Oleh :
Saat ini, usahatani terkait erat dengan sektor industri pengolahan. Kegiatan
industri pengolahan sangat menentukan kegiatan usahatani. Industri yang
seharusnya dikembangkan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian adalah
industri-industri yang mengolah hasil-hasil pertanian primer menjadi produk
olahan, yakni agroindustri. Agroindustri dilakukan oleh beberapa pelaku, yaitu
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Salah satu kegiatan agribisnis atau
agroindustri yang menopang perekonomian saat ini adalah kegiatan pengolahan
hasil pertanian oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Eksistensi UKM akan
semakin kuat dan kokoh pada masa yang sangat panjang.
Salah satu industri pengolahan yang berkembang adalah usaha pengolahan
tepung terigu menjadi roti atau biasa disebut Bakery. Hal ini berdampak pada
peningkatan jumlah produksi roti di Indonesia dari tahun ke tahun. Bella Bakery
merupakan salah satu usaha Bakery yang bertumbuh dan berkembang di Kota
Bekasi.
Selama operasional usahanya, Bella Bakery juga mengalami beberapa
kendala, terutama pada peningkatan struktur biaya produksi sebagai akibat dari
meningkatnya harga bahan baku utama, yaitu tepung terigu. Peningkatan biaya
produksi tersebut berpengaruh pada tingkat penerimaan dan profitabilitas yang
dicapai perusahaan. Oleh karena itu, penulis mengkaji beberapa hal yang
berkaitan dengan struktur biaya yang terdapat pada perusahaan untuk
menganalisis profitabilitas yang dicapai perusahaan.
Tujuan dari penulisan ini adalah 1) Mengevaluasi harga pokok produk
yang terjadi sebagai acuan penentuan harga jual selama periode 2005-2007 dan
menganalisis pengaruhnya pada marjin yang didapat untuk setiap individu produk,
serta sejauhmana kenaikan harga bahan baku mempengaruhi harga pokok produk,
2) Menganalisis tingkat profitabilitas yang didapat Bella Bakery selama periode
2005-2007 dan pengaruh kenaikan harga input terhadap tingkat profitabilitas yang
diperoleh.
Penelitian dilaksanakan di Bella Bakery yang berlokasi di Jalan Masjid 1,
Jati Waringin, Bekasi. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan, mulai dari
bulan April sampai Mei 2008. Metode yang digunakan untuk menentukan harga
pokok produk adalah metode full costing. Metode ini dipilih karena
memperhitungkan semua unsur biaya produksi dan non produksi ke dalam harga
pokok produk. Data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data diolah secara
manual dengan menggunakan kalkulator dan program Microsoft Excel. Analisis
dilakukan pada perhitungan harga pokok produk dengan metode full costing, titik
impas atau BEP (break event point), profitabilitas. Penyusutan dihitung dengan
metode garis lurus. Proporsi masing-masing produk dihitung dengan metode nilai
pasar.
Produk yang diteliti pada penelitian ini hanya roti tawar dan roti manis
karena produk yang diproduksi perusahaan memiliki variasi yang banyak
sehingga dipilih produk yang memiliki nilai penjualan yang terbesar. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan
bangunan, mesin, dan peralatan produksi, serta kendaraan. Biaya investasi selama
2005-2007 masing-masing sebesar Rp 33.256.667, Rp 34.174.167, dan Rp
34.299.792. Biaya ini mengalami peningkatan karena adanya pengadaan investasi
kembali oleh perusahaan selama periode 2005-2007. Reinvestasi dilakukan untuk
menunjang dan memperlancar aktivitas operasional perusahaan.
Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja administrasi dan umum, biaya
penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya telepon, biaya agen, dan biaya umum.
Biaya tetap secara keseluruhan selama tahun 2005-2007 mengalami peningkatan,
yaitu Rp 55.840.626, Rp 67.095.939, dan Rp 73.908.815. Hal ini dikarenakan
bertambahnya peralatan dan mesin yang digunakan serta naiknya biaya telepon
dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan tahun 2006 lebih besar dibandingkan
tahun 2007 karena perusahaan berusaha untuk menekan biaya tetap untuk
efisiensi.
Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya listrik, upah tenaga
kerja langsung, dan biaya kemasan. Komponen biaya variabel yang terbesar
adalah biaya bahan baku yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang
cukup besar. Pada periode tahun 2005-2007 biaya bahan baku berturut-turut
berkontribusi sebesar 75,35 persen, 71,33 persen, dan 72,98 persen. Kontribusi
tahun 2005 dan 2007 menunjukkan nilai yang tinggi karena peningkatan harga
bahan baku yang tinggi. Penurunan kontribusi biaya bahan baku pada tahun 2006
disebabkan karena perusahaan membuat strategi dalam pembelian merek bahan
baku. Perusahaan menggunakan dua merek tepung terigu yang penggunaannya
dicampur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk menjangkau harga
tepung yang semakin tinggi.
Harga pokok produk roti tawar dan roti manis mengalami peningkatan
selama periode 2005-2007. Peningkatan biaya bahan baku meningkatkan pula
harga pokok produk sehingga perusahaan harus mengantisipasinya dengan
meningkatkan harga jual. Harga jual yang ditetapkan perusahaan telah dapat
dikatakan tepat karena terdapat marjin antara harga pokok produk dan harga jual.
Jika harga jual tidak dinaikkan maka marjin yang akan perusahaan akan turun.
Namun masih terdapat marjin yang menurun dari tahun sebelumnya karena
peningkatan harga jualnya rendah.
Selama periode 2005-2007, Bella Bakery memproduksi roti tawar dan roti
manis di atas titik impasnya walaupun perkembangan titik impas selama periode
tersebut menunjukkan bahwa selisih antara realisasi produksi dengan produksi
pada titik impas terjadi fluktuasi. Hal ini berarti perusahaan telah mampu
melakukan produksi di atas titik impas yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Nilai MOS untuk kedua produk benilai cukup besar sehingga batas
toleransi penurunan produksi juga besar. Perusahaan juga mempunyai hasil
penjualan yang tinggi untuk menutupi biaya tetap dan variabel yang ditunjukkan
dengan nilai MIR yang besar. Kemampuan Bella Bakery dalam menghasilkan
laba juga ditunjukkan oleh nilai profitabilitas yang positif selama periode 2005-
2007. Tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dipengaruhi oleh besarnya
biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, dan harga jual. Kenaikan harga bahan
baku berpengaruh pada penurunan tingkat profitabilitas yang didapat tetapi Bella
Bakery dapat mengantisipasi dengan penggantian beberapa merek bahan baku
yang lebih murah dan peningkatan harga jual. Namun, secara keseluruhan tingkat
profitabilitas Bella bakery masih tergolong besar nilainya.
Saran yang dapat diajukan adalah (1) Bella Bakery sebaiknya tidak
meningkatkan harga jual karena keuntungan yang didapat cukup besar sehingga
daya beli masyarakat dapat dijangkau, (2) Penentuan harga jual sebaiknya
didasarkan pada harga pokok produk yang terjadi agar biaya yang dikeluarkan
untuk produksi dapat tertutupi, (3) Bella Bakery sebaiknya meningkatkan jumlah
agen pemasaran untuk menjangkau potensi pasar di wilayah lain dan
meningkatkan permintaan, dan (4) Inovasi produk sebaiknya dilakukan seiring
perubahan selera konsumen dan sebagai strategi untuk bersaing dengan pesaing.
ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI
PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI
Oleh :
TANTRI DEWI PUTRIYANA
A14104105
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian,
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
pertama dari pasangan Mulyono (Alm.) dan Purwanti. Penulis adalah anak
Marjan Pondok Gede tahun 1992, SD Angkasa IX Halim PK tahun 1998, SLTP
Negeri 81 Jakarta tahun 2001, dan SMA Negeri 48 Jakarta tahun 2004.
Mahasiswa IPB tahun 2005, dan MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-
Kewirausahaan tahun 2007. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan acara,
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, Skripsi yang berjudul Analisis Biaya dan Profitabilitas
Produksi Roti pada Bella Bakery di Pondok Gede, Bekasi dapat terselesaikan.
Skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian yang merupakan
Skripsi ini mengkaji dan menganalisis biaya dan profitabilitas usaha Bella
Bakery pada produksi roti tawar dan roti manis selama tiga tahun terakhir. Hal ini
Penelitian ini bertempat di Bella Bakery yang merupakan UKM yang mengolah
tepung terigu menjadi roti. Bella Bakery mengalami kenaikan biaya produksi
setiap tahunnya yang berpengaruh pada laba. Oleh karena itu, perhitungan tingkat
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan suatu kontribusi dan
masukan yang baik untuk Bella Bakery maupun masyarakat luas. Penulis
mengucapkan terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu penulisan ini.
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan
hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin
pengalaman, pelajaran, dan doa yang tiada henti diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan salah satu tanda cinta, bakti, dan terimakasih penulis
kepada orangtua.
2. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas
serta waktu yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi
ini.
3. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS, selaku dosen penguji utama yang telah
4. Ibu Tintin Sarianti, SP, selaku dosen penguji dari Wakil Komisi Pendidikan
5. Adikku, Galuh Hayu Kinasih dan Gaizka Sekar Kanaya, atas kasih sayang,
besar Jogja (Mbah Kakung dan Putri, Om Dwi, Om Tri, dan Mba Nining)
penulis.
pengambilan data, serta kepada karyawan Bella Bakery atas dukungan dan
motivasinya.
8. Nung, Pretty, Fanny, Widy, Agnes, Tere, Uci, Sastro, dan Rani, terima kasih
atas persahabatan dan pembelajaran yang indah selama empat tahun ini.
9. Nunu, Mamieq, Ragil, Evan, Yudhi, Randi, Krishna, Dika, Nanien, Gery,
Aliy, Nurani, Sriwel, Tutik, Arisman, Ipung, Iwan, Bekem, Opik, dan seluruh
10. Keluarga Besar Bapak dan Ibu Cris, Bapak dan Ibu Sis, Pak Hery dan Ibu
Leny, Om Bowo dan Tante Iis, atas keberadaannya menjadi keluarga kedua
bagi penulis.
11. Keluarga Om dan Tante Dariyo, Dini, dan Yuda, serta Mungil, Putu, Tika,
Tata, vemmy, dan Veny atas persaudaraan dan bantuannya selama ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 11
1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................... 12
1.5 Batasan Penelitian............................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 84
LAMPIRAN................................................................................................ 86
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Tahun 2005-2006.................................................................................. 4
11. Komponen Biaya Variabel Produksi Roti Tawar dan Roti Manis
Bella Bakery Tahun 2005-2007.......................................................... 71
14. Marjin antara Harga Jual Roti Tawar dengan Harga Pokok Produk
Bella Bakery Tahun 2005-2007.......................................................... 74
15. Marjin antara Harga Jual Roti Manis dengan Harga Pokok Produk
Bella Bakery Tahun 2005-2007.......................................................... 74
Nomor Halaman
5. Kerangka Operasional...……...............................................….........… 45
Nomor Halaman
didukung oleh pertanian yang kuat. Kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat
sarana produksi pertanian primer serta pengolahan hasil pertanian primer dan
berubah.
Saat ini, usahatani terkait erat dengan sektor industri pengolahan. Kegiatan
dari tahun ke tahun sehingga sangat sesuai bila dijadikan strategi pembangunan
ekonomi.
banyak industri atau perusahaan-perusahaan besar tidak dapat bertahan. Hal ini
terjadi karena industri tersebut tidak memanfaatkan potensi sumberdaya lokal dan
industri tersebut, kegiatan agribisnis yang dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
mampu bertahan di tengah menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Salah satu kegiatan agribisnis yang menopang perekonomian saat itu adalah
pembiayaan dari luar sehingga tidak perlu membayar hutang saat kurs dolar AS
melambung. Sejak saat itu, UKM disebut-sebut sebagai salah satu kekuatan
perekonomian Indonesia. Eksistensi UKM akan semakin kuat dan kokoh pada
masa yang sangat panjang. Bahkan sebagian besar UKM yang bergerak di sektor
produk yang dihasilkan oleh UKM yang telah melakukan perdagangan ke luar
ekspansi.
perekonomian yang kuat yang ditandai dengan keterkaitan antara usaha kecil,
dalam negeri. Peluang tumbuhnya UKM didukung oleh beberapa hal, yaitu
tiap daerah yang belum dikelola secara optimal, tersedianya sumberdaya manusia,
Besar (UB) menurut sektor ekonomi Tahun 2005 dan 2006. Pada tahun 2005,
peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat
sebesar Rp 1.491,06 triliun atau 53,54 persen dari total PDB nasional. Pada tahun
19,29 persen dibanding tahun 2005 dengan nilai PDB sebesar Rp 1.778,75 triliun
atau 53,28 persen dari total PDB nasional. Sedangkan tahun 2005 usaha besar
(UB) berkontribusi sebesar Rp 1.293,90 triliun atau 46,46 persen dan mengalami
60%
15,72% 15,61%
40%
20%
37,82% 37,67%
0%
2005 2006
Tahun
UK UM UB
Gambar 1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional
Tahun 2005-2006 Menurut Harga Berlaku
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2007)
4
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, UKM berperan sangat besar dengan
proporsi penyerapan sebesar 96,28 persen pada tahun 2005 dan 96,18 persen pada
tahun 2006 dari jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan tingkat pertumbuhan
2,62 persen. Usaha besar hanya berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja
sebesar 3,71 persen pada tahun 2005 dan 3,81 persen pada tahun 2006. Sektor
penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil. Sedangkan sektor ekonomi yang
Pengolahan.
sebesar 3,88 persen yaitu dari 47.102.744 unit pada tahun 2005 menjadi
48.929.636 unit pada tahun 2006. Jumlah UKM memiliki proporsi yang besar
yaitu sebesar 99,98 persen dari jumlah pelaku usaha. Sedangkan usaha besar
hanya sebesar 0,02 persen. Sektor pada UKM yang memiliki proporsi jumlah
dan restoran sebesar 21,19 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 6,56
peluang usaha bagi sebagian masyarakat daerah itu sendiri. Pengusaha kecil yang
Keberhasilan UKM tidak lepas dari peran dan dukungan pemerintah dalam
disertai dengan adanya strategi pengembangan bagi UKM untuk tetap tumbuhnya
usaha kecil dan memberikan layanan fasilitas bagi pelaku UKM, baik layanan
didapat. Konsistensi suatu usaha dalam memproduksi suatu barang atau jasa
keuntungan ditentukan oleh harga jual dan biaya produksi yang dikeluarkan.
masyarakatnya mempunyai inovasi dan kreativitas yang cukup baik. Hal ini
6
untuk menarik konsumen. Inovasi dan kreativitas dalam menjalankan suatu usaha
daerah kota Bekasi menilai kegiatan usaha yang dilakukan UKM sangat cocok
untuk mengatasi pengangguran yang saat ini menjadi masalah penting di Bekasi.
Selain itu, padatnya penduduk Bekasi membuat semakin sempitnya lahan untuk
berusaha sehingga usaha skala kecil atau rumah tangga cocok untuk dilakukan.
Skala usaha yang beroperasi di Bekasi terdiri dari industri besar, industri
kecil (UKM), koperasi dan usaha komoditi. Jumlah usaha terbesar adalah UKM
selain pengrajin boneka, bordir dan sulam, sandal, tas, dan sepatu, mustika flora,
dan handicraft (Dinas Perekonomian Rakyat dan Koperasi Kota Bekasi, 2007).
menggantikan makanan pokok bangsa Indonesia, yaitu nasi dan sagu. Makanan
substitusi tersebut antara lain roti dan kue. Hal inilah yang menyebabkan
produksi roti dari tahun ke tahun. Jumlah dan nilai produksi roti di Indonesia
Tabel 3. Jumlah dan Nilai Produksi Roti Manis dan Roti Tawar di Indonesia
Tahun 2000-2004
Tahun Roti Manis Roti Tawar
Jumlah Nilai Produksi Jumlah Nilai Produksi
Produksi (ton) (Rp) Produksi (ton) (Rp)
2000 28.077 130.607.688 9.746 49.273.866
2001 22.749 124.638.695 6.420 28.776.353
2002 24.547 125.487.235 6.250 26.485.263
2003 25.102 123.285.362 5.946 24.896.112
2004 26.263 128.554.148 7.854 27.431.256
Rata-rata
3,55 6,31 -3,33 6,16
Kenaikan
Sumber : BPS, 2004
Kota Bekasi, salah satunya Bella Bakery. Bella Bakery yang terletak di daerah
pinggir Kota Bekasi, merupakan UKM yang bergerak dalam bidang pengolahan
tepung terigu menjadi roti. Produksi roti ini telah berkembang selama kurang
lebih empat tahun. Bella Bakery dapat bertahan hingga saat ini karena terus
usahanya. Walaupun usaha ini dilakukan dalam skala kecil, namun dapat terus
berjalan karena roti menjadi makanan subtitusi sebagian besar masyarakat kota
Roti merupakan bahan pangan yang kaya akan gizi. Komposisi gizi roti
dibandingkan dengan susu dan beras dapat dilihat pada Tabel 4. Roti memiliki
kandungan gizi yang tidak kalah penting disamping susu bubuk dan beras giling.
Roti dalam hal ini diwakili oleh roti tawar karena dianggap memiliki kandungan
gizi yang paling murni untuk roti tanpa adanya bahan pengisi. Bahan pengisi pada
Tabel 4. Persentase Perbandingan Zat Gizi dari Tiga Jenis Bahan Pangan
Utama
No. Komponen Gizi Persentase (%) per 100 gram berat dapat dimakan
Roti Tawar Susu Bubuk Beras Giling
1. Air 31,57 3,8 12
2. Abu 0,73 5,3 0,8
3. Protein 9,27 22,6 8,4
4. Lemak 4,25 3,7 1,7
5. Karbohidrat 54,18 64,6 77,1
6. Energi (kalori) 292 382 357
Sumber : Kuntayawati, 1991 dan Depkes, 2001 (Data diolah) dalam Wasono (2004)
Mengingat besarnya peranan UKM bagi perekonomian daerah Bekasi
Bella Bakery sebagai UKM yang terus bertumbuh dan berkembang. Usaha-usaha
tersebut dapat berupa efisiensi dalam hal manajemen maupun dengan mengontrol
dari tahun ke tahun. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Bella Bakery
Bella Bakery sebagai salah satu UKM yang bergerak dalam bidang
perubahan selera konsumen, dan keadaan ekonomi Indonesia yang belum stabil.
Banyaknya industri dan usaha sejenis yang lebih besar merupakan tantangan
Bahan baku utama dalam produksi roti oleh Bella Bakery adalah tepung
terigu. Dari tahun ke tahun, harga tepung terigu mengalami kenaikan. Pada akhir
tahun 2006, harga gandum dunia mengalami kenaikan yang mempengaruhi harga
gandum mencapai 90 persen dari struktur biaya produksi tepung terigu yang
berarti kenaikannya adalah Rp 120 per kilogram tepung terigu. Pada awal tahun
sampai kuartal pertama tahun 2008 sebagai akibat kenaikan pada pasar
mengalami kenaikan harga yang besar. Pada tahun 2004, harga tepung terigu
adalah Rp 70.000 per bal dan tahun 2005 menjadi Rp 97.500 per bal. Pada tahun
2007, harga tepung naik lagi menjadi Rp 110.000 per bal atau meningkat sebesar
88 persen. Saat ini, harga tersebut telah meningkat kembali menjadi Rp 172.500
per bal. Selain itu, bahan baku yang lain juga mengalami kenaikan harga.
1
APTINDO Naikkan Harga Tepung. http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/09/eko03.htm
diakses tanggal 20 Februari 2008
10
baku berkontribusi cukup besar pada total biaya variabel sebesar 70 persen.
Kenaikan ini juga menjadi permasalahan karena Bella Bakery tidak dapat
meningkatkan harga jual yang besar pula. Penentuan harga jual didasarkan pada
kenaikan biaya produksi dan tingkat persaingan yang tinggi. Pertumbuhan usaha
serupa di Pondok Gede membuat Bella Bakery tidak dapat meningkatkan harga
Penentuan harga jual yang baik seharusnya didasarkan pada jumlah biaya yang
produksi. Harga pokok produksi akan membentuk harga pokok produk yang dapat
dijadikan dasar untuk penentuan harga jual yang baik dan dapat menghasilkan
laba.
yang disebut dengan profitabilitas perlu dikaji dan dianalisis sebagai salah satu
cara untuk mengetahui manfaat usaha yang dilakukan. Perhitungan laba selama
tiga tahun terakhir menarik untuk dikaji karena mengingat laporan Bank Dunia
yang menyebutkan bahwa harga gandum dunia meningkat sebesar 181 persen
selama tiga tahun terakhir yang berpengaruh pada harga tepung dalam negeri.
11
Batas kemampuan produksi Bella Bakery juga harus dianalisis untuk mengetahui
Produk yang akan dibahas pada penelitian hanya terbatas pada dua jenis
produk, yaitu roti tawar dan roti manis. Roti manis terdiri dari sembilan jenis roti
yang dikelompokkan menjadi satu karena mempunyai harga jual yang sama
sehingga kontribusi terhadap laba sama. Pemilihan pada dua jenis roti ini
dengan produk yang lain. Rata-rata kontribusi roti tawar dan roti manis terhadap
sebagai berikut :
1. Bagaimana harga pokok produk yang terjadi sebagai acuan penentuan harga
yang didapat untuk setiap individu produk dan sejauhmana kenaikan harga
adalah:
1. Mengevaluasi harga pokok produk yang terjadi sebagai acuan penentuan harga
yang didapat untuk setiap individu produk, serta sejauhmana kenaikan harga
yang diperoleh.
1. Bagi Bella Bakery dan pengusaha sejenis, penelitian ini diharapkan dapat
usahanya, dan menerapkan rencana produksi yang baik yang sesuai dengan
Indonesia.
Penelitian ini hanya terbatas pada dua jenis produk utama Bella Bakery
yang mempunyai nilai penjualan terbesar, yaitu roti tawar dan roti manis.
Perhitungan tingkat profitabilitas Bella Bakery dianalisis pada tiga tahun terakhir
penjajahan yang saat ini telah dianggap menjadi makanan pokok kedua setelah
nasi. Kandungan gizi produk olahan dari tepung ini lebih unggul dibandingkan
dengan nasi dan mi. Bahkan ada jenis roti, yang selain kaya serat, mengandung
pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery, selain cake, donat, biskuit, roll,
kraker, dan pie. Roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan paling
Roti didefinisikan sebagai produk makanan yang dibuat dari tepung terigu
yang diragikan dengan menggunakan ragi roti atau campuran dari terigu, air, dan
ragi dengan atau tanpa penambahan bahan lain dan selanjutnya adonan dibakar
atau dipanggang. Adonan roti dapat ditambahkan gula, garam, susu cair atau susu
bubuk, lemak, dan bahan-bahan pelezat, seperti coklat, keju, dan kismis dengan
kadar air tidak lebih dari 40 persen (Surat Keputusan Dirjen POM No.
02240/B/SK/VII/91:CIC).
roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi
roti dan dipanggang dan di dalam adonan boleh ditambah dengan garam, gula,
susu atau bubuk susu, lemak, dan bahan-bahan pelezat, seperti coklat, kismis,
sukade, dan sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut, roti merupakan salah satu
2
Kandungan Serat dan Gizi pada Roti Ungguli Mi dan Nasi. Astawan dalam Kompas Cyber
Media, 2004 www.gizi.net diakses tanggal 19 Februari 2008
14
bahan makanan praktis dengan bahan baku petung terigu, ragi (yeast), dan air,
sedangkan bahan penolong lainnya yang digunakan adalah gula, garam, lemak,
susu, coklat, kismis, dan sukade merupakan bahan pelezat. Sebagai salah satu
makanan praktis, roti dapat dibuat berbagai macam bentuk dan rasa sesuai dengan
Roti memiliki definisi umum adalah makanan yang dibuat dari tepung
Mesir menciptakan prototipe roti yang terbuat dari gandum. Gandum yang
dihancurkan ini dibuat menjadi bahan yang lengket, yang kemudian dipanggang
menjadi bahan makanan yang merupakan cikal bakal roti. Pada tahun 1000 SM
(Sebelum Masehi), ragi diperkenalkan sebagai bahan dasar roti untuk pertama
kaliya di Mesir dan sekaligus pada tahun ini jenis biji-bijian baru ditemukan untuk
dapat membuat roti putih. Inilah roti modern yang sesungguhnya. Bangsa Mesir
menyebar dari bangsa Mesir sampai orang-orang Yunani dan meluas ke Eropa.3
3
www.breadinfo.com, 2006 diakses tanggal 23 Februari 2008
15
Sama halnya seperti di belahan dunia lain, budaya makan roti juga
masayarakat tertentu dan hanya sebatas sebagai pengganti nasi pada saat sarapan
pagi, yang umumnya disajikan bersama telur dadar atau segelas susu. Kemudian
roti mulai diminati oleh kelompok masyarakat yang sibuk bekerja yang harus
selalu bergegas ke tempat kerja. Dalam kondisi demikian, setangkap roti isi selai
dan mentega atau keju menjadi pilihan sarapan pagi yang praktis karena bisa
dengan sarapan pagi tetapi sudah meluas sebagi menu makanan alternatif disegala
kondisi dan waktu makan. Roti tidak lagi dikonsumsi pada pagi hari tetapi juga
siang dan malam hari, atau sebagai snak di antara dua waktu makan.
Indonesia. Saat ini, roti dapat diperoleh dengan mudah di hotel, restoran, warung
pojok, pedagang kaki lima, dan di warung-warung sederhana. Roti juga dijual ke
mobil boks, kereta dorong, atau sepeda, dengan iringan musik yang sangat khas
Pada dasarnya, roti dapat dibuat dari berbagai jenis tepung, seperti terigu,
jagung, beras, garut, singkong, dan lain-lain. Namun, terigu merupakan bahan
baku yang paling cocok untuk pembuatan roti. Komposisi roti tawar umumnya
4
Astawan dalam Kompas Cyber Media, 2004 www.gizi.net diakses tanggal 19 Februari 2008
16
terdiri dari 57 persen tepung terigu, 36 persen air, 1,6 persen gula, 1,6 persen
shortening (mentega atau margarin), 1 persen tepung susu, 1 persen garam dapur,
0,8 persen ragi roti (yeast), 0,8 persen malt, dan 0,2 persen garam mineral.5
Berdasarkan kadar proteinnya, terigu dibedakan atas terigu tipe kuat (hard
wheat), tipe sedang (medium wheat), dan tipe lemah (soft wheat). Roti biasanya
dibuat dari tepung terigu kuat agar tepung mampu menyerap air dalam jumlah
besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang
baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar,
dan mengandung 12-13 persen protein. Dalam pembuatan roti, penggunaan terigu
tipe kuat lebih disukai karena kemampuan gluten (jenis protein pada tepung
terigu) yang sangat elastis dan kuat untuk menahan pengembangan adonan akibat
Ada beberapa versi cara membuat roti. Pada dasarnya cara pembuatan roti
tersebut sama saja, hanya sedikit sekali letak perbedaannya, seperti pada cara
prooving, ada pula yang hanya ditutup kain bersih dan ditaruh di tempat lembab.
Menurut Astawan (2004), proses pembuatan roti tawar secara garis besar
5
Astawan dalam Kompas Cyber Media, 2004 www.gizi.net diakses tanggal 19 Februari 2008
6
Astawan dalam Kompas Cyber Media, 2004 www.gizi.net diakses tanggal 19 Februari 2008
17
tumbuhnya jamur (kapang). Untuk mencegah hal tersebut, dalam pembuatan roti
perlu ditambahkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan jamur, yaitu sodium
adalah sebagai berikut : ragi dan gula pasir direndam dengan air hangat kuku.
Gula, garam, dan mentega ditaruh di panci, tuangi susu yang sudah dipanaskan
hampir mendidih, aduk sampai gula dan menteganya hancur. Jika campuran ini
sudah hangat kuku, masukkan sedikit tepung terigu, lalu kocok dengan mikser
sampai rata, masukkan cairan ragi dan susu, kemudian ratakan. Lalu masukkan
sisa tepung terigu (sisakan lagi tepung terigu sedikit), kocok lagi sampai rata lalu
dikocok sampai tercampur rata. Jika adonan sudah rata, diamkan kira-kira sepuluh
menit, baru diuleni, waktu menguleni sepuluh menit. Selesai diuleni, bulatkan
adonan, lalu taruh di baskom yang sudah dipulas mentega pada dasarnya.
Diamkan adonan ini sampai melar menjadi dua kali semula. Tekan bagian tengah
adonan dengan tangan yang dikepalkan (tinju) sampai seluruh tinju masuk ke
adonan. Keluarkan tinju, lalu lipat seluruh pinggir adonan ke tengah, balik
adonan, yang bawah berada di atas, diamkan kira-kira tiga per empat jam sampai
lalu balikkan, seperti pekerjaan semula. Diamkan adonan 10 menit, baru dapat
18
dipulung-pulung dan dibuat macam-macam bentuk atau diisi sesuai selera. Oven
Roti dapat dibedakan atas roti putih (white bread) dan roti (whole wheat
bread). Roti putih dibuat dari tepung terigu, sedangkan roti cokelat dibuat dari
tepung gandum utuh. Proses pengolahan gandum menjadi terigu akan membuang
bagian dedak yang kaya mineral dan serat pangan (dietary fiber). Namun saat ini,
roti dari tepung gandum utuh dihargai lebih mahal karena kandungan gizi lebih
banyak.7
Roti juga mempunyai beberapa variasi yang terbagi menjadi lima jenis
roti, yaitu (1) Bakery, ialah jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu,
mentega, telur, susu, air, dan ragi yang dalamnya dapat diisi keju, coklat, atau
yang lainnya, (2) Roti tawar, ialah jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu,
susu, telur, mentega, ragi, dan air tanpa menggunakan isi, (3) Cake, ialah jenis roti
yang berasa (manis) dengan tambahan rasa (sense) rum, jeruk atau coklat dengan
bahan dasar tepung terigu, mentega, dan telur tanpa menggunakan isi, (4) Pastry,
ialah jenis roti kering yang bisa berupa sus dan croissant, (5) Donut, ialah jenis
roti tawar atau manis yang digoreng dan berlubang di tengahnya (Maurisal dalam
Kusumastuti, 2006).
7
Astawan dalam Kompas Cyber Media, 2004 www.gizi.net diakses tanggal 19 Februari 2008
19
dan penawaran produk itu sendiri. Permintaan dan penawaran produk roti
sebagai pilihan pola makannya. Perubahan pola makan masyarakat saat ini
Roti dapat dijual melalui toko kecil atau besar, baik menggunakan sistem
jual putus atau sistem bila tidak laku dikembalikan. Cara lain memasarkan roti
Penjualan juga dapat dilakukan melalui acara pesta di rumah. Gerai kecil di mal
juga merupakan slah satu cara memasarkan roti kepada konsumen. Pengusaha
juga dapat membuat iklan melalui selebaran kertas berisi informasi jenis roti,
alamat pabrik serta telepon untuk disebarkan ke setiap rumah, dan iklan di radio
dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai aset kurang dari Rp 600 juta
diluar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Mengacu pada undang-
8
www.bi.go.id, 2006 diakses tanggal 20 februari 2008
20
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung
Sedangkan untuk kriteria usaha menengah menurut UU No. 9 Tahun 1995 adalah:
2. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600
juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil
Menurut Inpres No. 10 Tahun 1999, usaha menengah sebagai unit kegiatan
yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp
10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), milik Warga Negara
Indonesia, berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
Statistik (BPS) membagi skala usaha yang ada di Indonesia berdasarkan jumlah
4. Usaha besar, dengan jumalh tenaga kerja sebanyak lebih dari 100 orang.
Pembagian skala usaha industri tersebut didasarkan pada banyaknya tenaga kerja
sebagai berikut :
2. Berdiri sendiri.
kerja, juga sebagai penggerak roda ekonomi serta pelayanan masyarakat. Hal ini
Pada dasarnya perusahaan besar, kuat dan berumur panjang berawal dari
usaha kecil yang sukses karena didukung oleh berbagai faktor, seperti ketekunan,
khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha besar
2005).
24
2. Lemahnya dalam membuat anggaran dan tidak adanya batasan yang jelas
usaha kecil ini tidak mengetahui posisi pasar bagi produknya, cara
2005).
penelitian mengenai roti, HPP (Harga Pokok Produksi), titik impas, laba, strategi
Produksi Teh dalam Kaitannya dengan Titik Impas dan Profitabilitas Perusahaan
dikeluarkan, baik itu biaya produksi maupun biaya administrasi dan umum, lalu
Penelitian ini mencari metode alternatif terbaik untuk menganalisis biaya, volume
dilakukan oleh Hugeng (2005) yang berjudul Kajian Fungsi Operasional dan
Bisnis (Studi Kasus CV. X Jakarta) menjelaskan nilai penjualan CV. X mengalami
adanya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan setiap saat berubah, tetapi harga
jual output masih sama. Kajian tentang fungsi-fungsi operasional sebuah usaha
kecil juga dideskripsikan pada penelitian ini. Usaha kecil ini belum menjalankan
Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti dan Kue) menjelaskan tentang
perlunya strategi pemasaran bagi usaha kecil. Risiko utama adalah tidak adanya
pembeli. Risiko ini dapat dihadapi dengan perencanaan atas daerah penjualan dan
jumlahroti yang dihasilkan. Tidak datangnya petugas penjual keliling dan proses
pembuatan roti yang kurang baik merupakan risiko yang harus diperhatikan oleh
perusahaan.
Tas Wanita (Studi Kasus UKM Lifera Hand Bag Collection Bogor) memaparkan
Costing).
oleh Roslinawati (2007) yang berjudul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Benih Padi pada PT Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Penelitian tersebut mengkaji tentang perhitungan harga pokok produksi benih padi
dengan dua metode, yaitu full costing dan variable costing. Kemudian hasil
produksi benih dipaparkan juga pada penelitian ini sebagai gambaran mengenai
penetapan harga pokok produksi metode perusahaan. Dua macam proses tersebut
adalah penetapan harga pada sistem produksi swakelola dan sistem produksi
di usaha kecil dan menengah (UKM), dan yang lainnya di perusahaan besar.
Penelitian ini dilakukan di tempat yang berbeda di suatu usaha bakery, Bella
Bakery, Bekasi. Persamaan yang mendasar adalah beberapa penelitian di atas dan
menghitung harga pokok produk (HPP) dan titik impas. Perhitungan HPP pada
penelitian ini menggunakan metode full costing. HPP dianalisis untuk mengetahui
marjin yang didapat per unit produk dan mengevaluasi ketepatan persahaan dalam
27
tingkat profitabilitas yang dihitung selama tiga tahun terakhir karena untuk
kenaikan harga bahan baku. Analisis tersebut dilakukan pada penelitian ini karena
permasalahan yang dihadapi oleh Bella Bakery sebagai usaha bakery dalam
yang efisien. Pada kerangka pemikiran teoritis yang ada dalam penelitian ini
meliputi konsep biaya, konsep harga pokok, analisis titik impas (break event
point), dan analisis profitabilitas. Metode penyusutan garis lurus juga dijelaskan
untuk menghitung nilai beban investasi yang dikeluarkan dan metode nilai pasar
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu (Mulyadi, 1999). Milton dan Lawrence (1994) menggunakan istilah biaya
sebagai suatu nilai tukar prasyarat (dinyatakan dalam pengurangan kas atau aktiva
lainnya pada saat ini atau di masa mendatang) atau pengorbanan yang dilakukan
perusahaan tersebut. Hal utama yang harus dilakukan adalah penggolongan biaya
29
sesuai dengan kegiatannya, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
1993) yaitu :
Biaya dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu : (a) Biaya produksi adalah
biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual, (b) Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi
pemasaran produk.
Biaya dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (a) Biaya langsung adalah biaya
yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai, (b) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
Biaya digolongkan menjadi empat, yaitu (a) Biaya variabel adalah biaya yang
perubahan volume kegiatan, (c) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk
tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan
pada volume produksi tertentu, (d) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah
Biaya dibagi menjadi dua, yaitu : (a) Pengeluaran modal (capital expenditure)
adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntasi, (b)
menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir
ekonomi yang berupa aktiva atau berupa persediaan bahan baku menjadi aktiva
lain atau berupa persediaan produk baru. Harga pokok dibentuk oleh biaya
31
diukur melalui besarnya biaya per unit atau besarnya harga pokok produk. Tujuan
jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi
periodik dan menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca. Metode harga proses yaitu menghitung harga
pokok produksi per satuan dengan cara membagi biaya total produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
Penentuan harga pokok produk yang benar sangat penting bagi perusahaan
kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan
perusahaan, karena harga pokok yang tinggi dapat menyebabkan harga jual
32
perusahaan akan sulit dalam memasarkan hasil produksinya dan kalah dalam
memilih produk sama dengan harga yang lebih rendah dan memiliki kualitas
yang sama.
itu sendiri. Harga pokok yang rendah akan menyebabkan harga jualnya pun
menjadi rendah. Di satu sisi produsen dapat menjual produknya dengan cepat
karena harga jual yang rendah tetapi di sisi lain hal ini dapat merugikan
yaitu:
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun
tetap ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya
33
administrasi dan umum). Metode ini baik untuk digunakan manajemen dalam
pokok produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan full costing.
BOP Variabel
Biaya Nonproduksi Biaya Pemasaran
BOP Variabel
Biaya Nonproduksi
Harga Pokok
Gambar 2. Unsur Harga Pokok Produk dan Harga Pokok Produk dengan Metode
Produksi
Full Costing
Biaya Adm. dan Sumber : Mulyadi, 1993
Umum
2. Metode Variable Costing
Biaya Pemasaran
TotalMetode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
Harga Pokok
Produk
produk yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
Biaya Nonproduksi
variabel
BOPdalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
Variabel
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel ditambah dengan
biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi
dan umum variabel). Metode ini baik digunakan hanya untuk mengambil
Harga Pokok
Biaya Bahan Baku Produksi Variabel
Biaya Pemasaran
Tetap
Gambar 3. Unsur Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Produk dengan Metode
Variabel Costing
Sumber : Mulyadi, 1993
Titik impas atau break event point (BEP) merupakan keadaan dimana
suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Dengan
kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah penerimaan sama dengan
jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutupi
biaya tetap saja. Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum
mendapat laba. Dengan kata lain labanya sama dengan nol. Kegunaan dari titik
berjalan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan harga jual, sebagai dasar
(Mulyadi, 2001).
dipengaruhi oleh harga jual produk yang dihasilkan, biaya produksi, dan besarnya
tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Ada dua cara dalam
π = (P.Q) – (TVC+TFC)
(P.Q) – (TVC+TFC) = 0
BEP TC = TR
(P.Q) = (TVC+TFC)
Q (P – AVC) = TFC
36
TFC
BEP (Impas dalam unit) =
P-AVC
TFC
BEP (Impas dalam Rupiah) =
AVC
1-
Keterangan : P
Π : Laba (Rp)
2. Pendekatan Grafis
pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu
grafik. Titik pertemuan antara garis biaya dengan garis pendapatan penjualan
merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat
Pendapatan, biaya TR
A TC
Impas
P TVC
TFC
B
Volume penjualan
Gambar 4. Laba, Titik Impas, dan Volume Penjualan
Sumber : Mulyadi, 2001
37
Keterangan :
P : Pendapatan, biaya
Q : Volume penjualan
Pada gambar 4 terlihat bahwa titik impas terjadi pada perpotongan antara
lebih kecil dari OQ, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang berarti
bahwa hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang telah dikeluarkan.
dari OQ, artinya hasil penjualan lebih besar dari biaya total yang telah
dikeluarkan. Titik impas dapat berubah dengan adanya perubahan harga input,
impas adalah :
Biaya tetap akan selalu konstan pada kisaran volume yang dipakai pada
perubahan volumenya.
38
kegiatan.
profitabilitas ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang
dihasilan oleh suatu obyek informasi dalam periode akuntansi tertentu (Mulyadi,
1999).
Profit adalah besarnya laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan
nilai laba bersih dibagi dengan penerimaan total. Profitabilitas yang diperoleh
perusahaan menggambarkan besarnya laba yang diperoleh dari hasil laba yang
profitabilitas ini diperoleh dari perkalian antara Margin Income Ratio (MIR) atau
dari titik impas merupakan angka Margin Of Safety (MOS). Menurut Mulyadi
Keterangan :
penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun agar perusahaan tidak rugi, atau
dengan kata lain, angka MOS memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan
ini akan berhubungan langsung dengan laba. Marginal income ratio itu sendiri
adalah rasio antara pendapatan dengan hasil penjualannya. Marginal income ratio
biaya tetap dan laba. Secara matematis, marginal income ratio dapat ditulis
Keterangan :
Dari hasil kali antara MOS (Margin Of Safety) dan MIR (Marginal Income
Keterangan :
cara yang sistematis sepanjang umur manfaat aktiva. Tiga faktor yang harus
periode. Ketiga faktor tersebut adalah a) Biaya awal aktiva tetap, b) Umur
setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Metode garis lurus sangat
sederhana dan digunakan secara luas. Metode ini menciptakan transfer biaya yang
wajar ke beban periodik jika pemanfaatan aktiva dan pendapatan yang terkait
Jika tingkat pemanfaatan aktiva tetap bervariasi dari tahun ke tahun, maka
metode unit peroduksi lebih tepat dipakai daripada metode garis lurus. Metode
pendapatan terkait. Metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama
bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh
41
aktiva. Untuk menerapkan metode ini, umur manfaat aktiva diekspresikan dalam
istilah unit kapasitas produktif. Total beban penyusutan untuk setiap periode
akuntansi ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit
sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini, tarif
penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Untuk tahun
pertama, biaya aktiva dikalikan dengan tarif saldo menurun. Setelah tahun
Ciri pokok biaya produksi bersama adalah biaya tersebut terjadi untuk
beberapa jenis produk yang berbeda dan merupakan jumlah keseluruhan yang
tidak dapat dipisahkan. Hal itu berbeda dibandingkan dengan jumlah masing-
masing untuk setiap produk. Biaya produksi dapat dipisahkan dan mudah
produksi bersama. Alokasi biaya produk bersama dilakukan pada saat dapat
diidentifikasikan satu produk dengan lain produk dengan cara, yaitu (Rony, 1990)
:
42
karena tidak memiliki biaya sendiri bila nilai pasar tidak ada. Dengan metode ini
unit yang sama dengan asumsi unit yang dijual tanpa proses lebih lanjut.
Metode ini yang paling banyak digunakan dengan alasan bahwa nilai pasar
merupakan ukuran yang paling logis terhadap biaya yang diperlukan bagi masing-
masing produk atau ada korelasi antara harga jual sesuatu produk dengan biaya
dasar ukuran unit atau phisik, seperti kilogram, ton, one, dan pon, yang berarti
produk bersama harus dapat diukur dengan dasar yang sama. Namun, bila ukuran
itu sukar diperoleh, jumlah unit bersama harus dituangkan ke dalam penyebut
produk atas dasar standar yang ditetapkan sebelumnya atau indek produksi. Biaya
rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya produksi bersama
terhadap jumlah produk yang dihasilkan dengan memakai ukuran unit yang sama
43
dan tidak jauh berbeda satu dengan lainnya dasar pengukurannya. Metode ini
tidak dapat digunakan bila dasar ukuran produk yang dihasilkan berbeda.
Memasukkan faktor bobot untuk setiap unit produk yang dihasilkan karena
dibutuhkan dalam menghasilkan setiap unit produk, buruh yang dipekerjakan, dan
material yang dipakai, serta unsur-unsur lainnya. Metode ini dapat mengeliminir
dengan cara mengalikan setiap jenis produk terhadap faktor bobotnya sehingga
Bella Bakery sebagai salah satu usaha pengolahan makanan, yaitu roti
aspek manajemen dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan pada tingkat
Kenaikan harga bahan baku utama roti tidak diiringi oleh kenaikan harga
jual yang besar pula. Harga jual seharusnya didasarkan pada harga pokok produk.
Ketepatan Bella Bakery dalam menetapkan harga jual akan dievaluasi dan
dianalisis pengaruh yang terjadi terhadap marjin yang didapat. Selain itu,
Bella Bakery. Kenaikan tersebut terjadi setiap tahun sehingga perlu dilakukan
analisis terhadap tingkat profitabilitas yang didapat dari tahun ke tahun. Penelitian
44
ini menghitung profitabilitas selama tiga tahun terakhir ini, yaitu tahun 2005,
2006, dan 2007 karena selama tiga tahun tersebut harga bahan baku utama Bella
kenaikan harga bahan baku terhadap harga pokok produk yang nantinya
berpengaruh pada penetapan harga jual produk. Pengaruh terhadap kondisi laba
dan operasional perusahaan juga akan dibahas pada penelitian ini. Diagram
Bella Bakery
Fluktuasi Harga Input
Untung Rugi
1, Jati Waringin, Bekasi. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan, mulai
dari bulan April sampai Mei 2008. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara
satu UKM yang bergerak di bidang industri pengolahan roti di Bekasi. Selain itu,
Bella Bakery adalah UKM yang berkembang dan terus melakukan pembenahan
pengembangan usaha. Bella Bakery juga memiliki jumlah tenaga kerja yang
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data
data yang diperoleh dari laporan produksi, proses produksi, pelaksanaan kegiatan
penelitian. Data yang diperoleh bersifat kualitatif dan kuantitatif dari eksternal dan
internal perusahaan. Data yang dianalisis adalah data selama tiga tahun terakhir
(2005, 2006, dan 2007) karena berhubungan dengan laba yang akan dianalisis
dimana selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikan harga bahan baku.
47
metode full costing. Metode ini dipilih karena memperhitungkan semua unsur
biaya produksi dan non produksi ke dalam harga pokok produk. Metode ini juga
48
Satuan yang digunakan pada analisis ini adalah produksi per tahun. Sedangkan
biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus karena metode ini
mengurangi nilai manfaat aktiva yang sama setiap periode produksi. Pembebanan
biaya tetap per jenis produk dipisahkan dari biaya bersama dengan metode nilai
pasar.
Data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data diolah secara manual
kuantitatif dilakukan pada perhitungan harga pokok produk dengan metode full
costing, titik impas atau BEP (break event point), dan profit. Analisis kualitatif
dilakukan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan dari harga pokok produk, titik
tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Beban biaya ini dihitung dengan
cara selisih nilai perolehan dan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis suatu
aktiva tetap. Berikut rumus penyusutan dengan metode garis lurus (Fess, 2005) :
adalah metode nilai pasar karena metode ini yang paling banyak digunakan
49
dengan alasan bahwa nilai pasar merupakan ukuran yang paling logis terhadap
biaya yang diperlukan bagi masing-masing produk atau ada korelasi antara harga
jual sesuatu produk dengan biaya untuk memproduksinya. Proporsi suatu jenis
produk dihitung dengan cara membagi antara nilai penjualan produk yang
bersangkutan dengan nilai penjualan seluruh produk. Maka biaya tetap suatu
produk dapat dihitung dengan mengalikan proporsi suatu produk dengan biaya
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan
Harga pokok produk menurut metode full costing terdiri dari (Mulyadi, 1993) :
produksi selama periode tertentu kepada proses atau kegiatan produksi dan
50
membaginya sama rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode tertentu
Keterangan :
Besarnya titik impas merupakan hasil bagi antara biaya tetap total dengan
margin kontribusi persatuan unit produk yang dijual. Break Event Point dapat
TFC
BEP (Impas dalam unit) =
P-AVC
TFC
BEP (Impas dalam Rupiah) =
AVC
1-
P
Keterangan :
Π : Laba (Rp)
51
Keterangan :
1. Roti adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan
dengan menggunakan ragi roti atau campuran dari terigu, air, dan ragi dengan
atau tanpa penambahan bahan lain dan selanjutnya adonan dibakar atau
dipanggang.
produksi dan mesin atau alat yang digunakan. Satuan yang digunakan dalam
3. Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
Bahan baku dalam industri makanan roti adalaha tepung, gula, garam,
4. Biaya bahan penolong dimasukkan ke dalam biaya bahan baku, sesuai dengan
5. Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan
6. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga
kerja manusia tersebut. Yang termasuk biaya tenaga kerja, yaitu upah tenaga
kerja.
7. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
8. Harga Pokok Produk adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam
10. Biaya variabel adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan. Biaya tersebut dapat berupa biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung.
53
11. Titik impas (Break Event Point) adalah suatu keadaan dimana perusahaan
12. Marginal Of Safety (MOS) adalah tingkat penurunan produksi atau penjualan
yang akan ditolerir dari yang direncanakan atau yang dianggarkan. MOS juga
persen.
13. Marginal Income Ratio (MIR) adalah selisih antara hasil penjualan dengan
biaya variabel rata-rata. Nilai MIR juga merupakan bagian dari hasil
penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Semakin tinggi
menutupi biaya tetap dan memperoleh laba akan semakin besar yang
berbagai strategi terhadap kontribusi laba yang diharapkan dari suatu produk.
Besarnya hasil penjualan ini diperoleh perkalian antara Margin Income Ratio
15. Harga jual adalah nilai atau harga yang digunakan untuk menilai suatu
menengah (UKM) dalam bidang pengolahan tepung terigu menjadi roti. Usaha
yang terletak di sekitar pemukiman penduduk daerah Jati Waringin, Pondok Gede,
Bekasi ini berdiri pada bulan Juni tahun 2004 oleh Bapak Supardi. Sebelum
mendirikan pabrik roti ini, Bapak Supardi bekerja di perusahaan serupa, yaitu
Bakery dari tahun 1992-2004. Kemudian berbekal ilmu yang diperoleh dari
sebuah pabrik roti di daerah Pondok Gede, yaitu Bella Bakery. Jiwa wirausaha
dan motivasi yang tinggi menjadi modal yang baik untuk Bapak Supardi dalam
lahan kosong untuk mendirikan pabrik. Selain itu, usaha roti di daerah tersebut
tersebut dalam skala kecil. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Bella
Bakery untuk terus mempertahankan usahanya. Lokasi pabrik yang dekat dengan
Sejak berdirinya Bella Bakery hingga sekarang, bahan baku pembuat roti
karyawannya yang sebagian besar adalah usia produktif. Inovasi terhadap produk
Usaha ini telah mendapat izin dari RT/RW setempat. Perkembangan usaha
ini membuat sebagian orang ikut menanamkan uangnya pada Bella Bakery.
Sampai saat ini, ada sepuluh orang yang menanamkan uangnya di Bella Bakery,
didukung dengan armada pemasaran berupa sepuluh sepeda dan lima belas sepeda
motor. Di bidang produksi, Bella Bakery terus menambah jenis produk dengan
melakukan inovasi bentuk dan rasa. Manajemen pun terus dilakukan perbaikan,
merupakan usaha kecil, namun pencatatan arus kas dan administrasi usaha telah
Bella Bakery belum merumuskan visi dan misi perusahaan secara tertulis.
Namun, pada dasarnya Bella Bakery sebagai usaha kecil yang bergerak pada
usaha untuk memperoleh keuntungan demi kemajuan kualitas hidup pemilik dan
beda. Satu orang yang memiliki modal terbesar dan merupakan pendiri usaha ini
adalah Bapak Supardi, sedangkan sembilan orang yang lain hanya menanamkan
aktivitas perusahaan dan pembukuan arus kas yang masuk dan keluar. Bendahara
pada Gambar 6.
57
Pemilik
Baker Karyawan
Karyawan
Karyawan
kecuali hari libur besar, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Natal. Sebagian besar
terdiri dari tempat menyimpan bahan baku, tempat produksi, kamar mandi, meja
administrasi, dan tempat pengepakan produk jadi. Denah pabrik dapat dilihat pada
Pada awal perusahaan didirikan, bahan baku diperoleh dari Pasar Senen.
menggunakan mobil box. Namun mulai akhir tahun 2007, bahan baku diperoleh
dengan memesan kepada penjual di daerah Kranji. Kemudian bahan baku tersebut
diantarkan langsung ke pabrik. Pembelian bahan baku ini dilakukan satu minggu
sekali. Bahan baku disimpan di dalam gudang tempat persediaan bahan baku
selama satu minggu hingga habis. Setelah itu, pembelian bahan baku dilakukan
5.4.2 Produksi
Bakery mempunyai dua orang baker yang bertugas meracik resep dan dibantu
enam orang karyawan untuk membuat roti. Produksi roti dilakukan berdasarkan
adalah 367 roti tawar dan 806 roti manis. Jenis roti yang diproduksi terdapat 31
macam, yaitu roti dengan berbagai isi, donat, dan roti tawar. Harga dari masing-
masing roti berbeda-beda sesuai dengan isi roti. Jenis roti Bella Bakery dan
harganya dapat dilihat pada Tabel 7. Harga yang tertera pada tabel adalah harga
yang diterima pada tingkat pedagang. Harga yang diterima konsumen lebih besar
dari harga yang diterima pedagang karena pedagang menaikkan harga untuk
mendapatkan keuntungan.
59
Tabel 7. Jenis Roti Bella Bakery dan Daftar Harga Tahun 2008
No. Jenis Roti Harga (Rp)
1. Abon 2800
2. Baso 2800
3. Coklat 2500
4. Coklat Keju 2800
5. Coklat Cream 2500
6. Coklat Ring 2200
7. Coklat Rol 2800
8. Cofe Bun 2500
9. Cheese John 2800
10. Cheese Stik 4500
11. Donat Baso 2800
12. Donat Keju 2500
13. Hot Dog 2800
14. Keju 2800
15. Kelapa Muda 2500
16. KCK 4500
17. Keset Keju 4500
18. Keset Coklat 4000
19. Long John 2500
20. Manis 12 Kosong 3500
21. Manis 12 Isi 6500
22. Manis 6 3500
23. Molen 2800
24. Nanas 2500
25. Pisang Coklat 2500
26. Pisang Coklat Keju 2500
27. Pisang Keju 2500
28. Srikaya 2500
29. Tawar 4500
30. Strawberry 2500
31. Pizza 2000
Jenis bahan baku yang digunakan dalam produksi antara lain tepung
terigu, susu, mentega, gist (pemekar), baker bonus (pengenyal), minyak goreng,
meses, keju, gula, telur, garam, selai berbagai rasa, pengawet, wijen, daging,
sukade, maezena, dan kismis. Tepung terigu sebagai bahan baku utama digunakan
peralatan dan mesin, yaitu oven (memanggang roti), mixer (mencampur adonan),
mesin pemotong (memotong roti tawar yang telah matang), mesin cetak
60
(menimbang bahan baku), dan meja produksi (membentuk roti). Proses produksi
5.4.3 Pemasaran
Roti yang telah selesai diproduksi siap dipasarkan kepada konsumen. Roti
ini dikemas dalam plastik yang diberi label Bella Bakery (Lampiran 8). Setelah
semua roti telah diproduksi, roti tersebut diantarkan ke keempat agen milik
dipinjamkan kepada mereka. Perusahaan memiliki sepuluh sepeda dan lima belas
sepeda motor. Pedagang membeli roti kepada perusahaan yang kemudian roti
produk yang dipesan, dimana pedagang dapat mengambil roti pesanannya di sana.
Lumbu, Kranggan, Pondok Kopi, dan Depok. Pedagang mengambil ke agen yang
ini sudah berlangsung dari awal mula berdiri dan dipilih oleh perusahaan karena
baker dan enam orang karyawan. Baker-baker tersebut tidak mempunyai latar
belakang pendidikan khusus dalam bidang tata boga, tetapi mereka mempunyai
perusahaan berjumlah tiga orang, yang terdiri dari dua orang sekretaris, satu orang
bulan dan uang makan yang diberikan setiap satu minggu. Selain itu, setiap Hari
Raya Idul Fitri karyawan mendapatkan Tunjangan Hari Raya. Pemilik Bella
keadaan karyawannya sehingga jika ada karyawan yang sakit atau membutuhkan
5.4.5 Keuangan
Sebagai usaha kecil, Bella Bakery telah melakukan pencatatan yang cukup
baik terhadap nilai penjualan produk dan pembelian bahan baku, serta arus kas
bulan. Laporan keuangan ini digunakan untuk bahan evaluasi usaha dan
pengendalian biaya yang dikeluarkan selama satu bulan. Bila biaya yang
dikeluarkan terlalu besar, maka bulan berikutnya dilakukan penekanan pada pos
biaya tertentu.
63
panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 1993).
Investasi pada Bella Bakery terdiri dari bangunan pabrik, transportasi, peralatan,
Sedangkan biaya investasi terkecil adalah timbangan jenis dua senilai Rp 90.000.
Nilai beban biaya tetap dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dihitung
selama umur ekonomisnya dengan metode garis lurus (straight line). Bangunan
pabrik disusutkan lima persen per tahun dari perkiraan umur ekonomis 20 tahun.
dari umur ekonomis empat tahun. Kendaraan disusutkan 10 persen dari umur
tahun ke tahun terlihat peningkatan beban biaya tetap ini sebesar 2,68 persen pada
tahun 2006 dan 0,37 persen pada tahun 2007. Hal ini terjadi karena perusahaan
64
biaya tetap ini bukan merupakan biaya aktual yang dikeluarkan selama periode
2005-2007, akan tetapi biaya yang diperoleh dengan pendekatan biaya investasi.
Beban biaya ini dihitung karena konsep biaya yang digunakan dalam penelitian
adalah biaya total (full costing) yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi.
roti, seperti roti tawar dan roti manis. Pembahasan pada penelitian ini hanya
dibatasi untuk produk yang mempunyai nilai penjualan terbesar, yaitu roti tawar
dan roti manis (Roti a) karena produk utama tersebut memiliki jumlah produksi
proporsi nilai pasar roti tawar terhadap roti lain sebesar 40,13 persen, tahun 2006
sebesar 42,87 persen, dan tahun 2007 sebesar 43,17 persen. Untuk roti manis,
proporsi terhadap nilai pasar tahun 2005 sebesar 21,23 persen, tahun 2006 sebesar
17,96 persen, dan tahun 2007 sebesar 20,43 persen. Secara lengkap cara
Biaya tetap diperoleh dari biaya-biaya yang sifatnya tetap jumlahnya pada
periode tertentu dan tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah produk yang
dihasilkan. Bella Bakery memiliki beberapa komponen biaya tetap, yaitu biaya
peralatan, mesin produksi, dan kendaraan, biaya telepon, biaya kontrakan agen,
dan biaya umum. Biaya tetap roti tawar dan roti manis tahun 2005-2007 tersaji
dalam Tabel 8.
Biaya tetap pada Tabel 8 merupakan biaya tetap roti tawar dan roti manis
yang telah dihitung dari biaya tetap bersama berdasarkan proporsi. Kontribusi
terbesar dari komponen biaya tetap adalah biaya tenaga kerja administrasi dan
umum sebesar 37,66 persen pada tahun 2006 dan 36,74 persen pada tahun 2007.
pada tahun 2005 kontribusi terbesar terjadi pada biaya penyusutan. Peningkatan
biaya tenaga kerja ini disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang menaikkan gaji
merasakan meningkatnya volume penjualan sebesar 12,82 persen untuk roti tawar.
Pada tahun 2007, biaya tenaga kerja mengalami peningkatan yang sedikit karena
Tabel 8. Komponen Biaya Tetap Roti Tawar dan Roti Manis Bella Bakery
Tahun 2005-2007
No. Uraian 2005 2006 2007
Rp % Rp % Rp %
Biaya Tenaga
1. Kerja Adm 17.289.162 30,96 25.266.653 37,66 27.154.466 36,74
dan Umum
Biaya
2. 21.302.738 38,15 21.931.909 32,69 22.879.671 30,96
Penyusutan
Biaya
3. 7.029.218 12,59 4.526.244 6,75 6.654.532 9,00
Pemeliharaan
4. Biaya Telepon 513.890 0,92 668.521 1,00 1.356.588 1,84
5. Biaya Agen 2.270.320 4,07 3.908.328 5,82 7.345.800 9,94
6. Biaya Umum 7.435.298 13,32 10.794.284 16,09 8.517.758 11,52
TOTAL 55.840.626 100 67.095.939 100 73.908.815 100
mesin pemotong, mesin cetak, rol, pemanas, timbangan, loyang sedang, pisau
pemotong, tabung gas, tenong, meja produksi, mobil, motor, dan sepeda. Biaya
terkecil adalah timbangan jenis 2 sebesar Rp 22.500. Dari tahun 2005-2007, biaya
peralatan dan mesin produksi. Uraian perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat
motor. Pada tahun 2005, biaya ini memiliki jumlah paling besar dibandingkan
tahun 2006 dan 2007 karena terdapat biaya perbaikan mixer yang jumlahnya
dari tahun 2005-2007. Sedangkan biaya agen merupakan biaya yang dibayarkan
untuk kontrakan agen penampungan produk jadi. Biaya ini juga mengalami
peningkatan karena dari tahun 2005 sampai 2007 jumlah agen bertambah.
Biaya umum terdiri dari pajak motor, pajak mobil, pajak bangunan pabrik,
biaya telepon dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan tahun 2006 lebih besar
dibandingkan tahun 2007 karena perusahaan berusaha untuk menekan biaya tetap
untuk efisiensi.
Biaya variabel dalam proses produksi roti tawar, dan roti manis Bella
Bakery terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya gas,
biaya listrik, dan biaya kemasan. Biaya-biaya ini termasuk ke dalam biaya
peningkatan jumlah produksi. Bahan baku roti tawar terdiri dari tepung terigu,
gula, susu fullcream, garam, gist, baker bonus, dan mentega. Biaya bahan baku
dari tahun 2005-2007 mengalami peningkatan karena harga bahan baku juga
meningkat terutama harga bahan baku utama (tepung terigu). Bella bakery
menggunakan dua merek tepung terigu dalam produksi roti tawar, yaitu Cakra
Kembar dan Segitiga Biru dengan komposisi 7:3. Hal ini dilakukan perusahaan
68
untuk menekan biaya tepung terigu yang mengalami peningkatan yang cukup
digunakan untuk produksi roti tawar berbeda dengan mentega yang digunakan
untuk produksi roti manis. Roti tawar menggunakan merek mentega Eksport dan
roti manis menggunakan mentega Bos. Harga mentega Eksport lebih mahal
Untuk bahan baku gula, susu fullcrean, garam, gist, dan baker bonus
dengan yang lebih murah tetapi kualitas tidak jauh berbeda. Seluruh bahan baku
14,14 persen pada tahun 2006 dan 22,18 persen pada tahun 2007. Uraian biaya
bahan baku produksi roti tawar Bella Bakery dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Biaya Bahan Baku Produksi Roti Tawar Bella Bakery Tahun 2005-
2007
No. Bahan 2005 2006 2007
1. Tepung Terigu a. Cakra Kembar 52.519.054 62.108.227 90.370.020
b. Segitiga Biru 20.349.018 23.978.514 36.775.644
2. Gula 7.079.578 8.813.784 8.623.265
3. Susu Fullcream 20.196.480 23.903.640 22.063.440
4. Garam 827.068 1.124.920 1.015.720
5. Gist 9.709.603 9.158.849 8.112.365
6. Baker Bonus 4.700.812 5.710.062 4.850.537
7. Mentega 21.193.312 24.263.449 32.574.080
TOTAL 136.574.925 159.061.445 204.385.071
Bahan baku roti manis terdiri dari tepung terigu, telur, garam, gula, susu
fullcream, gist, baker bonus, pengawet, keju, coklat, daging, abon, mentega,
minyak goreng, dan baking powder. Roti manis menggunakan tepung terigu
merek Cakra Kembar. Biaya bahan baku roti manis mengalami peningkatan pada
69
tahun 2006. Namun, pada tahun 2007 biaya mengalami penurunan. Hal ini bukan
mengganti merek beberapa bahan baku dengan yang lebih murah dengan kualitas
yang tidak jauh berbeda dan volume produksi juga mengalami penurunan. Biaya
Tabel 10. Biaya Bahan Baku Produksi Roti Manis Bella Bakery Tahun 2005-
2007
No. Uraian 2005 2006 2007
1. Tepung Terigu (Cakra Kembar) 14.478.300 22.726.776 16.943.040
2. Telur 5.734.191 5.193.834 5.008.107
3. Garam 122.958 120.459 101.001
4. Gula 4.368.758 4.058.905 3.933.025
5. Susu Fullcream 3.892.620 3.431.160 2.882.800
6. Gist 2.823.533 1.968.805 1.762.463
7. Baker Bonus 907.011 820.579 674.898
8. Pengawet 117.900 101.664 88.845
9. Keju 1.306.913 1.258.925 1.213.499
10. Coklat 482.463 415.640 378.010
11. Daging 1.889.120 1.763.895 2.959.655
12. Abon 3.286.725 2.706.525 2.759.250
13. Mentega 4.471.200 3.880.800 3.979.620
14. Minyak Goreng 12.127.489 12.659.688 15.005.160
15. Baking Powder 223.560 206.518 179.005
TOTAL 56.232.741 61.314.173 57.868.378
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari gaji pokok karyawan dan upah
lembur. Upah lembur diberikan saat ada penambahan jam tenaga kerja untuk
memproduksi tambahan pesanan roti. Biaya tenaga kerja langsung meningkat dari
tahun ke tahun karena perusahaan menaikkan gaji pokok dan upah lembur. Biaya
gas juga mengalami peningkatan sebesar 0,75 persen pada tahun 2006 dan 5,67
meningkatnya harga gas. Biaya listrik termasuk ke dalam biaya variabel karena
sebagian besar listrik digunakan untuk proses produksi, yaitu penggunaan mesin
produksi (oven, mesin pemanas, dan mixer). Semakin besar volume produksi roti,
70
Semakin besar volume produksi, semakin besar juga jumlah kemasan yang
Komponen biaya variabel yang terbesar adalah biaya bahan baku yang
setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada periode tahun
71,33 persen, dan 72,98 persen. Kontribusi tahun 2005 dan 2007 menunjukkan
nilai yang tinggi karena peningkatan harga bahan baku yang tinggi. Penurunan
kontribusi biaya bahan baku pada tahun 2006 disebabkan karena perusahaan
dua merek tepung terigu yang penggunaannya dicampur seperti yang telah
tahun 2006 sebesar 13,83 persen dan tahun 2007 sebesar 13,89 persen. Komponen
biaya variabel produksi roti tawar dan roti manis Bella Bakery tahun 2005-2007
Tabel 11. Komponen Biaya Variabel Produksi Roti Tawar dan Roti Manis
Bella Bakery Tahun 2005-2007
No. Uraian 2005 2006 2007
Rp % Rp % Rp %
Biaya Bahan
1. 192.807.666 75,35 220.375.618 71,33 262.253.449 72,98
Baku
Biaya Tenaga
2. Kerja 40.341.377 15,77 58.955.524 19,08 69.360.419 19,30
Langsung
3. Biaya Listrik 2.887.295 1,13 3.450.886 1,12 3.721.236 1,04
4. Biaya Gas 6.516.432 2,55 6.565.990 2,13 6.960.384 1,94
Biaya
5.
Kemasan 13.323.800 5,21 19.610.300 6,35 17.075.600 4,75
TOTAL 255.876.570 100 308.958.318 100 359.371.088 100
harga pokok produk, analisis titik impas, dan analisis profitabilitas dari tahun
2005 sampai tahun 2007. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauhmana
keadaan produksi roti tawar dan roti manis mencapai tingkat keuntungan. Dalam
analisis penerimaan yang termasuk unsur pendapatan adalah hasil penjualan roti
juga dapat membantu perusahaan dalam penentuan harga pasar sehingga dapat
pembahasan ini adalah dengan pendekatan full costing karena biaya yang
maupun tetap ditambah biaya non produksi seperti biaya administrasi dan umum,
72
dan biaya pemasaran. Perhitungan harga pokok yang dilakukan adalah harga
Oleh karena proses produksi roti tawar dan roti manis bersamaan
waktunya dengan produksi roti lain, maka terdapat biaya bersama sehingga
dilakukan pemisahan biaya bersama seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Dalam analisis harga pokok ini diperlukan komponen biaya dan
memproduksi dan memasarkan roti tawar dan roti manis sedangkan jumlah
produksi adalah jumlah roti tawar dan roti manis yang dijual yang telah dikemas
Total biaya terdiri dari proses pembelian bahan baku, produksi, dan
pemasaran. Namun, biaya pemasaran hanya mencakup biaya kemasan dan biaya
biaya roti tawar dan roti manis dapat dilihat pada Lampiran 10. Berikut rincian
perhitungan harga pokok produk roti tawar Bella Bakery tahun 2005-2007.
Tabel 12. Harga Pokok Produk Roti Tawar per Bungkus Bella Bakery
Tahun 2005-2007
Total Biaya Produksi Harga Pokok Harga Jual
Tahun
(Rp) (bungkus) (Rp/bungkus) (Rp/bungkus)
2005 212.875.221 115.762 1.839 3.300
2006 268.241.356 132.791 2.020 3.700
2007 315.465.670 129.323 2.439 4.000
Pada tahun 2006, harga pokok naik sebesar 8,96 persen dan tahun 2007 harga
pokok naik sebesar 17,17 persen. Sedangkan harga pokok produk roti manis dapat
dilihat pada Tabel 13. Harga Pokok roti manis selama periode tahun 2005-2007
menghasilkan satu bungkus roti. Harga pokok roti tawar dan roti manis memiliki
kesamaan, yaitu harga pokok terkecil terjadi pada tahun 2005 dan harga pokok
terbesar terjadi pada tahun 2007. Kenaikan secara umum disebabkan oleh
meningkatnya biaya bahan baku. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan terbaik
perusahaan pada tahun 2005 dengan harga pokok terkecil, sedangkan harga pokok
Tabel 13. Harga Pokok Produk Roti Manis per Bungkus Bella Bakery Tahun
2005-2007
Produksi Harga Pokok Harga Jual
Tahun Total Biaya (Rp)
(bungkus) (Rp/bungkus) (Rp/bungkus)
2005 95.370.563 134.108 711 1.500
2006 105.733.368 114.334 925 1.800
2007 114.862.766 102.000 1.126 2.400
Harga pokok ini juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya laba
atau rugi yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan produk roti setiap
tahunnya dengan menghitung marjin antara harga jual dengan harga pokok produk
roti. Nilai marjin menunjukkan besarnya laba atau rugi perusahaan. Berdasarkan
keadaan marjin yang berfluktuasi pada produk roti tawar. Nilai marjin tertinggi
terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 1.680/bungkus, yang artinya setiap
penjualan satu bungkus roti tawar dengan harga jual Rp 3.700/bungkus diperoleh
penurunan sebesar 7,62 persen. Hal ini dapat disebabkan oleh perusahaan tidak
menaikkan harga jual yang terlalu tinggi karena untuk menjangkau daya beli
Tabel 14. Marjin antara Harga Jual Roti Tawar per Bungkus dengan Harga
Pokok Produk per Bungkus Bella Bakery Tahun 2005-2007
Tahun Harga Jual (Rp) HPP (Rp) Marjin (Rp) Marjin (%)
2005 3.300 1.839 1.461 -
2006 3.700 2.020 1.680 13,04
2007 4.000 2.439 1.561 -7,62
perusahaan dalam keadaan marjin yang meningkat pada produk roti manis. Nilai
marjin tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar Rp 1.274/bungkus, yang
artinya setiap penjualan satu bungkus roti tawar dengan harga jual Rp
marjin mengalami peningkatan sebesar 31,32 persen. Hal ini dapat disebabkan
oleh perusahaan menaikkan harga jual yang tinggi dibandingkan dengan kenaikan
tahun 2006.
Tabel 15. Marjin antara Harga Jual Roti Manis per Bungkus dengan Harga
Pokok Produk Roti Manis per Bungkus Bella Bakery Tahun
2005-2007
Tahun Harga Jual (Rp) HPP (Rp) Marjin (Rp) Marjin (%)
2005 1.500 711 789 -
2006 1.800 925 875 9,83
2007 2.400 1.126 1.274 31,32
Harga jual yang ditetapkan perusahaan telah dapat dikatakan tepat karena terdapat
marjin antara harga pokok produk dan harga jual. Jika harga jual tidak dinaikkan
75
maka marjin yang akan perusahaan akan turun. Namun masih terdapat marjin
yang menurun dari tahun sebelumnya karena peningkatan harga jualnya rendah.
perusahaan. Penerimaan tersebut merupakan hasil penjualan dari roti tawar dan
roti manis, maka dalam analisis ini dihitung berdasarkan sumber penerimaan roti
tawar dan roti manis yang dalam perhitungannya dipisah antara kedua produk
tersebut. Satuan penilaian yang dilakukan terhadap analisis titik impas berupa
nilai uang dan nilai barang, dimana pada saat perusahaan berada pada kondisi
tidak mendapat untung dan tidak mendapat rugi atau selisih antara penerimaan
dan pengeluaran sama dengan nol. Perhitungan titik impas roti tawar dapat dilihat
Tabel 16. Perhitungan Titik Impas Roti Tawar Bella Bakery Tahun 2005-
2007
Uraian 2005 2006 2007
Total Produksi (bungkus) 115.762 132.791 129.323
Harga Jual/unit (Rp/bungkus) 3.300 3.700 4.000
Penerimaan (Rp) 382.014.600 491.326.700 517.292.000
Biaya Variabel Total (Rp) 177.822.577 221.490.209 266.233.352
Laba Kontribusi (Rp) 204.192.023 269.836.491 251.058.648
Biaya Tetap Total (Rp) 38.524.056 48.830.680 52.183.785
Laba Bersih (Rp) 165.667.967 221.005.811 198.874.863
Biaya Variabel Rata-rata
1.536 1.668 2.059
(Rp/bungkus)
HPP/unit (Rp/bungkus) 1.839 2.020 2.439
BEP (Rp) 72.073.099 88.912.425 107.521.707
BEP (bungkus) 21.840 24.030 26.880
Bakery dari hasil penjualan roti tawar pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
sudah berada pada kondisi di atas titik impasnya. Hal ini berarti perusahaan telah
76
mampu melakukan produksi di atas titik impas yang harus dicapai agar
demikian jika dilihat dari perkembangan titik impas dari tahun 2005-2007
menunjukkan bahwa selisih antara realisasi produksi dengan produksi pada titik
impas terjadi fluktuasi. Gambar 7 menunjukkan grafik titik impas produk roti
tawar tahun 2007. Pada gambar terlihat bahwa penerimaan pada titik impas berada
di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu berproduksi di atas titik impas.
Penerimaan
Penerimaan dan Biaya (Rp)
Biaya Total
Impas
107.521.707
Biaya Variabel
Gambar 7. Titik Impas Produk Roti Tawar Bella Bakery Tahun 2007
Bakery dari hasil penjualan roti manis pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
sudah berada pada kondisi di atas titik impasnya. Hal ini berarti perusahaan telah
mampu melakukan produksi roti manis di atas titik impas yang harus dicapai agar
demikian jika dilihat dari perkembangan titik impas dari tahun 2005-2007
menunjukkan bahwa selisih antara realisasi produksi dengan produksi pada titik
impas terjadi fluktuasi. Gambar 8 menunjukkan grafik titik impas produk roti
manis tahun 2007. Pada gambar terlihat bahwa penerimaan pada titik impas
berada di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu berproduksi di atas titik
impas.
Tabel 17. Perhitungan Titik Impas Roti Manis Bella Bakery tahun 2005-2007
Uraian 2005 2006 2007
Total Produksi (bungkus) 134.108 114.334 102.000
Harga Jual/unit (Rp/bungkus) 1.500 1.800 2.400
Penerimaan (Rp) 201.162.000 205.801.200 244.800.000
Biaya Variabel Total (Rp) 78.053.993 87.468.109 93.137.736
Laba Kontribusi (Rp) 123.108.007 118.333.091 151.662.264
Biaya Tetap Total (Rp) 17.316.570 18.265.259 21.725.030
Laba Bersih (Rp) 105.791.437 100.067.832 129.937.234
Biaya Variabel Rata-rata
582 765 913
(Rp/bungkus)
HPP/unit (Rp/bungkus) 711 925 1.126
BEP (Rp) 28.295.770 31.766.366 35.066.649
BEP (bungkus) 18.864 17.648 14.611
Gambar 8. Titik Impas Produk Roti Manis Bella Bakery Tahun 2007
78
parameter yang disebut dengan Margin of Safety (MOS). Semakin besar nilai
MOS, maka kondisi perusahaan akan semakin baik karena memiliki kemampuan
toleransi terhadap penurunan penjualan yang semakin besar. Selain itu, juga akan
Income Ratio (MIR) adalah rasio antara laba kontribusi dengan penerimaan.
Semakin besar biaya variabel, maka nilai MIR akan semakin kecil. Untuk
mengetahui nilai MOS dan MIR Bella Bakery pada produk roti tawar dapat dilihat
Tabel 18. Tingkat Profitabilitas Produksi Roti Tawar Bella Bakery Tahun
2005-2007
Uraian 2005 2006 2007
Volume Penjualan (bungkus) 115.762 132.791 129.323
Harga Jual/unit (Rp/bungkus) 3.300 3.700 4.000
Penerimaan (Rp) 382.014.600 491.326.700 517.292.000
Biaya Tetap Total (Rp) 38.524.056 48.830.680 52.183.785
Biaya Variabel Total (Rp) 177.822.577 221.490.209 266.233.352
Biaya Variabel Rata-rata
1.536 1.668 2.059
(Rp/bungkus)
BEP (Rp) 72.073.099 88.912.425 107.521.707
BEP (bungkus) 21.840 24.030 26.880
MOS (%) 81,13 81,90 79,21
MIR (%) 53,45 54,92 48,53
Profitabilitas (%) 43,37 44,98 38,45
Pertumbuhan (%) - 3,59 -17,00
2005-2007 menunjukkan nilai yang positif. Nilai MOS yang terbesar terjadi pada
79
tahun 2006, yaitu sebesar 81,90 persen artinya bahwa tingkat penurunan produksi
yang dapat ditolerir sehingga perusahaan berada dalam keadaan tidak untung dan
tidak rugi sebesar 81,90 persen dari volume produksi. Nilai MOS menunjukkan
perusahaan tidak menderita kerugian. Semakin besar nilai MOS akan semakin
baik karena semakin besar tingkat keamanan bagi perusahaan jika terjadi
Sedangkan nilai MIR yang dicapai Bella Bakery selama periode 2005-
2007 juga dapat dilihat pada Tabel 18. Selama periode tersebut Bella Bakery
memiliki nilai MIR positif. Nilai MIR tertinggi dicapai pada tahun 2006, yaitu
sebesar persen yang artinya Rp 100 dari hasil penjualan sebesar Rp 54,92 tersedia
untuk menutupi biaya tetap dan juga biaya variabelnya. Penurunan MIR
menunjukkan bagian dari hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap. Hal ini berarti bahwa Bella Bakery mempunyai kemampuan yang cukup
2006 dicapai nilai profitabilitas tertinggi sebesar 44,98 persen. Sedangkan nilai
profitabilitas terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 38,45 persen. Nilai ini
menaikkan harga jual terlalu besar sehingga keuntungan ditekan. Namun, selama
periode 2005-2007 nilai profitabilitas yang didapat masih bernilai positif sehingga
80
Tabel 19. Tingkat Profitabilitas Produksi Roti Manis Bella Bakery Tahun
2005-2007
Uraian 2005 2006 2007
Volume Penjualan (bungkus) 134.108 114.334 102.000
Harga Jual/unit (Rp/bungkus) 1.500 1.800 2.400
Penerimaan (Rp) 201.162.000 205.801.200 244.800.000
Biaya Tetap Total (Rp) 17.316.570 18.265.259 21.725.030
Biaya Variabel Total (Rp) 78.053.993 87.468.109 93.137.736
Biaya Variabel Rata-rata
582 765 913
(Rp/bungkus)
BEP (Rp) 28.295.770 31.766.366 35.066.649
BEP (bungkus) 18.864 17.648 14.611
MOS (%) 85,93 84,56 85,68
MIR (%) 61,20 57,50 61,95
Profitabilitas (%) 52,59 48,62 53,08
Pertumbuhan (%) - -8,17 8,40
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai MOS pada produk roti
manis selama periode 2005-2007 menunjukkan nilai yang positif. Nilai MOS
yang terbesar terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 85,93 persen artinya bahwa
tingkat penurunan produksi roti manis yang dapat ditolerir sehingga perusahaan
berada dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi sebesar 85,93 persen dari
volume produksi.
Sedangkan nilai MIR yang dicapai Bella Bakery pada produk roti manis
selama periode 2005-2007 juga dapat dilihat pada Tabel 19. Selama periode
tersebut Bella Bakery memiliki nilai MIR positif. Nilai MIR tertinggi dicapai pada
tahun 2007, yaitu sebesar 61,95 persen yang artinya Rp 100 dari hasil penjualan
sebesar Rp 61,95 tersedia untuk menutupi biaya tetap dan juga biaya variabelnya.
Hal ini berarti bahwa Bella Bakery mempunyai kemampuan yang cukup besar
menunjukkan bahwa untuk tahun 2007 dicapai nilai profitabilitas tertinggi sebesar
53,08 persen. Sedangkan nilai profitabilitas terendah terjadi pada tahun 2006
sebesar 48,62 persen. Nilai ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
karena perusahaan berusaha tidak menaikkan harga jual terlalu besar sehingga
tawar dan roti manis, terdapat perbedaan perubahan nilai profit yang terjadi
selama periode 2005-2007. Roti tawar mengalami peningkatan profit pada tahun
2006 dan menurun pada tahun 2007. Sedangkan roti manis mengalami penurunan
profit pada tahun 2006 dan meningkat pada tahun 2007. Hal ini dapat terjadi
karena perbedaan perubahan jumlah permintaan yang terjadi pada kedua produk
tersebut. Selama periode tahun 2005-2007, nilai MOS dan MIR yang diperoleh
dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, dan harga
penggantian beberapa merek bahan baku yang lebih murah dan peningkatan harga
jual. Namun, tingkat profitabilitas Bella bakery masih tergolong bernilai besar.
82
7.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Harga pokok produk roti tawar pada usaha Bella Bakery tahun 2005-2007
2.439/bungkus. Harga pokok produk roti manis pada usaha Bella Bakery
diperoleh juga meningkat. Oleh karena itu, penetapan harga jual yang
2. Selama periode 2005-2007, Bella Bakery memproduksi roti tawar dan roti
3. Nilai MOS untuk kedua produk benilai cukup besar sehingga batas toleransi
yang tinggi untuk menutupi biaya tetap dan variabel yang ditunjukkan dengan
nilai MIR yang besar. Kemampuan Bella Bakery dalam menghasilkan laba
juga ditunjukkan oleh nilai profitabilitas yang positif selama periode 2005-
besarnya biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, dan harga jual. Kenaikan
beberapa merek bahan baku yang lebih murah dan peningkatan harga jual.
7.2 Saran
yang didapat cukup besar sehingga daya beli masyarakat dapat dijangkau.
2. Penentuan harga jual sebaiknya didasarkan pada harga pokok produk yang
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2004. Jumlah dan Nilai Produksi Roti Manis dan Roti
Tawar di Indonesia. Jakarta.
Fess, Warren Reeve. 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21. Salemba Empat.
Jakarta.
Kusumastuti, Retno. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan
Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti dan Kue). Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
Limbong dan Sitorus. 1987. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, IPB. Bogor.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE
YKPN. Yogyakarta.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE
YKPN. Yogyakarta.
Roslinawati. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi pada PT
Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
85
Situs Resmi Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Statistik UKM
Tahun 2005-2006. http://www.depkop.go.id [10 Februari 2008]
Situs Resmi Dinas Perekonomian Rakyat dan Koperasi Kota Bekasi. 2007.
http://www.diskop.go.id [10 Februari 2008]
Wasono, Siwi Dwi. 2004. Analisis Manajemen Pengendalian Mutu Pada Industri
Kecil Roti (Studi Kasus di Mayan Excellent Bakery, Kota Depok). Skripsi.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Widiyastuti, Sri. 2007. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita
(Studi Kasus UKM Lifera Hand Bag Collection Bogor). Skripsi. Fakultas
Ekonomi Manajemen. IPB. Bogor.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Biaya Penyusutan Bangunan, Peralatan, Mesin Produksi, dan Alat Transportasi
20 Pisau Tawar Mei 2005 5 20 7.800.000 1 7.800.000 1.560.000 1.040.000 1.560.000 1.560.000
21 Loyang Sedang Juli 2005 4 25 16.000 40 640.000 160.000 80.000 160.000 160.000
22 Loyang Kecil Juli 2005 4 25 10.000 36 360.000 90.000 45.000 90.000 90.000
23 Timbangan Sep 2005 5 20 125.000 2 250.000 50.000 16.667 50.000 50.000
24 Timbangan Mei 2006 4 25 105.000 2 210.000 52.500 0 35.000 52.500
25 Kepala Cetakan Juni 2006 4 25 200.000 1 200.000 50.000 0 29.167 50.000
26 Timbangan Agts 2007 4 25 110.000 1 110.000 27.500 0 0 11.458
27 Loyang Besar Nov 2007 4 25 36.000 10 360.000 90.000 0 0 15.000
28 Loyang Kecil Nov 2007 4 25 12.000 10 120.000 30.000 0 0 5.000
29 Loyang Sedang Nov 2007 4 25 17.500 8 140.000 35.000 0 0 5.833
30 Tenong 2005 10 10 40.000 70 2.800.000 280.000 280.000 280.000 280.000
31 Tenong Mei 2006 10 10 50.000 30 1.500.000 150.000 0 100.000 150.000
32 Mobil Box 2004 10 10 50.000.000 1 50.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
32 Motor 2004 10 10 9.000.000 10 90.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000
33 Motor 2005 10 10 8.000.000 5 40.000.000 4.000.000 4.000.000 4.000.000 4.000.000
34 Sepeda 2005 10 10 150.000 10 1.500.000 150.000 150.000 150.000 150.000
TOTAL 33.256.667 34.174.167 34.299.792
89
TAHUN 2005
Penyusutan Total 33.256.667
Penyusutan Peralatan Roti Tawar 2.320.000 -
Penyusutan Bersama 30.936.667
Penyusutan
Produk Proporsi Penyusutan Alat TOTAL
Roti Tawar
Roti Tawar 40,13% 12.414.884 2.320.000 14.734.884
Roti Manis 21,23% 6.567.854 6.567.854
Roti Lain 38,64% 11.953.928 11.953.928
TOTAL 100% 30.936.667 33.256.667
TAHUN 2006
Penyusutan Total 34.174.167
Penyusutan Peralatan Roti Tawar 2.920.000 -
Penyusutan Bersama 31.254.167
Penyusutan
Produk Proporsi Penyusutan Alat TOTAL
Roti Tawar
Roti Tawar 42,87% 13.398.661 2.920.000 16.318.661
Roti Manis 17,96% 5.613.248 5.613.248
Roti Lain 39,17% 12.242.257 12.242.257
TOTAL 100% 31.254.167 34.174.167
TAHUN 2007
Penyusutan Total 34.299.792
Penyusutan Peralatan Roti Tawar 2.925.833 -
Penyusutan Bersama 31.373.959
Penyusutan
Produk Proporsi Penyusutan Alat TOTAL
Roti Tawar
Roti Tawar 43,17% 13.544.138 2.925.833 16.469.971
Roti Manis 20,43% 6.409.700 6.409.700
Roti Lain 36,40% 11.420.121 11.420.121
TOTAL 100% 31.373.959 34.299.792
90
Roti e Manis 12 kosong 2.800 12.036 33.700.800 3,56 3.000 12.239 36.717.000 3,21 3.200 11.865 37.968.000 3,17
Manis 6
Roti f Pizza 3.000 9.349 28.047.000 2,45 3.000 10.167 30.501.000 2,55
Roti g Coklat Ring 1.500 8.428 12.642.000 1,33 1.500 8.617 12.925.500 1,13 2.000 7.295 14.590.000 1,22
Roti h Keset Coklat 3.000 1.157 3.471.000 0,37 3.500 1.564 5.474.000 0,47 3.500 1.195 4.182.500 0,35
Roti i Keset Keju 3.300 15.485 51.100.500 5,39 4.000 15.541 62.164.000 5,42 4.000 16.077 64.308.000 5,36
KCK
Cheese Stik
Roti j 3 Rasa 3.500 164 574.000 0,05
TOTAL 947.687.900 100 1.145.959.400 100 1.198.202.500 100
92
TAHUN 2005
Produk Proporsi Biaya
Roti Tawar 40,13% 2.326.838
Roti Manis 21,23% 1.230.968
Roti Lain 38,64% 2.240.444
TOTAL 100% 5.798.250
TAHUN 2006
Biaya Total 3.872.500
Biaya Alat Roti Tawar 232.500 -
Biaya Bersama 3.640.000
TAHUN 2007
Biaya Total 5.593.500
Biata Alat Roti Tawar 400.000
-
Biaya Bersama 5.193.500
Jumlah (buah)
No. Produk
2005 2006 2007
1. Ayam 11.358 7.937 6.416
2. Baso 17.149 14.966 13.044
3. Coklat 37.715 41.071 39.405
4. Coklat Keju 14.232 14.107 13.074
5. Coklat Cream 3.762 4.740 4.680
6. Coklat Ring 8.428 8.617 7.295
7. Coffe Bun 3.846 1.644 1.176
8. Cheese John 15.371 14.465 12.401
9. Cheese stik 12.012 10.934 11.114
10. Donat Sate Rol 12.010 8.288 7.075
11. Donat Baso 18.200 14.977 13.527
12. Donat Keju 3.669 4.233 4.402
13. Hot Dog 17.022 14.928 11.977
14. Keju 16.493 15.493 14.129
15. Kelapa Muda 4.780 5.016 5.294
16. Keset Cok Keju 2.529 3.757 4.195
17. Keset Keju 944 850 768
18. Keset Coklat 1.157 1.564 1.195
19. Long John 10.918 10.893 11.056
20. Manis 12 Ksg 8.687 8.972 8.228
21. Manis 12 isi 23151 18.398 17.508
22. Manis 6 3.349 3.267 3.637
23. Molen 12.273 9.173 10.357
24. Nanas 2.181 2.163 1.059
25. Pisang Coklat 9.001 10.206 7.848
26. Pisang Coklat Keju 6.353 15.006 5.041
27. Pisang Keju 3.426 2.488 1.618
28. Srikaya 7.291 6.718 6.824
29. Tawar 115.762 132.791 129.323
30. Pizza 9.349 10.167
31. Strawberry 833 1.292 1.152
32. 3 Rasa 164
TOTAL 403.902 418.467 384.985
95
Lampiran 7. Pembagian Biaya Tenaga Kerja, Biaya Listrik, dan Biaya Gas per Kelompok Produk
Biaya Listrik
Produk 2005 2006 2007
Proporsi Biaya Proporsi Biaya Proporsi Biaya
Roti Tawar 40,13% 1.888.317 42,87% 2.432.015 43,17% 2.525.877
Roti Manis 21,23% 998.978 17,96% 1.018.871 20,43% 1.195.359
Roti Lain 38,64% 1.818.205 39,17% 2.222.114 36,40% 2.129.764
TOTAL 100% 4.705.500 100% 5.673.000 100% 5.851.000
Biaya Gas
Produk 2005 2006 2007
Proporsi Biaya Proporsi Biaya Proporsi Biaya
Roti Tawar 40,13% 4.261.806 42,87% 4.627.388 43,17% 4.724.525
Roti Manis 21,23% 2.254.626 17,96% 1.938.602 20,43% 2.235.859
Roti Lain 38,64% 4.103.568 39,17% 4.228.010 36,40% 3.983.616
TOTAL 100% 10.620.000 100% 10.794.000 100% 10.944.000
96
Mixer
Meja
Produksi
Mixer
Meja Produksi
Meja
Mesin Administrasi
Potong Kamar
Mandi
Pengemasan Gudang
dan Penyimpanan
Pintu
Masuk
98
Lampiran 10. Rincian Total Biaya Masing-masing Roti Tawar dan Roti
Manis