Anda di halaman 1dari 1

Di Indonesia, perawat lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) berkisar hingga 100.

000
orang. Berdasarkan data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), jumlah itu terdiri dari
42.000 berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan 58.000 di luar PNS.

Padahal sesuai dengan Undang-Undang 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, pada 2019,
perawat di Indonesia minimal harus memiliki ijazah formal Diploma (D3). Jika tidak, maka
perawat akan diberhentikan praktiknya baik yang mandiri maupun di rumah sakit.

Ketua DPD PPNI Jawa Timur Prof Dr Nursalam MNurs (Hons) menjelaskan batas waktu ini
merupakan kesempatan bagi perawat untuk bisa melanjutkan pendidikan formalnya. Ijazah
D3 bagi perawat mutlak harus dimiliki. Hal ini untuk mengejar standar kompetensi perawat.

"Kalau masih mau bekerja sebagai perawat dan ingin melanjutkan untuk praktik mandiri, ya
harus minimal D3. Karena syarat untuk mengurus surat tanda registrasi (STR) perawat,
syaratnya harus lulus minimal D3," ujar pria yang juga dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga usai upacara perayaan hari ulang tahun ke-42 PPNI di kampus C
Unair, Kamis (17/3/2016).

Tidak hanya itu, dengan ijazah D3 itu, perawat bisa melakukan uji kompetensi agar bisa
mendapatkan sertifikat yang diakui tidak hanya di Indonesia, namun di luar negeri.
Kementerianristekdikti, ucapnya, menjalin kerjasama dengan Universitas Terbuka (UT) di
Indonesia. UT juga menjadikan PPNI sebagai partner untuk memfasilitasi para perawat yang
masih lulusan SPK agar bisa menempuh pendidikan D3.

Nantinya, UT akan menggandeng kampus-kampus keperawatan di seluruh Indonesia untuk


menjadi rujukan para perawat SPK yang akan melanjutkanD3.

"Syaratnya kampus itu minimal harus akreditasi B," jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai