PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
4. Secara wajar menentukan imbal jasa yang diperoleh manajer atas upaya dan
keahliannya serta efektifitas pengambilan keputusan mereka.
Sejumlah isu etika merupakan hal yang penting dalam alokasi biaya
1. Pertama, isu etika muncul ketika biaya dialokasikan ke produk atau jasa
yang dihasilkan baik untuk pasar yang penuh kompetisi maupun badan
publik atau departemen pemerintah.
2
mengganti biaya institusi swasta atau ketika unit pemerintahan
memberikan pelayanan kepada publik dengan uang bayaran.
3. Isu etika penting yang ketiga adalah pengeruh dari metode alokasi yang
dipilih terhadap biaya produk yang dijual kea tau dibeli dari anak
perusahaan di luar negeri.
Biaya produksi langsung adalah upah dan bahan baku yang dapat
ditelusuri langsung ke departemen; contohnya, biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung Yang akan ditelusuri ke departemen produksi di mana
biaya tersebut gunakan. Tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung yang
digunakan Ida departemen jasa akan ditelusuri ke departemen jasa tersebut. Biaya
tidak ngsung (biaya overhead pabrik) adalah biaya bahan baku tidak langsung dan
biaya :naga kerja tidak langsung yang dialokasikan melalui penggerak biaya yang
telah itentukan sebelumnya ke departemen Yang menggunakan sumber daya
tersebut. )ontohnya, biaya tenaga kerja tidak langsung dari penyelia pabrik yang
mengawasi eluruh departemen produksi dan departemen pendukung akan
dialokasikan ke ,eluruh departemen, sementara tenaga kerja langsung untuk
inspeksi Output dari dua departemen produksi hanya akan dialokasikan ke dua
departemen produksi tersebut.
3
luas departemen dalam kaki persegi, di antaranya. Contohnya, biaya penyelia
pabrik dapat dialokasikan ke seluruh departemen didasarkan pada proporsi total
jumlah jam tenaga kerja pada departemen. Biaya inspeksi pada departemen
produksi dapat dialokasikan didasarkan pada jumlah unit output pada dua
departemen ini. Dalam praktiknya, berbagai penggerak biaya telah digunakan:
tujuannya adalah menggunakan penggerak biaya seperti alokasi biaya yang
mencerminkan pemanfaatan sumber daya pada departemen.
Tampilan 7.3
BEARY COMPANY
Departem Departeme Departeme Departeme Departeme Total Jumlah
en n n n n jam
jasa 1 jasa 2 produksi 1 produksi 2
Jumlah 1.800 1.200 3.600 5.400 12.00
jam tenaga 0
kerja
Jumlah 320 160 1.120 1.600 3.200
jam mesin
Biaya $ 1.600 $ 5.500 $ 15.500 $ 13.400 $ 36.00
langsung 0
Tenaga $
kerja tidak 25.000
langsung
Bahan $ 5.000
baku tidak
langsung
Jumlah $
66.000
4
$25.000 dan biaya bahan baku sebesar $ 5.000) bersifat umum bagi seluruh
departemen tetapi tidak dapat ditelusuri langsung ke departemen. Beary
menggunakan jumlah jam tenaga kerja untuk mengalokasikan biaya tenaga kerja
tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk mengalokasikan biaya bahan baku
tidak langsung.
Tampilan 7.4
Seluruh Departemen
Dasar Departemen Departemen Departemen Departemen Total
Alokasi Jasa 1 Jasa 2 produksi 1 produksi 2
Departemen
Jumlah jam 1.800 1.200 3.600 5.400 12.000
tenaga kerja
langsung
persentasi 15% 10% 30% 45% 100%
Jumlah jam 320 160 1.120 1.600 3.200
kerja mesin
persentase 10% 5% 35% 50% 100%
5
Tahap Pertama : menelusuri biaya langsung dan mengalokasikan biaya
tidak langsung ke seluruh departemen
6
sebesar 30 persen dari waktunya, dan departemen produksi kedua sebesar 60
persen dari waktunya.
1. Metode Langsung
Metode langsung (direct method) merupakan metode yang paling sederhana dari
ketiga metode alokasi biaya per departemen karena mengabaikan arus timbal-
balik Alokasi biaya diselesaikan dengan menggunakan arus jasa hanya ke
departemen produksi dan menentukan bagian dari jasa tersebut untuk setiap
departemen produksi. Contohnya, untuk departemen jasa l, bagian waktu untuk
setiap departemen produksi adalah sebesar 50 persen dari total jasa yang
digunakan oleh departemen produksi.
Tampilan 7.5
Ke
Dari Departemen Departemen Departemen Departemen
Jasa1 Jasa2 Produksi 1 Produksi 2
Departemen - 40% 30% 30%
Jasa 1
Departemen 10% - 30% 60%
Jasa 2
7
Tahap ketiga dan terakhir sangat mirip dengan tahap pertama.
Alokasi dari departemen produksi ke produk biasanya berdasarkan jumlah
jam tenaga kerja atau jam mesin yang digunakan pada departemen produksi
yang menghasilkan produk. Untuk Beary Company, dengan menggunakan
metode langsung, biaya dialokasikan ke departemen produksi I berdasarkan
jumlah jam tenaga kerja dan ke departemen produksi 2 berdasarkan jumlah
jam mesin; lihat panel tahap ketiga pada Tampilan 7.6. Asumsikan bahwa
dalam menghasilkan produk I membutuhkan 1.800 jam dari total waktu
tenaga kerja departemen produksi l, yaitu sebesar 3.600 jam, dan karenanya
dialokasikan sebesar 50 persen (1.800/3.600) dari total biaya pada
departemen produksi 1. Demikian pula, asumsikan bahwa produk 1
membutuhkan 400 jam dari 1.600 jam mesin yang digunakan pada
departemen 2, dan dialokasikan sebesar 25 persen (400/1.600) dari biaya
departemen produksi 2, Biaya produk 2 ditentukan dengan cara yang sama,
sebagaimana ditunjukkan pada Tampilan 7,6. Total biaya sebesar $66.000
dialokasikan sebesar $24.106,25 ke produk 1 dan sebesar $41.893,75 ke
produk 2.
2. Metode Bertahap
Metode kedua dalam mengalokasikan biaya departemen jasa adalah metode
bertahap (step method), disebut demikian karena metode tersebut menggunakan
serangkaian tahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen
produksi.
Pada tahap pertama, satu departemen jasa dipilih untuk dialokasikan
seluruhnya, yaitu ke departemen jasa lainnya maupun ke setiap departemen
produksi. Departemen yang akan dialokasikan seluruhnya biasanya dipilih karena
departemen tersebut memberikan jasa terbanyak ke departemen jasa lainnya. Pada
Beary Company, departemen jasa 1 memberika jasa lebih banyak (40 persen) dan
dialokasikan pertama kali. Departemen jasa 2 hanya dialokasikan ke departemen
produksi, dengan cara yang sama seperti metode langsung. Secara keseluruhan, ini
berarti bahwa metode bertahap dapat menyediakan alokasi yang lebih akurat
karena salah satu dari arus timbal-balik antara kedua departemen jasa (salah satu
arus pada tahap pertama) diperhitungkan dalam alokasi tersebut, tidak seperti
metode langsung yang mengabaikan seluruh arus timbal-balik.
8
$5.850). Alokasi untuk kcdua departemen produksi ditentukan dengan cara
yang sama.
c. Tahap ketiga dari metode bertahap yong telah diselesaikan terdapat pada
Tampilan 7.6, Dengan menggunakan metode bertahap, total biaya yang
dialokasikan ke produk I adalah sebesar S24.00S,75 dan total biaya yang
dialokasikan keproduk2 adalah sebesar S41.991 ,25, dengan total biaya
keduanya adalah sebesar $66.000.
Tahap kedua : Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen
produksi
Departemen DepartemenProd DepartemenProd Total
Jasa2 uksi 1 uksi 2
Tahap pertama : Departemen Jasa 1
Presenta 40% 30% 30%
se Jasa
Jumlah 40% 30% x $5.850 30% x $5.850 $5.850
x$5.850= = $1.755 = $1.755
$2.340
9
Total untuk departemen $30.035 $35.965 $66.000
produksi
Tahap ketiga : Mengalokasikan biaya departemen produksi ke produk
Dasar alokasi Produk 1 Produk 2 Total
Jumlah jam tenaga kerja
Jumlah 1.800 1.800 3.600
Presentase 50% 50%
Jumlah jam mesin
Jumlah 400 1.200 1.600
Presentase 25% 75%
Alokasi biaya ke produk
Departemen produksi 1 50% x $30.035 50% x $30.035
(dasar jumlah = $15.017,50 = $15.017,50
jamtenaga kerja)
Departemen produksi 2 25% x $35.965 75% x $35.965
(dasar jumlah = $8.991,25 = $26.973,75
jammesin)
Total untuk setiap $24.008,75 $41.991,25 $66.000
produk
3. Metode Timbal-Balik
Merupakan metode yang paling dipilih dari ketiga metode yang ada karena, tidak
seperti metode lainnya, metode tersebut memperhitungan seluruh arus timbal-
balik antar departemen jasa. Metode ini diselesaikan dengan menggunakan
persamaan simultan: arus timbal-balik secara simultan yang ditentukan pada suatu
sistem persamaan.
10
Alokasi Biaya Sl = Alokasi awal + Alokasi biaya dari S2
Demikian pula, persamaan untuk departemen jasa kedua adalah sebagai berikut:
Sl = $6.953,13
S2 = $11.031,25
11
Tahap kedua: mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
menggunakan metode timbal balik
Pertama : selesaikan persamaan simultan untuk jasa 1 dan 2 (lihat teks):
Jumlah yang dialokasikan dari jasa 1 $6.953,13
Jumlah yang dialokasikan dari jasa 2 $11.031,25
Kedua : mengalokasikan kedepartemen produksi
Departemen Departemen Total
produksi 1 produksi 2
Departemen jasa 1
Dasar jumlah
jam tenaga
kerja
Jumlah jam
mesin
1.600
Jam 400 1.200
12
persentasi 25% 75%
2. Alokasi
biaya ke
produk
$15.072,50 $15.072,50
Departemen =50% x $30.145 =50% x $30.145
produksi 1(
dasar jumlah
jam tenaga
kerja)
$8.963,75 $26.891,25
Departemen =25% x $35.855 =75% x $35.855
produksi 2
( dasar
jumlah jam
mesin)
$24.036,25 $41.963,75 $66.000
Total untuk
setiap produk
(1) pengaruh disinsentif yang muncul ketika dasar alokasi ditetapkan tidak
berkaitan dengan penggunaan.
Menentukan dasar alokasi yang tepat dan jumlah persentase jasa yang
disediakan oleh departemen jasa sering kali merupakan suatu hal yang sulit.
Contohnya, penggunaan jumlah jam tenaga kerja dapat menjadi tidak tepat pada
pubrik yang terotomatisasi dimana tenaga kerja merupakan sebagian kecil dari
total biaya. Demikian pula, luas ruangan dalam kaki persegi dapat menjadi tidak
tepat untuk mengalokasikan biaya tertentu ketika banyak terdapat ruangan yang
kosong. Lebih lanjut, penggunaan luas ruangan dalam kaki persegi dapat
memunculkan konsekuensi motovasi yang tidak diinginkan. Contohnya, jika kita
sedang mengalokasikan biaya pemeliharaan diseluruh pabrik ke departemen-
departemen produksi dengan menggunakandasar luas ruangan, suatu departemen
tidak memiliki insentif yang cukup untuk membatasi penggunaan beban
pemeliharaan. Karena penggunaan aktual dari meningkatkan biaya
pemeliharaannya, kemudian departemen lainnya juga harus menanggung
peningkatan biaya tersebut.
(2) pengaruh disinsentif yang muncul ketika dasar alokasi ditetapkan berdasarkan
penggunaan aktual.
13
Apabila dasar alokasi biaya ditentukan dari penggunaan aktual, disinsentif
dapat muncul karena penggunaan sumber daya satu departemen akan
memengaruhi alokasi biaya ke departemen lainnya, seperti diilustrasikan pada
Tampilan 7.11. Kita lanjutkan dengan contoh yang sama seperti Tampilan 7.10,
kecuali sekarang kita berasumsi bahwa biaya yang akan dialokasikan membentuk
biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel sebesar $1.000 per permintaan
perawatan. Panel 2 menunjukkan bahwa jumlah biaya yang dialokasikan akan
sama dengan jumlah biaya pada kedua departemen jika tingkat penggunaannya
sama. Panel 3 dan 4 mengilustrasikan bagaimana alokasi biaya berubah jika
penggunaan perawatan dari salah satu departemen berubah. Jika penggunaan
perawatan pada pada departemen A meningkat (Panel 3) sementara penggunaan
perawatan pada departemen B masih sama, kemudian departemen B mengalami
penurunan alokasi biaya yang tidak terduga dari sebesar $100.000 menjadi
$88.462. Alasannya adalah bahwa biaya tetap per permintaan perawatan sekarang
lebih rendah Yang disebabkan karena peningkatan total permintaan perawatan.
Departemen A tidak mungkin melihat alokasi ini secara wajar. Sebaliknya, Panel
4 menunjukkan hasil jika departemen A mengurangi penggunaan perawatan,
sementara departemen B tetap memelihara tingkat penggunaan perawatan Yang
sama. Sekarang alokasi biaya departemen B meningkat dari sebesar $100.000
menjadi $112.500, Peningkatannya disebabkan karena fakta bahwa biaya tetap per
permintaan perawatan sekarang lebih besar pengurangan permintaan perawatan
secara keseluruhan. Sekarang departemen B tidak mungkin melihat bahwa
alokasinya wajar.
Alokasi berganda, memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel serta
menelusuri biaya variabel ke departemen berdasarkan penggunaan aktual; biaya
tetap dialokasikan berdasarkan tanggungan yang sama antar departemen atau
proporsi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
(3) pengaruh disinsentif yang muncul ketika alokasi biaya melebihi harga beli di
luar.
yang membagi biaya pemrosesan data umum sebesar $1.000. Biaya pemrosesan
data dialokasikan menggunakan jumlah jam tenaga kerja langsung pada setiap
departemen seperti ditunjukkan pada kolom dan (D) dari Tampilan 7.13, Jasa
pemrosesan data juga dapat diperoleh dari perusahaan diluar dengalubiaya yang
14
ditunjukkan pada kolom (E).Dasar alokasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada
contoh ini membebankan departemen D, yang dapat mempefoleh jasa dari Iuar
perusahaan sebesar $80 lebih rendah daripada biaya dari dalam perusahaan ($200
- $120), mungkin karena sifat persyaratan yang sederhana pada departemen D.
Sebaliknya, departemen B dapat memperoleh jasa dari pihak luar hanya dengan
harga yang jauh lebih tinggi (sebesar $600, sedangkan dari dalam perusahaan
sebesar $400), mungkin karena sifat jasa yang khusus. Dalam kasus ini, alokasi
berdasarkan pada harga eksternal (kolom G pada Tampilan 7113) bersifat wajar
untuk departemen B dan D. Hal tersebut merupakan refleksi yang lebih baik dari
biaya jasa yang kompetitif. Pertanyaan mengenai apakah dan berdasarkan kondisi
apakah, departemen seharusnya diperbolehkan untuk membeli dari luar
perusahaan adalah isu yang berbeda, yang ditujukan pada ruang lingkup
pengendalian manajemen.
15
Untuk meringkasnya, unit pinjaman dengan agunan pada CGB memiliki
dua departemen jasa (akuntansi dan jasa administrasi), dua departemen prodüksi
(pemasaran dan operasi), dan dua prodük (pinjaman konstruksi komersial dan
pinjaman konstruksi perumahan). Biaya tidak langsung pada unit pinjaman
dengan agunan terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar $1.560.000 dan biaya
perlengkapan sebesar $33.000 yang dapat ditelusuri secara langsung pada dua
departemen jasa dan dua departemen prodüksi. Selain terdapat biaya tidak
langsung yang mencakup biaya jasa manusia sebesar $80.000, biaya jasa
kompüter sebesar $66.000 harus dialokasikan pada dua departemen jasa dan dua
departemen prodüksi.
Pada tahap ketiga dan tahap terakhir, biaya dari departemen operasi dan
departemen pemasaran dialokasikan ke dua jenis pinjaman, yaitu pinjaman
komersial dan pinjaman perumahan. Dasar yang digunakan oleh CGB untuk
mengalokasikan biaya departemen operasi adalah jumlah transaksi perbankan
yapg ditangani pada departemen operasi (15.000 transaksi untuk pinjaman
komersial dan 10.000 transaksi untuk pinjaman perumahan) dan dasar yang
digunakan oleh CGB untuk mengalokasikan biaya pemasaran adalah jumlah
pinjaman dari kedua jenis pinjaman tersebut (900 pinjaman komersial dan 3.600
pinjaman perumahan). Hasil alokasi akhir adalah bahwa total biaya sebesar
$1.739.000 dialokasikan ke departemen pinjaman komersial ($721.783) dan
departemen pinjaman perumahan ($1.017.217).
Alokasi biaya memberikan dasar bagi CGB untuk mengevaluasi biaya dan
profitabilitas darijasqnya. Dengan mengalokasikan biaya operasi yang telah
ditentukan, biaya dari dana yang diberikan dan pendapatan yang dihasilkan dari
pinjaman komersial dan perumahan, analisis profitabilitas atas pinjaman
komersial dan perumahan dapat diselesaikan. Asumsikan bahwa departemen
pinjaman komersial dan perumahan-memiliki pendapatan secara berturut-turut
sebesar $2.755.455 dan $2.998.465, serta biaya dana langsung secara berturut-
turut sebesar $1.200.736 dan $1.387.432.
16
komersial yang berkontribusi lebih dari 30 persen)} Sebaliknya, biaya dana dari
kedua jenis pinjaman ini nampak sebanding (43,58 persen dari pendapatan
pinjaman komersial dan 46,27 persen dari pendapatan pinjaman peruniahan),
Analisis tersebut mengindikasikan bahwa bank seharusnya menginvestigasikan
profitabilitas dari pinjaman perumahan dan, secara khusus, biaya operasi dan
pemasaran untuk pinjaman-pinjaman tersebut.
Banyak pabrik manufaktur yang menghasilkan lebih dari satu produk dari
proses produksi gabungan. Contohnya, industri minyak memroses minyak mentah
menjadi berbagai produk: bensin, nafta, kerosin, minyak tanah, dan minyak berat
hasil sisa. Demikian pula, industri semikonduktor memproses lempengan silikon
menjadi berbagai chip memori komputer dengan kecepatan, toleransi suhu udara,
dan usia yang berbeda-beda. Daging sapi dan kulit binatang merupakan produk-
produk yang berkaitan dengan proses pengemasan daging; tidak satu pun dari
produk-produk ini yang dapat diproduksi tanpa memproduksi produk lain.
Industri-industri lain yang menghasilkan produk gabungan mencakup produksi
kayu, pemrosesan makanan, pembuatan sabun, penggilingan biji-bijian,
peternakan sapi perah, dan perikanan.
17
Output lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta
unit unit rusak dan cacat. Bahan sisa merupakan sisa proses produksi yang
memilikinilai pemulihan yang kecil atau tidak memiliki nilai pemulihan. Limbah,
seperti halnya limbah merupakan bahan baku sisa yang tidak memiliki nilai
pemulihan dan harus dibuang oleh perusahaan ketika dibutuhkan. Selain limbah
dan bahan sism beberapa produk tidak memenuhi standar kualitas dan dapat
dikerjakan ulang untuk dijual kembali. Unit-unit rusak tidak dikerjakan ulang
karena alasana ekonomi. Unit-unit yang cacat dikerjakan ulang untuk dijadikan
unit-unit yang dapat dijual.
1. Ukuran Fisik
Berdasarkan metode ukuŕan fisik (pon dalam contoh ini), ketika produk
gabungan mencapai titik pisah, kita dapat menghitung hubungan dari setiap
produk gabungan dengan jumlah total unit. Biaya gabungan yang dialokasikan
ke produk merupakan biaya rata-rata per pon dari biaya gabungan, yaitu sebesar
$1,60 per pon. Ukuran fisik yang digunakan untuk menentukan bobot relatif
dalam mengalokasikan biaya gabungan seharusnya menjadi ukuran produk pada
titikpisah, bukan ukuran ketika produksi dari produk-produk tersebut telah
selesai. Dengan demikian, ukuran yang relevan dalam contoh tersebut adalah
2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan.
18
Tampilan 7.18 metode ukuran fisik
Produk Ukuran fisik proporsi Alokasi biaya Biaya
gabungan perpon
Irisan ikan 2.000pon 0,20 $16.000x20%=$3.200 $1,60
tuna
Ikan tuna 8.000pon 0,80 $16.000x80%=$12.800 $1,60
kalengan 10.000pon 1,00 $16.000
Total
Metode nilai jual pada titik pisah merupakan metode alternatifdan banyak
digunaka Metode nilai jual pada titik pisah (sales value at split-offmethod)
(atau lebih sederhananya, metode nilai jual) mengalokasikan biaya gabungan ke
produk gabungan berdasarkan nilai jual relatifnya pada titik pisah. Metode ini
hanya dapat digunakan ketika produk a gabungan dapat dijual pada titik pisah.
Jika kita berasumsi bahwa Johnson menjual satu pon irisan ikan tuna sebesar
$2,20 dan satu pon ikan tuna kalengan sebesar $1,65 dan Johnson telah
memproduksi sebanyak 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna
kalengan, maka biaya gabungan sebesar $16.000 harus dialokasikan di antara
produk-produk.
a. Tahap pertama pada metode nilai jual adalah menghitung total nilai jual
dari produk gabungan pada titik p!sah. Perlu diingat bahwa nilai jual
merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah unit produksi, bukan
jutnlah unit penjualan aktual.
19
Contoh johonson seafood, nilai jula ikan tuna adalah $4.400 dan ikan tuna
kalengan $13.200, sehingga totalnya $17.600. proporsi nilai jual setiap produk
terhadap total nilai jual adalah 0,25 ($4.000/$17.600) untuk irisan ikan tuna dan
0.75 ($13.200/$17.600) untuk ikan tuna kalengan. Alokasi biayanya adalah
$4.000 untuk irisan ikan tuna dan $12.000 untuk ikan tuna kalengan.
Tidak seluruh produk gabungan dapat dijual pada titik pisah. Dengan
demikian, tidak ada harga pasar yang melekat di beberapa produk pada titik pisah.
Dalam hal ini, kita menggunakan konsep nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value—NRV) dari suatu
produk adalah estimasi nilaijual produk pada titik pisah; yang ditentukan dengan
cara mengurangkan biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesudah
titik pisah dari estimasi nilai jual akhir produk.
20
NRV = Nilai jual akhir - Biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan
Pada contoh kasus Johnson Seafood, diasumsikan bahwa selain irisan ikan
tuna dan ikan tuna kalengan perusahaan memproses makanan kucing dari ikan
tuna mentah yang belum diproses. Diasumsikan juga bahwa 14.000 pon ikantuna
pada titik pisah menghasilkan 2.000 pon irisan ikan tuna, 8.000 pon ikan tuna
kalengan , dan 3.000 pon makanan ikan kucing. 1.000 pon sisanya adalah bahan
sisa, limbah dan produk sampingan. Untuk makanan kucing ikan tuna harus
diproses lebih lanjut agar dapat dijual ke distributor. Biaya pemrosesan tambahan
adalah sebesar $850 untuk mineral dan suplemen, namun tidak menambah berat
produk. Distributor makanan hewan membeli makanan kucing siap saji dari
Johnson sebesar $1,75 per pon dan mengemasnya dalam kaleng sebesar 3 ons
untuk dijual ke toko dan pasar.
Tampilan 7.21 diagram arus biaya tiga produk gabungan johnshon seafood
Tampilan 7.22 alokasi biaya gabungan menggunakan metode nilai bersih yang
dapat direalisasikan
produ Pon Har Nilai Pemros Nilai Persen Alok total Biay
k ga jual esan bersih tase asi a
tambah yang NRV biaya perp
an dapat on
direalisas
ikan
Irisan 2.00 $2, $4.40 - $4.400 20% $3.20 $3.20 $1,6
ikan 0 20 0 0 0 0
tuna -
21
Ikan 1,6 13.20 13.200 60 9.600 9.600
tuna 8.00 5 0 1,20
kalen 0
gan
Maka 5.250 $850 4.400 20 3.200 4.050
nan 1,7 1,35
kucin 3.00 5
g 0 $22.8 $850 $22.000 100% $16.8 $16.8
Total 50 50 50
13.0
00
Produk sampingan merupakan produk dengan nilai jual yang relatif kecil
yang diproduksi secara simultan dengan satu atau lebih dari satu produk
gabungan, biasanya produsen hanya memiliki sedikit kendali atas jumlah produk
sampingan yang diproduksi. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk
perhitungan biaya produk sampingan, yaitu :
22
Metode ini memperliahtkan nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
produk sampingan pada neraca sebagai persediaan dan pada laporan laba rugi
sebagai pengurang dari total biaya produksi produk gabungan.
2. Pendekatan Pendapatan
Nilai jual irisan ikan tuna, ikan tuna kalengan dan makanan kucing
adalahsebesar $22.850 ($4.400 + $13.200 + $5.250) dan total harga pokok
penjualan adalah sebesar $16.850 ($3.200 + $9.600 + $4.050) nilai bersih yang
dapat direalisasikan dari500 pon pupuk yang diproduksi adalah :
NRV = Nilai jual–Biaya pemprosesan tambahan
= ($0,50 x 500)–($0,30 x 500)
= $100
23
Pada metode pengakuan aktiva, produk sampingan diakui sebagai aktiva
dengan kemungkinan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang karena terdapat
pasar untuk produk sampingan tersebut. ketika produk sampingan dijual, maka
biaya persediaannya ditunjukkan sebagai harga pokok penjualan. Pendekatan
pengakuan aktiva digunakan apabila nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
produk sampingan tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
persediaan atau laba.
24
Kasus 7-39
Diminta :
1. Kalkulasikan biaya produk untuk ketiga lini produk dengan menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
a. Metode unit fisik
b. Metode nilai jual pada titik pisah
c. Metode bersih yang dapat direalisasikan
2. Metode manakah dari ketiga metode yang menurut anda akan lebih dipilih
dalam kasus ini? Mengapa?
25
DAFTAR PUSTAKA
26