Tingkat 3 Keperawatan
Kelompok
Anggota :
1. Teddy Kurniawan Y.P.
2. Tri Widya Ningsih
3. Tsara Febrilia Angeline
4. Willy Fitrizia
5. Yulianawati
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya atas petunjuk,
rahmat, nikmat, karunia, pertolongan serta kasih sayang Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diabetes
Mellitus”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasihat dalam
proses penyelesaian makalah ini, yaitu:
1. Ibu Ida Faridah, S.Kp, M.Kes, selaku Ketua STIKes Yatsi Tangerang
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan
3. Ibu Ns. Mey Nurrohmah, S.Kep selaku Penanggung Jawab Akademik
4. Ibu Ns. Rina Puspita Sari, M. Kep, Sp. Kep. Kom, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktu di antara kesibukan untuk memberikan ilmu, bimbingan,
saran serta masukan dalam penyusunan makalah ini.
5. Bapak Ns. Rangga Saputra, S.Kep, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu di antara kesibukan untuk memberikan bimbingan.
Segenap Staf Puskesmas Pasar Baru Kota Tangerang yang telah memberikan izin,
fasilitas, sarana dan membantu kelancaran praktik klinik.
Ibu dr. Endang Riyane, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan saran, kritik,
masukan dan dukungan dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari atas kekurangan makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI …..…………………………………………………………………………...…ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................................2
1.3. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1. Lansia..........................................................................................................................4
2.2. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin....................................................................7
2.3. Perubahan Sistem Endokrin Pada Lansia....................................................................8
2.4. Diabetes Melitus..........................................................................................................9
BAB III : TIJAUAN KASUS..................................................................................................22
3.1. Pengkajian.................................................................................................................22
3.2. Analisa Data..............................................................................................................26
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................................27
3.4. Catatan Asuhan Keperawatan....................................................................................31
BAB IV : PEMBAHASAN......................................................................................................35
4.1. Pengkajian.................................................................................................................35
4.2. Diagnosis keperawatan..............................................................................................36
4.3. Intervensi...................................................................................................................37
4.4. Implementasi.............................................................................................................38
4.5. Evaluasi.....................................................................................................................38
BAB V : PENUTUP.............................................................................................................40
5.1. Kesimpulan................................................................................................................40
5.2. Saran..........................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii
LAMPIRAN : JURNAL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika dari
tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang mencapai
kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes
Association. Pada penelitian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM
mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif
mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM
memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dl (Anonim, 2004). Banyaknya obat yang diresepkan untuk
pasien usia lanjut akan menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan
yang tidak tepat dan ketidak patuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk
pasien usia lanjut tidak efektif
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan Lansia dengan Diabetes Mellitus.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar tentang penyakit diabetes
mellitus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan asuhan keperawatan pada penderita
diabetes mellitus.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengkajian dari Lansia dengan diabetes
mellitus.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi yang dilakukan kepada Lansia dengan
Diabetes Mellitus.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Implementasi terhadap Lansia dengan
Diabetes Mellitus.
6. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari intervensi yang diberikan kepada lansia
dengan Diabetes Mellitus.
1.3. Manfaat
Bagi Puskesmas
Hasil dari makalah diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna di
Puskesmas, sehingga dapat memberikan perawatan bagi Lansia dengan diabetes
mellitus.
3
2.1. Lansia
2.1.1. Definisi Lansia
Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Keliat, 1999).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,
sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoadmojo,2010 )
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
4
5
Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :
1. Penurunan kemampuan mentoleransi stress.
2. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang
yang lebih muda.
3. Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar FSH selama menopouse, yang
menyebabkan trombosis dan osteoporosis.
4. Penurunan produksi progeteron.
5. Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
6. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistant terhadap
insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain
itu, pelepasan insulin dari sel beta pankreas berkurang dan melambat. Hasil dari
kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang
mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes
tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi
terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatic.
Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistansi insulin
pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit
menurun seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya terjadi setelah insulin
berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pulau Langerhans kurang
sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi glukosa
di hati .
ADA (American Diabetes Association) menetapkan kriteria diagnostik diabetes
tipe 2 sebagai berikut:
1. Seseorang dengan gejala hiperglikemia dan random plasma glucose(RPG)
atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran
terpisah dapat dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
2. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam
keadaan puasa ≥ 126 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat
dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
2.5. Etiologi
Diabetes mellitus tipe I disebut DM yang tergantung pada insulin. Diabetes
mellitus tipe ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pankreas.
Diabetes mellitus tipe II atau disebut DM yang tidak tergantung pada insulin.
Diabetes mellitus tipe II ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik,
kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada / kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi
sehingga terjadi hiperglikemia. Tujuh puluh lima persen penderita DM tipe II adalah
penderita obesitas atau sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun. Mekanisme yang tepat menyebabkan unsulindan sekresi insulin pada DM tipe II
masih belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat
keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun.
13
2.9. Penatalaksanaan
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:
1. Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes
adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam
15
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang.
Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat
dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar
24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard .
3. Terapi Kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO
atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan
sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang
sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja
efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas
reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif
pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai
sendiri-sendiri (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).
3. Sayuran : bayam, daun singkong, daun ketela, jagung muda, kapri, kacang
panjang.
4. Buah buahan : nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat
5. Susu penuh (full cream) : keju, mayonaise
6. Makanan yang di goreng dan yang menggunakan santan kental.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : sudah menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : pensiunan
Alamat rumah : koang jaya Rt 03/03
kencing) 7 kali, kalo malam bisa sampai 5 kali dengan volume ± 100 cc
22
23
3.1.5. Sosial
Dukungan keluarga : walaupun tinggal berpisah dengan anak-anaknya klien slalu
berkomunikasi dengan baik. Dan anak-anaknya pun slalu menanyakan kabarnya
dan memperhatikan kesehatanya
Hubungan antar keluarga : komunikasi dengan anak anaknya baik. Klien tinggal
bersama anak bungsunya. Dan seminggu sekali berinteraksi dengan anak-anaknya
yang lain melalui telepon
Hubungan dengan orang lain : klien slalu menongkrong dan berinteraksi dengan
tetangganya diwarung miliknya
Suhu : 36,3
Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 25x menit
Tinggi badan : 178 cm
Berat badan : 74 kg
24
Pemeriksaan Khusus
Kepala
- Rambut : rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut kelabu (rambut
hitam dan putih bercampur)
- Mata : kedua mata tampak simetris, tidak terdapat katarak, respon pupil mata
mengecil saat terkena cahaya. Dengan snellen chart klien mampu melihat
huruf maksimal dalam jarak 1,5 m. klien mengatakan pandangan kabur ketika
membaca dalam jarak dekat.
- Hidung : tidak terdapat perdarahan, lubang hidung sebelah kiri
tersumbat,karna sedang flu sejak 2 hari yang lalu
- Mulut : tidak terdapat stomatitis dan gingivitis. Tampak terdapat karies pada
gigi dan tidak terdapat gigi palsu
- Telinga : klien masih mampu mendengar dengan baik
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid
Dada/ Thorax
- paru :
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada kelainan, tidak ada retraksi otot
bantu nafas, pola nafas eupnea.
Palpasi : Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama )
Perkusi : area paru (sonor)
Auskultasi : suara paru ronchi,
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis ( + )
Palpasi : dinding torak teraba : ( Lemah)
Perkusi : Batas Kiri : area triskuspidalis atau ventrikel kanan, Batas Kanan :
area bicuspidalis
Auskultasi : BJ I terdengar ( keras), ( reguler)
BJ II terdengar ( reguler)
25
Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen cembung, tidak ada Massa/Benjolan, Kesimetrisan
( + ),
Palpasi :
- Palpasi Hepar :
Hepar tidak teraba, Nyeri tekan ( -), pembesaran ( -)
- Palpasi Ginjal :
nyeri tekan( - ), pembesaran ( - )
Perkusi : tidak di temukaan acites, Shiffing Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
Muskuloskeletal :
Inspeksi : Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris)
Palpasi :
5 5
Lakukan uji kekuatan otot :
5 5
Keluhan lainnya : klien mengeluh merasa tidak nyaman saat berjalan karna
merasa kebas pada daerah telapak kaki
3.1.8. Lingkungan : klien bertempat tinggal di daerah padat penduduk. Kondisi rumah
tampak baik, terdapat jarak 5 meter dengan kandang burung.
volume ± 100 cc
Ds : pasien mengatakan hidungnya Domain 11 : keamanan perlindungan
tersumbat karna flu selama 2 hari. Kelas 2 : cedera fisik
Do : respirasi : 25 x/menit 00031 – Bersihan jalan nafas tidak efektif
Suara paru ronchi
Ds : pasien mengatakan dirinya kurang Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Kelas 4 : Kognisi
paham mengenai makanan untuk
00126 – Defisiensi pengetahuan mengenai
dirinya.
Diabetes Mellitus.
Do : asupan makanan dan minuman yang
di konsumsi oleh pasien : asupan
nasi, ikan, sayurnya ; sayur sop, dan
kopi
DX DO & DS
1 Domain 2 : Nutrisi Domain 2 : kesehatan Domain 2 : fisiologis
Kelas 4 : Metabolisme fisiologis komplek
00179 : Resiko Kelas A : Respon Kelas G : manajemen
ketidakstabilan darah terapetik elektrolit dan asam
2300 : Kadar glukosa basah
darah 2120 : Manajemen
Setelah dilakukan hiperglikemi.
tindakan keperawatan Monitor kadar
selama lebih dari 1 jam, glukosa darah,
kriteria hasil. sesuai indikasi
230001 : glukosa Monitor tanda
darah (2-4) dan gejala
hiperglikemi :
polyuria,
polidipsi,
polifagi,
kelemahan,
pandangan
kabur,atau sakit
kepala
Dorong asupan
cairan oral
Batasi aktifitas
ketika kadar
glukosa darah
lebih dari 250
mg/dl,
khususnya jika
keton urin
terjadi.
Instruksikan
pasien dan
keluarga
28
mengenai
pencegahan
pengenalan
tanda – tanda
hiperglikemi
Tes kadar
glukosa darah
anggota
keluarga
2 Domain 3 : pertukaran & Domain 2 Fisiologi : Domain 1 : fisiologis
eliminasi Kesehatan dasar
Kelas 1 : Fungsi Urinaria Kelas F Eliminasi Kelas B : managemen
00016 – Gangguan 0503 Eliminasi Urine eliminasi
eliminasi urine Setelah dilakukan 0590 managemen
tindakan keperawatan eliminasi urin
manajemen eliminasi Monitor eliminasi
urine selama 30-45 menit urin termasuk
diharapkan dengan frekuensi,
kriteria hasil : konsistensi, bau,
- 050301 Memantau pola volume, dan warna
eliminasi pasien (2-3) yang sesuai
- 050302 Monitor tanda-tanda
Mengidentifikasi bau dan gejala retensi
urine pasien (2-3) urin
- 050303 Memonitoring Ajarkan tanda dan
jumlah urine paasien gejala infeksi saluran
(2-3) kemih pasien
- 050304 Perhatikan waktu
Mengidentifikasi warna eliminasi urine
urine pasien (2-3) terakhir yang sesuai
Anjurkan pasien atau
keluarga untuk
merekam output
urine yang sesuai
3 Domain 11 : keamanan Domain 2 : kesehatan Domain 2 : fisiologis
29
dari anak-anak.
4.1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan di bagi dalam tiga tahap kegiatan
yang meliputi : pengumpulan data (wawancara, observasi, pemeriksaan fisik),
pengelompokan data (DS&DO), analisa data.
Pada saat pengkajian kami sudah melakukan 3 taha tersebut. Yang kami dapatkan
yaitu :
1. Wawancara
Saat melakukan wawancara pada Tn. R ada feedback yang baik. Kegiatan
yang dilakukan adalah mengobrol dengan tetangga di warung miliknya. Kekuatan
penglihatan dan pendengaran masih bagus, kebiasan pola makan Tn. R makan teratur
3x sehari, kadang kadang 2x sehari, dengan komposisi yaitu nasi, lauk (ikan), sayur
(sayur sop). Dan pola minum Tn. R minum sebanyak 7 gelas sedang/hari dengan
volume tiap gelasnya @500 cc, minum kopi 1xsehari “jarang”. Pola tidur Tn. R tidak
menentu kadang paling cepat 4 jam paling lama 6 jam. Tn. R tidak mengetahui
mengenai makanan apa saja yang bisa menyebabkan gula darah naik.
Untuk kendala sendiri tidak ada kendala pada saat melakukan wawancara
karna Tn. R sangat koperatif sehingga mempermudah saat di lakukan pengkajian.
2. Observasi
Merupaka metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan panca
indra. Hasilnya : kadar gula darah Tn. R naik karna Tn. R tidak mengkonsumsi obat
diabetes, di karenakan obatnya habis dan Tn. R belum berobat kembali.
Untuk kendala kelompok tidak bisa melihat obat yang biasa di konsumsi Tn. R
karna tidak ada stok obat diabetes yang dimiliki Tn. R .
35
36
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Untuk
mengetahi perubahan fungsi sistem tubuh. Saat pemeriksaan fisik (head to toe) Tn. R
mendapat masalah pada kadar glukosa darah yang mencapai 275 mg/dl, dikarnakan
Tn R tidak minum obat diabetes karna tidak memiliki stok obatnya, dan Tn. R kurang
nyaman saat berjalan karna merasa kenbas pada daerah telapak kedua kaki. Suara paru
ronchi, pernafasan 25 x/menit, hidung pasien terdapat secret karna flu selama 2 hari.
Tidak ada kendala saat di lakukan pemeriksaan fisik.
4.3. Intervensi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Intervensi yang dilakukan menurut bulechek, dkk.2013, dengan diagnosa
ketidakstabilan glukosa darah kelompok mengambil intervensi antara lain :
monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi, monitor tanda gejala
hiperglikemia, batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/gl,
instruksijan pasien dan keluarga mengenai pencegahan pengenalan tanda-tanda
hiperglikemi. Tes kadar glukosa darah darah.
2. Gangguan eliminasi urine
Intervensi diagnosa gangguan eliminasi urine dengan intervensi menurut
Bulechek, dkk.2013, yaitu monitor eliminasi urin, monitor tanda-tanda dan
gejala retensi urin, ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih pasien,
perhatikan waktu eliminasi urine terakhir yang sesuai, anjurkan pasien atau
keluarga untuk merekam output urine yang sesuai.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan intervensi
menurut Bulechek, dkk.2013, yaitu dengan posisikan Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi suara nafas ,catat adanya suara
tambahan Monitor frekuensi pernafasan, Bantu buang secret dengan memotivasi
pasien untuk melakukan batuk, Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
batuk efektif.
4. Defisiensi pengetahuan diabetes mellitus
Intervensi diagnosa defisiensi pengetahuan diabetes mellitus, menurut
Bulechek, dkk.2013, yaitu : tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada individu, tentukan manfaat kesehatan positif yang
langsung, kembangkan materi pendidikan tertulis yang tersedia dan sesuai.
4.4. Implementasi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
38
4.5. Evaluasi
1. Ketidak stabilan glukosa darah
Evaluasi yang di dapat dari asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan
ketidakstabilan glukosa darah dengan hasil pemeriksaan GDS : 275mg/dl, pasien
mampu mengetahui makanan yang dapat di konsumsi dan juga tidak, agar kondisi
glukosa darah tidak tinggi.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang kami ambil dengan judul asuhan keperawatan pada lansia
dengan diabetes melitus didaerah Koang Jaya dapat disimpulkan :
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes terbagi dalam 2
bentuk , Diabetes tipe 1 : yang tergantung pada insulin dan Diabetes tipe 2 : yang tidak
tergantung pada insulin.pada lansia diabetes tipe 2 terhitung sebanyak 90% kasus. Faktor
resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. Gejala umum diabetes pada awal penyakit,
yang juga dikenal dengan gejala klasik dikalangan medis, adalah sering kencing
(polyuria), sering haus (polydipsia) dan sering lapar (polyphagia). Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan kadar glukosa
darah. (Black, 2014)
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan diagnosa : ketidakstabilan kadar glukosa darah, resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan
Berdasarkan diagnosa tersebut kami memprioritaskan pada diagnosa ketidakstabilan
glukosa darah, dengan memfokuskan pada intervensi dan implementasi mengecek nilai
gula darah dan memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi yang baik bagi
penderita diabetes.
Sesuai pada jurnal Franky A. Tumiwa dan Yuanita A. Langi tahun 2010. Terapi
gizi medis merupakan komponen penting dalam pilar penatalaksanaan diabetes yang
bertujuan untuk mencegah dan memperlambat laju perkembangan komplikasi kronis dari
diabetes dengan memodifikasi asupan gizi dan gaya hidup.
40
41
5.2. SARAN
1. Instansi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat dan
tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan lansia
dengan diabetes mellitus
2. Tenaga kesehatan lebih memperhatikan lansia dalam merawat dan memulihkan
penyakitnya. Pendidikan kesehatan dapat diberikan karena banyak individu yang
belum mengetahui informasi penyakit, sehingga meremehkan gejala-gejala penyakit
yang timbul dan berobat ketika penyakit tersebut memparah.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2. Singapore :
Elsevier
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC): Elsevier
Mosby
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification 2015-2017:
Publishing: NANDA International
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier Mosby
Nurarif, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Nurarif, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Nita rahmawati. 2015 ,gambaran kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di
poliklinik penyakit dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
di akses pada tanggal 24 agustus 2017 pukul 18.00 WIB
Anif magfiroh. 2013, hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan komplikasi pada lansia diabetes mellitus di kelurahan tandang wilayah kerja
puskesmas kedung mundu kota Semarang
di akses pada tanggal 26 agustus 2017 pukul 16.00 WIB
Franky A. Tumiwa dan Yuanita A. Langi tahun 2010 asupan gizi dan penyakit
diabetes mellitus
di akses pada tanggal 28 agustus 2017 pukul 17.00 WIB
iii