Anda di halaman 1dari 8

Diagnosa Trikomoniasis Vaginalis Tatalaksana

dan Prognosisnya
Putu Prayoga Tantra
102013278/E7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
putu.2013fk278@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Trikomoniasis merupakan antara penyebab infeksi menular seksual yang


semakin meningkat walaupun data insidensnya sangat sedikit dijumpai. Penelitian yang
dipublikasi oleh UNAIDS dan WHO (1997) yaitu Sexual Transmitted Disease Policies dan
Principles for Prevention and Care, memperkirakan insidens terjadi trikomononiasis pada
tahun 1995 di seluruh dunia adalah sebanyak 170 juta. Publikasi WHO (2001) di Geneva
tentang Global Prevalence Incidence of Selected Curable STI, penyakit menular seksual
akibat trikomoniasis yang terjadi di South dan Southeast Asia adalah sebanyak 75.43 juta
pada 1995.1

Publikasi yang sama juga menunjukkan angka kejadian trikomoniasis di South dan
Southeast Asia pada 1999 meningkat yaitu ke 76.42 juta. Menurut data Centre for Disease
Control and Prevention (CDC), 2007 diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta
kasus trikomononiasis terjadi secara global. AIDS epidemic update 2009 oleh UNAIDS dan
WHO menemukan sebanyak 4.7 juta orang di Asia yang menghidapi HIV pada tahun 2008.
Maka boleh dikatakan bahwa kasus trikomoniasis adalah ‘on the rise’ dan hal ini menjadi
masalah kesehatan komuniti.2

Pertimbangan pada pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang penyakit menular


seksual (PMS) terutama tentang trikomoniasis harus diberi perhatian yang sewajarnya.
Survey sex global oleh perusahaan Durex (2005) menyatakan bahwa hanya 7% dari rakyat
Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat
trikomoniasis. Maka boleh disimpulkan walaupun pendidikan seks telah diberi kepada
masyarakat namun upaya pencegahan yang diambil untuk menurunkan angka kejadian PMS
amat sedikit.

Kegagalan untuk mengkontrol PMS adalah mungkin disebabkan prioritas kurang


diberikan oleh ‘policy-makers’ atau ‘planners’ untuk mengalokasikan sumber (resources)
yang sewajarnya serta fasilitas untuk mendiagnosa dan health care kurang diberi perhatian
oleh pemerintah. Selain itu, trikomoniasis juga sering asimptomatik pada laki-laki maka
resiko tertularan meningkat karena gagal mengenali terdapat masalah.1,2

Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis. Parasit ini paling sering
menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi
dan menularkan ke pasangannya lewat kontak
seksual. Vagina merupakan tempat infeksi paling
sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran
kemih) merupakan tempat infeksi paling sering
pada pria.

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menyebar


melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena penyakit ini. Trikomoniasis
menyerang (uretra) saluran kemih pada pria, namun biasanya tanpa gejala, sedangkan pada
wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang vagina. Resiko untuk terkena penyakit ini
tergantung aktivitas seksual orang tersebut.

Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun
kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina keruh kental berwarna kekuning-kuningan,
kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab.
Selain itu didapatkan rasa gatal dan panas di vagina. Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual
mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis.
Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri
perut bagian bawah. Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau
di sekitar bibir vagina. Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya
tidak berbusa.

2
Berbeda dengan wanita, pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada,
pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain iritasi
di dalam penis, keluar cairan keruh namun tidak banyak, rasa panas dan nyeri setelah
berkemih atau setelah ejakulasi.

Etiologi

Etiologi dari penyakit trikomoniasis ini adalah Trichomonas vaginalis. Trichomonas


vaginalis ini termasuk dalam domain Eukarya, kingdom Protista, filum Metamonada yang
termasuk dalam protozoa yaitu flagellata, Kelas Parabasilia, ordo Trichomonadida, genus
Trichomonas dan spesies Trichomonas vaginalis.1

Sejumlah faktor telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terlular trikomoniasis,


antara lain:

a) Multiple Sex Partners (pasangan seks lebih dari satu)


b) Merupakan keturunaan Afrika
c) Sebelumnya atau sedang terinfeksi PMS lain
d) Bakterial vaginosis
e) (derajat keasaman) pH vagina yang tinggi

Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual yaitu hubungan


penis dengan vagina atau vulva dengan vulva (daerah kelamin luar vagina) jika kontak
dengan pasangan yang terinfeksi. Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau
wanita, tetapi pria biasanya hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu salah
pengertian yang umum adalah infeksi ini dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah
atau kolam air panas. Hal ini tidak mungkin karena parasit tidak bisa hidup lama di benda dan
permukaannya.2

Sejak ditemukannya trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual, mereka yang


kemungkinan besar menyebarkan trikomoniasis adalah orang yang meningkatkan aktivitas
seksual dan memiliki lebih dari pasangan. Trikomoniasis kadang-kadang disebut “penyakit
ping-pong” karena pasangan seksual sering menyebarkan kembali. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat kesembuhan akan meningkat dan tingkat kambuh turun ketika
pengobatan dilakukan pada pasangan seksual dalam waktu yang sama. 2

