Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk
mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan
umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antarumat
beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan itu bukan barang
gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di negeri ini.

Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak bersalah
juga melayang. Kita sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta dalam menjaga keutuhan
bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, dan berpartisipasi
dalam menjaga kerukunan di mana saja kita berada dan kapan saja waktunya.

Akhir – akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai
terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam
pemahaman dan pengalaman masyarakat.

Ini bisa dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah Indonesia seperti
kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatasnamakan agama. Konflik – konflik yang
mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah mengancam terjadinya disintegrasi bangsa.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial
tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang
individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah
satunya adalah perbedaan agama.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun
agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap
saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh
Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.

Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun
yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan
yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan
membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar
mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Toleransi?
2. Mengapa Toleransi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan?
4. Apa manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
5. Bagaimana contoh perilaku yang menunjukkan toleransi?

3. Tujuan
1. Mengetahui makna kata Toleransi.
2. Mengetahui seberapa penting Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Mengetahui alasan mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan.
4. Mengetahui apa saja manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui contoh perilaku yang menunjukkan toleransi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin “Tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan
sesuatu. Jadi pengertian toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok
– kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama – agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan
menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan
lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi
baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu
sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai
manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian
antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B. Pentingnya Toleransi
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10 : 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakan kamu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan
akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".” (Q.S. Yunus/10 : 41)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan hal – hal berikut:

1. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi 2
golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang
disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad
SAW. dan tidak beriman kepada Al-Qur‟an.
2. Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang – orang beriman yang selama hidup di
dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman kepada-Nya.
3. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar meskipun hidup
di tengah – tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
4. Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai
perbedaan dan toleransi dengan tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang lain.

C. Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan


Manusia dianugerahi oleh Allah SWT. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia
dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan
permusuhan serta bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang
berhasil dijinakkan oleh akal yang akan menghantarkan manusia kepada kesempurnaan.
Begitupun sebaliknya.

Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana
cinta, bencipun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di
antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal – hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan
Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara – saudaranya. Terkadang pula permusuhan
dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena
berbuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan – akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-
rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
(Q.S. Al Maidah/5 : 32)

Allah SWT. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil
terhadap Habil, Allah SWT. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seseorang sama dengan
membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seseorang sama dengan
menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di mana
masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu – individu masyarakat merupakan
anggota tubuh tersebut. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya pun
ikut merasakan sakit.

Dalam Q.S. Al Maidah/5 : 32 terdapat 3 pelajaran yang dapat dipetik:

1. Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah
mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud
jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan untuk melakukan
eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber kehidupan
masyarakat.
3. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seperti dokter, perawat, polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat
darikehancuran.
Tugas kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara mencintai tetangga,
orang – orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan perilaku – perilaku
yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan
kepadanya.
Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan,
termasuk kekerasan pada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan UU
No. 23 Tahun 2004.

D. Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam


Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama.
Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud
interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan
eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada
umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan
alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor
penyebab utama adanya konflik antarsesama manusia.
Merajut hubungan damai antarpenganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing – masing
pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut
agama boleh melakukan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas tanpa tekanan. Oleh karena
itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan
menerima adanya perbedaan. Dengan ini akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.
Pembangunan berjalan dengan lancar
Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

E. Menerapkan Perilaku Mulia


Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan demi ketentraman
dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinekaan ini adalah dengan
toleransi atau saling menghargai.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan
agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling
bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.
Berikut perilaku – perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.

1. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak pada
orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun tidak boleh
memaksakan keyakinannya pada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak mulia,
insyaallah orang lain akan tertarik. Rasulullah SAW. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada
siapa pun termasuk kepada musuh – musuhnya. Banyak orang kafir yang tertarik pada akhlak
Rasulullah SAW. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
2. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang yang
membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau
mengganggu orang lain, kita harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan. Bagaimana
kalau itu terjadi pada diri kita? Tentu kita juga akan merasa risih jika diganggu oleh orang lain.
4. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫ ُم ِّو َمبِ ٍد َز‬ِٚ‫ف‬


‫طبَ ٍت أَجْ س‬
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR.Bukhari
no. 2363 dan Muslim no. 2244).
Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.
5. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ْس ىَلَ ِب ِٔ ِع ْيٌ فَال ت ُ ِط ْع ُٖ ََا‬


َ ‫ أ َ ُْ ت ُ ْش ِسكَ ِبي ٍَا ىَي‬ٚ‫عي‬ َ َ‫ٗ ِإ ُْ َجا َٕدَاك‬
‫اح ْب ُٖ ََا ِفي اىدُّ ّْ َيا ٍَ ْع ُسٗفًا‬
ِ ‫ص‬َ َٗ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.
Lihat contohnya pada Asma‟ binti Abi Bakr radhiyallahu „anhuma, ia berkata,
“Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk tetap
jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu „Uyainah mengatakan
bahwa tatkala itu turunlah ayat,

ِ ‫ اىد‬ِٚ‫ع ِِ اىهرِيَِ ىَ ٌْ يُقَاتِيُ٘ ُم ٌْ ف‬


ِ‫ِّي‬ ‫الَ يَ ْْ َٖا ُم ٌُ ه‬
َ ُ‫َّللا‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).
6. Boleh memberi hadiah pada non muslim.
Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka,
atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.
Dari Ibnu „Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

– ‫ – ملسو هيلع هللا ىلص‬ٚ ّ ِ ِ‫ع فَقَا َه ِىيْهب‬ ُ ‫ َز ُج ٍو تُبَا‬َٚ‫عي‬ َ ً‫ع ََ ُس ُحيهت‬ ُ َٙ‫َزأ‬
ُ ‫ فَقَا َه « ِإّه ََا َي ْي َب‬. ُ‫ا ْبت َْع َٕ ِر ِٓ ْاى ُحيهتَ ت َْي َب ْس َٖا يَ ْ٘ ًَ ْاى ُج َُ َع ِت َٗ ِإذَا َجا َءكَ ْاى َ٘ ْفد‬
‫س‬
ُ ِ ٚ‫َٕرَا ٍَ ِْ الَ َخالَقَ ىَُٔ ِف‬
– ِ‫َّللا‬‫س٘ ُه ه‬ ُ ‫ َز‬ٚ َ ‫ فَأ ِت‬. » ‫اآلخ َس ِة‬
. ‫ع ََ َس ٍِ ْْ َٖا بِ ُحيه ٍت‬ ُ َٚ‫س َو إِى‬ َ ‫ملسو هيلع هللا ىلص – ٍِ ْْ َٖا بِ ُحيَ ٍو فَأ َ ْز‬
َ‫س َٖا َٗقَ ْد قُ ْيتَ فِي َٖا ٍَا قُ ْيتَ قَاه‬ ُ َ‫ْف أ َ ْىب‬
َ ‫ع ََ ُس َمي‬ ُ ‫فَقَا َه‬
» ‫سَٕ٘ا‬ ُ ‫ تَبِيعُ َٖا أ َ ْٗ ت َ ْن‬، ‫س َٖا‬َ َ‫س َن َٖا ِىت َْيب‬
ُ ‫ ىَ ٌْ أ َ ْم‬ِّّٚ ِ‫« إ‬
ٌَ ‫ أَخٍ ىَُٔ ٍِ ِْ أ َ ْٕ ِو ٍَ هنتَ قَ ْب َو أ َ ُْ يُ ْس ِي‬َٚ‫ع ََ ُس إِى‬ ُ ‫س َو بِ َٖا‬ َ ‫ فَأ َ ْز‬.
“‟Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum‟at dan ketika ada
tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampun berkata, “Sesungguhnya yang
mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau
pun memberikan sebagiannya pada „Umar. „Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan
memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak
akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau
mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka
engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian „Umar menyerahkan pakaian tersebut
kepada saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no.
2619).

Lihatlah sahabat mulia „Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada
saudaranya yang non muslim.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang artinya adalah
: "dengan sabar membiarkan sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari Toleransi beragama
ialah dengan sabar membiarkan orang menjalankan agama-agama lain. Harus bisa lebih kita
maknai dan lebih bisa kita definisikan toleransi beragama. Toleransi dalam beragama bukan
berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang
dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-
lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain.
Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu
menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita,
contohnya ibadah dan pekerjaan kita.
Manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam:
Menghindari Terjadinya Perpecahan
Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Pembangunan berjalan dengan lancar
Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan
Contoh perilaku yang menunjukkan adanya toleransi:
Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan
Saling menghargai adanya perbedaan pendapat
Belajar empati
Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit
Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim
Boleh memberi hadiah pada non muslis.

B. Penutup
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Islam bersikap sangat terbuka dengan
kemajemukan. Bahkan, Islam memandangnya sebagai salah satu dari sunnatullah di alam ini.
Keanekaragaman yang telah menjadi kehendak Allah tersebut, tentu saja bukan untuk
dipertentangkan dan membawa kepada perpecahan. Akan tetapi dengan meyikapi secara positif
dan konstruktif, pluralisme justru akan membawa manfaat yang besar terhadap kemaslahatan
kehidupan manusia.
Toleransi dapat dikatakan sebagai jalan keluar yang dicetuskan islam untuk menyikapi
pluralisme. Banyak sekali ayat Al-Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW. yang dapat
dijadikan referensi dalam menikmati hidup bertoleransi. Secara umum, Al-Qur‟an dan sunnah
Nabi SAW menekankan pentingnya keadilan, kasih sayang dan kemanusiaan yang semuanya
merupakan pilar – pilar toleransi. Hanya saja Islam menggaris bawahi bahwa toleransi hanya akn
efektif jika masing – masing pihak tetap berjalan di atas relnya dan tidak merongrong eksistensi
pihak lain. Jika terjadi pengkhianatan terhadap nilai – nilai toleransi, maka Islam mengharuskan
umat Islam bersikap tegas dengan memerangi pihak – pihak yang telah merusak harmoni ritme
kehidupan tersebut.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “TENIS MEJA” semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
memberikan wawasan untuk para pembaca.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak Bapak Ibu Guru yang yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, juga pada teman-teman
yang telah mendukung sampai akhirnya makalah ini terselesaikan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami mengharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun, agar dalam penyusunan
makalah kedepannya akan lebih baik.
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………………………….


Daftar isi …………………………………………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………………………
1. Latar belakang ……………………………………………………………………………
2. Rumusan masalah ………………………………………………………………………...
3. Tujuan …………………………………………………………………………………….
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….
A. Pengertian toleransi ……………………………………………………………………….
B. Pentingnya toleransi ……………………………………………………………………..
C. Menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan ……………………………………..
D. Manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam ……………………………..
E. Menerapkan perilaku mulia ………………………………………………………………
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………..
B. Penutup …………………………………………………………………………………….
MAKALAH “TOLERANSI SEBAGAI ALAT
PEMERSATU BANGSA”

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK IV

HARLINA
SUKMA ANDRIANI PUTRI
RIRIN ARIANTO
ALDI
KURNIAWAN

XI IPS 5
SMA NEGERI 6 BONE
TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai