Anda di halaman 1dari 22

METODE PEMANFAATAN SENYAWA KITOSAN DARI

Daphnia magna SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN


LUKA TERBUKA (Vulnus apertum )

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Bahasa Indonesia

Oleh :

Izzah Linatul Khariroh

NIM. 175080500111007

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ABSTRAKSI

Luka terbuka (Vulnus apertum) merupakan kerusakan kulit yang lazim


terjadi. Vulnus apertum adalah luka dimana kulit dan jaringan di bawah kulit
mengalami kerusakan. Lamanya penanganan serta kontaminasi bakteri merupakan
hal yang menjadi masalah dalam penanganan Vulnus apertum. Hal ini bisa memicu
terjadinya infeksi. Obat penyembuh luka yang biasa dipakai untuk mengatasi hal
tersebut adalah povidone iodine 10%, namun penggunaannya seringkali
menimbulkan iritasi. Kitosan turunan dari senyawa kitin yang merupakan senyawa
penyusun kulit crustacea dapat menggantikan penggunaan povidone iodine 10%.
Kitosan dapat diperoleh dari Dhapnia magna yang mudah pengkulturannya.
Penggunaan kitosan pada Vulnus apertum tidak memiliki efek samping sehingga
aman untuk digunakan. Kitin diperoleh dengan melakukan proses demineralisasi
dan deproteinasi pada Dhapnia magna. Selanjutnya kitin dideasetilasi untuk
menghasilkan kitosan. Penelitian ini menggunakan 15 mencit (Mus musculus)
sebagai objek penelitian. Sebelum melakukan perlakuan pada mencit, dilakukan
pembiusan menggunakan katamin dengan dosis 0,02 ml per 20 gram bobot badan
serta dilakukan pencukuran bulu pada punggung, kemudian mencit dilukai dengan
skapel. Setelah dilukai mencit diberi lima perlakuan. Perlakuan pertama kontrol
negatif yaitu mencit tidak diberi perlakuan apapun. Pelakuan kedua yaitu kontrol
positif luka pada mencit diolesi povidone iodine 10%. Perlakuan ketiga yaitu luka
pada mencit diolesi larutan kitosan 2,5%. Perlakuan keempat yaitu mencit diinjeksi
dengan larutan kitosan 2,5%. Perlakuan kelima yaitu mencit diberikan pakan yang
ditambahkan larutan kitosan 2,5%. Pemberian perlakuan dilakukan sebanyak satu
kali per hari. Penelitian ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali.
Pengamatan dilakukan setiap hari selama sembilan hari. Tujuan dari penelitian ini
untuk menemukan metode yang paling efektif untuk menyembuhkan Vulnus
apertum pada mencit (Mus muscularis).
Kata kunci: Daphnia magna, kitosan, Vulnus apertum, povidone iodine

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karuniaNya sehingga proposal ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian ini ialah Pemanfaatan Senyawa Kitosan dari Daphnia magna sebagai

Upaya Mempercepat Penyembuhan Vulnus apertum. Penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang mendukung hingga selesainya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna. Kritik dan

saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan

proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi

kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa program studi Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya guna kemajuan serta

perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan.

Malang, 13 Desember 2017

Izzah Linatul Khariroh

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAKSI .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah.................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Metode Penelitian.................................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Luka Terbuka (Vulnus apertum) ........................................................... 4
2.2 Daphnia magna ..................................................................................... 4
2.3 Kitosan .................................................................................................. 4
2.4 Efek Penggunaan Kitosan pada Vulnus apertum .................................. 6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 7
3.2 Tahap Penelitian .................................................................................... 7
3.3 Bahan .................................................................................................... 7
3.4 Alat ........................................................................................................ 7
3.5 Cara Kerja ............................................................................................. 8
3.5.1 Kultur Daphian magna ................................................................ 8
3.5.2 Ekstraksi Kitosan ......................................................................... 8
3.5.3 Pembuatan Salep dan Larutan Kitosan ........................................ 9
3.5.4 Pengujian Kitosan dengan Berbagai Metode terhadap Mencit .... 9
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya ................................................................................... 11
4.2 Jadwal Kegiatan .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
LAMPIRAN .......................................................................................................... 14

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Anggaran biaya...................................................................................... 11

Tabel 2. Jadwal kegiatan ..................................................................................... 11

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur senyawa kitin dan kitosan ...................................................... 5

Gambar 2. Cara mengukur diameter luka ............................................................ 10

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Bahan habis pakai .......................................................................... 14

Lampiran 2. Peralatan penunjang ....................................................................... 14

Lampiran 3. Perjalanan....................................................................................... 15

vii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah salah satu organ penunjang hidup manusia yang merupakan
indra peraba dan sebagai penunjang penampilan pada manusia (Fadhillah et al.,
2012). Kulit merupakan salah satu organ yang mudah rusak karena berada pada
bagian terluar tubuh. Kerusakan yang sering terjadi pada kulit adalah luka. Luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, atau gigitan hewan (Rohmawati 2008).
Menurut Dewi (2010), luka terbagi atas dua macam, yaitu luka terbuka dan
luka tertutup. Luka terbuka (Vulnus apertum) adalah luka dimana kulit atau jaringan
dibawah kulit mengalami kerusakan. Luka tertutup adalah luka dimana kulit korban
tetap utuh dan tidak ada hubungan antara jaringan dibawah kulit. Masalah yang
paling sering dihadapi pada penanganan luka terbuka adalah terjadinya infeksi oleh
bakteri dan jamur. Infeksi secara klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan
organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan tergantung pada
banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkatnya virulensi dan resistensi
(Mahmudah, 2013). Infeksi disebabkan tidak sterilnya luka dan lamanya proses
penyembuhan pada luka. Povidone iodine 10% merupakan obat yang biasa dipakai
untuk menyembuhkan luka. Namun obat ini memiliki efek samping yaitu
menimbulkan iritasi pada kulit (Rahmawati, 2014). Maka dari itu, diperlukan
formula yang dapat mencegah terjadinya infeksi sekaligus metode yang dapat
mempercepat penyembuhan luka terbuka yang aman dan tidak memiliki efek
samping pada penggunaannya. Kitosan sebagai alteratif obat menyembuhkan luka
yang sama sekali tidak berefek buruk dan berpotensi sebagai agensia antimikrobia
efektif termasuk untuk penyembuhan luka (Sulisetyowati dan Meri, 2015).
Kitosan memiliki beberapa sifat dan fungsi yang khas, diantaranya sebagai
koagulan. Selain itu larutan kitosan juga menjadi membran yang akan menutup
daerah luka selama penyembuhan berjalan. Diduga kitosan ini bekerja sebagai
katalis pembekuan darah atau sebagai pengganti peranan dari trombosit dalam

1
2

pembekuan darah. Dugaan ini diperkuat dengan kondisi luka pada kelompok
kitosan yang cenderung lebih halus karena sedikitnya jaringan parut yang terbentuk
(Jamal, 2008). Kitosan juga memiliki keunggulan sebagai antibakteri karena
ketersediaannya di alam, biaya produksi yang murah, sifat biodegradibilitas,
biokompatibilitas, dan bioresobsibilitas yang baik, serta modifikasi kimia yang
cukup mudah ( Setya, 2008). Kitosan bekerja dengan cara merubah permeabilitas
dinding sel bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan tekanan internal sel dan
menyebabkan kebocoran elektrolit intraseluler, seperti kalium. Selain itu protein
dengan berat molekul rendah lainnya seperti asam nukleat dan glukosa juga ikut
mengalami kebocoran. Sel bakteri pada akhirnya akan mengalami lisis. (Herliana,
2010). Kitosan dapat diperoleh dari kitin yang merupakan bahan penyusun utama
dari cangkang crustacea. Salah satu crustacea yang mengasilkan kitin adalah
Daphnia. Mengingat Daphnia sangat mudah didapat dan mengandung kitosan yang
berfungsi untuk penyembuhan luka, maka kitosan dari Daphnia sangat berpotensi
untuk dijadikan formula penyembuh luka.
Daphnia adalah crustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar.
Daphnia sering juga disebut sebagai kutu air. Terdapat banyak spesies (kurang lebih
400 spesies) dari famili Daphniidae dan distribusi organime ini sangat luas.
Berdasarkan semua spesies yang ada, Daphnia sering digunakan sebagai pakan
untuk larva ikan (Pangkey, 2009). Selain digunakan sebagai pakan larva ikan,
Daphnia juga digunakan sebagai sumber penghasil kitin. Kitin tersusun atas
komponen β (1-4) yang terikat pada gula amino N-asetil-glukosamina dan
merupakan sumber utama penghasil kitosan yang digunakan sebagai bahan
penggumpalan, bahan penyembuh luka bakar, bahan stabilisator kertas dan bahan
antara untuk obat-obatan serta gen (Cauchie et al., 1995).
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dibahas
diantaranya:
a. Bagaimana cara memperoleh kitosan dari Daphnia magna?
b. Bagaimana dampak pemberian kitosan terhadap Vulnus apertum?
c. Metode apa yang efektif untuk menyembuhkan Vulnus apertum?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah agar penelitian untuk menentukan metode pemanfaatan
senyawa kitosan dari Daphnia magna sebagai upaya mempercepat penyembuhan
luka terbuka (Vulnus apertum) lebih fokus dan terarah yaitu cara memperoleh
kitosan dari Daphnia magna, dampak pemberian kitosan terhadap Vulnus apertum
dan metode yang efektif untuk penyembuhan Vulnus apertum.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian kitosan
terhadap Vulnus apertum serta menentukan metode yang paling efektif dalam
menyembuhkan Vulnus apertum dengan cara melakukan proses demineralisasi dan
deproteinasi pada Daphnia sehingga diperoleh senyawa kitin kemudian
dideasetilasi untuk mendapatkan seyawa kitosan. Senyawa kitosan diharapkan
memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan mempercepat penyembuhan Vulnus
apertum yaitu menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
dan mempercepat peyembuhan luka. Dengan penggunaan kitosan dari Daphnia
magna dengan metode yang sesuai diharapkan dapat memberikan solusi bagi
penderita Vulnus apertum di Indonesia pada umumnya.

1.5 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode studi gabungan, yaitu disamping
mengambil data secara langsung melalui penelitian lapangan, juga mengkaji dan
mengomparasikan dengan data-data yang diperoleh dari buku-buku, koran,
majalah, ataupun jurnal ilmiah lainnya.
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Luka Terbuka (Vulnus apertum)


Luka terbuka adalah luka dimana jaringan kulit dan jaringan di bawah kulit
mengalami kerusakan. Luka ini disebabkan terkena benda tajam, tembakan, atau
benturan keras dari benda tumpul pada kecelakaan lalu lintas (Dewi, 2010).
Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2011,
terjadi jumlah kecelakaan sebesar 108.696 kasus, yang mengalami luka berat
35.285 orang dan luka ringan 108.945 orang. Pada umumnya pengobatan luka yang
sering dilakukan adalah dengan menggunakan bahan kimia yang banyak tersedia di
masyarakat, antara lain adalah povidone iodine. Penggunaan obat ini secara topikal
mempunyai banyak efek samping yang kemungkinan dapat menghambat
penyembukan luka yaitu iritasi kulit, reaksi alergi seperti kemerahan pada kulit,
rasa gatal, dan bengkak (Suriadi et al., 2014).

2.2 Daphnia Magna


Daphnia adalah keluarga Crustacea dari ordo Dladocera. Hidup dengan
rentang suhu 22 – 31oC dan pH 6,5 – 7,4 (Redaksi Agromedia, 2007). Daphnia
adalah zooplankton yang bersifat planktonik dan bergerak aktif menggunakan alat
gerak berupa kaki renang. Berwarna putih transparan berbentuk lonjong, pipih,
tetapi segmen badannya tidak terlihat dan tubuhnya berukuran antara 1000 – 5000
mikron. Ada dua cara perkembangbiakan daphnia yakni seksual dan aseksual.
Setelah mencapai umur 4 – 5 hari. Selanjutnya, daphnia akan terus beranak dengan
selisih rata-rata 1 hari sekali dengan jumlah anak dalam satu kali keluar mencapai
39 ekor perhari. Dhapnia mengandung sekitar 3 – 7% kandungan kitin dari berat
kering tubuhnya dan sekitar 76 – 77% kitin dapat diubah menjadi kitosan.

2.3 Kitosan

Kitosan adalah produk alami turunan dari kitin, polisakarida yang


ditemukan dalam eksoskleton crustacea seperti udang, rajungan, dan kepiting.
Secara kimiawi, kitosan adalah sellulosa seperti serat tanaman (Rahman, 2012).

4
5

Untuk memperoleh senyawa kitosan, maka serbuk khitin dideasetilasi.


Deasetilasi merupakan proses penghilangan gugus asetil, yaitu dengan cara
penambahan larutan basa/alkali. Beberapa larutan yang sering digunakan adalah
KOH, Ca(OH)2, LiOH dan Na3PO4. Kitosan yang disebut juga dengan β-1,4-2
amino-2-dioksi-D-glukosa. Kitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi
karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil
primer dan skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan kitosan mempunyai
reaktifitas kimia yang tinggi (Sedjati, 2006).

Kitosan diperoleh melalui kitin. Kitin diperoleh melalui dua tahap yaitu
deproteinasi dan demineralisasi. Deproteinasi merupakan tahap penghilangan
gugus protein. Pelarut yang biasa digunakan antara lain adalah NaOH, KOH,
Na2CO3 dan K2CO3. Penggunaan pelarut basa kuat dalam waktu tertentu akan
melepas ikatan antara protein dan kitin. Demineralisasi merupakan tahap
penghilangan gugus mineral. Mineral ini dihilangkan dengan pelarut asam, di
antaranya adalah HCl, HNO3, H2SO4,CH3COOH dan HCOOH. Tetapi yang paling
umum digunakan adalah HCl. Untuk memperoleh senyawa khitosan, maka serbuk
khitin dideasetilasi. deaasetilasi merupakan proses penghilangan gugus asetil, yaitu
dengan cara penambahan larutan basa/alkali. Beberapa larutan yang sering
digunakan adalah OH, Ca(OH)2, LiOH dan Na3PO4 (Sedjati, 2006).

Gambar 2.1. Struktur senyawa kitin dan kitosan


6

2.4 Efek Penggunaan Kitosan pada Vulnus apertum


Kitosan adalah biopolimer alami yang berasal dari kitin, komponen utama
dari kerangka crustacea luar. Beberapa penelitian menyatakan kitosan efektif
mempercepat penyembuhan luka karena mempunyai sifat spesifik yaitu adanya
sifat bioaktif, biokompatibel, anti bakteri, anti jamur dan dapat terbiodegradasi
(Putri dan Sri, 2012). Kitosan dapat memacu migrasi sel PMN, mengaktivasi
makrofag, dan memediasi proses fagositosis pada jaringan yang terluka. Kitosan
mempunyai daya antiinfeksi yaitu kemampuan anti bakteria dan antifungi. Kitosan
mampu menghentikan perdarahan pada fase awal luka. (Wardono et al., 2012)
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan bertempat di Laboratorium
Budidaya Ikan Parasit dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya.

3.2 Tahap Penelitian


1. Persiapan alat dan bahan
2. Ekstraksi kitosan
3. Pembuatan larutan kitosan dan salep kitosan
4. Uji pengaruh kitosan pada mencit dengan berbagai metode
5. Analisis data

3.3 Bahan
1. Bahan sampel :
Daphnia magna diperoleh melalui kultur menggunakan kotoran ayam. Mencit
(Mus musculus) 15 ekor dengan berat 100 gr.
2. Bahan kimia :
Aquades, Alkohol 70%, pofidon iodine 10%, vaselin album, HCl 1,5 M, NaOH
3,5% dan NaOH 60%.

3.4. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian :
Seperangkat alat gelas, kandang tikus 15 pintu ( 60cm x 40 cm ), jangka sorong,
kapas, skapel, bunsen, spirtus, mortar, oven, desikator, vorteks mixer, suntik,
saringan 100 mesh, bak fiber ( 200 cm x 100cm x 60 cm ) , aerator, sarung tangan,
masker, dan jaring paranet 3 meter.

7
8

3.5. Cara Kerja


3.5.1 Kultur Daphnia Magna
Kotoran ayam 3kg dimasukkan ke dalam plastik yang telah lubangi dengan
diameter 0,1 mm pada seluruh permukaannya. Masukkan kedalam bak fiber yang
terisi air setinggi 50 cm lalu masukkan bibit Daphnia magna kedalam bak fiber
tersebut dan pasang aerator untuk mempercepat pertumbuhan Daphnia magna.
Diamkan selama 4 minggu kemudian panen Daphsnia magna.

3.5.2. Ekstraksi Kitosan


Ekstraksi kitosan dari Dhapnia magna terdiri dari 4 tahap yaitu: pembuatan
tepung daphnia, demineralisasi, deproteinasi dan deastilasi. 5 kg daphnia direbus
selama 15 menit lalu dibersihkan dengan aquades. Kemudian keringkan dengan
oven pada suhu 110-120 oC kurang lebih 1 jam selanjutnya dimasukkan ke dalam
desikator. Hasil pengeringan di ayak dengan ayakan 100 mesh sehingga diperoleh
tepung daphnia. Tepung daphnia didemineralisasi dengan tujuan menghilangkan
garam-garam anorganik atau kandungan mineral pada Daphnia magna. Serbuk
Daphnia magna sebanyak 300g ditambahi larutan HCl 1,5 M lalu dicampur dalam
gelas kimia dengan perbandingan 1:15 (b/v) dan dipanaskan pada suhu 60-70oC
selama 4 jam sambil dilakukan pengadukan 50 rpm. Padatan yang diperoleh
kemudian dicuci dengan aquades sampai Ph netral. Kemudian di keringkan dalam
oven pada temperatur 800C selama 24 jam, lalu didinginkan dalam desikator.
Serbuk hasil demineralisasi kemudian ditambahi larutan NaOH 3,5% dengan
perbandingan 1:10 (b/v). Campuran dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
dipanaskan dengan suhu 60-70oC selama 4 jam. Lalu dilakukan pengadukan dengan
kecepatan 50rpm. Setelah diperoleh padatan bersihkan dengan aquades hingga pH
netral kemudian didinginkan dan diperoleh serbuk kitin. Serbuk kitin di deasetilasi
dengan NaOH 60% dengan perbandingan 1:20 (b/v), Selanjutnya dipanaskan
dengan suhu 100-110oC selama 4 jam dan diaduk dengan kecepatan 50 rpm.
Kemudian padatan dicuci dengan aquades beberapa kali hingga pH kembali netral
dan dikeringkan kembali dengan suhu 80oC selama 24 jam dan selanjutnya
didinginkan kembali dalam desikator sehingga diperoleh kitosan.
9

3.5.3 Pembuatan Salep dan Larutan Kitosan


Salep kitosan dibuat dengan cara memformulasikan kitosan dengan bahan
pembawa vaselin golongaan album dengan dosis 2,5% (Putri dan Sri 2012).
Pembuatan larutan kitosan dilakukan dengan cara memformulasikan kitosan
dengan asam asetat 2% dengan dosis 2,5% (Judawisastra et al., 2012).

3.5.4. Pengujian Kitosan dengan Berbagai Metode terhadap Mencit


Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vivo terhadap hewan uji.
Penelitian menggunakan mencit 4 kelompok perlakuan dengan jumlah 3 mencit tiap
kelompoknya. 12 ekor mencit diadaptasikan di dalam kandang selama 1 minggu.
Mencit dibius dengan aether secara inhalasi menggunakan masker anestesia dan
toples besar. Bulu pada punggung kanannya dicukur dengan alat pencukur sampai
bersih. Bersihkan bagian yang telah dicukur dengan alkohol 70% lalu lukai
menggunakan skapel dengan bentuk lingkaran berdiameter 15 mm. Kelompok 1
merupakan kontrol positif yaitu luka pada mencit dioleskan pofidon iodin 10%
setiap hari pada waktu yang sama. Kelompok 2 merupakan kontrol negatif yaitu
luka pada mecit tidak diberi perlakuan apapun. Kelompok 3 luka pada mencit
dioleskan salep kitosan 2,5% setiap hari pada waktu yang sama. Kelompok 4 mencit
yang terluka diberi pakan dengan tambahan serbuk kitosan dengan dosis 2,5% satu
kali sehari pada watu yang sama. Kelompok 5 merupakan penyuntikan
intraperitoneal (IP) menggunakan larutan kitosan 2,5% dilakukan setiap hari pada
waktu yang sama. Pengamatan perkembangan penyembuhan luka dilakukan setiap
hari selama 9 hari. Mencit (Mus musculus) diamati penyembuhannya dan dicatat
waktu sembuhnya setiap hari. Menurut Wardono et al (2012), pengukuran diameter
luka dilakukan dalam berbagai arah seperti pada Gambar 2 dengan metode Morton
dan dihitung diameter rata-ratanya dengan rumus sebagai berikut :

dx(1)+𝑑𝑥(2)+𝑑𝑥(3)+𝑑𝑥(4)
𝑑𝑥 = 4

Keterangan
dx : diameter luka hari ke-x (dalam mm)
dx(1)’(2)’(3)’(4) : diameter luka diukur dalam berbagai arah
10

Hasil pengukuran diameter kemudian diubah menjadi persentasi


penyebuhan (dalam %) dengan menggunakan “Rumus Konversi Persentase”:

𝑑12 −𝑑𝑥 2
𝑃𝑥 = 𝑥 100%
𝑑12

Keterangan:
Px : Persentase penyembuhan luka hari ke-x (dalam%)
d1 : Diameter luka hari pertama
dx : Diameter luka hari k-x

Pada akhir penelitian didapatkan data meliputi waktu penyembuhan (dalam hari)
dan persentase penyembuhan (dalam%).

Gambar 3.1. Cara mengukur diameter luka


BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 2.800.000
2 Bahan habis pakai 4.830.000
3 Perjalana 1.000.000
4 Lain – lain 1.370.000
Jumlah 10.000.000

4.2 Jadwal Kegiatan


No Jenis Bulan ke-
1 2 3
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan alat dan bahan
2 Kultur Daphnia magna
3 Ekstraksi kitosan,
4 Pembuatan salep kitosan
dan larutan kitosan
5 Pengujian pada ,mencit
6 Pembuatan laporan

11
DAFTAR PUSTAKA

Cauchie, H. M., Hoffmann L., Jaspar-Versali M.F., Salvia M., Thome J.P., 1995.
Daphnia magna straus living in an aerated sewage Lagoon as a source of
khitin: ecological aspects. Belg. J. Zool. 125 (1): 67-68.

Dewi. S. P. 2010. Perbedaan efek pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dan
bioplacenton terhadap penyembuhan luka bersih pada tikus putih. Skripsi.
Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Fadhilah, A.N., D. Destiana, D. J. Dhamiri. 2012. Perancangan aplikasi sistem


pakar penyakit kulit pada anak dengan metode expert system development
life cycle. Jurnal Alogaritma. 09(13): 1-7.

Herlina, P. 2010. Potensi khitosan sebagai anti bakteri penyebab periodontitis.


Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi. 1(1): 12-24

Jamal, L. 2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan penyakit Motile aeromonad


septicaemia (mas) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila pada ikan
lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Program Studi Teknologi Dan Manajemen
Akuakultur. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Mahmudah. 2013. Uji aktivitas film kitosan yang mengandung asiatikosida sebagai
penutup luka bakar pada tikus putih betina (Rattus Norvegicus) galur
sprague dawley secara in vivo. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Pankey, H. 2009. Daphnia dan penggunaannya. Jurnal Perikanan Dan Kelautan.


5(3): 33-36.

Putri, F. R. dan Sri T. 2012. Efektivitas salep kitosan terhadap penyembuhan luka
bakar kimia pada Rattus norvegicus. Mutiara Medika. 12 (1): 24-30.

Rahman, M. A. 2012 Kitosan sebagai bahan antibakteri alternatif dalam formulasi


gel pembersih tangan (Hand Sanitizer). Skripsi. Departemen Teknologi
Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Rahmawati, I. 2014. Perbedaan efek perawatan luka menggunakan gerusan daun


petai cina (Leucaena glauca, Benth) dan povidon iodine 10% dalam
mempercepat penyembuhan luka bersih pada marmut (Cavia porcellus).
Jurnal Wiyata. 1 (2): 227-234.

12
13

Redaksi Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Rohmawati, N. 2008. Efek penyembuhan luka bakar dalam sediaan gel ekstrak
etanol 70% daun lidah buaya (Aloe vera L.) Pada kulit punggung kelinci
New Zealand. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Sedjati, S. 2006. Pengaruh konsentrasi khitosan terhadap mutu ikan teri


(Stolephorus heterolobus) asin kering selama penyimpanan suhu kamar.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Setya, M. 2008. Efek Khitosan terhadap Kultur Galur Sel HSC-4 dan HAT-7 secara
in-vitro. Jakarta: Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Sulisetyowati, S. D. dan Meri. O. 2015. Perbandingan efektivitas bekicot (Achatina


fulica) dengan kitosan terhadap penyembuhan luka. Jurnal KesMaDaSka:
104-110.

Wardono, A. P., Bari. H. R., Rizqi. A. J. H., dan Sri. T. 2012. Pengaruh kitosan
secara topikal terhadap penyembuhan luka bakar kimiawi pada kulit Rattus
Norvegicus. Mutiara Medika. 12(3): 177-187.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Bahan Habis Pakai

Harga
Justifikasi Jumlah
No. Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
1. Mencit Satu kali 15 ekor 5.000 75.000
(Mus musculus) pakai
2. Asam Asetat Satu kali 250 ml 200.000 250.000
2% pakai
3 Vaselin album Satu kali 1 kg 150.000 150.000
pakai
4 NaOH 60% Satu kali 1 kg 50.000 60.000
pakai
5 NaOH 3,5% Satu kali 1 kg 30.000 45.000
pakai
6 Pofidone Satu kali 25 ml 10.000 20.000
Iodine 10% pakai
Sub Total 600.000

2. Peralatan Penunjang

Justifikasi Harga Jumlah


No. Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
1. Bak Fiber 4 Bulan 3 buah (Rp)
2.500.000 7.500.000
ukuran
( 200 x 100 x
60 cm)
2. Kandang 2 minggu 15 buah 200.000 3.000.000
Tikus
60cm x
40cm
4 Skapel Satu 3 buah 25.000 75.000
kali
pakai

14
5 Vortex Satu 1 buah 500.000 500.000
Mixer kali
pakai
Sub Total 11.075.000

3. Perjalanan

Justifikasi Harga Satuan


No. Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian (Rp)

1. Pembelian Satu kali 3 orang 100.000 300.000


alat bahan pakai
untuk
penelitian

Sub Total 300.000

Total 12.000.0000

15

Anda mungkin juga menyukai