Organisme T. vaginalis ada di dalam epitel skuamosa dan sangat sedikit yang berasal
dari endoserviks, sedangkan T. vaginalis yang terdapat di dalam uretra ditemukan 90% dari

3
kasus Trikomoniasis. Dan sangat sedikit pula ditemukan pada epididimis dan prostat pada
pria. Infeksi T. vaginalis disertai oleh sejumlah besar polymorphonuclear neutrofil (PMNs)
yaitu mekanisme pertahanan diri tubuh yang bersama-sama dengan makrofag, membunuh
organisme tersebut yang disertai atau ditunjukkan dengan keluarnya cairan dari vagina.
Organisme T. vaginalis tidak invasif, ada yang hidup bebas di dalam rongga vagina atau di
dalam epitelnya. Sekitar 50% kasus trikomoniasis terjadi perdarahan mikroskopis
(menggunakan teknik yang sesuai). IgA lokal biasanya terdeteksi, tetapi konsentrasi serum
antibodi tersebut masih rendah.1

Patogenesis1,2

Adapun pathogenesis dari trichononiasis adalah sebagai berikut :

 Disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, parasit flagelata berbantuk fusiformis,


mempunyai 4 flagela
 Menyebabkan peradangan dengan cara invasi dinding vagina sampai mencapai
subepitel –>< terbentuk jaringan granulasi –> nekrosis
 Masa inkubasi : 4 hari s/d 3 minggu
 Pada vagina & uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman dan benda lain dalam
secret
 Sering parkir di dinding vagina forniks posterior

Gejala Klinis1-3

Gejala umum yang ditimbulkan oleh trikomoniasis ini antara lain:

 Peradangan

4
Pada wanita, trikomoniasis dapat menyebabkan vaginitis (peradangan pada vagina),
sedangkan pada pria dapat menyebabkan urethritis (peradangan pada saluran kencing)
di dalam penis.
 Keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-abu dari vagina (bahkan
terkadang berbusa).
 Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing ataupun berhubungan seksual.
 Iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina.
 Sakit perut bagian bawah (jarang ditemukan).
 Pada pria biasanya keluar nanah dari penis.

Gejala Klinis Pada Wanita


 Sekret vagina seropurulen, kuning – kuning hijau – merah, bau tidak enak, berbusa
 Dinding vagina merah, sembab, ada jaringan granulasi (strawberry apperance)
 Dispareunia, perdarahan pascacoital, perdarahan intermenstrual.
 Iritasi lipat paha dan sekitar genital
 Uretritis, bartholinitis, skenitis, sistisis

Gejala Klinis Pada Pria


 Menyerang uretra, prostat, preputium, vesikula seminalis, epididimitis
 sakit saat buang air kecil
 Pada urine dijumpai benang-benang halus
 sakit dan pembengkakakn dalam skrotum

Diagnosis2-4

Diagnosis tidak dapat ditegakkan bila hanya berdasarkan gambaran klinis semata,
karena Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbalkan gejala.
Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan oleh bermacam – macam sebab, karena itu perlu
diagnosa etiologi untuk menentukan penyebabnya. Untuk mendiagnosis Trichomoniasis
dapat dipakai beberapa cara misalnya sediaan basah,sediaan hapus serta pembiakan.
Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit.
Pembiakan dapat digunakan bermacam – macam pembenihan yang mengandung serum.

Pemeriksaan Trichomoniasis

Trikomoniasis sering kali tidak terdiagnosis. Tes diagnostik yang paling umum
digunakan adalah yang terbaik 60-70% sensitif menurut Center for Disease Control. Baik
wanita dan pria, penyedia pelayanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik dan uji
laboratorium untuk mendiagnosis trikomoniasis, antara lain sebagai berikut:

5
a. Wet Mount
Wet mount adalah metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis
trikomoniasis. Metode ini menujukkan sensitivitas sebesar 60%. Untuk metode ini,
spesimen ditempatkan dalam medium kultur selama 2-7 hari sebelum diperiksa. Jika
trichomonads hadir dalam spesimen asli, mereka akan berkembang biak dan lebih
mudah untuk dideteksi. Hal ini baik sangat sensitif dan sangat spesifik.
b. VPIII Tes Identifikasi Mikroba (BD)
VPIII Tes Identifikasi mikroba (BD) adalah uji yang mengidentifikasi DNA
mikroba yang ada pada kompleks penyakit vaginitis. Identifikasi spesies Candida,
Gardnerella vaginalis, dan Trichomonas vaginalis dapat ditemukan dari sampel vagina
tunggal. Sensitivitas tes untuk mendeteksi T. vaginalis tinggi, dan dapat memberikan
hasil hanya dalam 45 menit.
c. Trichomonas Rapid Test
Trichomonas Rapid Test adalah tes diagnostik yang mendeteksi antigen untuk
trikomoniasis. Dengan memasukkan sampel usap vagina ke dalam tabung reaksi
dengan 0,5 ml buffer khusus dengan beberapa perlakuan dan kemudian hasilnya dapat
dibaca dalam waktu 10 menit. Uji ini lebih sensitif dibandingkan uji wet mount.
d. Polymerase Chain Reaction
Dalam Polymerase Chain Reaction (PCR), sampel diperlakukan dengan enzim
yang memperkuat daerah tertentu dari DNA T. vaginalis. PCR telah terbukti sebagai
metode diagnostik yang paling akurat dalam studi baru-baru ini. Namun, PCR saat ini
hanya digunakan dalam penelitian, bukan pengaturan klinis.
e. Kalium Hidroksida (KOH) "Test Whiff"
Uji ini adalah teknik dasar yang dapat digunakan sebagai bagian dari diagnosis
klinis. Pengujian dilakukan dengan mencampurkan usapan cairan vagina dengan
larutan kalium hidroksida 10%, kemudian menciumnya. Bau amina (amis) yang kuat
bisa menjadi indikasi trikomoniasis atau vaginosis bakteri.
f. Test pH vagina
Trichomonads tumbuh terbaik di lingkungan asam kurang, dan pH vagina
meningkat mungkin merupakan indikasi trikomoniasis. Sebuah penyedia layanan
kesehatan melakukan tes dengan menyentuhkan kertas pH pada dinding vagina atau
spesimen usap vagina, kemudian membandingkannya dengan skala warna untuk
menentukan pH.
g. Pap Smear
Uji Pap Smear adalah pemeriksaan mikroskopis dari spesimen. Hal ini
terutama digunakan sebagai tes diagnostik untuk screening berbagai kelainan serviks
dan infeksi kelamin. Meskipun kadang-kadang dapat mendeteksi trichomonads, uji

6
diagnosa ini memiliki tingkat kesalahan tinggi dan tidak cocok untuk screening
kecuali digunakan bersamaan dengan tes yang lebih sensitif.

Differential Diagnosa
Rasa terbakar oleh zat kimia
• Candidiasis
• Cervicitis
• Infeksi Chlamydia
• Enterobiasis
• Gonorrhea
• Herves simplek
• Infeksi HIV
• Syphilis
• Infeksi traktus urinary
Tatalaksana
Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal, atau 2 x 0,5
gr selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus lebih dari 4 bulan diberi
metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5 hari.5
Prognosis penyakit ini baik yaitu dengan pengambilan pengobatan secara teratur dan
mengamalkan aktivitas seksual yang aman dan benar.
Pencegahan bagi trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan pendidikan kepada
masyarakat yang dimulai pada tahap persekolahan. Mendiagnosis dan menangani penyakit ini
dengan benar. Pencegahan primer dan sekunder trikomoniasis termasuk dalam pencegahan
penyakit menular seksual. Pencegahan primer adalah untuk mencegah orang untuk terinfeksi
dengan trikomoniasis dan pengamalan perilaku koitus yang aman dan selamat. Pencegahan
tahap sekunder adalah memberi terapi dan rehabilitasi untuk individu yang terinfeksi untuk
mencegah terjadi transmisi kepada orang lain.2

Prognosis

Pada wanita terjadi penyembuhan spontan kira-kira sebesar 20-25% setelah 6 minggu
pengobatan. Pemberian antibiotik dapat mengobati 95% wanita yang terinfeksi setelah 6
minggu pengobatan.4
Daftar Pustaka
7
1. Cook, G. Trichomonal Infection. Amsterdam: Saunders Elsevier; 2009
2. Egbere, J, et al. 2009. Trichomonas vaginalis and Human Immunodeficiency Virus
(HIV) in Women Attending Gynaecology Clinic at Plateau State Specialist Hospital,
Jos, Nigeria. Nigerian Journal of Microbiology, Vol. 23 (1);1864–1868.
http://nsmjournal.org/ overall/journal/pdf/ TRICHOMONAS/ VAGINALIS/19.pdf.
Diakses tanggal 8 Juni 2015.
3. Jatau, D., et al. 2006. Prevalence of Trichomonas Infection among Women Attending
Antenatal Clinics in Zaria, Nigeria. Annals of African Medicine Vol. 5, No. 4; 2006:
178 – 181. http://bioline.org.br/pdf. Diakses tanggal 7 Juni 2015.
4. NHS. 2010. Trichomoniasis. http://cks.nhs.uk/clinical_knowledge/ clinical_topics/
previous_version/trichomoniasis.pdf. Diakses tanggal 7 Juni 2015.
5. Smith, MD., et al. 2012. Trichomonas vaginalis Infection in a Premature Newborn.
http://nature.com/jp/journal/v22/n6/full/7210714a.pdf. Diakses tanggal 8 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai