaan departemen jasa l,
dialokasikan sebesar 30 persen dari biaya departemen jasa 1} yaitu sebesar
$2.086 (30% x $6.953,13), Alokasi tersebut dilakukan dengan cara yang sama
seperti alokasi biaya departemen 'asa 2 dan dengan departemen produksi 2. Cara
yang sederhana dan akurat untuk mengalkulasikan biaya •timbal-baiik untuk S 1
dan S2 adalah dengan cara menggunakan fungsi Solver pada Excel, Tampilan 7.9
mengilustrasikan bagaimana cara menggunakan Solver untuk tujuan ini.Analisis
tahap ketiga pada Tampilan 7.8 dilakukan dengan cara yang sama seperti terdapat
pada Tampilan 7,6 dan 'Total biaya yang dialokasikan ke produk adalah sebesar
dan ke produk 2 Sebesar $41.963,75.

11
Tahap kedua: mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
menggunakan metode timbal balik
Pertama : selesaikan persamaan simultan untuk jasa 1 dan 2 (lihat teks):
Jumlah yang dialokasikan dari jasa 1 $6.953,13
Jumlah yang dialokasikan dari jasa 2 $11.031,25
Kedua : mengalokasikan kedepartemen produksi
Departemen Departemen Total
produksi 1 produksi 2
Departemen jasa 1

Persentase jasa 30% 30%


Jumlah yang
dialokasikan $2.086 $2.086 $4.172
=30% x $6.953 =30% x $6.953
Departemen jasa 2

Persentase jasa 30% 60%


Jumlah yang
dialokasikan $3.309 $6.619 $9.928
=30% x $11.031 =60% x11.031

Ditambah alokasi $24.750 $27.150 $51.900


biaya pada tahap
pertama

Total untuk $30.145 $35.855 $66.000


departemen
produksi

Tahap ketiga : mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk


1. Dasar alokasi Produk 1 Produk 2

Dasar jumlah
jam tenaga
kerja

Jam 1.800 1.800 3.600


Persentase 50% 50%

Jumlah jam
mesin
1.600
Jam 400 1.200

12
persentasi 25% 75%

2. Alokasi
biaya ke
produk
$15.072,50 $15.072,50
Departemen =50% x $30.145 =50% x $30.145
produksi 1(
dasar jumlah
jam tenaga
kerja)
$8.963,75 $26.891,25
Departemen =25% x $35.855 =75% x $35.855
produksi 2
( dasar
jumlah jam
mesin)
$24.036,25 $41.963,75 $66.000

Total untuk
setiap produk

2.5 Isu-isu implementasi


Isu implementasi yang utama adalah pilihan metode alokasi yang paling
akurat. Tiga isu tambahan yang dipertimbangkan ketika mengimplementasikan
pendekatan alokasi departemen adalah :

(1) pengaruh disinsentif yang muncul ketika dasar alokasi ditetapkan tidak
berkaitan dengan penggunaan.
Menentukan dasar alokasi yang tepat dan jumlah persentase jasa yang
disediakan oleh departemen jasa sering kali merupakan suatu hal yang sulit.
Contohnya, penggunaan jumlah jam tenaga kerja dapat menjadi tidak tepat pada
pubrik yang terotomatisasi dimana tenaga kerja merupakan sebagian kecil dari
total biaya. Demikian pula, luas ruangan dalam kaki persegi dapat menjadi tidak
tepat untuk mengalokasikan biaya tertentu ketika banyak terdapat ruangan yang
kosong. Lebih lanjut, penggunaan luas ruangan dalam kaki persegi dapat
memunculkan konsekuensi motovasi yang tidak diinginkan. Contohnya, jika kita
sedang mengalokasikan biaya pemeliharaan diseluruh pabrik ke departemen-
departemen produksi dengan menggunakandasar luas ruangan, suatu departemen
tidak memiliki insentif yang cukup untuk membatasi penggunaan beban
pemeliharaan. Karena penggunaan aktual dari meningkatkan biaya
pemeliharaannya, kemudian departemen lainnya juga harus menanggung
peningkatan biaya tersebut.

(2) pengaruh disinsentif yang muncul ketika dasar alokasi ditetapkan berdasarkan
penggunaan aktual.

13
Apabila dasar alokasi biaya ditentukan dari penggunaan aktual, disinsentif
dapat muncul karena penggunaan sumber daya satu departemen akan
memengaruhi alokasi biaya ke departemen lainnya, seperti diilustrasikan pada
Tampilan 7.11. Kita lanjutkan dengan contoh yang sama seperti Tampilan 7.10,
kecuali sekarang kita berasumsi bahwa biaya yang akan dialokasikan membentuk
biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel sebesar $1.000 per permintaan
perawatan. Panel 2 menunjukkan bahwa jumlah biaya yang dialokasikan akan
sama dengan jumlah biaya pada kedua departemen jika tingkat penggunaannya
sama. Panel 3 dan 4 mengilustrasikan bagaimana alokasi biaya berubah jika
penggunaan perawatan dari salah satu departemen berubah. Jika penggunaan
perawatan pada pada departemen A meningkat (Panel 3) sementara penggunaan
perawatan pada departemen B masih sama, kemudian departemen B mengalami
penurunan alokasi biaya yang tidak terduga dari sebesar $100.000 menjadi
$88.462. Alasannya adalah bahwa biaya tetap per permintaan perawatan sekarang
lebih rendah Yang disebabkan karena peningkatan total permintaan perawatan.
Departemen A tidak mungkin melihat alokasi ini secara wajar. Sebaliknya, Panel
4 menunjukkan hasil jika departemen A mengurangi penggunaan perawatan,
sementara departemen B tetap memelihara tingkat penggunaan perawatan Yang
sama. Sekarang alokasi biaya departemen B meningkat dari sebesar $100.000
menjadi $112.500, Peningkatannya disebabkan karena fakta bahwa biaya tetap per
permintaan perawatan sekarang lebih besar pengurangan permintaan perawatan
secara keseluruhan. Sekarang departemen B tidak mungkin melihat bahwa
alokasinya wajar.
Alokasi berganda, memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel serta
menelusuri biaya variabel ke departemen berdasarkan penggunaan aktual; biaya
tetap dialokasikan berdasarkan tanggungan yang sama antar departemen atau
proporsi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

(3) pengaruh disinsentif yang muncul ketika alokasi biaya melebihi harga beli di
luar.

Keterbatasan Iain dari metode alokasi tiga departemen adalah bahwa


metode tersebut dapat mengalokasikan biaya ke suatu departemen yang lebih
tinggi daripada biaya jasa yang dapat dibeli departemen tersebut dari pemasok
luar. Haruskah departemen tersebut membayar jasa dari pihak internal lebih tinggi
daripada harga yang ditawarkan oleh pemasok luar ? Untuk memotivasi manajer
agar lebih efisien dan mengambil keputusan yang tepat, alokasinya harus
didasarkan pada biaya seolah-olah setiap departemen memperoleh jasa dari luar
perusahaan. Tampilan7.13 untuk suatu perusahaan dengan empat departemen

yang membagi biaya pemrosesan data umum sebesar $1.000. Biaya pemrosesan
data dialokasikan menggunakan jumlah jam tenaga kerja langsung pada setiap
departemen seperti ditunjukkan pada kolom dan (D) dari Tampilan 7.13, Jasa
pemrosesan data juga dapat diperoleh dari perusahaan diluar dengalubiaya yang

14
ditunjukkan pada kolom (E).Dasar alokasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada
contoh ini membebankan departemen D, yang dapat mempefoleh jasa dari Iuar
perusahaan sebesar $80 lebih rendah daripada biaya dari dalam perusahaan ($200
- $120), mungkin karena sifat persyaratan yang sederhana pada departemen D.
Sebaliknya, departemen B dapat memperoleh jasa dari pihak luar hanya dengan
harga yang jauh lebih tinggi (sebesar $600, sedangkan dari dalam perusahaan
sebesar $400), mungkin karena sifat jasa yang khusus. Dalam kasus ini, alokasi
berdasarkan pada harga eksternal (kolom G pada Tampilan 7113) bersifat wajar
untuk departemen B dan D. Hal tersebut merupakan refleksi yang lebih baik dari
biaya jasa yang kompetitif. Pertanyaan mengenai apakah dan berdasarkan kondisi
apakah, departemen seharusnya diperbolehkan untuk membeli dari luar
perusahaan adalah isu yang berbeda, yang ditujukan pada ruang lingkup
pengendalian manajemen.

2.6 Alokasi Biaya pada Industry Jasa

Alokasi biaya dimulai dengan mengidentifikasi departemen mana yang


langsung mendukung kedua jenis pinjaman, yaitu departemen operasi dan
departemen pemasaran. Departemen lainnya mendukung departemen operasi dan
departemen pemasaran. Dua departemen pendukung yang penting adalah
departemen jasa administrasi dan departemen akuntansi. Pada tahap ketiga atau
tahap terakhir, biaya dan departemen operasi dan departemen pemasaran
dialokasikan ke dua jenis pinjaman, yaitu pinjaman komersial dan pinjaman
perumahan. Departemen pemasaran menyediakan periklanan langsung, promosi,
dan pelayanan pelanggan bagi kedua jenis pinjaman. Departemen operasi dan
pemasaran dalam ilustrasi ini dapat dibandingkan dengan departemen produksi
pada contoh Beary Company yang digunakan di bab sebelumnya.

Departemen lainnya mendukung departemen operasi dan departemen


pemasaran. Dua departemen pendukung yang penting adalah departemen jasa
administrasi dan departemen akuntansi. Departemenjasa administrasi
menyediakan dukungan bidang hukum dan teknis. Departemen akuntansi
menyediakan jasa keuangan, mencakup laporan keuangan secara teratur dan
pemeliharaan data pelanggan. Departemen jasa administrasi dan departemen
akuntansi saling menyediakanjasa serta bagi departemen operasi dan.departemen
pemasaran, seperti yang diilustrasikan pada Tampilan Setiap departemen memiliki
biaya tenaga kerja dan biaya perlengkapan tertentu yang dapat ditelusuri secara
langsung ke setiap departemen. Selain itu, departemen sumber manusia dan
departemen jasa komputer CGB menyediakan jasa bagi empat departemen, Pada
contoh ini, sumber daya manusia dan jasa kompüter diasumsikan menjadİ bagian
dari serangkaian aktivitas jasa yang lebih luas yang disediakan oleh CGB kepada
seluruh unit bisnisnya; unit pinjaman dengan agunan hanya menjadi satu-satunya
aktivitas jasa ini. Dengan demikian, sumber daya manüsia dan jasa kompüter
dapat dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja tidak langsung dan bahan
baku tidak langsung dalam contoh Beary Company pada bab sebelumnya;
departemen akuntansi dan departemen jasa administrasi hanya menyediakan jasa
bagi unit pinjaman dan dapat dibandingkan dengan departemen jasa yang
digunakan pada contoh Beary Company.

15
Untuk meringkasnya, unit pinjaman dengan agunan pada CGB memiliki
dua departemen jasa (akuntansi dan jasa administrasi), dua departemen prodüksi
(pemasaran dan operasi), dan dua prodük (pinjaman konstruksi komersial dan
pinjaman konstruksi perumahan). Biaya tidak langsung pada unit pinjaman
dengan agunan terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar $1.560.000 dan biaya
perlengkapan sebesar $33.000 yang dapat ditelusuri secara langsung pada dua
departemen jasa dan dua departemen prodüksi. Selain terdapat biaya tidak
langsung yang mencakup biaya jasa manusia sebesar $80.000, biaya jasa
kompüter sebesar $66.000 harus dialokasikan pada dua departemen jasa dan dua
departemen prodüksi.

Tahap pertama alokasi menunjukkan penelusuran total biaya tenaga kerja


langsung sebesar $1.560,000 dan biaya perlengkapan sebesar $33.000 untuk
setiap departemen serta alokasi biaya sumber daya manusia ($80.0001 dan biaya
jasa kompüter ($66,000) secara berturut-Çurut dengan menggunakan dasar alokasi
dan jumlah kompüter. Hasilnya adalah bahwa total biaya sebesar $1.739.000.

Pada tahap kedua, biaya departemen akuntansi dan departemen jasa


akuntansi dialokasikan ke departemen operasi dan departemen pemasaran dengan
menggunakan metode bertahap dan persentase jasa. Hasilnya adalah bahwa total
biaya sebesar $1.739.000 sekarang dialokasikan ke departemen operasi
($934.957,50) dan departemen pemasaran ($804.042,50).

Pada tahap ketiga dan tahap terakhir, biaya dari departemen operasi dan
departemen pemasaran dialokasikan ke dua jenis pinjaman, yaitu pinjaman
komersial dan pinjaman perumahan. Dasar yang digunakan oleh CGB untuk
mengalokasikan biaya departemen operasi adalah jumlah transaksi perbankan
yapg ditangani pada departemen operasi (15.000 transaksi untuk pinjaman
komersial dan 10.000 transaksi untuk pinjaman perumahan) dan dasar yang
digunakan oleh CGB untuk mengalokasikan biaya pemasaran adalah jumlah
pinjaman dari kedua jenis pinjaman tersebut (900 pinjaman komersial dan 3.600
pinjaman perumahan). Hasil alokasi akhir adalah bahwa total biaya sebesar
$1.739.000 dialokasikan ke departemen pinjaman komersial ($721.783) dan
departemen pinjaman perumahan ($1.017.217).

Alokasi biaya memberikan dasar bagi CGB untuk mengevaluasi biaya dan
profitabilitas darijasqnya. Dengan mengalokasikan biaya operasi yang telah
ditentukan, biaya dari dana yang diberikan dan pendapatan yang dihasilkan dari
pinjaman komersial dan perumahan, analisis profitabilitas atas pinjaman
komersial dan perumahan dapat diselesaikan. Asumsikan bahwa departemen
pinjaman komersial dan perumahan-memiliki pendapatan secara berturut-turut
sebesar $2.755.455 dan $2.998.465, serta biaya dana langsung secara berturut-
turut sebesar $1.200.736 dan $1.387.432.

Analisis profitabilitas menunjukkan bahwa biaya operasi yang


dialokasikan yang relatifbesar dari unit pinjaman perumahan merupakan faktor
penting dari kinerja secara keseluruhan yang buruk (hanya berkontribusi sebesar
19,8 persen per dolar pendapatan yang berlawanan dengan unit pinjaman

16
komersial yang berkontribusi lebih dari 30 persen)} Sebaliknya, biaya dana dari
kedua jenis pinjaman ini nampak sebanding (43,58 persen dari pendapatan
pinjaman komersial dan 46,27 persen dari pendapatan pinjaman peruniahan),
Analisis tersebut mengindikasikan bahwa bank seharusnya menginvestigasikan
profitabilitas dari pinjaman perumahan dan, secara khusus, biaya operasi dan
pemasaran untuk pinjaman-pinjaman tersebut.

2.7 perhitungan biaya produk gabungan

Banyak pabrik manufaktur yang menghasilkan lebih dari satu produk dari
proses produksi gabungan. Contohnya, industri minyak memroses minyak mentah
menjadi berbagai produk: bensin, nafta, kerosin, minyak tanah, dan minyak berat
hasil sisa. Demikian pula, industri semikonduktor memproses lempengan silikon
menjadi berbagai chip memori komputer dengan kecepatan, toleransi suhu udara,
dan usia yang berbeda-beda. Daging sapi dan kulit binatang merupakan produk-
produk yang berkaitan dengan proses pengemasan daging; tidak satu pun dari
produk-produk ini yang dapat diproduksi tanpa memproduksi produk lain.
Industri-industri lain yang menghasilkan produk gabungan mencakup produksi
kayu, pemrosesan makanan, pembuatan sabun, penggilingan biji-bijian,
peternakan sapi perah, dan perikanan.

Produk gabungan dan produk sampingan berasal dari pemrosesan satu


input atau seperangkat input. Produk gabungan (join products) merupakan
produk-produk
dari proses produksi yang sama yang memiliki nilai jual yang relatif besar.
Produkproduk yang nilai total penjualannya lebih kecil jika dibandingkan dengan
nilai jual produk gabungan diklasifikasikan sebagai produk sampingan (by-
products).

Produk gabungan dan produk sampingan keduanya diproduksi dari bahan


mentah yang sama. Sampai dengan suatu titik tertentu pada proses produksi, tidak
ada perbedaan yang dapat dibuat antara produk-produk tersebut. Titik dalam
proses produksi gabungan di mana setiap produk dapat diidentifikasi untuk
pertama kalinya disebut juga titik pisah (split-offpoint). Setelah itu, proses
produksi yang terpisah dapat diaplikasikan pada setiap produk. Pada titik pisah,
produk gabungan atau produk sampingan mungkin dapat dijual atau
membutuhkan pemrosesan lebih lanjut agar dapat dijual, bergantung pada
sifatnya.

Biaya gabungan mencakup seluruh biaya produksi yang terjadi sebelum


titik pisah (meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik). Untuk tujuan pelaporan keuangan, biaya-biaya ini dialokasikan di antara
produkproduk gabungan. Biaya tambahan yang terjadi setelah titik pisah yang
dapat diidentifikasi langsung ke setiap produk disebut juga biaya pemrosesan
tambahan (additional processing cost) atau biaya yang dapat dipisahkan
(separable cost).

17
Output lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta
unit unit rusak dan cacat. Bahan sisa merupakan sisa proses produksi yang
memilikinilai pemulihan yang kecil atau tidak memiliki nilai pemulihan. Limbah,
seperti halnya limbah merupakan bahan baku sisa yang tidak memiliki nilai
pemulihan dan harus dibuang oleh perusahaan ketika dibutuhkan. Selain limbah
dan bahan sism beberapa produk tidak memenuhi standar kualitas dan dapat
dikerjakan ulang untuk dijual kembali. Unit-unit rusak tidak dikerjakan ulang
karena alasana ekonomi. Unit-unit yang cacat dikerjakan ulang untuk dijadikan
unit-unit yang dapat dijual.

Metode untuk Mengalokasikan Biaya Gabungan ke Produk Gabungan

1. Ukuran Fisik

Metode ukuran fisik (pbysical measure method), cukup alamiah,


menggunakan ukuran menggunakan uku- fisik seperti pon, galon, yard, atau
volume unit yang diproduksi pada titik pisah untuk mengalokasikan biaya
gabungan ke produk gabungan. Tahap pertama adalah memilih volume unit yang
ukuran fisik yang tepat sebagai dasar alokasi. Kita dapat menggunakan unit input
diproduksi pada titik atau output. Metode biaya rata-rata merupakan metode yang
menggunakan unit output untuk mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan.
Asumsikan bahwa johnson seafood memproduksi irisan ikan tuna dan ikan
tuna kaleng untuk didistribusika ke restoran dan pasar swalayan dibagian
tenggaran AS. Biaya 14.000 pon ikan tuna mentah yang belum diproses ditambah
tenaga kerja langsung dan overhead untuk pemotongan dan pemrosesn ikan tuna
menjadi irisan ikan tuna dan ikan tuna kaleng merupakan biaya gabungan dari
proses tersebut. Proses produksi dimulai pada titik 1 Total biaya gabungan yang
terjadi adalah $ 16.000 ( bahan baku langsung sebesar $ 17.000, tenaga kerja
langsung $5.000 dan overhead $4.000). titik 2 merupakan titik pisah dimana dua
produksi ganbungan dipisahkan : 2.000 pon irisan ikna tuna dan 8.000 pon ikan
tuna kalengan. Sisanya sebesar 4.000 ponmerupkan produk sampingan , bahan
sisa dan limbah yang tidak akan diperhitungkan. Jika kita menggunakan metode
ukuran fisik biaya gabungan sebesar $16.000 dialokasikan.

Berdasarkan metode ukuŕan fisik (pon dalam contoh ini), ketika produk
gabungan mencapai titik pisah, kita dapat menghitung hubungan dari setiap
produk gabungan dengan jumlah total unit. Biaya gabungan yang dialokasikan
ke produk merupakan biaya rata-rata per pon dari biaya gabungan, yaitu sebesar
$1,60 per pon. Ukuran fisik yang digunakan untuk menentukan bobot relatif
dalam mengalokasikan biaya gabungan seharusnya menjadi ukuran produk pada
titikpisah, bukan ukuran ketika produksi dari produk-produk tersebut telah
selesai. Dengan demikian, ukuran yang relevan dalam contoh tersebut adalah
2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan.

18
Tampilan 7.18 metode ukuran fisik
Produk Ukuran fisik proporsi Alokasi biaya Biaya
gabungan perpon
Irisan ikan 2.000pon 0,20 $16.000x20%=$3.200 $1,60
tuna
Ikan tuna 8.000pon 0,80 $16.000x80%=$12.800 $1,60
kalengan 10.000pon 1,00 $16.000
Total

Keunggulan Metode Ukuran Fisik:


-Mudah digunakan, karena metode ini menggunakan perhitungan yang lebih
sederhana.
-Kriteria untuk alokasi biaya gabungan bersifat objektif, karena didasarkan pada
satuan tertentu.
Kelemahan Metode Ukuran Fisik:
Mengabaikan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari setiap produk
yang bervariasi, karena metode ini tidak dapat digunakan apabila satuan yang
digunakan berbeda.

2. Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah

Metode nilai jual pada titik pisah merupakan metode alternatifdan banyak
digunaka Metode nilai jual pada titik pisah (sales value at split-offmethod)
(atau lebih sederhananya, metode nilai jual) mengalokasikan biaya gabungan ke
produk gabungan berdasarkan nilai jual relatifnya pada titik pisah. Metode ini
hanya dapat digunakan ketika produk a gabungan dapat dijual pada titik pisah.
Jika kita berasumsi bahwa Johnson menjual satu pon irisan ikan tuna sebesar
$2,20 dan satu pon ikan tuna kalengan sebesar $1,65 dan Johnson telah
memproduksi sebanyak 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna
kalengan, maka biaya gabungan sebesar $16.000 harus dialokasikan di antara
produk-produk.

a. Tahap pertama pada metode nilai jual adalah menghitung total nilai jual
dari produk gabungan pada titik p!sah. Perlu diingat bahwa nilai jual
merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah unit produksi, bukan
jutnlah unit penjualan aktual.

b. Tahap kedua adalah menentukan proporsi nilai jual setiap produk


gabungan terhadap total nilai jual.

c. Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya gabungan antarproduk


gabungan berdasarkan proporsi tersebut.

19
Contoh johonson seafood, nilai jula ikan tuna adalah $4.400 dan ikan tuna
kalengan $13.200, sehingga totalnya $17.600. proporsi nilai jual setiap produk
terhadap total nilai jual adalah 0,25 ($4.000/$17.600) untuk irisan ikan tuna dan
0.75 ($13.200/$17.600) untuk ikan tuna kalengan. Alokasi biayanya adalah
$4.000 untuk irisan ikan tuna dan $12.000 untuk ikan tuna kalengan.

Tampilan 7.19 metode nilai jual pada titik pisah


produk Jumlah Harga Nilai propors Alokasi biaya Biaya
unit peruni jual i gabungan perpo
t n
Irisan 2.000po $2,20 $4.400 0,25 $16.000x25%=$4.000 $2,00
ikan n
tuna 1,65 13.200 0,75 $16.000x75%=$12.00 1,50
Ikan 8.000po 0
tuna n $17.60 1,00
kalenga 0 $16.000
n
total

Tampilan 7.20 analisis profitabilitas lini produk


Irisan ikan tuna Ikan tuna kalengan
Penjualan $2,20 x 2.000 = $4.400 $1,65 x 8.000 = $13.200
Harga pokok penjualan $2,00 x 2.000 = 4.000 $1,50 x 8.000 = $12.000
Margin kotor $400 $1.200
Persentase margin kotor 9,09% 9,09%

Keunggulan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :


1.Mudah dihitung, karena biaya dialokasikan berdasarkan nilai jual yang telah
ditetapkan sebelumnya
2.Dialokasikan menurut pendapatan dari setiap produk, sehingga biaya yang
ditetapkan sesuai dengan besarnya pendapatan yang diterima dari produk tersebut.

Kelemahan Metode Nilai Jual Pada Titik Pisah :


Terkadang harga dipasar dapat berubah sehingga nilai jual juga ikut berubah
sehingga biaya yang ditetapkan akan berubah.

3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan

Tidak seluruh produk gabungan dapat dijual pada titik pisah. Dengan
demikian, tidak ada harga pasar yang melekat di beberapa produk pada titik pisah.
Dalam hal ini, kita menggunakan konsep nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value—NRV) dari suatu
produk adalah estimasi nilaijual produk pada titik pisah; yang ditentukan dengan
cara mengurangkan biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesudah
titik pisah dari estimasi nilai jual akhir produk.

20
NRV = Nilai jual akhir - Biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan

Pada contoh kasus Johnson Seafood, diasumsikan bahwa selain irisan ikan
tuna dan ikan tuna kalengan perusahaan memproses makanan kucing dari ikan
tuna mentah yang belum diproses. Diasumsikan juga bahwa 14.000 pon ikantuna
pada titik pisah menghasilkan 2.000 pon irisan ikan tuna, 8.000 pon ikan tuna
kalengan , dan 3.000 pon makanan ikan kucing. 1.000 pon sisanya adalah bahan
sisa, limbah dan produk sampingan. Untuk makanan kucing ikan tuna harus
diproses lebih lanjut agar dapat dijual ke distributor. Biaya pemrosesan tambahan
adalah sebesar $850 untuk mineral dan suplemen, namun tidak menambah berat
produk. Distributor makanan hewan membeli makanan kucing siap saji dari
Johnson sebesar $1,75 per pon dan mengemasnya dalam kaleng sebesar 3 ons
untuk dijual ke toko dan pasar.

Tampilan 7.21 diagram arus biaya tiga produk gabungan johnshon seafood

Titik 1 Titik 2 Titik 3


Biaya gabungan Titik pisah Pemrosesan
yang dikeluarkan tambahan
2.000pon irisan ikan tuna,
Harga jual $2,20/pon
14.000 ikan
tuna yang belum
diproses sebesar 8.000pon ikan tuna kalengan
$16.000 harga
jual $1,65/pon Biaya pemrosesan 3.000pon
3.000pon makanan kucing makanan
$850 kucing
Harga
1.000pon produk sampingan, jual
Bahan sisa dan limbah $1,75/pon

Tampilan 7.22 alokasi biaya gabungan menggunakan metode nilai bersih yang
dapat direalisasikan
produ Pon Har Nilai Pemros Nilai Persen Alok total Biay
k ga jual esan bersih tase asi a
tambah yang NRV biaya perp
an dapat on
direalisas
ikan
Irisan 2.00 $2, $4.40 - $4.400 20% $3.20 $3.20 $1,6
ikan 0 20 0 0 0 0
tuna -

21
Ikan 1,6 13.20 13.200 60 9.600 9.600
tuna 8.00 5 0 1,20
kalen 0
gan
Maka 5.250 $850 4.400 20 3.200 4.050
nan 1,7 1,35
kucin 3.00 5
g 0 $22.8 $850 $22.000 100% $16.8 $16.8
Total 50 50 50

13.0
00

Tampilan 7.23 analisis profitabilitas lini produk jhonshon seafood


Irisan ikan tuna Ikan tuna kalengan Makanan kucing
Penjualan $2,20x2.000 $1,65x8.000=$13.200 $1,75x3.000=$5.250
Harga pokok =$4.400 $1,20x8.000=$9.600 $1,35x3.000=$4.050
penjualan $1,60x2.000
Margin kotor =$3.200 $3.600 $1.200
Persentase 27,27% 22,86%
margin kotor $1.200
27,27%

Keunggulan dan Kelemahan. Metode NRV lebih unggul jika


dibandingkan dengan metode ukuran fisik karena, seperti metode nilai jual pada
titik pisah, metode ini memerlihatkan alokasi yang menghasilkan tingkat
profitabilitas yang dapat diprediksi dan dibandingkan antarproduk. Metode ukuran
fisik dapat memberikan pedomana yang menyesatkan bagi manajemen puncak
terkait dengan profitabilitas produk.

2.7 Perhitungan Biaya Produk Sampingan

Produk sampingan merupakan produk dengan nilai jual yang relatif kecil
yang diproduksi secara simultan dengan satu atau lebih dari satu produk
gabungan, biasanya produsen hanya memiliki sedikit kendali atas jumlah produk
sampingan yang diproduksi. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk
perhitungan biaya produk sampingan, yaitu :

1. Pendekatan Pengakuan Aktiva

Pendekatan pengakuan aktiva mencatat produk sampingan sebagai


persediaan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan, oleh karena itu produk
sampingan diakui sebagai persediaan ketika produk sampingan diproduksi. Dua
metode yang digunakan :

a.Metode Nilai Bersih yang Dapat direalisasikan

22
Metode ini memperliahtkan nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
produk sampingan pada neraca sebagai persediaan dan pada laporan laba rugi
sebagai pengurang dari total biaya produksi produk gabungan.

b.Metode Pendapatan Lain-lain pada Titik Produksi

Metode ini memperlihatkan nilai bersih yang dapat direalisasikan dari


produk sampingan pada laporan laba rugi sebagai pendapatan lain-lain atau
penjualan lainnya.

2. Pendekatan Pendapatan

Pada pendekatan pendapatan tidak membebankan nilai ke produk


sampingan dalam periode produksi tetapi mengakui pendapatan produk
sampingan pada periode ketika produk tersebut dijual. Dua metode yang
digunakan :

a.Metode Pendapatan Lain-lain pada titik penjualan

Metode ini memperlihatkan pendapatan penjualan bersih dari produk


sampingan yang dijual pada waktu penjualan dalam laporan laba rugi sebagai
pendapatan lain-lain atau pendapatan penjualan lainnya.

b.Metode Pengurangan Biaya Produksi pada Titik Penjualan

Metode ini memperlihatkan pendapatan penjualaan bersih dari produk


sampingan yang dijual pada waktu penjualan dalam laporan laba rugi sebagai
pengurangan dari total biaya produksi.( pendapatan lain” ).

Pada kasus Johnson Seafood diasumsikan perusahaan dapat menambah


labanya dengan cara mengambil sebagian 1000 pon bahan sisa dan limbah pada
setiap kumpulan produk ikan tuna yang belum diproses kemudian diproses ulang
agar dapat menghasilkan pupuk tanaman, akan tetapi harga jual pupuk tersebut
diperkirakan relative rendah yaitu 50 sen per pon. Selain itu, biaya pemprosesan
tambahan dan biaya penjualan sebesar 30 sen per pon diperlukan untuk
menyiapkan, mengemas, dan mendistribusikan produk. Karena nilai jual pupuk
relative rendah perusahaan memutuskan untuk memperlakukan irisan ikan tuna,
ikan tuna kalengan, dan makanan kucing sebagai produk gabungan dan pupuk
sebagai produk sampingan. Perusahaan diperkirakan dapat menjual 400 pon dari
produksi 500 pon pupuk .

Nilai jual irisan ikan tuna, ikan tuna kalengan dan makanan kucing
adalahsebesar $22.850 ($4.400 + $13.200 + $5.250) dan total harga pokok
penjualan adalah sebesar $16.850 ($3.200 + $9.600 + $4.050) nilai bersih yang
dapat direalisasikan dari500 pon pupuk yang diproduksi adalah :
NRV = Nilai jual–Biaya pemprosesan tambahan
= ($0,50 x 500)–($0,30 x 500)
= $100

23
Pada metode pengakuan aktiva, produk sampingan diakui sebagai aktiva
dengan kemungkinan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang karena terdapat
pasar untuk produk sampingan tersebut. ketika produk sampingan dijual, maka
biaya persediaannya ditunjukkan sebagai harga pokok penjualan. Pendekatan
pengakuan aktiva digunakan apabila nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
produk sampingan tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
persediaan atau laba.

Metode pendapatan mengacu pada prisip bahwa pendapatn bersih dari


produk sampingan seharusnya dicatat ketika terjadi penjualan karena merupakan
titik dimana pendapatan direalisasikan.Metode pendapatan digunakan ketika nilai
produk sampingan mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap laba.

24
Kasus 7-39

Georgia Chemical membuat tiga perekat yang banyak digunakan dalam


industri, yaitu G121, G143, G189. Lihat informasi penjualan dan produksi
pergalon dari ketiga perekat pada tabel dibawah ini. Sebagian besar pelanggan
Georgia meminta campuran khasus dari ketiga produk tabel yang meningkatkan
daya tahan terhadap panas. Pemrosesan tambahan membutuhkan tambahan waktu
dan bahan baku, serta harga jual juga iktu meningkat, seperti yang ditunjukan
pada tabel. Asumsikan bahwa Georgia hanya memproduksi sesuai pesanan khasus
dari pelanggan, jadi tidak ada persediaan awal atau akhir. Asumsikan juga bahwa
seluruh pelanggan Georgia meminta produk versi tahan panas tersebut, sehingga
seluruh produksinya membutuhkan pemrosesan tambahan.

G121 G143 G189


Jumlah unit yang terjual 125.000 100.000 75.000
Harga jual (setelah pemrosesan tambahan) $30 $20 $25
Biaya pemrosesan yang dapat dipisahkan $550.000 $125.000 $625.000
Total biaya gabungan $3.000.000
Harga jual pada titik pisah $10 $8 $12

Diminta :
1. Kalkulasikan biaya produk untuk ketiga lini produk dengan menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
a. Metode unit fisik
b. Metode nilai jual pada titik pisah
c. Metode bersih yang dapat direalisasikan

2. Metode manakah dari ketiga metode yang menurut anda akan lebih dipilih
dalam kasus ini? Mengapa?

25
DAFTAR PUSTAKA

BlocherJ, Edward, DavidE.Stout, And Gary Cokins. 2011. Manajemen Biaya :


Penekanan Strategis (Alih Bahasa David Wijaya). Buku Satu. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

26

Anda mungkin juga menyukai