Jl.Jatiwinangun No.16
Purwokerto
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
STANDAR DIREKTUR RSIA ‘Bunda arif’ PURWOKERTO
OPERASIONAL Pjs
PROSEDUR
PELAKSANAAN :
1. Atur posisi semifoler
2. Slang dihubungkan
3. Sebelum memasang slang pada hidung pasien slang dibersihkan
dahulu dengan kapasa alkohol
4. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali
5. Memasang canul hidung, lakukan fixasi (plester)
6. Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advis dokte
Jl.Jatiwinangun No.16
Purwokerto
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
STANDAR DIREKTUR RSIA ‘Bunda arif’ PURWOKERTO
OPERASIONAL Pjs
PROSEDUR
Penatalaksanaan
Tentukan dengan pasti bahwa pasien yang akan mendapatkan
MgSO4 sesuai dengan indikasi
Berikan MgSO4 2 gr bolus dalam 10 menit, encerkan MgSO4 dgn
NaCl 0,9 %.
Berikan 12 gr MgSO4 dalam 500 cc dext 5 % sebanyak 28 tts/mnt
sampai stabil
Bila terjadi kejang berulang berikan Diazepam 10 mg
Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan selanjutnya.
Bila terjadi tanda-tanda keracunan seperti paralysis total, depresi
pernafasan dan atau hipotensi erikan anti dotum : Ca. Gluconas 10 %
sebnyak 10 cc IV selama 3 menit
Jl.Jatiwinangun No.16
Purwokerto
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
STANDAR DIREKTUR RSIA ‘Bunda arif’ PURWOKERTO
OPERASIONAL Pjs
PROSEDUR
I. PENGERTIAN Suatu ruangan intensif adalah ruang yang steril yang penuh dengan tindakan
dalam merawat pasien
II. TUJUAN Untuk menjaga kenyamanan dan tindakan perawat dalam merawat pasien
Jl.Jatiwinangun No.16
Purwokerto
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
STANDAR DIREKTUR RSIA ‘Bunda arif’ PURWOKERTO
OPERASIONAL Pjs
PROSEDUR
I. PENGERTIAN Syok Anafilaktik adalah keadaan alergi yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan penyempitan saluran
pernafasan, menyebabkan penderita jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri
II. TUJUAN Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan
pelayanan penanganan Syok Anafilaktik.
III. KEBIJAKAN .
IV. PROSEDUR A. Penanganan Utama dan segera :
1. Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
3. Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml ) Segera secara IM pada otot
deltoideus, dengan dosis 0,3 – 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb) dapat
diulang tiap lima menit, pada tempat suntikan atau sengatan dapat
diberikan 0,1 – 0,3 ml
Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada pemberian
secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis
( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml
larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai
syok teratasi.
5. pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole
kurang dari 100 mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga
medis.
B. Penanganan Tambahan :
1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam
atau deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi
tanda – tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg
/kgbb/jam, atau brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamo ).
C. Penanganan penunjang :
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
Jl.Jatiwinangun No.16
Purwokerto
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
STANDAR DIREKTUR RSIA ‘Bunda arif’ PURWOKERTO
OPERASIONAL Pjs
PROSEDUR